Professional Documents
Culture Documents
http://rihartadi.blogspot.co.id/2010/11/groundwater-air-tanah.html
1. Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butirbutir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisa tanah yang
disebut akuifer. Atau air tanah adalah semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar atau
regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui
pancaran atau rembesan.
Dari sekian definisi tersebut, dapat disimpulkan definisi dari air tanah adalah :
a. Air yang ditemukan di dalam celah dan patahan tanah dan batuan dasar
b. Penampung air segar yang paling besar
c. Cenderung berpolusi rendah daripada permukaan
d. Agent erosional yang penting
e. Air tanah biasanya ber asam lembut
f. berisi asam Karbonik yang lemah
g. Membentuk gua atau hanya dibawah zona jenuh
- Karst topografi di permukaan
h. Penyeimbang arus sungai bawah tanah
- Penyaring air ke dalam bumi
- Membentuk sungai bawah tanah
Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi
bagian dari air tanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau mengalir langsung dalam tanah
atau di permukaan dan bergabung dengan aliran sungai.
Berikut adalah simulasi dari terbentuknya air tanah :
Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah sampai dia
mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya sangat-sangat sempit yang
tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Ini adalah lapisan yang bersifat
impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan aquitard (gambar sebelah kanan bersifat
impermeabel yang sulit diisi air, sementara yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).
mana air tanah tersebut berada. Distribusinya di bawah permukaan tanah dalam arah vertikal
dan horisontal harus dimasukkan dalam pertimbangan. Zona geologi yang sangat
mempengaruhi air tanah, dan strukturnya dalam arti kemampuannya untuk menyimpan dan
menghasilkan air harus diidentifikasikan. Dengan anggapan bahwa kondisi hidrologi
menyediakan air kepada zona bawah tanah, maka lapisan-lapisan bawah tanah akan
melakukan distribusi dan mempengaruhi gerakan air tanah, sehingga peranan geologi
terhadap air tanah akan diabaikan. Hampir semua air tanah dapat dianggap sebagai bagian
dari daur hidrologi, termasuk air permukaan dan air atmosfer. Sejumlah kecil air tanah yang
berasal dari sumber lain dapat pula masuk ke dalam daur tersebut. Air connate adalah air
yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan sedimen pada saat diendapkan. Air tersebut
dapat berasal dari air laut atau air tawar, dan bermineral tinggi.
Di daerah yang dapat di jangkau oleh akar tumbuh-tumbuhan, yang berkisar antara 30 kaki
(10 m) di bawah permukaan tanah, terdapat air tanih (soil water), yang berfluktuasi karena
tumbuh-tumbuhan menghabiskan kelembaban di antara tenggang hujan. Di atas muka air
tanah (water table), kelembaban akan naik akibat kapilaritas ke dalam jumbai kapiler
(capillary fringe), yang rentangan vertikalnya mungkin mencapai beberapa inci sampai
beberapa kaki tergantung pada ukuran pori-pori bahan yang ada dalam tanah. Bila muka air
tanahnya dekat dengan permukaan tanah, jumbai kapiler dan daerah kelembaban -tanah
mungkin saling tumpang tindih, tetapi bila muka air tanahnya dalam, maka terdapat suatu
daerah peralihan (intermediate) di mana kadar kelembabannya konstan pada kapasitas
lapangan dari tanah dan batuan daerah itu.
pada porositas efektif batuan dan bahan tak terkonsolidasi, dan ruang bebas yang diciptakan
oleh patahan dan larutan. Porositas efektif ditentukan oleh distribusi ukuran butiran, bentuk
dan kekasaran masing-masing partikel dan susunan gabungannya, tetapi karena sifat-sifat ini
jarang seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang berkembang dibatasi oleh
permeabilitas lapisan-lapisan atau masing-maisng zone, dan mungkin bervariasi cukup besar
tergantung pada arah gerakan air.
Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Berdasarkan litologinya,
akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup lapisan
impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Unconfined Aquifer
adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya
pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard (sebuah zona material bumi yang
memegang air tapi tidak dapat mengirimnya secara cepat untuk memompanya dari sumur) di
lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur
dan air tanah bebas adalah permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas
antara zone yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone yang
jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian aquifer atau free
aquifer. Air tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai keperluan dengan
kedalaman sumur umumnya antara 1 25 meter. Air tanah bebas masih merupakan sumber
utama air bersih bagi sebagian besar penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemanfaatannya dilakukan dengan cara pembuatan sumur gali dan sumur pantek pada
kedalaman kurang dari 20 meter di bawah permukaan, umumnya terdapat pada lapisan pasir,
pasir kerikilan, tufa pasiran dan pasir lanauan. Air tanah bebas di dataran aluvial terdapat
dalam lapisan pasir, pasir lempungan, pasir kerikilan dan pasir lempungan. Mutu air tanah
bebas bervariasi dari baik hingga jelek, asin rasa airnya hingga tawar, berwarna keruh hingga
jernih. Kesadahannya berkisar antara 8,5 16,7, pH sekitar 6,7 11,2, sisa kering 353 580,
sisa pijar 252 420, kadar kandungan ion klorida berkisar 25,5 6.685 mg/l, SO4 antara 40,5
246,9 mg/l. Khususnya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, kandungan air tanah
bebas di dataran aluvial terkecuali daerah-daerah sekitar pantai, pemanfaatannya masih dapat
dikembangkan. Sedangkan untuk daerah-daerah yang terletak sekitar 1 3 km dari garis
pantai, penggunaan air tanah bebasnya sangat terbatas sekali disebabkan asin hingga payau
rasa airnya.
Berdasarkan sifat fisik dan kedudukannya dalam kerak bumi, akifer dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu :
a. Akifer bebas, yaitu akifer tak tertekan (unconfined aquifer) dan merupakan airtanah
dangkal (umumnya <20 m), umum dijumpai pada daerah endapan aluvial. Airtanah dangkal
adalah airtanah yang paling umum dipergunakan sebagai sumber airbersih oleh penduduk di
sekitarnya.
b. Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer), merupakan akifer
yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah kedap) di bagian atasnya, dapat dijumpai
pada daerah volkanik (daerah batuan tuf).
c. Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara lapisan kedap air
(akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam (umumnya > 40 m) dan terletak di bawah
akifer bebas. Airtanah dalam adalah airtanah yang kualitas dan kuantitasnya lebih baik
daripada airtanah dangkal, oleh karenanya umum dipergunakan oleh kalangan industri
termasuk di dalamnya kawasan pertambangan
Gambara 11. Ilustrasi dari 3 jenis akuifer
Struktur geologi berpengaruh terhadap arah gerakan air tanah, tipe dan potensi akuifer.
