You are on page 1of 9

TUGAS PERTAMA

FILSAFAT FARMASI
FAMASI MASA LALU, MASA KINI DAN MASA YANG AKAN DATANG

NAMA : NUR INAYANA FATUR RAHMAN


NIM

: G70116101

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
Filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan terus melahirkan ilmu-ilmu baru. Filsafat
ilmu pengetahuan merupakan kajian tentang hakekat, dengan mencari keseragaman
daripada keanekaragaman ilmu pengetahuan. filsafat mencoba meluruskan arah proses
perkembangan ilmu pengetahun, terutama dalam pemanfaatannya.
Farmasi lahir sebagai sebuah ilmu pengetahuan baru pada sekitar tahun 1240, yang
ditandai dengan dipisahkannya farmasi dari ilmu kedokteran. Adalah Raja Frederick II
dari Roma yang pertamakali memisahkan ilmu Farmasi dari dunia kedokteran dengan
undang-undan kenegaraan. Namun demikian, secara historys farmasi telah ada jauh
sebelum Masehi dalam konteks pengobatan. Diera globalisasi, farmasi terus berkembang
ditengah ilmu pengetahuan yang semakin plural.
Farmasi hadir sebagai ilmu pengetahuan terus mengalami kemajuan dari teoritis hingga
praktis. farmasi merupakan seni meracik obat guna untuk pengobatan dan pencegahan
penyakit. farmasi terus mengalami pergeserakan makna seiring dengan perkembangan
IPTEK. Untuk itu, perlu kemudian rekontruksi nilai sehingga ilmu farmasi senantiasa
mendapatkan pencerahan sesuai tujuan awal dan terus mengikuti perkembangan.
Untuk memahami ilmu Farmasi, maka farmasi perlu dikaji secara filsafat. Filsafat
Farmasi dikaji dari tiga aspek utama, yaitu ontologi, epistemologi dan aksilogi. kajian
ontologis membahas tentang eksistenti (keberadaan) dan esensi (keberartian) farmasi.
epistemologi mengkaji tentang metode pembuktian dan pembelajaran farmasi. sedangkan
secara aksiologi, farmasi dikaji berdasarkan asas manfaat sebagi sebuah ilmu
pengetahuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Farmasi Masa Lalu ?
2. Bagaimana Farmasi Masa Kini ?
3. Bagaimana Farmasi Masa Depan ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui bagaimana Farmasi Masa Lalu
2. Mengetahui bagaimana Farmasi Masa Kini
3. Mengetahui bagaimana Farmasi Masa Depan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Farmasi masa lalu
Shaman merupakan profesi pertama dan tertua di dunia, shaman merupakan leluhur yang
tidak menjadi leluhur pihak medis modern (dokter) dan pendeta agamawan, tetapi juga
leluhur yang berhubungan langsung dengan tipe profesi lainnya. Shaman ini dibutuhkan
karena adanya bahaya yang tidak pernah terduga seperti kematian, penyakit, ataupun
bencana lainnya dan pada zaman dahulu shaman merupakan orang yang mengakui
memiliki pengetahuan dan kuasa untuk mengatasi segala misteri tersebut termasuk
penyakit.
Perkembangan selanjutnya adalah tradisi tabib seperti di Yunani, Cina, India, Mesir, dan
berbagai wilayah di Asia seperti di Timur Tengah, dimana pada zaman itu di Yunani,
pendeta dianggap sebagai orang yang mampu menjaga kesejahteraan jasmani dan rohani
rakyat . Pengobatan yang dilakukan para pendeta kuil di Yunani tersebut masih berpusat
pada sekitar hal yang bersifat supranatural . Namun lambat laun peranan pendeta ini
diambil alih oleh tabib yang memperoleh ilmu pengetahuan secara intuitif dan empiris .
Pada tahun 400 SM terdapat sekolah kedokteran dengan alumninya yang terkenal
bernama Hipokrates (459-370 SM). Hipokrates yang merupakan bapak kedokteran,
memiliki peranan penting dalam membebaskan pengobatan dan upaya pembedahan dari
dasar yang berbau mistis . Hipokrates menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan dalam
pengobatan yang dilakukannya .
Orang yang paling berjasa dalam mengilmiahkan efek obat adalah Johan Jakob Wepfer
(1620-1695). Dialah yang pertama kali berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi
dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan: I pondered at length, finally
I resolved to clarify the matter by experiment. Dalam Bahasa Indonesia berarti: Saya
menimbang lama, akhirnya saya menemukan jalan untuk memperjelas masalah dengan
penelitian. Hal ini masih terus dilakukan oleh farmasis sampai sekarang untuk
menemukan dan mengembangkan penemuan obat baru, yaitu secara ilmiah dan bukan
lagi secara mistis seperti pada zaman dahulu kala. Pada mulanya penggunaan obat
dilakukan secara empiric dari tumbuhan, dan hanya berdasarkan pada pengalaman . Hal
ini dilakukan dengan hal yang masih berbau mistis dan hanya orang-orang tertentu saja
yang dapat melakukan pengobatan seperti kepala adat, kepala suku, ataupun shaman dan
orang sakti lainnya yang dipercaya memiliki kemampuan menyembuhkan dan menangkal
segala yang jahat . Di Mesir ditemukan beberapa macam jenis dan cara penggunaan obat
dan semuanya itu ditulis pada papyrus yang diketahui ditulis pada abad ke-16 SM
bernama Ebers Papyrus/Papyrus Ebers. Ini merupakan suatu kertas yang bertulisan yang

