Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Historiografi di Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun 1957, waktu
diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia Pertama yang
diselenggarakan di Yogyakarta. Tahun itu dianggap sebagai titik balik dari
kesadaran Sejarah Baru. Sebetulnya kurun historiografi tradisionaldianggap
berakhir setelah terbitnya buku Critische Beschouwing van de Sedjarah van
Banten oleh Hoesein Djajadiningrat (1913), yang mengulas secara kritis
mengkaji tradisi penulisan babad dalam khasanah sastra. Tetapi pertanyaan
penulisan Historiografi Modern muncul sejak Seminar Sejarah Indonesia
Pertama
tersebut.
Saat
ini
muncul
nasionalisasi
atau
penggunaan
1970an,
tentang
Netherlandocentrisme
dan
Indonesiacentrisme,
menimbulkan para sejarawan tidak dapat memilih sendiri objek penelitian, dan
jarang penelitian yang bersifat murni sejarah.
Semakin kencangnya kecenderungan perkembangan sejarah sosial
tersebut, berdampak pada semakin munculnya penulisan sejarah lokal, yang
menekankan pada topik dan isu, sebuah sejarah yang problem~oriented.
Perkembangan dan Perubahan menjadi isu sentral, dengan bandingan yang
sama dalam perspektif sejarah.
Perlu dipaparkan perbedaan sejarah lisan dan tradisi lisan. Jan Vansina
(1972) memberi batasan bahwa tradisi lisan (oral tradition) sebagai oral
testimony transmilited verbally, from one generation to ther next one or more.
Sedangkan Sejarah Lisan, penggalian sumber sejarah yang sengaja dicari
melalui teknik wawancara. Meskipun Sejarah Lisan ini pada awalnya mendapat
kritikan yang cukup gencar, karena mengutamakan atau mementingkan para
kesaksian documenter (misalnya saksi atau pelaku sejarah), tetapi sekarang
dengan adanya teknologi perekaman (audio) perekaman dan penyimpanan
sumber lisan dapat teratasi. Tradisi Lisan ini menjadi sumber bukan saja bagi
antropologi tetapi juga para sejarawan.
B. Keterjalinan Unsur Fiksional dan Faktual
1. Jalinan Fiksi dan Fakta dalam Cerita Raden Wiralodra
Merujuk pada pendapat Raglan dalam Dananjaya (1984: 66) yang
mengemukakan bahwa legenda adalah sebuah cerita prosa tau puisi rakyat
yang dianggap sebagai kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
Kejadian itu seringkali dipandang sebagai sejarah kolektif, sungguhpun
karena tidak tertulis, akhirnya mengalami distorsi sehingga seringkala dapat
jatuh berbeda dengan kisah aslinya. Jadi sejarah ysang ditampilkan dalam
Wiralodra yang kemudian menjadi legenda merupakan sebuah kreatifitas
pengarang yang mencampurbaurkan tokoh-tokoh historis dengan tokohtokoh fiktif . Karena itu, cerita anatara unsure-unsur fiksional dan factual
yang tergolong ke dalam legenda yang berasal dari kesusastraan agama
yang disebut hagiografi legends of the saint) yang berarti tulisan, karangan
atau buku mengenai penghidupan orang-orang saleh. Kendati demikian,
cerita Raden Wiralodra juga mengandung unsur legenda orang-orang suci
dalam agama dan legenda alam gaib (supranatural legends) karena berisi
kisah mengenai hal-hal supranatural, azimat, ramalan dan kekuatan gaib.
Keterjalinan antara fakta dan fiksi dapat dilihat dari alur cerita pelaku
(tokoh), latar, dan amanat cerita dengan tokoh utama Raden Wiralodra.
Fakta-fakta yang pernah terjadi atau yang diduga pernah terjadi pada masa
hidupnya Raden Wiralodra dikemas oleh para penutur atau penulis, baik
dari kalangan istana maupun masyarakat, dengan latar belakang, maksud,
dalam
naskah-naskah
tradisi
masyarakat
Indramayu
dan
sekitarnya. Pada intinya, unsur fiktif dan fakta dikemas dalam cerita R.
wiralodra yang memberikan gambaran tentang riwayat R. Wiralodra
sebagai pelaku utama dalam cerita ini.
2. Alur Cerita
Bila memperhatikan alur cerita R. Wiralodra yang dituturkan oleh
Tim Penyusun Sejarah Indramayu (1977), yang menjadi sumber utama
adalah buku Babad Dermayu dalam bentuk wawacan atau macapat.
Meskipun minimnya sumber yang semestinya menjadi acuan dalam
penulisan sejarah, tetapi Tim yang dipimpin oleh H.A. Dasuki dan dibantu
dengan beberapa peminat sejarah telah menunjukan kesungguhan yang
perlu diacungi jempol. Jerih payah usaha yang tanpa dedikasi yang tinggi,
sulit untuk mewujudkannya.