Stratigrafi yang tersusun atas beberapa lapisan batuan akan berpengaruh terhadap akuifer,
kedalaman dan ketebalan akuifer, serta kedudukan air tanah. Jenis dan umur batuan juga
berpengaruh terhadap daya hantar listrik, dan dapat menentukan kualitas air tanah. Pada
mulanya air memasuki akuifer melewati daerah tangkapan (recharge area) yang berada lebih
tinggi daripada daerah buangan (discharge area).
Daerah tangkapan biasanya terletak di gunung atau pegunungan dan daerah buangan terletak
di daerah pantai. Air tersebut kemudian mengalir kebawah karena pengaruh gaya gravitasi
melalui pori-pori akuifer. Air yang berada dibagian bawah akuifer mendapat tekanan yang
besar oleh berat air diatasnya, tekanan ini tidak dapat hilang atau berpindah karena akuifer
terisolasi oleh akiklud diatas dan dibawahnya, yaitu lapisan yang impermeabel dengan
konduktivitas hidrolik sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Jika
sumur di bor hingga confined aquifer, maka air akan memancar ke atas melawan gaya
gravitasi bahkan hingga mencapai permukaan tanah. Sumur yang airnya memancar keatas
karena tekanannya sendiri di sebut sumur artesis
Sebuah akuifer artesis adalah sebuah akuifer terbatas berisi air tanah yang akan mengalir ke
atas melalui sebuah sumur yang disebut sumur artesis tanpa perlu dipompa. Air dapat
mencapai permukaan tanah apabila tekanan alaminya cukup tinggi, dalam hal ini sumur itu
disebut sumur artesis mengalir. Sebuah akuifer adalah satu tingkatan batu halus, seperti batu
kapur atau batu pasir yang menyerap air dari sebuah aliran air. Batu berpori-pori terletak di
antara batu kedap air atau tanah liat. Ini mengakibatkan tekanan tinggi, sehingga ketika air
menemukan jalur keluar, air tersebut melawan gravitasi dan mengalir ke atas daripada ke
bawah. Pengisian akuifer terjadi ketika permukaan air di daerah pengisiannya berada pada
ketinggian yang lebih tinggi daripada kepala sumur. Akuifer air fosil juga bisa dianggap
artesis bila mengalami tekanan yang cukup dari batu-batu sekitarnya. Hal ini sama dengan
banyaknya sumur minyak yang diberi tekanan.
AQUIFER
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada
lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air
permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan
kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi
air tanah.
Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air
tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air mata air disebut akuifer. Lapisan
pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai akuifer.
Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan
daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan
yang sama dapat juga menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di
bawah tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang
menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan tanpa
membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di atasnya, air tanah
di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan tekanan udara luar.
1.
2.
3.
4.
Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan dalam menamakan karakteristik suatu
formasi batuan:
Aquifer (Akuifer) adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan secara
signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Batasan lain yang digunakan
adalah reservior airtanah, lapisan pembawa air. Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer
berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui dari aqua yang berarti air dan ferre yang berarti
membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air.
Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami
tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung. Untuk keperluan
praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air.
Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapi dengan laju
yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang
sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan
lainnya.Aquiclude ini juga dikenal dengan nama formasi semi kedap atau leaky aquifer.
Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu mengalirkan
air.
Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i) kapasitas menyimpan air
tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikaian sebagai hasil dari
keragaman geologinya, akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan
simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran geografinya). Berdasarkan sifatsifat tersebut akuifer dapat mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan
sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau sebaliknya.
a.
b.
c.
d.
Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-macam
akifer sebagai berikut:
Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air
dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water
table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan
atmosfer.
Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi
oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh
lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air,
dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan
lapisan kedap air.
Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang
merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus,
sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan
demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut (i) air tanah
dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan akuifer tak tertekan, yakni yang tersimpan
dalam akuifer dekat permukaan hingga kedalaman tergantung kesepakatan 15 sampai
40 m. (ii) air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni tersimpan
dalam akuifer pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal
hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat
(miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam dimanfaatkan oleh
kalangan industri dan masyarakat berpunya.
Todd (1980) dalam Hartono (1999) menyatakan tidak semua formasi litologi dan
kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan, akifer
dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
o Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang
alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu
biasanya berupa pasir dan karikil.
o Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan (abandoned valley),
tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.
o Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang
berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang baik.
o Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada diantara dua
pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di
sekitarnya.
o Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau diaklas-diaklas.
Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.
Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia
mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau pori-pori
dapat terisi air.
Metode Geolistrik untuk Mencari Air Tanah
http://seisxploresurvey.blogspot.co.id/2015/08/metode-geolistrik-untuk-mencariair.html
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam mintakat
jenuh(saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan
atmosfer. Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan
penutup lahan serta aktivitas manusia.
Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan batuan
atau formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan air untuk masuk dan
bergerak melaluinya dalam kondisi normal (Tood, 1980)
Menurut Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk
kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah (ground water) air yang
terdapat pada suatu lapisan batuan yang menyimpan dan meloloskan air yang disebut
akuifer. Air tanah dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah
dalam. (Bakri, 2003).
Pada dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi geologi terutama yang
berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur geologi, geomorfologi dan curah hujan. Dari
jenis dan sebaran batuan berikut struktur geologi dapat diketahui jenis dan sebaran akuifer
yang ada walaupun demikian tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.
Pada zona tidak jenuh air berpori-pori terisi oleh air dan sebagian lagi terisi sebagai air
tanah. Air yang terdapat pada zona ini tidak termasuk dalam klasifikasi air tanah. Sebaliknya
pada zona jenuh air semua pori-pori terisi oleh air dan air yang berada pada zona inilah yang
disebut sebagai air tanah. Batas kedua zona tersebut adalah suatu bidang yang disebut
sebagai muka air tanah (water tabel).
Keterpadatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi)
1. Kondisi Penutup Lahan (Land Cover )
2. Kondisi Geomorfologi
3. Kondisi Geologi
4. Aktivitas Manusia
Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk kedalam tanah, air
tanah
tersebut
disebut
air
meteorik.
Selain
air
meteoric
ada
air
lain
yaitu
Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan terhadap air tanah
terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat dibedakan kedalam 4 (empat)
macam :
1. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga
dapat meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti seperti batu pasir,
dan batugamping
2. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti lempung, shale, tuf
halus
3. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria, serpih,
napal, dan batulempung
4. Akuiflug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air
tanah seperti batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada lapisan
batuan tersebut hanya terdapat pada kekar atau rekahan batuan saja.
Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan akuifer dapat
dibedakan, antara lain :
1. Unconfined akuifer (Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air tanah
merupakan bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah yang terdapat
pada lapisan akuifer ini disebut air tanah tidak tertekan dimana muka air tanahnya
disebut muka air tanah pheartik
2. Confined akuifer (akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya
terletak dibawah lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari pada
tekanan atmosfer. Air tanah ini dibatasi oleh lapisan kedap air pada bagian atas
maupun bagian bawahnya. Muka air tanah artesis oleh karena dilakukan pemboran
maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas mendekati permukaan tanah atau
memancar sampai pada keadaan tertentu.
3. Leakage akuifer (semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana air
tanahnya terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air dan posisi
batuan akuifernya terletak antara akuifer bebas dan akuifer tertekan
4. Ferced aquifer (akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air tanahnya
terpisah dari air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air yang tidak begitu
luas dan terletak pada zona tidak jenuh air.
Tabel Daftar Nilai Resistivitas Berbagai Jenis Mineral
No
Mineral
Resistivitas ( m)
Tanah
1.000-10.000
10-30
Air Sumber
50-100
1.000-10.000
50-500
Air Laut
0.2
Napal
20-200
Batu Gamping
300-10.000
10
50-300
11
300-10.000
12
0.5-5
13
Lava
100-300
14
Serpih
300-3.000
15
100-1.000
16
0.5-5
17
Granit
1.000-10.000
18
Air Permukaan
80-200
19
Air Tanah
30-100
20
Konglomerat
100-500
Alluvium Dilivium
1. Lapisan Slit Lempung
21
2. Lapisan Pasir
10-200100-600
100-1.000
22
20-200
50-500
100-500
3. Kelompok Andesit
200-2000
sebaran vertikal dan lateral kondisi air tanah di bawah permukaan dalam 1-D dan 2D
struktur lokal berupa rekahan dan pola pengontrol geologi di sekitar study
Gambar. Sumur dan mata air artesis (Sumber: Eni Anjayani, Geografi SMA XI, hal 195)
Air tanah yang berasal dari curahan hujan disebut vadose water. Air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi akan diserap oleh tanah melalui pori-pori tanah, rongga belahan batu
maupun cekungan bekas galian binatang. Setelah itu akan disaring oleh lapisan-lapisan
bebatuan permeabel (bisa meloloskan air) kemudian sampailah pada batas batuan yang
bersifat impermeabel (tidak meloloskan air/kedap air), nah disinilah air akan berkumpul
membentuk air tanah permukaan atau air tanah freatik. Air tanah freatik dapat dimanfaatkan
oleh penduduk sebagai sumber daya air bersih dengan cara membuat sumur gali. Lapisan
batuan di bawah permukaan tanah yang mengandung air dan dapat dirembesi air disebut
akuifer.
Di bawah lapisan batuan impermeabel (lapisan kedap air) juga terdapat massa air tanah yang
dikenal dengan air tanah dalam atau air artesis. Nah, disini air tanah akan berada dalam posisi
tertekan diantara lapisan kedap air. Nah air ini, apabila keluar ke permukaan tanah, maka
akan menjadi mata air yang dinamakan sebagai mata air artesis (air tanah dalam). Namun jika
dilakukan pengeboran, maka kita namakan sebagai sumur artesis (air tanah dalam).
Menurut buku Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta, hal. 127 karangan Hartono,
berdasarkan jenisnya, air tanah dapat dikelompokkan ke dalam tujuh bagian, yaitu sebagai
berikut.
a) Meteoric Water (Vadose Water)
Air tanah ini berasal dari air hujan, dan terdapat pada lapisan tanah yang tidak jenuh.
b) Connate Water (Air Tanah Tubir)
Air tanah ini berasal dari air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan endapan, sejak
pengendapan tersebut terjadi. Termasuk juga air yang terperangkap pada rongga-rongga
batuan beku leleran (lelehan) ketika magma tersembur ke permukaan bumi. Dapat berasal
dari air laut atau air darat.
Akifer (Aquifer) : Lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah
yang ekonomis. Contoh : Pasir, kerikil, batupasir, batu gamping rekahan.
Akiklud (Aquiclude) : Lapisan yang mampu menyimpan air, tetapi tidak dapat
mengalirkan air dalam jumlah yang berarti, misalnya lempung, serpih, tuf.
Akifug (Aquifug) : Lapisan batuan yang kedap air, tidak dapat menyimpan dan
mengalirkan air, misalkan batuan kristalin, batuan metamorf.
Akitar (Aquitard) : Lapisan batuan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan dalam
jumlah yang terbatas, misalnya lempung pasiran.
Porositas Primer
Porositas Sekunder
Pelarutan
Rekahan
Antar Butiran
Air Juvenil : Air yang berasal dari hasil proses pembekuan larutan magma dan bukan
merupakan bagian dari hidrosfir.
Air Konnat : Merupakan air fosil, yaitu air meteorik yang terperangkap oleh prosesproses geologi seperti pembentukan formasi dalam cekungan sedimentasi, penurunan
muka air laut, proses pengangkatan dan proses lainnya. Jenis air ini tidak lagi
mempunyai hubungan dengan siklus hidrologi
Air Metamorfik : Salah satu bagian dari air konnat, terjadi akibat proses rekristalisasi
mineral yang mengandung air selama proses pembentukan batuan metamorf.
Air Magmatik : Air yang berasal dari hasil pembentukan larutan magma dan
bercampur dengan air meteorik.
Mata Air
ZONA AERASI
Zona Airtanah :
1. Ada pada saat air hujan jatuh ke
permukaan tanah atau dari aliran irigasi.