panjangnya 60 kaki dan lebarnya 1 kaki. Berisi lebih dari 800 formula atau resep obatdan
disamping itu disebutkan pula sekitar 700 jenis obat-obatan yang berbeda .
Selanjutnya, Paracelcus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan
obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat dari bahan yang sudah
diketahui zat aktifnya . Paracelcus berpendapat bahwa: No substance is poison by itself.
It is the dose (the amount of exposure) that make a substance a poison dan the right
dose differentiates a poison and a remedy (terjemahannya: tidak ada suatu apapun yang
menjadi beracun dengan sendirinya. Dosislah yang membuat sesuatu menjadi beracun
dan dosis yang tepat membedakan racun dan obat penyembuh). Hal inilah yang
mendasari adanya penentuan dosis dalam obat-obatan yang dipegang teguh oleh para
farmasis di dunia ini. Semua obat adalah racun yang membedakannya hanyalah dosis
yang tepat.
Lain lagi dengan Dioscorides yang merupakan seorang dokter dari Yunani dan juga
sekaligus merupakan ahli botani. Dia merupakan orang pertama yang menggunakan ilmu
tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan. Hasil karyanya yakni De Materia
Medica yang membahas lebih dari 500 jenis , dianggap sebagai awal pengembangan
botani farmasi dan dalam penyelidikan bahan obat yang diperoleh dari alam. Materia
Medica merupakan istilah lama dari zaman dimana semua obat merupakan berbahan
dasar tumbuh-tumbuhan, hewan, maupun mineral secara langsung.
Selanjutnya adalah Claudius Galen (200-129 SM) yang menghubungkan penyakit dengan
teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi . De Materia Medica dan hasil
pola kerja dari Galen mendominasi sampai abad pertengahan, ketika pengobatan dari
tanaman tetap dilestarikan dalam dua aliran: oleh Bangsa Arab dan Biarawan Kristen
yang menanam rempah-rempah dan tanaman obat pada kebun-kebun biara .
Pada sekitar abad ke-10, seorang ahli pengobatan terkenal bernama Abdullah Bin Sina
atau Ibnu Sina atau Avicenna telah menulis beberapa buku tentang pengumpulan dan
penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan beberapa sediaan obat seperti pil,
suppositoria, ataupun sirup. Beliau juga menggabungkan beberapa pengetahuan
pengobatan dari beberapa Negara seperti Yunani, India, Persia, dan Arab untuk
menghasilkan pengobatan yang baik . Salah satu karyanya yang paling termashyur adalah
Al-Qanun fi At Tibb yang merupakan buku kedokteran klasik yang paling modern .
Sampai pada abad ke-19, ternyata obat masih berupa produk organik maupun anorganik
yang dikeringkan atau dibuat segar, bahan mineral atau hewan yang aktif dalam
penyembuhan penyakit tetapi dapat juga menimbulkan efek toksik bila dosisnya terlalu
tinggi atau pada kondisi tertentu penderita. Selain itu, obat-obatan terbatas pada musim
sehingga untuk menjaga ketersediaan obat dan menjamin khasiat dari tanaman tersebut
(dosis tumbuhan kering dalam pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada

tempat asal, waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan tanaman tersebut). Hal-hal
tersebutlah yang melandasi adanya proses ekstraksi dan isolasi dari suatu tanaman. Proses
ini pertama kali dilakukan oleh F.W. Sertuerner (1783-1841). Pada tahun 1804,
Sertuerner mempelopori isolasi senyawa bioaktif dan memurnikannya dan secara terpisah
dilakukan sintesis secara kimia .
Pada permulaan abad ke-20, obat-obatan kimia sintetis mulai nampak kemajuannya
dengan ditemukannya obat-obat termashyur, yakni salvarsan dan aspirin . Aspirin
disintesis oleh Felix Hoffman dan didirikanlah perusahaan farmasi pertama di dunia :
Bayer . Tetapi pendobrakan sejati baru tercapai dengan penemuan dan penggunaan
kemoterapeutika yakni Sulfanilamid (1935) dan penisilin (1940). Khasiat dari obatobatan ini diteliti secara pasti oleh penemu Penisilin yakni Dr. Alexander Fleming pada
tahun 1928 .