Seperti yang kami ulas di depan, diakui dan dituturkan oleh hampir
seluruh masyarakat Indramayu dengan dukungan para sesepuhnya, bahwa
tokoh R. Wiralodra menjadi tokoh utama atau sentral dengan diselimuti oleh
berbagai fiksi. Sehingga dalam alur cerita rakyat tersebut hamper sama
dengan tradisi sejarah lisan, baik ditinjau dalam alur tokoh maupun alur
peristiwanya. Seperti yang dipaparkan dalam buku Sejarah Indramayu
dalam Dekade Kedatangan R. Wiralodra, penyusunan alur ceritanya seperti
pada pemaparan sejarah Sunan Rokhmat Suci, Sunan Cipancar, Syekh
Fattah Rohmatullah, Syekh Jafar Siddik dan Sunan Papak sebagai tokohtokoh penyebar penyebar Agama Islam di daerah Garut. Begitu juga seperti
sejarah Sunan Gunung Jati, seorang tokoh pendiri Kesulatan di Cirebon
dan sekaligus penyebar Agama Islan di daerah Cirebon dan sekitarnya.
Pada umumnya penyusunan alur cerita sejarah tradisional adalah
sebagai berikut :
a. Keberangkatan tokoh, dari tempat asal (dengan alasan mencari ilmu,
berburu binatang, membuka daerah baru karena mendapat wangsit,
dan sebagainya).
terus
berupaya
untuk
memperluas
pengaruh
ataupun
kekuasaanya.
Sedangkan alur peristiwa dalam cerita R. Wiralodra dapat dibagi
dalam beberapa episode, yaitu sebagai berikut :
a. Episode Latar Waktu, meliputi :
1) Masa hidup Tumenggung Gagak Singalodra, mempunyai 5 putra,
yaitu 1) Raden Wangsanegara, 2) Raden Ayu Wangsayuda, Raden
Raden Wiralodra, dan 4) Raden Tanujaya, dan 5) Raden Tanujiwa.
Selayaknya dipaparkan kerajaan di Bagelen dengan penguasa
Tumenggung Gagak Singalodra yang merupakan episode pertama
dalam cerita Raden Wiralodra.,
2) Masa hidup Raden Wiralodra dengan keempat saudaranya dalam
lingkungan keluarga Tumenggung Gagak Singalodra, merupakan
episode kedua. Diantara kelima putera Tumenggung Gagak
Singalodra, Raden Wiralodra mempunyai cita-cita tinggi, yaitu ingin
membangun suatu negara untuk diwariskan kepada anak-cucunya.
Untuk mempersiapkan diri untuk cita-citanya tersebut, Raden.
Wiralodra banyak belajar, seperti layaknya seorang kesatria,
seperti melatih ilmu beladiri (kanuragan).
3) Masa hidup Raden Wiralodra, merupakan episode ketiga yang
merupakan inti dari cerita sejarah Indramayu. Hal dapat dimulai
dengan usaha-usaha atau kegigihan Raden Wiralodra berangkat
menuju daerah Lembah Tepian Sungai Cimanuk (Indramayu)
setelah dia memperoleh petunjuk lewat wangsit. diturkan terlebih
dahulu.
b. Episode Latar Lakuan, meliputi :
1) Perilaku Masa Hidup Tumenggung Gagak Singalodra,
a) Awal mendirikan pemerintahan di Banyuurip, Bagelen (Jawa
Tengah)
b) Menenamkan pendidikan kepada kelima putranya, yaitu 1)
Raden Wangsanegara, 2) Raden Ayu Wangsayuda, Raden
Raden Wiralodra, dan 4) Raden Tanujaya, dan 5) Raden
Tanujiwa dalam
ingin
membangun
suatu
negara
yang
dapat
belukar
secukupnya
untuk
mendirikan
sebuah
wangsit
yang
didapat
setelah
melakukan
tapabrata.
Disamping itu dipaparkan juga dengan cerita suka dan duka dan
pelajaran yang dapat diambil selama perjalanan yang memakan waktu
3 tahun, hingga R. Wiralodra dan Ki Tinggil mengikuti kijang kencana
bermata berlian atas petunjuk Ki Sidun. Selanjutnya tibalah di tepi
sungai dan beristirahat karena kecapean setelah mengejar mengikuti
Pangeran
Guru
gugur.
Setelah
dilakukan
di
wilayah
kekuasaan
Cirebon.
Karena
terjadi
Kabupaten
Indramayu
diambil
pada
saat
diresmikan
azimat
Raden
Wiralodra
diantaranya
cakra,
yang
dapat
masa
perkembangan
agama
Islam.
Pada
saat
yang
bersamaan,
kewibawaan pribadi.
2)
10
E. Penutup
Dari uraian yang dapat kami paparkan di atas, ada beberapa catatan
kesimpulan yang dapat kami sampaikan, yaitu sebagai berikut :
1) Cerita sejarah Raden Wiralodra telah membaurkan unsur-unsur fiksional
dan faktual yang di dalamnya saling terjalin. Tetapi di dalamnya juga
mengandung sejumlah informasi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai
disiplin ilmu, terutama ilmu-ilmu sosial untuk menggali isi dan makna dari
sebuah karya sastra sejarah.
2) Karena terbatasnya sumber sejarah yang memadai, yang menjadi sumber
utama adalah buku Babad Dermayu dalam bentuk wawacan atau macapat.
Meskipun demikian, kami patut penghargaan atas kegigihan dan dan
kesungguhan yang didasari kecintaan terhadap kedaerahan dan kecintaan
terhadap kesejarahan. Alangkah baik dan lengkap untuk memecahkannya,
dapat
dilakukan
dengan
pendekatan
multidimensional,
menerapkan
11
Dadan.
2003.
Sunan
Gunungjati,
Pembumian
Islam
dengan
12