ZONA AERASI
4. Thin film moisture dikenal sebagai air
higroskopik.
5. Sangat berperan adanya air kapiler.
6. Pengurangan air melalui mekanisme
gravitasi
ZONA AERASI
Zona Kapiler : Posisi dari muka airtanah (bagian atas) sampai batas munculnya air
kapiler :
= tekanan permukaan
= berat spesifik air
r = jari-jari tabung
ZONA SATURASI
Pada zona ini airtanah mengisi seluruh interstices :
Spesifik Retensi :
ZONA SATURASI
ZONA SATURASI
Sr dan Sy dapat mempunyai satuan (%) karena Wr dan Wy adalah total volume
material yang penuh.
POROSITAS
PERMEABILITAS
TRANSMISSIVITAS (T)
STORATIVITAS (S)
POROSITAS
Perbandingan antara volume ruang natar butir terhadap volume total batuan.
Porositas tergantung pada kebundaran, sorting dan kompaksi. Batuan dengan butir
yang semakin membundar dan sorting yang baik menyebabkan porositas yang besar,
sedang kompaksi akan memperkecil porositas.
PERMEABILITAS
Batuan dengan porositas yang besar, mampu menyimpan air, tapi belum tentu mampu
mengalirkan air (permeabel), contohnya batu lempung. Tapi sebaliknya batuan yang
permeabel tentu mempunyai porositas.
Permeabilitas tergantung pada sifat cairan pori (viskositas), rasio ruang antar butir,
bentuk dan susunan pori batuan atau struktur tanah.
PERMEABILITAS
Parameter Permeabilitas ada dua :
Konduktivitas Hidrolik (K), satuan cm/s atau m/s. Nilai K tidak konstan, tergantung
pada media dan fluida (viskositas dan densitas fluida yang tergantung pada tekanan
dan temperatur)
Permeabilitas Intrinsik (k), satuannya cm2 atau m2. Nilai k hanya tergantung pada
sifat fisik batuan/tanah.
PERMEABILITAS
Dimana :
K = Konduktivitas Hidrolik (L/t)
k = Permeabilitas Intrinsik (L2)
= Berat unit cairan (m/L3)
= Viskositas (m/L2)
TRANSMISSIVITAS (T)
Nilai permeabilitas tiap satu meter akifer, menggambarkan kemampuan akifer untuk
membawa air secara kuantitatif.
T=K.d
dimana :
T = Transmissivitas
K = Konduktivitas Hidrolik
d = Tebal akifer
STORATIVITAS (S)
Spesifik Lapangan (Sy) untuk unconfined aquifer atau volume air yang dapat
dikeluarkan dari akifer tertekan.
Dengan kata lain, Storativitas merupakan volume air yang dapat dikeluarkan dari
akifer per unit kemiringan permukaan potensial muka airtanah per satu satuan luas
akifer.
STORATIVITAS (S)
Batuan beku dapat dipisahkan menjadi batuan beku non fragmental dan batuan
fragmental. Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun
aliran lava yang tersususn atas kristal-kristal mineral. batuan beku fragmental juga dikenal
dengan batuan piroklastik (pyro=api, clastics= butiran/pecah) yang merupakan bagian dari
batuan volkanik. Sebagai catatan, pada tulisan ini akan lebih menekankan pembahasana pada
batuan beku non fragmental. Secara umum yang utama harus diperhatikan dalam deskripsi
batuan adalah:
1. Warna Batuan
2. Struktur Batuan
3. Tekstur Batuan
4. Bentuk Batuan
5. Komposisi Mineral Batuan
1. Warna Batuan
Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi batauan beku
adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat menentukan komposisi kimia batuan
tersebut. Ada empat kelompok warna dalam batuan beku: Baca selanjutnya
Kategori:Basic Geology, Batuan Beku, Petrology Tag:Batuan Beku, geologi,
granite, hard, Igneous, masif, non fragmental, Petrologi, petrology, Rock, warna
bawah permukaan bumi berlangsung lama. Dalam suatu magma yang mengandung unsur O,
Si, Mg, dan Fe maka mineral dengan titik beku tertinggi Mg-olivin (forsterite), akan
mengkristal pertama kemudian diikutioleh Fe-olivin (fayelite). Pada magma yang kaya akan
komponen plagioklas, maka anortit akan megkristal dahulu kemudian didikuti yang lainnnya
sampai albit. Kristalisasi semacam ini terjadi akibat reaksi menerus yang terjadi pada
kesetimbangan antara cairan dan endapan kristal sebagai fungsi turunan temperatur (Subroto,
1984).
B. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genesanya
klasifikasi batuan beku secara genetika didasarkan pada tempat terbentuknya. Batuan beku
berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Intrusif (membeku dibawah permukaan).
2. Batuan Beku Ekstrusif (memebeku di permukaaan).
1. Batuan Beku Intrusif
Proses batuan beku intrusif sangat berbeda dengan dengan kegiatan batuan vulkanik, karena
perbedaan dari tempat terbentuknya dari kedua jenis ini. Menurut Graha (1987) tiga prinsip
dari tipe bentuk intrusi batuan beku, bentuk dasar dari geometri adalah:
a. Bentuk Tidak Beraturan
Pada umumnya berbentuk diskordan (memotong dari lapisan massa batuan) dan biasanya
memiliki bentuk yang jelas dipermukaan bumi. Penampang melintang dari tubuh pluton
(intrusi dengan bentuk tidak beraturan) memperlihatkan bentuknya yang besar dan
kedalamnaya tidak diketahui batasnya. Contoh batuan yang berbentuk seperti ini adalah
batolit, singkapan dipermukaan memiliki luas sampai 100 km persegi. Sedangkan contoh
lainya adalah stok, hampir sama sifatnya tetapi berbeda ukurannya
b. Bentuk Tabular
Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda, yaitu dike (retas) mempunyai
bentuk diskordan (tubuh intrusi memotong dari lapisan masa batuan) dan Sill mempunyai
bentuk konkordan (tubuh intrusi sejajar dengan lapisan batuan). Dike adalah intrusi yang
memotong batuan induk, kadang kontak hampir sejajar. Kenampakan di lapangan dike dapat
berukuran sangat kecil dan dapat pula berukuran sangat besar. Sedangkan sill adalah batuan
beku yang diintrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan sedimen, dengan ketebalan dari
beberapa mm sampai beberapa km. Contoh lainya adalah lakolit dan lapolit.
c. Bentuk Pipa
Tipe ketiga dari tubuh intrusi, relative memilki tubuh yang kecil, hanya pluton-pluton
diskordan. Bentuk yang khas dari grup ini adalah intrusi-intrusi silinder atau pipa. Sebagian
besar merupakan sisa dari korok suatu gunungapi tua, biasa disebut vulkanik nek (teras
gunungapi). Kenampakanya dilapangan berbentuk silinder, berukuran besar tetapi
kedalamannya tidak diketahui.
Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal
Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas
2. Ukuran butir
Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral
yang berukuran kasar.
Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral
berukuran halus.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk
sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga
bentuknya tidak sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal
atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
terbagi menjadi 3 kategori dari komponen: unsur utama, unsur tambahan dan
unsur pelengkap (unsur terkecil). Unsur utama merupakan gambaran secara
khas sebagai pemusatan yang jauh lebih besar daripada 2 wt dan unsur
tambahan antara 01 dan 2 wt. Unsur pendukung memiliki pemusatan
kehadiran dibawah 0,1 wt dan merupakan secara khas sebagai bagian per
jutaan atau bagian per milyar. Dalam penjumlahan oksigen dan silisium yang
berlebih meliputi aluminium, titanium, besi, mangan, magnesium, kalsium,
sodium, potasium dan fosfot. Secara normal memberitahukan kelimpahan dari
unsur utama dan unsur tambahan dalam bentuk oksida sederhana yaitu SiO2,
TiO2, Al2O3, FeO, Fe2O3, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, P2O5. Unsur utama
mineral lainnya adalah sulfur, flourit dan klorit dalam bentuk unsurnya.
Meskipun analisis batuan dan mineral umumnya merupakan persentase
dari persen berat oksida, jumlah molar digunakan untuk berbagai macam tujuan
petrologis. Perubahan dari persen berat ke persen mol adalah secara langsung
dan penggunaan berat molekul dari oksida yang dapat di kalkulasikan dari tabel
periodik atau didapatkan dalam banyak teks mineralogi antara lain: Deer, Howie
dan Zussman (1993). Untuk mengkomfersi, pembagian persen berat tiap oksida
oleh berat molekulnya. Penambahan semua nilainya dan kemudian dinormalkan
menjadi 100%.
Dua komponen penting kimia lainnya adalah air dan karbondioksida.
Dalam batuan beku, senyawa itu terjadi pada sebuah analisis jika molekul air
atau mineral karbon saling bersentuhan (dan jika bahan campuran dapat
ditemukan dengan menggunakan teknik analitik). Jumlah 2 komponen utama di
hancurkan di dalam magma tetapi kebanyakan untuk kehilangan kelengkapan
dalam proses kristalisasi. Hal itu sangat penting untuk menginggatkan bahwa
kekurangan komposisi kimia dari batuan beku.
Metode analisis kimia
Metode ini untuk menentukan komposisi kimia batuan dan mineral beragam,
tersembunyi dari peralatan tradisional (dan jarang dilakukan) kebasahan kimia
analisis kuantitatif untuk kecanggihan spektroskopik modern dan teknik
spektrometri massa. Penggunaan yang lebih luas menggunakan metode berikut.
Analisis kimia basa.
Analisis kimia basa adalah metode analisis kuantitatif menggunakan bahan
reaksi titrasi dari produksi larutan oleh pemutusan total sampel batuan dan
mineral di dalam asam. Teknik pemutusan tergantung pada tipe batuan, tetapi
umumnya daerah dengan sempurna atau sampel berbubuk merupakan
penghancuran di dalam larutan asam dengan beberapa campuran nitrat, asam
fosfat, dan asam hidroklorik. Penggunaan hampir eksklusif dalam menentukan
kosentrasi unsure utama dan tambahan, teknik ini tidak mempunyai resolusi
yang diperlukan untuk analisis unsur pelengkap lainnya. Sebagian besar
analisis batuan (dan baik analisis mineral) dilaporkan dalam petrologi.
vulkanik dan khususnya berbutir gelas seperti obsirdan. Untuk batuan ini,
perhitungan dari mineralogi sintetik berdasarkan komposisi kimia sangatlah
penting.
BERAT DAN MODE VOLUME
Secara langsung ukuran dari mineral batuan ini disebut mode, yang
biasanya dinyatakan sebagai persen volume atau berat setiap konstituen
mineral. Mode dapat diukur dengan berbagai cara , tetapi yang paling umum
adalah yang paling tradisional. Penggunaan microskop mekanik untuk poin-count
butiran mineral dalam sayatan tipis batuan (William,turner, dan Gillbert 1982)
proses ini melibatkan pemindahan bagian tipis sistematis sepanjang kolom dan
mengidentifikasi dan menghitung butir mineral pada setiap persimpangan gread,
kira-kira dari 500-5000 jumlah, tergantung pada ukuran butir dan tingkat presisi
yang diperlukan dinormalisasi untuk 100%. Presentase yang dihasilkan tentu
saja, persen berdasarkan wilayah, tetapi dianggap aquivalement untuk persen
volume batuan tekstur homogen melalui ekstrapolasi ke dimensi ke tiga,
perhatikan bahwa struktur micro pada batuan ini menonjol seperti layering fineskala atau lenetion aliran kuat,dimensi ketiga perhitungan ini mungkin tidak
valid.
Mode semikuantitatif (pikiran,nyata) dapat ditentukan dengan estiminasi
visual proposi mineral baik di bagian tipis atau di gergaji, lembaran di
poles,untuk beberapa tujuan petrologi weight modes diperlukan misalnya,untuk
perbandingan kandungan mineral yang sebenarnya untuk diagrafma fase diplot
dengan skala persen berat.
Modus berat dihitung dari volume dengan mengalikan volume persen
mineral masing-masing dengan berat rata-rata tertentu, maka normalisasi
jumlah dari nilai-nilai baru untuk 100% (karena berat jenis sama dengan berat
dibagi volume, persen, berat harus sama kali volume normalisasi persen berat
jenis) sangat penting untuk melihat apakah modus dilaporkan sebagai modus
volume atau berat jika ini tidak ditentukan biasanya di asumsikan menjadi
modus volume. Mode mineral merupakan dasar dari international akan dibahas
dibawah ini.
