Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 2 Blok 3.6
Atika Dwi Rahayu
(15783)
Sri Rahayu
(15784)
Annisa Hasna Rudanti
(15785)
Risky Ayu Apriliandi
(15786)
Widowati Budi Pratiwi (15787)
Hanif Miftahul Iza
(15788)
Intan Milasari
(15789)
Nella Sri Pujirahayu
(15790)
Fatin Hapsah Afifah
(15791)
Nurlaili Cahyani
(15792)
Kharina Nur Shabrina
(15793)
Fine Ismayani
(15794)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut UU No.13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
menyatakan bahwa lanjut usia (lansia) merupakan bagian dari
proses tumbuh kembang yaitu sejak dilahirkan pada usia balita, usia
mudah, usia dewasa sampai lanjut usia. Lanjut usia adalah
orang
yang
sangat
tua
yang
paling
cepat
berkembang. Saat ini ada tiga juta orang lebih dari 80, dan jumlah
ini diperkirakan hampir dua kali lipat pada tahun 2030 (Kings Fund,
2012). Indonesia menduduki rangking keempat di dunia dengan
jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum terlalu mendapat perhatian.
Tidak hanya menghadapi angka kelahiran yang semakin meningkat,
Indonesia juga menghadapi beban ganda (double burden) dengan
kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) karena
usia harapan hidup yang makin panjang bisa mencapai 77 tahun
(Merry, 2008).
Salah satu masalah pada lansia adalah kelemahan yang tidak
dapat di diagnosis. Kelemahan pada lansia di integrasikan sebagai
istilah dari gambaran keadaan fungsional yang terbatas atau
tanggapan dalam menghadapi stres (Sari, Cracknell & Sheldon,
2008). Kelemahan merupakan keadaan terjadinya peningkatan pada
kerentanan resolusi homeostasis setelah stressor, yang dapat
meningkatkan risiko hasil yang merugikan (Eeles et al., 2012).
Kelemahan
dapat
berupa
ekspresi
klinis
yang
menyiratkan
memiliki
beberapa
geriatri
seperti
jatuh,
delirium,
dan
tekanan
ulcers
harus
disesuaikan
dengan
kebutuhan
lansia
dan
melakukan
pengkajian
atau
deteksi
dini
untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki usia 60
tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses
yang disebut Aging Process atau proses penuaan (WHO).
Menurut
Undang-Undang
No
13
Tahun
1998
tentang
untuk
stres
mempertahankan
fisiologis.
keseimbangan
Kegagalan
ini
berkaitan
terhadap
dengan
lanjut
usia
pada
Bab
Pasal
ayat
meliputi
diantaranya
sistem
pernafasan,
pendengaran,
kaitannya
dengan
perubahan
fisik,
keadaan
reaksi
individu
pada
tugas-tugas
yang
adalah
membutuhkan
kemampuan
intelektual
tidak
mengalami
kondisi sangat umum yang terkait dengan penurunan fungsional dan cacat, tidak
dimasukkan sebagai komponen dari fenotip. Sedangkan Kelemahan Indeks dengan
menghitung jumlah akumulasi defisit dari waktu ke waktu (disebut "index kelemahan
(FI)") termasuk kecacatan, penyakit, gangguan fisik dan kognitif, faktor risiko
psikososial, dan sindrom geriatrik (misalnya jatuh, delirium, dan inkontinensia urin.
Dikatakan bahwa, dibandingkan dengan Fried kelemahan fenotipe, FI adalah prediktor
yang lebih sensitif dari hasil kesehatan yang merugikan karena skala risiko yang lebih
halus bergradasi nya, dan ketahanan dalam kesimpulan klinis berkaitan dengan jumlah
dan komposisi sebenarnya dari barang-barang yang di FI.
Adapun Intervensi yang dapat diberikan bagi Lansia yang mengalami kelemahan
adalah sebagai berikut :
1. Intervensi Olahraga
Olahraga memiliki efek fisiologis pada otak, sistem endokrin, sistem kekebalan tubuh
dan otot rangka. Hasil dari intervensi latihan untuk lansia lemah menyimpulkan
bahwa olahraga dapat meningkatkan hasil dari mobilitas dan kemampuan fungsional.
2. Intervensi Nutrisi
intervensi gizi mungkin memiliki potensi untuk mengatasi gizi pada lansia dan
penurunan berat badan yang terganggu akibat dari kelemahan.
