Professional Documents
Culture Documents
PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan
dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan
tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
PENGKAJIAN MUTU PRODUK
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses,
kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren
dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu
produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan
mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya.
MANAJEMEN RISIKO MUTU
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan
secara proaktif maupun retrospektif.
B. PERSONALIA
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah
yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip
CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai
higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
ORGANISASI, KUALIFIKASI DAN TANGGUNG JAWAB
Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian
produksi, pengawasan mutu, manajemen mutu (pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang
berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing
personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut tidak mempunyai
kepentingan lain di luarorganisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya
dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan
pribadi atau finansial.
PELATIHAN
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena
tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium
(termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang
kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
C. BANGUNAN DAN FASILITAS
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang
dapat menurunkan mutu obat.
AREA PENIMBANGAN
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan
hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan
tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
AREA PRODUKSI
Untuk memperkecil risiko bahaya medis yang serius akibat terjadi pencemaran silang,
suatu sarana khusus harus disediakan untuk produksi obat tertentu seperti produk yang dapat
menimbulkan sensitisasi tinggi (misal golongan penisilin) atau preparat biologis (misal
mikroorganisme hidup). Produk lain seperti antibiotika tertentu, hormon tertentu (misal
hormon seks), sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi,
dan produk nonobat hendaklah diproduksi di bangunan terpisah. Dalam kasus pengecualian,
bagi produk tersebut di atas, prinsip memproduksi bets produk di dalam fasilitas yang sama
dapat dibenarkan asal telah mengambil tindakan pencegahan yang spesifik dan validasi yang
diperlukan telah dilakukan.
AREA PENYIMPANAN
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan
dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina,
produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau produk
yang ditarik dari peredaran.
AREA PENGAWASAN MUTU
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan.
Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan
atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada
alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar
dan produk yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya adalah bahan yang
dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang mengandung mikroba hidup,
hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain berpotensi tinggi. Produk yang paling
terpengaruh oleh pencemaran adalah sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis
besar dan/atau sediaan yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang.
SISTEM PENOMORAN BETS/LOT
Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi
dapat diidentifikasi.
PENIMBANGAN DAN PENYERAHAN
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas,
produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan
memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap
pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau
antar bagian produksi, adalah sangat penting.
BAHAN PENGEMAS
Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan
pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap
bahan awal.
KEGIATAN PENGEMASAN
Pada umumnya, proses pengisian dan penutupan hendaklah segera disertai dengan
pemberian label. Bila tidak, hendaklah diterapkan prosedur yang tepat untuk memastikan
agar tidak terjadi kecampurbauran atau salah pemberian label.
PENGAWASAN SELAMA-PROSES
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang
menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama
proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah
disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat.
Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari
proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam-proses.
PENGAMBILAN SAMPEL
Pengambilan sampel merupakan kegiatan penting di mana hanya sebagian kecil saja
dari satu bets yang diambil. Keabsahan kesimpulan secara keseluruhan tidak dapat didasarkan
pada pengujian yang dilakukan terhadap sampel yang tidak mewakili satu bets. Oleh karena
itu cara pengambilan sampel yang benar adalah bagian yang penting dari sistem Pemastian
Mutu.
PENGUJIAN
Metode analisis hendaklah divalidasi. Semua kegiatan pengujian yang diuraikan
dalam izin edar obat hendaklah dilaksanakan menurut metode yang disetujui.
H. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN PEMASOK
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara
independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secara obyektif.
AUDIT MUTU
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu
dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh
spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima
kontrak.
AUDIT DAN PERSETUJUAN PEMASOK
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab
bersama bagian lain yang terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan
memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan.
I. PENANGANAN
KELUHAN
TERHADAP
PRODUK
DAN
PENARIKAN
KEMBALI PRODUK
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani
semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan
kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
KELUHAN
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk menangani keluhan dan
memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk
membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau
penarikan kembali produk.
PENARIKAN KEMBALI PRODUK
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan
mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang
memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya.
Personil tersebut hendaklah independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Jika
personil ini bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), maka ia hendaklah
memahami segala operasi penarikan kembali.