NORMAL CIPW
Proporsi mineral dalam batuan beku adalah properti dasar yang
digunakan untuk perbandingan suatu klisifikasi dalam beberapa kasus ,
bagaimana pun tidak mungkin mengukur mode mineralogi dengan
menggunakan teknik tradisional pada bagian tipis misalnya , untuk batuan
vulkanik halus/kaca . Untuk mengukur beberapa batuan plutonik, proses
kristalisasi magmatik seperti gas isi variabel atau kedalaman em placement,
telah menghasilkan mineral yang tidak dapat langsung dibandingkan bahan
kimianya misalnya , piroksin versus amphibol amphibol versus biotit. Untuk
alasan ini , empat petrologists awal abad kadua puluh. -Whitman cross, joseph P.
Iadings, louis V. Pirsson, dan harry s.washington (yang terakhir inisial nama
C.I.P.W) - Merancang skema untuk menggunakan analisis kimia dari batuan beku
untuk menghitung mineralogi ideal atau hipotesis berdasarkan sejumlah aturan
baku. Aturan aturan ini memungkinkan ahli geologi untuk menghitung mineral
normatik dengan mengalokasikan konstituen kimia pada suhu tinggi. Pertama
untuk mengkristal minaral sebelum mineral rendah temperatur sehingga
simulasi urutan sebenarnya dari krirtalisasi dari sebuah magma yg ideal (seperti
dalam Bowens Reaction Series ) . mineral normatif anhidrit, memungkinkan
batuan magmatit hidrous dapat langsung dibedakan dengan yang kurang
menggunakan komposisi batuan.
Karena kadar air tidak relevan dengan perhitungan normal CIPW, biasanya ada
hubungan langsung atau jelas antara mineral modal akurat dan mineralogi
normatif untuk sebuah batuan tertentu (sebagian besar batuan plutonik
mengandung setidaknya sedikit air) aljabar korespondensi antara alam (misalnya
terhidrasi) dan ideal (yaitu ,anhidrat) mineral biasanya jelas. Contohnya yang
tidak termasuk dalam hal ini air, unit kimia yang biotik magnesiumnya setara
dengan satu unit feldspar kalium ditambah tiga unit dari enstatite piroksin ,
minus tiga urut kuarsa.
KMg3ALSi3O10 (OH)2
Biotite
= KALSi3O8 + 3MgSi3 3Si2 + H2O
K-feldspar
enstatite
quarst
water
Demikian pula , satu unit aktionolit setara dengan dua unit diopside ditambah
tiga unit enstatite dan satu unit kuarsa.
Ca2Mg5Si8O22 (OH)2
Actinolite
= 2CaMgSi2O6 + 3 MgSiO3 + SiO2 + H2O
Diopside
enstatite
quartz
water
Batuan vulkanik dapat dalam beberapa kasus diberi nama berdasarkan diagram
yang mirip dengan thst digunakan untuk batuan plutonik. Namun, sifat finegrained dari batuan vulkanik membuat klasifikasi berdasarkan mineralogi mdal
sulit pada umumnya dan tidak mungkin untuk batuan gelas. Oleh karena itu,
batuan volkanik lebih akurat diklasifikasikan menggunakan kriteria kimia.
Perbedaan antara basal dan andesit dibuat terutama berdasarkan indeks warna
(CI) dan konten silika atau kurang akurat, o dasar komposisi plagioklas.
composotion Plagioklas dalam batuan vulkanik banyak sulit untuk digunakan
sebagai kriteria karena kehadiran yang sangat umum zonasi komposisi yang
kuat, bahkan zonimg berosilasi, dalam kristal, membuat penentuan kadar
anorthite massal sulit. Basal, yang jatuh dekat sudut segitiga P, dibagi menjadi
tholeite, tholeite olivin, basal tinggi Al, dan basal alkali. Membedakan
mineralogic dan karakteristik kimia dari jenis ini sangat penting basal. Perhatikan
bahwa banyak basalta tidak dapat ditempatkan dalam kategori tertentu dengan
analisis mikroskopis tetapi memerlukan analisis kimia atau perhitungan normatif
mineral. Batuan vulkanik umum feldsphatoid-bantalan bisa kaya dalam alkali
feldspar, plagioklas (tephrite), dan nepheline atau leucite (naphelinite atau
leucitite).
ASPEK-ASPEK LAIN DARI KLASIFIKASI
Sebenarnya, klasifikasi IUGS tidak memasukkan tekstur kedalam skema
klasifikasi itu, dimana tampak jelas perbedaan antara batuan faneritik dan
afanitik. Biar bagaimanapun, penamaan batuan beku didasarkan pada kriteria
teksturnya, dengan beberapa kandungan mineral sekunder, mencakup:
Pengmatite: sangat kasar-butir batuan (ukuran butirannya lebih besar daripada
1cm dan mendekati atau lebih dari 1m) hubungan butiran batuannya.
Komposisinya adalah type granitik, dan pegmatit biasanya banyak mengandung
mineral alkali feldspar ( albit atau kelas sodium plagioklas ditambah microcline)
dan kristal-kristal kuarsa.
Klasifikasi batuan beku
Untuk setidaknya 200 tahun, ahli batuan telah mencoba untuk mengidentifikasi,
menganalisis, mengkarakteristik, atau mengklasifikasikan batuan beku.
Pemberian nama batuan beku didasarkan pada kandungan mineral, komposisi,
lokasi geografis, atau teksturnya. karena proliferasi penamaan biasanya tidak
logis, maka sebuah tatanama merupakan sejarah besar untuk batuan beku agar
tidak membingungkan penamaanya. Sebagian besar pendekatan ini sebelumnya
telah diringkas oleh A. Johannsen (1931,1937,1938) dalam empat volum nya-set
buku berjudul deskriptif petrografi dari batuan beku. Johannsen meringkas
masalah :
batuan beku banyak dan mempunyai sifat yang khas. keanekaragamannya
tergantung dari bagian yang timbul dari karakter batu itu sendiri. Masalahnya
ialah tidak dengan pengklasifikasian namun dengan alam yang tidak membuat
hal-hal yang benar (1931,51).