3. Pengobatan
Memonitoring medikasi sangat penting untuk mengkaji kebutuhan obat yang perlu
dikonsumsi dan yang perlu dihindari lansia, interaksi obat, dan sebagainya
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahun Terbit
Publikasi
2. Jurnal Pendukung
Judul Artikel
Penyusun
(FINGER):
a randomised controlled trial
: Tiia Ngandu, Jenni Lehtisalo, Alina Solomon, Esko
Levlahti, Satu
Bckman,
Tuomo
Hnninen,
Laatikainen,
Jaana
Mangialasche,
Teemu
Markku
Peltonen,
Antti
Lindstrm,
Paajanen,
Rainer
Jula,
Tiina
Francesca
Satu
Rauramaa,
Pajala,
Anna
Stigsdotter-Neely,
Tahun Terbit
Penerbit
Timo
Strandberg,
Jaakko
lansia dapat
dilakukan deteksi dini dan sangat besar kemungkinannya dapat dipulihkan ke keadaan
sebelumnya. Intervensi lebih dini akan sangat membantu mencegah timbulnya
dampak atau kondisi yang lebih parah. Kelemahan pada lansia terjadi pada seseorang
yang mengalami penurunan fungsi fisiologis disertai dengan masalah kesehatan lain
seperti hospitalisasi, jatuh, komplikasi pos operasi, infeksi, imobilitas dan masalah
lansia lainnya. Hingga saat ini patofisiologi dari kelemahan itu sendiri belum
diketahui akan tetapi efek dari kelemahan bersifat sitemik. Oleh sebab itu sangat sulit
untuk menentukkan intervensi yang tepat pada lansia dengan kelemahan. Setiap
individu memiliki kebutuhan intervensi yang berbeda beda disesuaikan dengan
kebutuhan masing individu tersebut. Namun, beberapa intervensi yang paling biasa
dilakukan yaitu:
a. Olahraga dan aktivitas fisik
Olahraga dan aktivitas merupakan rekomendasi utama untuk mengatasi
kelemahan. Untuk jenis, frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi latihan fisik
belum terdapat penjelasan lebih lanjut. Namun, lebih dianjurkan pada olahraga
dan
aktivitas
fisik
yang
mengutamakan
ketahanan,
kekuatan
dan
keseimbangan.
b. Pemenuhan Nutrisi
Pemenuhan nutrisi yang adekuat juga sangat dianjurkan untuk mengatasi
kelemahan pada lansia terutama jika diimbangi dengan olahraga. Pemenuhan
vitamin D sebagai suplemen tubuh yang sesuai untuk meningkatkan massa dan
kekuatan otot.
c. Manajemen yang adekuat
Manajemen yang adekuat
pada
penyakit
kronis
(depresi, diabetes,
Gambar 1. Deteksi kelemahan dan proposal untuk manajemen dalam perawatan primer
Gambar 1 menunjukan alur dalam penelitian ini yaitu mengenai pemilihan lansia yang
berpotensi mengalami kelemahan. Dalam hal ini skrining dilakukan pada usia lanjut
70 tahun. Dilakukan penilaian yang sistematis dari latihan fisik (dari usia
muda), setelah itu dilakuakn pencegahan primer sesuai rekomendasi dan latihan
berupa intervensi latihan fisik. Dalam melakukan pengkajian tersebut dapat
menggunakan uji kinerja yang fungsional meliputi berbagai kegiatan hidup sehari-hari
,hal ini untuk menunjang manajemen kelemahan pada lansia.
Table 1. Different characteristics of the frailty detection tools used in primary care.
Kolom pertama menunjukkan bahwa semakin banyak tanda positif (+) dari setiap
2.
3.
4.
1. L
a
m
p
ir
a
n
1
:
menjelaskan tentang kelemahan yang tampak
a. Menayakan penurunan berat badan.
b. Menanggapai pertanyaan tertentu yang berhubungan dengan kekuatan
atau energi yang dimiliki.
c. Menilai kekuatan otor dapat di dilakuakn dengan kekuatan cengkraman.
d. Mengukur tingkat aktivitas fisik dengan menggunakan kalkulator atau
skala aktivitas fisik.
e. Mengkaji ketingkat kelambatan atau kecepatan dalam berjalan.