J. DOKUMENTASI
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang
baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah
fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen
Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat
penting.
K. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan
dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan
Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu).
PEMBERI KONTRAK
10. Produk
Ruahan
adalah
campuran
bahan
yang
telah
selesai
diolah
yang
a. Bebas dari pencemaran yang berasal dari lingkungan, seperti pencemaran udara, tanah
dan air, sehingga dapat mencegah pengotoran maupun pencemaran produk.
b. Konstruksi serta tata ruang yang memadai sehingga memudahkan pemeliharaan,
pembersihan, sanitasi, dan pelaksanaan kerja serta dapat mencegah terjadinya
pencemaran silang antara produk dan bahan baku.
c. Lantai dan dinding hendaknya dibuat dari bahan kedap air, permukaannya rata dan
halus, bebas dari keretakan dan mudah dibersihkan. Pertemuan antara lantai dan
dinding hendaknya tidak membentuk sudut mati (melengkung).
d. Dilengkapi penerangan dan ventilasi udara yang memadai sesuai untuk kegiatan di
dalam bangunan tersebut.
e. Mempunyai fasilitas sanitasi yang terencana dan teratur berupa :
a. sarana penyediaan air bersih;
b. kamar kecil;
c. tempat cuci tangan;
d. kamar ganti pakaian;
e. tempat sampah;
f. sarana pembuangan air limbah.
C. PERALATAN
a) Peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan untuk memproduksi kosmetika
hendaknya sesuai dengan jenis produksi.
b) Permukaan yang berhubungan dengan bahan maupun produk kosmetika hendaknya
tidak bereaksi, tidak mengadsorbsi dan tidak melepaskan serpihan.
c) Peralatan hendaknya mudah dibersihkan dan disanitasi.
d) Peralatan hendaknya ditata dan dipasang, sedemikian rupa agar memudahkan proses
produksi dan perawatannya.
e) Peralatan bebas dari unsur atau serpihan logam, minyak pelumas, dan bahan bakar
sehingga tidak mencemari hasil produksi.
f) Peralatan setelah digunakan harus dibersihkan dan disimpan dalam kondisi yang
bersih.
D. SANITASI DAN HIGIENE
Pada setiap aspek produk kosmetika hendaknya dilakukan upaya untuk menjamin
terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Upaya tersebut hendaknya
dilakukan terhadap tenaga kerja, bangunan, peralatan, bahan, proses produksi,pengemas dan
setiap hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran
hendaknya dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu.
E. PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN
a) Bahan baku dan bahan pengemas
1. Bahan baku dan bahan pengemas hendaknya tidak membahayakan dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku;
2. Bahan baku yang persyaratan mutunya belum ditetapkan dalam buku resmi dapat
mengacu pada sumber lain yang disetujui oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
3. Tidak menggunakan bahan yang dilarang untuk memproduksi kosmetika:
4. Spesifikasi dan metode pengujian bahan pengemas dapat ditetapkan bersama antara
pemasok dan produsen;
5. Bahan baku dan bahan pengemas yang diterima dari pemasok hendaknya dikarantina
terlebih dahulu sampai mendapat tanda pelulusan dari bagian pengawasan mutu;
b) Pengolahan
1. Semua peralatan dan bahan yang digunakan harus sesuai dengan prosedur tertulis
sehingga tidak terjadi kekeliruan dan pencemaran;
2. Kondisi sekitar tempat pengolahan hendaknya bebas dari bahan, produk, alat dan
dokumen yang tidak diperlukan;
3. Hendaknya dihindari terjadinya pencemaran silang antar produk, yang disebabkan
oleh pengolahan beberapa produk dalam waktu yang sama atau berurutan dalam
ruangan yang sama;
4. Kegiatan pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu, hendaknya dilakukan
pengawasan yang seksama misalnya pengaturan suhu, tekanan, waktu dan
kelembaban;
5. Hendaknya dilakukan pengawasan selama proses untuk mencegah hal-hal yang
menimbulkan kerugian terhadap produk jadi;
c) Pengemasan
1. Sebelum dilakukan pengemasan, hendaknya dapat dipastikan kebenaran identitas,
keutuhan, mutu produk ruahan, bahan pengemas dan penandaannya;
2. Proses pengemasan hendaknya mengikuti ketentuan tertulis;
3. Pada kemasan produk jadi, harus dicantumkan nomor kode produksi pada bagian
yang mudah dilihat;
4. Produk jadi yang telah lolos uji dari bagian Pengawasan Mutu hendaknya disimpan
secara teratur dan rapi untuk mencegah terjadinya resiko pencemaran serta
memudahkan pemeriksaan, pengambilan dan pemeliharaannya.
F. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu merupakan bagian yang penting dari Cara Produksi Kosmetika
yang Baik agar kosmetika yang diproduksi memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
a. Hendaknya setiap produsen kosmetika mempunyai bagian Pengawasan Mutu.
b. Pengawasan mutu hendaknya dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap produk
kosmetika yang diproduksi mempunyai mutu dan keamanan sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
c. Bagian Pengawasan Mutu hendaknya mempunyai laboratorium penguji kimia, biologi
dan mikrobiologi dengan peralatan yang diperlukan. Apabila hal ini tidak memungkinkan
dapat menggunakan jasa laboratorium yang diakui oleh Pemerintah.
d. Bagian Pengawasan Mutu bersama-sama dengan bagian produksi dan bagian pembelian
menentukan dan mengevaluasi pemasok yang mampu dan dapat dipercaya dalam
menyediakan bahan baku dan bahan pengemas agar didapat bahan dengan spesifikasi
yang diinginkan.
e. Bagian Pengawasan Mutu hendaknya melakukan uji stabilitas terhadap setiap produk
jadi, terutama produk yang menggunakan bahan pengawet.
f. Bagian Pengawasan Mutu wajib melakukan pemantauan terhadap produk jadi, baik yang
masih berada di lingkungannya maupun di peredaran secara berkala.
VIll. INSPEKSI DIRI
lnspeksi diri dilakukan secara berkala agar seluruh rangkaian produksi selalu
memenuhi Cara Produksi Kosmetika Yang Baik. Kelemahan dan kekurangan yang terjadi
pada produksi hendaknya diperbaiki.
IX. DOKUMENTASI
lnstruksi yang menyangkut produksi kosmetika dilakukan secara tertulis dan jelas.
Sistem dokumentasi harus menggambarkan riwayat lengkap setiap tahap kegiatan produksi
sampai dengan distribusinya sehingga dapat ditelusuri kembali produk dari setiap batch yang
dikehendaki.
X. PENANGANAN TERHADAP HASIL PENGAMATAN PRODUK DI PEREDARAN
Keluhan dan laporan masyarakat yang menyangkut mutu, keamanan dan hal lain
yang merugikan atau menimbulkan masalah hendaknya dicatat, diperiksa, dievaluasi dan
ditindaklanjuti. Kosmetika yang terbukti menimbulkan efek samping yang merugikan dan
keamanannya tidak memadai lagi harus ditarik dari peredaran dan dimusnahkan.
Umum:
1) Melindungi masyarakat terhadap hal-hal yang merugikan dari penggunaan obat
tradisional yang tidak memenuhi persyaratan mutu.
2) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk obat tradisional Indonesia dalam
era pasar bebas.
Khusus
1) Dipahaminya penerapan CPOTB oleh para pelaku usaha industri di bidang obat
tradisional sehingga bermanfaat bagi perkembangan industri di bidang obat
tradisional.
2) Diterapkannya CPOTB secara konsisten oleh industri di bidang obat tradisional.
KETENTUAN UMUM
1. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut,
yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
2. Bahan awal adalah bahan baku dan bahan pengemas yang digunakan dalam pembuatan
suatu produk obat tradisional.
3. Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik
yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun yang tidak
berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat tradisional, walaupun tidak semua
bahan tersebut masih terdapat didalam produk ruahan.
4. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain merupakan bahan yang
dikeringkan.
5. Bahan pengemas adalah semua bahan yang digunakan untuk pengemasan produk ruahan
untuk menghasilkan produk jadi.
6. Produk antara adalah bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu atau
lebih tahap pengolahan lebih lanjut untuk menjadi produk ruahan.
7. Produk ruahan adalah bahan atau campuran bahan yang telah selesai diolah yang masih
memerlukan tahap pengemasan untuk menjadi produk jadi.