Pendekatan yang jelas terhadap tujuan klasifikasi batuan beku adalah salah
satunya tekstur batuan dan mineralogy. Kedua karakteristik ini menyediakan
banyak informasi tentang asal dan sejarah batu, dapat dijelaskan dalam
lapangan serta laboratorium, dan bagian yang halus dan tipis daripada batuan
dapat diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya. Data mineral dapat diuraikan,
jika digunakan untuk penelitian kimia atau analisis isotopik. Untuk batuan
vulkanik mikrokristalin seperti rhyolites dan basal, untuk memperoleh klasifikasi
terbaik biasanya diperlukan analisis kimia.
Halaman 65-70
Klasifikasi kimia
Varietas besar klasifikasi kimia dari batuan beku proposed ,keunggulan beberapa
dari keseluruhan analisis kimia dari jenis batuan dan yang lainnya hanya bagian
dari batuan kimia.banyak dari klasifikasi ini yang digunakan oleh para ahli dalam
bidang skema genetika batuan serta dapat juga dipelajari di luar bagian dari
buku. Sebagian besar klasifikasi kimia akan sering digunakan oleh pelajar ilmu
batuan.
Penjenuhan silica.
Karena batuan beku berasal dari kristalisasi atau pendinginan magma, maka
secara logika ialah bahwa magma adalah cairan silica dengan hasil penelitian
mineral. Ketetapan kimianya secara detail ialah tidak mengandung cairan biasa
namun lebih dari jumlah penelitian komponen larutan yang mempunyai
temparatur dan tekanan. Pendinginan magma menjadi jenuh dengan hasil
penelitian komponen mineral, kemudian mineral dari Kristal mengalami
pengendapan dan menjadi bagian dari hasil batuan. Konsep yang digunakan
secara umum untuk silica dan mineral silica ( biasanya kuarsa ) berbagai macam
varietas batuan beku adalah basalt dan sifatnya seperti granit. Deskripsi dari
silica menjadi penjenuhan silica jika mengandung kuarsa atau sejenis dengan
mineral silica. Silica- bawah penjenuhan jika jelas tidak mengandung mineral
seperti feldspar dan magnesium olivine yang keberadaanya tidak tampak pada
kuarsa. Banyaknya magma yang kurang mengandung mineral silica diakibatkan
oleh cepatnya mineral tersebut mengalami pendinginan, namun ada juga yang
cenderung mengalami penjenuhan dengan silica karena proses kristalisasi
magma yang cukup lambat. Seperti kondisi dibawah ini, cepatnya butiran olivin
yang berkombinasi dengan silica dan menjadi ortopiroksen .
MgSiO4 + SiO2 = 2 MgSiO3
Felspar dapat juga berkombinasi dengan silica menjadi feldspar , sebagai
contohnya
KALSi2O6 + SiO2 = KALSi3O8
Batuan beku banyak yang kurang mengandung kuarsa silica menjadi mineral
seperti nevelin olivine yang dimana dari silica menjadi jenuh . meskipun
bentuknya terlihat lemah kemungkinan silica menjadi batuan jenuh sangat
jarang ditemukan. Mineral seperti hornblende dapat menyamarkan dengan
sederhana tingkatan dari jdibawah penjenuhan silica. Dengan jumlah yang kecil
dari jenis kuarsa atau feldspar dapat menjadi lebih sulit untuk di identifikasi oleh
ukuran tangan maupun dengan menggunakan mikroskop.
Penjenuhan alumina
Granit menurut IUGS system klasifikasi batuan yang mengandung antara 20 dan
60 % kuarsa dan alkali feldspar lebih dari 35 % dari jumlah feldspar. Seorang ahli
batuan yang menemukan batuan magma juga mesti mempelajari kriteria
mineralnya dimana variable kimianya mengandung Al2O3 , menggambarkan dari
sedikitnya kandungan mineral asesoris. Sebagai contoh granit yang dimana
kandungan Al2O3nya tinggi yang mengandung mineral aluminium contohnya
garnet ataupun muskovit . sedangkan granit rendah pada Al2O3 mengandung
mineral sodic seperti riebectike atau egerine-augite . alumina mengandung
granit yang secara langsung mengawasi karakter dan tipe Kristal yang melebur
membentuk magma granit . jadi dasar klasifikasi granit adalah Al2O3. Meskipun
banyak tipe penggunaan dari granit. Skema klasifikasinya dapat digunakan pada
batuan beku. ( riyolith ). Klasifikasi ini banyak mempengaruhi jumlah alumina,
alkali, dan kalsium dari CIPW mineral normal. Dari referensi penelitian
perbandingan dari alumina menjadi alkali ditambah kalsium di dalam feldspar.
Granit dari cairan magma tidak akan membentuk Kristal muskovit. Sebagai
contoh tidak sedikit dari jumlah Al2O3 melampaui jumlah dari Na2O + K2O +
CaO. ( artinya bagian dari ketentuan kimia yang terjumlah persentase molekul
dari persentase berat). Seperti granit yang mempunyai alumina lebih di
butuhkan untuk membuat feldspar dan juga referensi terhadap peraluminius. Jika
molar AL2O3 < Na2O + K2O, kemudian melampaui dari alkalis ( atau kekuatan
dari alumina) kemungkinan hasil dari penjelasan yang kaya akan sodium dan
besi FERRIC menghubungkan mineral seperti aegerin menjadi augit atau ampibol
sodic . granit disebut juga dengan peralkalin . jika alumina melampaui alkali,
maka Na2O + K2O < AL2O3 < Na2O + K2O + CaO, Kemudian akan
menghasilkan mineral muskovit ferromagnesian sodik dan granit juga sama
dengan metaluminous ( yang berarti pertengahan ).
Klasifikasi kimia dari batuan vulkanik
Pada IUGS batuan vulkanik diklasifikasikan berdasarkan kandungan silica ( wt %
SiO2 ) dan jumlah dari alkalis ( wt % Na2O + K2O ). Catatan jelas ( e.g, antara
basanit dan tephrit ) juga membutuhkan jumlah dari CIPW.