B. Farmasi masa kini


Sejak adanya Deklarasi Fredrick II (1240) yang di cetuskan oleh Kaisar Fredrick II yang
merupakan kaisarjerman dan raja dari italia dan sicilia selatan(1194- 1250) yang berisi
“Sebelum menyerahkan obatapoteker wajib untuk mengucapkan sumpah bahwa
obatyang telah dibuat telah diproses berdasarkan formulastandar atau resep dan tidak ada
kecurangan. Dokter tidak boleh melakukan hubungan dagang dengan apotekdan tidak
bolah menerima imbalan atau tanda jasa dari apotek “. Sejak saat itu maka profesi
farmasitelah diakuisecara independen. Sehingga jelaslah bahwa pada waktu itu fokus
pekerjaan farmasi yaitumenyiapkan obat dengan benar dan berkualitas. Dari waktu ke
waktu seiring dengan berkembangnya ilmupengetahuan dan teknologi, ternyata ada
pekerjaan-pekerjaan tambahan yang harus dilakukan oleh farmasi.Pekerjaan tersebut
merupakan fungsi kontrol dan jugajaminan terhadap kegiatan berupa pembuatan
termasukpengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan
dan pendistribusi ataupenyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayananinformasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional (sesuai dengan peratutan pemerintahno 51 2009 tentang kefarmasian). Hal ini
disebabkan oleh adanya tuntutan kualitas dari masing-masing tahap
pelayanan kefarmasian.
Oleh karena itulah maka secara garis besar fokus pekerjaan farmasi terbagi menjadidua
bidang besar yaitu farmasi klinik dalam usaha pelayanan kefarmasian kepada pasien dan
farmasi industrydalam usaha riset serta produksi obat-obatan dengan kualitas yang
tinggi.Ditambah lagi akhir-akhir ini juga telah ada tuntutan untuk menjamin kualitas
dengan berkembangnyaobat-obatan herbal yang memerlukan kajian yang berbeda dari
obat-obatan modern. Hal tersebut menjadipekerjaan farmasi juga. Dengan beragamnya
tugas farmasi tersebut maka institusi pendidikan farmasi jugaharus menyediakan
pengetahuan tentang berbagai pekerjaan farmasi tersebut. Farmasi haruslah mau