8. Produk jadi adalah produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan obat
tradisional.
9. Pembuatan adalah seluruh rangkaian kegiatan yang meliputi pengadaan bahan awal
termasuk penyiapan bahan baku, pengolahan, pengemasan, pengawasan mutu sampai
diperoleh produk jadi yang siap untuk didistribusikan.
10. Produksi adalah semua kegiatan pembuatan dimulai dari pengadaan bahan awal
termasuk penyiapan bahan baku, pengolahan, sampai dengan pengemasan untuk
menghasilkan produk jadi.
11. Pengolahan adalah seluruh rangkaian kegiatan mulai dari penimbangan bahan baku
sampai dengan dihasilkannya produk ruahan.
12. Pengemasan adalah kegiatan mewadahi, membungkus, memberi etiket dan atau kegiatan
lain yang dilakukan terhadap produk ruahan untuk menghasilkan produk jadi.
13. Pengawasan dalam proses adalah pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan dan
dilakukan dalam suatu rangkaian proses produksi, termasuk pemeriksaan dan pengujian
yang dilakukan terhadap lingkungan dan peralatan dalam rangka menjamin bahwa produk
akhir (jadi) memenuhi spesifikasinya.
14. Pengawasan mutu (quality control) adalah semua upaya pemeriksaan dan pengujian
selama pembuatan untuk menjamin agar obat tradisional yang dihasilkan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan.
15. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin kebersihan sarana
pembuatan, personil, peralatan dan bahan yang ditangani.
16. Dokumentasi adalah catatan tertulis tentang formula, prosedur, perintah dan catatan
tertulis lainnya yang berhubungan dengan pembuatan obat tradisional.
17. Verifikasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan,
perlengkapan, prosedur kegiatan yang digunakan dalam pembuatan obat tradisional
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
18. Inspeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua aspek, mulai dari
pengadaan bahan sampai dengan pengemasan dan penetapan tindakan perbaikan yang
dilakukan oleh semua personal industri obat tradisional sehingga seluruh aspek
pembuatan obat tradisional dalam industri obat tradisional tersebut selalu memenuhi
CPOTB.
19. Bets adalah sejumlah produk obat tradisional yang diproduksi dalam satu siklus
pembuatan yang mempunyai sifat dan mutu yang seragam.
20. Lot adalah bagian tertentu dari suatu bets yang memiliki sifat dan mutu yang seragam
dalam batas yang telah ditetapkan.
21. Kalibrasi adalah kombinasi pemeriksaan dan penyetelan suatu instrumen agar memenuhi
syarat batas keakuratan menurut standar yang diakui.
22. Karantina adalah status suatu bahan atau produk yang dipisahkan baik secara fisik
maupun secara sistem, sementara menunggu keputusan pelulusan atau penolakan untuk
diproses, dikemas atau didistribusikan.
23. Nomor bets atau nomor lot adalah suatu rancangan nomor dan atau huruf yang menjadi
tanda riwayat suatu bets atau lot secara lengkap, termasuk pemeriksaan mutu dan
pendistribusiannya.
24. Diluluskan (released) adalah status bahan atau produk yang boleh digunakan untuk
diproses, dikemas atau didistribusikan.
25. Produk kembalian adalah produk yang dikembalikan dari semua mata rantai distribusi
ke pabrik.
26. Penarikan kembali (recall) adalah kegiatan menarik kembali produk dari semua mata
rantai distribusi apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan
mutu, keamanan dan penandaan atau adanya efek yang merugikan kesehatan.
27. Keluhan adalah suatu pengaduan dari pelanggan atau konsumen mengenai kualitas,
kuantitas, khasiat dan keamanan.
A. PERSONALIA
Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup.
Mereka hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang dibebankan
kepadanya.