3. Lampiran 3 : pengkajian daya tahan kinerja fisik yang pendek atau tes
Guralink
Instrumen ini terdiri dari tiga tes :
a. Keseimbangan (posisi inside by side, semi tandem, dan tandem)
b. Kecepatan cara berjalan (lebih dari 2,4 atau 4 m)
c. Naik turun kursi (sekali atau dilakukan secara berulang sebanyak 5
kali)
Dalam melakukan test tersebut sangat penting dilakukan
dengan urut, sebagian pasien mungkin dapat menjadi kelelahan
jika kita mulai dengan tes berdiri dari kursi, karena hal ini dapat
dan
hasil
interpretasi
yang
di
peroleh
dengan
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
f)
Lampiran 5 : Skala FRAIL adalah kuisioner untuk mengkaji model kelemahan
yang tampak (fraily phenotype) dan FI, hal yang dikaji meliputi lima
komponen, yaitu :
a. Fatigue
Dalam kurun waktu 4 minggu, seberapa sering merasa lelah?
b. Daya tahan
Apakah mempunyai kesulitan berjalan 10 langkah tanpa istirahat dan
tanpa bantuan?
c. Ambulasi
Apakah mempunyai kesulitan berjalan di halaman tanpa bantuan?
d. Penyakit
Apakah mempunyai penyakit seperti diabetes, hipertensi, kanker,
tumor, penyakit paru-paru kronis, penyakit jantung, angina, CHF,
asthma, artritis, dan penyakit ginjal?
e. Penurunan berat badan
Hitung berat badan sekarang dan berat badan pada 1 tahun yang lalu
g) Lampiran 6 :
IADL ada 2 yaitu Lawton IADL scale dan kuisioner VIDA. Kuisioner ini
untuk mengidentifikasi individu pada stase awal kemunduran fungsional
yang berhubungan dengan menurunnya IADL (Intrumental Activities of
Daily Living). Untuk kuisioner VIDA ada di lampiran 6 dengan total skor
38 untuk 10 komponen yaitu
a. menyiapkan obat,
b. menggunakan telepon,
c. malakukan pekerjaan rumah,
d. mengatur keuangan,
e. pergerakan di luar rumah,
f. menggunakan perabotan rumah tangga
g. berbelanja
h. menggunakan pintu
i. menggunakan transportasi
j. menjaga hubungan sosial
C. Analisis dan Pembahasan Jurnal Pendukung
1. Metode
Penelitian ini dinamakan The Finnish Geriatric Intervention Study
atau FINGER menggunakan metode double-blind randomised
control trial. Penelitian ini dilakukan di 6 daerah di Filandia
(Helsinki, Vantaa, Kuopio, Oulu, Seinajoki, dan Turku) selama 2
tahun pada 7 September 2009 sampai dengan 24 November
2011.
2. Partisipan
a. Kriteria inklusi:
1) Usia 60-77 tahun
2) Memiliki CAIDE (Cardiovaskuler Risk Factor, Aging, and
Dementia).
b. Kriteria Eksklusi :
1) Sebelumnya terdiagnosa demensia
2) Berisiko terkena demensia setelah pengobatan
3) Hasil pengkajian mental dibawah 20 poin
3. Prosedur
Semua partisipan (baik intervensi dan kontrol) dilakukan
monitoring selama 3 kali dalam 2 tahun penelitian, yaitu bulan ke
6, 12, dan 24 untuk pengecekan tekanan darah, berat badan, dan
BMI lingkar pinggul.
ini
dipandu
oleh
fisioterapi
dengan
tujuan
untuk
peningkatan
di
kelompok
kontrol
dibandingkan
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Perawat sebagai care provider
Perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada lansia dengan melakukan
screening kelemahan pada lansia menggunakan instrumen yang relevan. Perawat juga
dapat melakukan berbagai tindakan mandiri untuk menindaklanjuti hasil screening
tersebut.
2. Perawat sebagai collaborator
Perawat dapat bekerjasama dalam sebuah tim dengan tenaga kesehatan lain dalam
melakukan screening kelemahan lansia maupun menindaklanjuti hasil screening
tersebut.
3. Perawat sebagai educator
Perawat dapat memberi edukasi kepada lansia maupun keluarganya terkait beberapa
aktifitas yang bermanfaat untuk mencegah kelemahan pada lansia seperti melakukan
olahraga maupun aktifitas fisik, menjaga status nutrisi yang adekuat, manajemen
penyakit kronis yang adekuat, mengikuti medikasi yang diresepkan dokter secara
rutin serta menghindari kondisi yang dapat menyebabkan stres.
4. Perawat sebagai change agent
Perawat dapat menginisiasi penggunaan instrumen yang relevan untuk screening
kelemahan pada lansia di pelayanan kesehatan primer, melakukan pengembanganpengembangan program kesejahteraan lansia baik di Rumah Sakit, Pelayanan Primer
(Puskesemas) maupun di dalam komunitas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Analisis dan Pembehasan yang telah kami lakukan di atas, dapat
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :
1. Kelemahan pada lansia merupakan awal dari adanya ketidakmampuan. Namun,
kejadian tersebut dapat dideteksi dini dan besar kemungkinan untuk dipulihkan.