terbukamenerima ilmu-ilmu yang baru serta spesifik untuk fokus bidangnya untuk saling
mendukung pekerjaanfarmasi.
Menurut Drs. M. Dani Pratomo, Apt, MM sebagai ketua IAI (ikatan apoteker Indonesia)
tahun2005mengatakan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa tugas
apoteker yang sebenarnya. Inidikarenakan di Indonesia penggunaan obat sudah terlalu
mudah diakses oleh masyarakat padahal obat yangsesungguhnya adalah racun yang
memerlukan pengaturan yang tepat. Menurut pandangan beliau juga apotekertidak dilatih
sesuai dengan pekerjaan yang sebenarnya sesuai pharmaceutical care untuk menghadapi
pasien.
Sehingga mereka kurang begitu terampil ketika lulus.Di Indonesia masyarakat umum
mengenal apoteker sebagai tenaga kedua setelah dokter. Ini terbukti dengananggapan dan
pendapat masyarakat yang mengutarakan bahwa apoteker memiliki kerja sebagai
penerjemahresep, orang yang mempersiapkan obat dan penjaga apotek. Pandangan
seperti inisecara tidak langsung jugatelah menurunkan mental dan menjadikan pandangan
orang laintidak terlalu baik terhadap farmasi. Bila haltersebut dibandingkan dengan
beragamnya tugasfarmasi yang sebenarnya diatas, maka anggapan masyarakatyang
seperti itu telah menjadi indikasi dan parameter bahwa keberadaan farmasi kurang begitu
dirasakanmanfaatnya oleh masyarakat. Padahal apoteker telah diakui sebagai profesi
layaknya dokter gigi, dokter,perawat dan dokter hewan. Sebuah profesi pastilah memiliki
kualifikasi untuk bekerja secara professional danmempunyai undang-undang yang
mendukung pekerjaannya. Bila dibandingkan dengan keadaan tersebut,maka ini menjadi
suatu masalah besar bagi farmasi untuk diselesaikan.
BPOM adalah badan resmi di Indonesia yang berhak memberi ijin untuk beredarnya
produk obat, obat herbal,
Makanan dan minuman yang boleh beredar di Indonesia. Namun dalam sebagian besar
pertimbangan untukregulasi dan pemilihan kepalanya yang ada di lembaga tersebut
bukanlah orang farmasi. Pekerjaan tersebutdilakukan oleh menteri kesehatan yang
diwakili oleh profesi kedokteran. Sehingga farmasi Indonesia terasabelum bebas
sepenuhnya dan diakui sebagai profesi yang mampu berkembang walaupun banyak
berdiri
pabrik-pabrik besar farmasi di negara ini. Di lain pihak bahwa sebagian besar mentalmental lulusan farmasi Indonesia masih memikirkan pekerjaanteknis-teknis saja. Belum
begitu peduli terhadap isu-isu yang terjadi dunia kefarmasian, terhadap regulasi
yangmengatur kefarmasian dan bersedia untuk merangkap kerja untuk bekerja di sector
publicsebagai pembuatkonsep regulasi. Oleh karena itulah maka lulusan farmasi yang ada
di masa yang akan datang haruslah beranimembuka diri untuk menerima ilmu-ilmu lain
di luar farmasi untuk mendukung keprofesiannya.
Seperti ilmuhukum untuk mendukung farmasi dari sisi undang-undang. Ilmu manajemen
untuk mendukungfarmasi darisisi kepemimpinan dan manajerial. Sisi psikologi untuk
mendukung farmasi dari sisi kepemimpinan dan interaksi dengan orang lain. Dan masih
banyak ilmu-ilmuyang secara parsial berhubungan dengan duniakefarmasian seperti

ilmu-ilmu medis, bioteknologi, teknologi produksi dan lain-lain. Keterbukaan


farmasiuntuk mau belajar lebih tersebut akan membuat pencitraan farmasi akan dianggap
baik dari segala sisi yangsaling mendukung. Karena pencitraan profesi ini tidaklah
berhasil jika hanya ditinjau dari satu sisi saja.
Namun tidak semua ilmu tersebut harus diberikan kepada mahasiswa dalam kuliah.
Hanya ilmuilmu tertentuaja yang sesuai untuk diberikan kepada mahasiswa yang sudah
memilki focus terhadap bidang pekerjaannyananti. Sehingga spesialisasi farmasi
seharusnya juga menyesuaikan cabang pekerjaan farmasi yang adatersebut. Aktif dalam
kegiatan pembahasan tentang isu-isu yang terjadi di dunia kefarmasian. Seorangapoteker
haruslah mengusahakanpembelajaranseumur hidup untuk mengikuti kemajuan zaman,
ilmupengetahuan dan teknologi. Serta mempertimbangkan aspek nine star of pharmacist
yang diajarkan di fakultasfarmas universitasairlangga bahwa farmasi adalah juga sebagai
care giver, decisionmaker,communicator,leader, manager, life long learner, teacher,
researcher dan pharmapreneur.
C. Farmasi pada masa yang akan datang
Seorang apoteker juga memiliki sumpah layaknya seorang dokter. Sebelum menyerahkan
obat, apoteker wajib untuk mengucapkan sumpah bahwa obat yang telah dibuat sudah di
proses berdasarkan formula standar atau resep dan tidak ada kecurangan.
Secara garis besar, obat terbagi menjadi dua jenis, yaitu obat herbal dan obat kimia
sintetis. Kedua jenis obat ini tentunya memiliki susunan senyawa yang berbeda, masingmasing memiliki kelebihan dan kekurangan. Walaupun herbal berasal dari alam, obat
tersebut juga memiliki susunan senyawa kimia layaknya obat kimia sintetis.
Jika dilihat dari tingkatan konsumen dalam pemilihan obat, obat kimia sintetis adalah
pilihan yang paling tinggi untuk saat ini. Hal tersebut terjadi di karenakan obat kimia
sintetis memiliki kemampuan lebih cepat dalam merespon tubuh dibandingkan dengan
obat herbal.
Memang, untuk saat ini obat kimia sintetis lebih laku di pasaran. Namun, akan lebih baik
lagi jika konsumen dapat mengetahui senyawa apa yang ada di dalam obat tersebut. Jika
ada orang yang berpendapat bahwa mengkonsumsi obat yang rutin khususnya untuk
orang yang menderita suatu penyakit, maka ia akan mencapai pada titik dimana ia akan
menjadi lebih baik, itu tidak sepenuhnya benar. Mengapa? perlu di ketahui bahwa tidak
semua obat akan merespon tubuh dengan baik. Ada sebagian obat yang awalnya dapat
memberikan perubahan yang lebih baik, namun tanpa disadari ada organ lain di dalam
tubuh yang akan mengalami resiko lebih besar jika obat tersebut dikonsumsi secara terus
menerus, apa lagi dengan dosis yang cukup tinggi.
Disinilah peranan apoteker untuk membantu mengkaji ulang serta dapat memproduksi
obat apa sajakah yang layak di konsumsi untuk seseorang yang menderita suatu penyakit.
Peranan apoteker tidak hanya bergelut dalam meracik obat-obatan hingga melupakan
kaidah awal apakah obat tersebut dapat merespon tubuh seseorang dengan baik atau
tidak. Dalam memenuhi standarisasi yang diinginkan, tidak hanya satu dua orang
farmasis yang dibutuhkan untuk melakukan pergerakan ke arah yang lebih baik, tetapi