B. BANGUNAN
Bangunan
Bangunan industri obat tradisional hendaklah berada di lokasi yang terhindar dari
pencemaran, dan tidak mencemari lingkungan. Bangunan industri obat tradisional hendaklah
memiliki ruangan-ruangan pembuatan yang rancang bangun dan luasnya sesuai dengan
bentuk, sifat dan jumlah produk yang dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang digunakan,
jumlah karyawan yang bekerja serta fungsi ruangan, seperti:
o Ruangan atau tempat administrasi;
o Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia yang baru diterima dari pemasok;
o Tempat sortasi;
o Tempat pencucian;
o Ruangan, tempat atau alat pengeringan;
o Ruangan atau tempat penyimpanan simplisia termasuk bahan baku lainnya yang telah
diluluskan;
o Tempat penimbangan;
o Ruangan pengolahan;
o Ruangan atau tempat penyimpanan produk antara dan produk ruahan;
o Ruangan atau tempat penyimpanan bahan pengemas;
o Ruangan atau tempat pengemasan;
o Ruangan atau tempat penyimpanan produk jadi termasuk karantina produk jadi;
o Laboratorium atau tempat pengujian mutu;
o Jamban / toilet;
o Ruangan atau tempat lain yang dianggap perlu.
Ruangan
Penataan ruangan-ruangan pembuatan, termasuk ruangan penyimpanan hendaklah
sesuai dengan urutan proses pembuatan, sehingga tidak menimbulkan lalu lintas kerja yang
simpang siur dan tidak mengakibatkan pencemaran silang terhadap produk yang dibuat.
C. PERALATAN
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah memiliki rancang
bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat,
sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara seragam dari bets ke bets,
serta untuk memudahkan pembersihan dan perawatannya.
Rancang Bangun dan Konstruksi
Peralatan yang digunakan tidak menimbulkan serpihan dan atau akibat yang
merugikan terhadap produk. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur,
menguji dan mencatat hendaklah diperiksa ketelitiannya secara teratur serta ditera menurut
suatu program dan prosedur yang tepat.
Jenis Peralatan
Sarana pengolahan produk hendaklah dilengkapi dengan peralatan sesuai dengan
proses pembuatan dan bentuk sediaan yang akan dibuat, seperti :
Alat atau mesin yang memadai yang diperlukan untuk pencucian dan penyortiran.
Alat atau mesin pengering yang dapat mengeringkan simplisia, produk antara atau produk
ruahan sehingga kadar airnya sesuai yang dipersyaratkan.
Alat atau mesin pembuat serbuk yang dapat merubah simplisia menjadi serbuk dengan
derajat kehalusan yang dikehendaki.
Alat atau mesin pengaduk yang dapat mencampur simplisia atau produk antara menjadi
campuran yang homogen.
Alat atau mesin pengayak yang dapat mengayak serbuk dengan derajat kehalusan yang
dikehendaki.
Alat penimbang atau pengukur yang
Peralatan pengolahan bentuk rajangan, seperti alat atau mesin perajang yang dapat
merubah simplisia menjadi rajangan dengan ukuran yang
Peralatan Laboratorium
Peralatan serta instrumen laboratorium pengujian hendaklah sesuai untuk menguji tiap
bentuk sediaan produk yang dibuat. Dalam laboratorium hendaklah tersedia sekurangkurangnya:
Timbangan gram dan miligram;
Mikroskop dan perlengkapannya;
Alat-alat gelas sesuai keperluan;
Lampu spiritus;
Disamping peralatan tersebut, perlu dilengkapi :
benar dan dibuat pada kondisi yang tepat serta mengikuti prosedur standar sehingga produk
tersebut senantiasa memenuhi persyaratan produk jadi yang berlaku.
H. INSPEKSI DIRI
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh aspek
pengolahan, pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi CPOTB. Program
inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan CPOTB dan untuk
menetapkan tindak lanjut. Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara teratur. Tindakan
perbaikan yang disarankan hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri
hendaklah ditunjuk tim inspeksi yang mampu menilai secara obyektif pelaksanaan CPOTB.
Hendaklah dibuat prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri.
I. DOKUMENTASI
Dokumentasi pembuatan produk merupakan bagian dari sistem informasi manajemen
yang meliputi spesifikasi, label/etiket, prosedur, metoda dan instruksi, catatan dan laporan
serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan produk. Dokumentasi sangat penting
untuk memastikan bahwa setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai
bidang tugas yang harus dilaksanakannya, sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir
dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan atau atas dasar
pertimbangan adanya efek yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan
kembali seluruh produk tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu
jenis produk yang bersangkutan.