Intervensi dini penting dilakukan karena akan sangat membantu mencegah
timbulnya dampak atau kondisi yang lebih parah.
2. Secara umum, ada dua model konseptual dalam melakukan pengkajian untu
mengidentifikasi kelemahan fisik pada lansia, dengan strategi pendekatan yang
berbeda, yaitu:
a. kelemahan secara fisik yang ditandai dengan adanya lima komponen klinis
diantaranya penurunan berat badan yang tidak menentu, kelemahan dalam
menggenggam, energi yang lemah dan lain lain.
b. Lalu yang kedua adalah model defisit kumulatif sebagai pendekatan
multidimensional yang didasarkan pada perhitungan indeks, diperoleh dengan
menggunakan sistem skoring dari beberapa domain multidimensional.
3. Setiap individu lansia memiliki kebutuhan intervensi yang berbeda yang
disesuaikan dengan kebutuhannya. Intervensi tersebut diantaranya adalah :
a. olahraga dan aktifitas fisik, dimana ini menjadi rekomendasi utama untuk
b.
c.
d.
e.
Penelitian pendukung juga mengatakan hal yang serupa yaitu, lansia yang akan
diketahui status kelemahannya melakukan monitoring dan skrining mengenai
riwayat pengobatan dan latihan fisik lansia tersebut. Dimana penelitian memuat
empat intervensi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, yaitu intervensi
nutrisi, program latihan fisik, latihan kognitif dan menejemen metabolik. Hasil
penelitian menunjukkan adanya efek yang dirasakan selama pemberian intervensi.
4. Peran dan aktivitas perawat dalam melakukan pengkajian dapat menggunakan uji
kinerja yang fungsional meliputi melakukan pengujian terhadap berbagai kegiatan
sehari-hari yang dapat menunjang manajemen kelemahan pada lansia. Untuk
mendeteksi kelemahan mengunakan 6 kegiatan dalam pengkajian. Pertama, Fried
Frailty Phenotype, kedua, Gait Speed and Timed Up and Go Tests, ketiga, SPPB
atau Guralnik Test, keempat, Share Fi Scale, kelima, Frail Scale dan keenam
adalah VIDA Quesionair.
B. Saran
Bagi keluarga
1. Keluarga yang memiliki anggota lansia dapat melaksanakan skrinning dini agar
dapat mengetahui status kelemahan lansia.
2. Keluarga pula dapat membantu dalam pemenuhan nutrisi dan monitoring aktifitas
pada lansia sehari harinya.
Bagi perawat
1. Perawat dapat lebih banyak membaca literatur terkini mengenai masalah
kelemahan pada lansia.
2. Perawat dapat lebih sering mengimplementasikan kepada klien lansia dengan
status kelemahan positif.
3. Perawat dapat mengedukasi keluarga terkait intervensi yang dapat dilakukan
pada lansia yang memiliki kelemahan seperti pemenuhan nutrisi, pencegahan
komplikasi maupun pelaksanaan aktifitas fisiknya.
Bagi pemerintah
1. Memfasilitasi pelayanan primer masyarakat dengan lebih baik dan memadai
lagi.
2. Memberikan kebijakan-kebijakan khusus untuk meningkatkan kesejahteraan
lansia.
3. Merancang dan menyediakan sistem asuransi maupun pembiyaan yang lebih
efektif dan adil untuk meningkatkan kesejahteraaan lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Beswick,A.D., Gooberman-Hill, R.,Smith, A., Wylde, V., Ebrahim, S.
2010. Maintaining Independence In Older People. Rev Clin
Gerontol .20: 128-153. 10.1017/S0959259810000079.
Efendi, F & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas.
Jakarta : Salemba Medika.
Eeles, E.M., White, S.V., OMahony, S.M., Bayer, A.J., Hubbard, R.E.
2012.The Impact Of Frailty And Delirium On Mortality In Older
Inpatients. Age Ageing; 41: 41216
Farizati,Karim. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta : Depkse RI
Lancet. 2014. Frailty in Older People. Europe PMC Funders Author
Manuscripts.
A 2 year multidomain
J.,
Thomas,W
Lowder.,
Guillaume,Spielmann.,
2016.
Definition
of
an
older
or
elderly
person.
http://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en/
(diakses pada 25 Mei 2016 pukul 20.00)