dibutuhkan banyak orang untuk dapat mengulurkan tangannya dalam mewujudkan ini
semua.
Oleh karena itu, secara garis besar fokus pekerjaan farmasi terbagi menjadi dua yaitu
farmasi klinik dalam usaha kefarmasian kepada pasien dan farmasi industri yang bergerak
dalam usaha riset serta produksi obat-obatan dengan kualitas yang tinggi. Di tambah lagi
akhir-akhir ini juga telah ada tuntutan untuk menjamin kualitas dengan berkembangnya
obat-obatan herbal yang memerlukan kajian yang berbeda dari obat-obatan sintetis.
Di Indonesia masyarakat umum mengenal apoteker sebagai tenaga kerja kedua setelah
dokter. Ini terbukti dengan aggapan masyarakat bahwa pekerjaan seorang apoteker adalah
sebagai penerjemah resep obat yang berasal dari dokter serta sebagai penjaga apotek.
Pandangan seperti ini secara tidak langsung akan menjatuhkan peran farmasi dalam
membantu memproduksi obat yang memiliki kualitas tinggi. Tidak hanya obat yang
menjadi fokus dalam dunia farmasi, tetapi makanan, minuman, dan kosmetik juga
menjadi acuan dalam dunia farmasi. Namun, dalam sebagian besar pertimbangan dan
pemilihan sebagai pengatur regulasi bukanlah orang farmasi.
Sehingga dimasa yang akan datang, dengan dilahirkannya para farmasis yang memiliki
keahlian atau skill di bidang tertentu, maka farmasi akan menjadi regulasi dalam
pengaturan dari segala aspek yang berhubungan dengan kesehatan.
Pelayanan kefarmasian saat ini sudah semakin berkembang. Berbagai tuntutan yang ada
di masyarakat menjadi tantangan untuk pengembangan dalam dunia kefarmasian, seperti
Pharmaceutical care yaitu obat sampai ke tangan pasien dalam keadaan baik, efektif, dan
aman disertai dengan informasi yang jelas sehingga penggunaannya tepat dan mencapai
kesembuhan. Tuntutan farmasi untuk dapat berperan dalam perkembangan industri
farmasi yaitu perkembangan Drug delivery system, pengembangan cara produksi dan
metode kontrol kualitas.
Dalam peluang bekerja, lulusan farmasi tidak hanya menjadi apoteker di apotek ataupun
di rumah sakit sebagai tenaga kesehatan, tetapi juga bisa bekerja di industri farmasi,
analisis di BPOM atau bisa juga menjadi wirausahawan. Banyak peluang yang bisa
dilakukan sebagai wirausahawan dibidang farmasi yaitu bisnis obat di apotek, bisnis
ekstrak/simplisia tanaman obat, bisnis pembuatan produk obat bahan alami, dan yang
lainnya. Sehingga jaminan pekerjaan bagi para farmasis lebih terbuka luas dan juga
kualitas dalam memproduksi obat-obatan akan semakin meningkat. Untuk itu,
semangatlah bagi para farmasis muda yang akan mewujudkan mimpi sebagai seorang
apoteker yang berinteligensi tinggi, yang dapat memberikan manfaat kepada masyarakat
khususnya Indonesia.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA
http://skp.unair.ac.id/repository/webpdf/web_FARMASI_MASA_DEPAN_DALAM_DENGA_WILDA
N_ALFIAN_NOOR.pdf
http://detak-unsyiah.com/artikel-2/peran-farmasi-di-masadepan.html
https://apotikmakassar.wordpress.com/2011/09/23/kefarmasian/

You might also like