Kecendrungan kimia
Sederetan jumlah batuan beku adalah dibatasi oleh geografik yang panjang
ditunjukkan oleh bagian kimia yang sangat penting. Untuk menguraikan
hubungan kemungkinan genetic perbedaan antara magma dan perbandingan
antara fasilitas batuan beku yang berbeda. Ahli batuan beku menguraikan nomor
kimia dan mineraloginya serta skema grafik yang menjelaskan tentang batuan
beku. Diharapkan pengukurannya didasarkan pada mineralogy. Yang digunakan
untuk menaksirkan ilmu mineral ( seperti CIPW), dan yag lainnya digunakan
sebagai perbandingan dari komponen kimia. Pada umumnya tipe diagram ini
disebut juga dengan diagram variasi. Dimana jumlahnya cukup besar dari data
kimia yang menunjukkan efek kemungkinan magma kimia yang berpindah
selama Kristal magma berevolusi.
Diagram harker
Satu dari sebagaian besar yang digunakan oleh semua variasi diagram adalah
tipe diagram harker yang menunjukkan berat persen dari banyaknya oksida yang
berfungsi pada berat salah 1 oksida. Berat persen SiO2 pada umumnya berasal
dari absis, karena indicator ini sangat digunakan dalam evolusi magma yang
menunjukkan genetic magma yang menurun menjadi pasangan tunggal.yang
lebih sederhana pada umumnya mengandung sedikit silica dan kemudian
mengalami kenaikan dari salah satunya. Untuk pecahan magma olivine, MgO
mengalami penurunan magma dimana mengalami pecahan dan juga digunakan
sementara pada kandungan silica. Sebab mineral yang terlalu cepat mengalami
kristalisasi magma selama pecahan ( salah satunya adalah reaksi bowen series )
dengan tipe yang kaya akan Mg dan rendah silica relative mengalami
keterlambatan, perpindahan Kristal yang begitu cepat ( pecah ) dengan demikian
hasilnya sangat kaya akan silica ( MgO ) oksida umumnya berkorelasi dengan
gaya linear dari proses pecahan.
Seperti variasi diagram harker yang mengandung oksida dengan absis yang
sangat panjang oleh parameter yang ditunjukkan cukup bervariasi meskipun
hanya deretan batuan beku. Banyaknya kandungan silica pada variasi diagram
serentak dengan berpindahnya piroksen, plagioklas, dan olivine yang berbeda
dengan deretan sifat basalt yang tidak banyak juga mengandung SiO2 daripada
magma itu sendiri karena mineral yang mempunyai sedikit silica sama halnya
dengan magma. Alasan ini dengan catatan mengandung MgO pada umumnya
digunakan untuk absis basalt dan andesit karena kekuatannya dalam mengontrol
pecahan yang berpindah dari olivine dan piroksen secara bersama sama.
Korelasi atau kecenderungan diagram harker pada proses terjadinya batuan beku
yang berelasi bersama dengan magma. Sebagai contoh penghancuran dan
pencampuran, secara keseluruhan kecenderungan korelasi linear di indikasi oleh
evolusi kimia yang genetic magma dan juga dapat digunakan untuk
memperkirakan proses ilmu alam secara kuantitatif.
Diagram AFM ( atau FMA )
Diagram AFM merupakan tipe lain dari berbagai variasi diagram yang digunakan
dinding dapur magma atau xenoliths (lihat Bab 6 untuk penjelasan yang lebih
rinci), depaolo (1981) telah mengembangkan satu set persamaan serta
menentukan untuk menilai dampak asimilasi dan proses kristalisasi fraksional
untuk kedua isotopik dan elemen sekender komposisi magma.
Ringkasan
batuan beku yang terdiri dari mineral (kecuali untuk varietas langka seperti
obsidian gelas) dan identitas serta proporsi relatif dari mineral ini tergantung
pada komposisi yang dominan digunakan oleh ahli batuan untuk menandai
semua aspek komposisi batuan beku dari semua batuan konsentrasi elemen
utama, minor dan sekunder komposisi mineral individu dan yang akhirnya
menjadi perbandingan yang stabil dan isotop radiogentica. semua informasi
kimia sangat penting untuk menguji hipotesis dan mengetahui asal dan
pemadatan magma. bagaimana banyaknya pengamatan batuan beku yang tidak
memerlukan teknik laboratorium canggih namun masih menghasilkan informasi
penting bagi karakteristik batuan magmatic. misalnya, perkiraan atau
pengukuran proporsi mineral di dalam batuan beku merupakan kebutuhan
seorang ahli batuan untuk mengklasifikasikan batu dan menggunakan diagram
fasa untuk menjelaskan kristalisasi dari batuan dan menaksirkan dari puluhan
ribu analisis kimia batuan beku yang diperoleh selama setengah abad terakhir
mengungkapkan bahwa secara kimia batuan kurang beragam dari berbagai
batuan beku (warna, ukuran butiran, mineralogi, dll) Sebagai contoh, hampir
semua batuan beku mempunyai konsentrasi silika antara 45 dan 75wt%. Peran
dominan feldspar dalam batuan beku yang paling mengontrol relatif
keseragaman kimia .
Tujuan klasifikasi merupakan bagian penting dari petrologi batuan beku karena
standarisasi pada penggunaan nama dan ahli geologi juga memastikan bahwa
keduanya merupakan masing-masing granit jenis batu yang sama. Komisi
yang bekerja di bawah otorisasi dari serikat internasional ilmu geologi telah
mengembangkan klasifikasi standar untuk sebagian besar ukuran batuan.
Banyaknya batuan beku serta kandungan mineral dasar klasifikasi dan skema
penamaan baik untuk batuan plutonik dan vulkanik yang didominasi oleh kuarsa,
feldspar, dan yang bersifat felspar untuk batuan ultrabasa. kandungan mineral
umumnya diukur dengan menggunakan bagian tipis dan komposisi petrografi
microscope.informasi dapat digunakan untuk menciptakan sebuah "mineralogi
sintetik" untuk semua batuan beku oleh perhitungan CIPW norma, yang partisi
kandungan batu kimia menjadi teknik mineral. secara umum hipotetis terutama
berharga ketika sebuah batu (misalnya batu vulkanik) yang berbutiran sangat
halus bahwa pengukuran optik tidak pasti meskipun mereka memainkan kondisi
yang kecil dalam klasifikasi IUGS, tekstur atau karakteristik komposisi khusus
juga dapat digunakan untuk penamaan batuan. Berbagai macam diagram
khusus indeks telah dikembangkan oleh ahli batuan untuk memanfaatkan data
kimia dan mineralogi batuan beku untuk melacak proses genetik, terutama
fraksinasi.