You are on page 1of 53

AIR TANAH

http://rihartadi.blogspot.co.id/2010/11/groundwater-air-tanah.html
1. Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butirbutir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisa tanah yang
disebut akuifer. Atau air tanah adalah semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar atau
regolith. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui
pancaran atau rembesan.
Dari sekian definisi tersebut, dapat disimpulkan definisi dari air tanah adalah :
a. Air yang ditemukan di dalam celah dan patahan tanah dan batuan dasar
b. Penampung air segar yang paling besar
c. Cenderung berpolusi rendah daripada permukaan
d. Agent erosional yang penting
e. Air tanah biasanya ber asam lembut
f. berisi asam Karbonik yang lemah
g. Membentuk gua atau hanya dibawah zona jenuh
- Karst topografi di permukaan
h. Penyeimbang arus sungai bawah tanah
- Penyaring air ke dalam bumi
- Membentuk sungai bawah tanah
Kebanyakan air tanah berasal dari hujan. Air hujan yang meresap ke dalam tanah menjadi
bagian dari air tanah, perlahan-lahan mengalir ke laut, atau mengalir langsung dalam tanah
atau di permukaan dan bergabung dengan aliran sungai.
Berikut adalah simulasi dari terbentuknya air tanah :

Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah sampai dia
mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya sangat-sangat sempit yang
tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Ini adalah lapisan yang bersifat
impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan aquitard (gambar sebelah kanan bersifat
impermeabel yang sulit diisi air, sementara yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).

2. Terjadinya Air Tanah


Untuk menguraikan terjadinya air tanah di perlukan peninjauan kembali bagaimana dan di

mana air tanah tersebut berada. Distribusinya di bawah permukaan tanah dalam arah vertikal
dan horisontal harus dimasukkan dalam pertimbangan. Zona geologi yang sangat
mempengaruhi air tanah, dan strukturnya dalam arti kemampuannya untuk menyimpan dan
menghasilkan air harus diidentifikasikan. Dengan anggapan bahwa kondisi hidrologi
menyediakan air kepada zona bawah tanah, maka lapisan-lapisan bawah tanah akan
melakukan distribusi dan mempengaruhi gerakan air tanah, sehingga peranan geologi
terhadap air tanah akan diabaikan. Hampir semua air tanah dapat dianggap sebagai bagian
dari daur hidrologi, termasuk air permukaan dan air atmosfer. Sejumlah kecil air tanah yang
berasal dari sumber lain dapat pula masuk ke dalam daur tersebut. Air connate adalah air
yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan sedimen pada saat diendapkan. Air tersebut
dapat berasal dari air laut atau air tawar, dan bermineral tinggi.
Di daerah yang dapat di jangkau oleh akar tumbuh-tumbuhan, yang berkisar antara 30 kaki
(10 m) di bawah permukaan tanah, terdapat air tanih (soil water), yang berfluktuasi karena
tumbuh-tumbuhan menghabiskan kelembaban di antara tenggang hujan. Di atas muka air
tanah (water table), kelembaban akan naik akibat kapilaritas ke dalam jumbai kapiler
(capillary fringe), yang rentangan vertikalnya mungkin mencapai beberapa inci sampai
beberapa kaki tergantung pada ukuran pori-pori bahan yang ada dalam tanah. Bila muka air
tanahnya dekat dengan permukaan tanah, jumbai kapiler dan daerah kelembaban -tanah
mungkin saling tumpang tindih, tetapi bila muka air tanahnya dalam, maka terdapat suatu
daerah peralihan (intermediate) di mana kadar kelembabannya konstan pada kapasitas
lapangan dari tanah dan batuan daerah itu.

Gambar 3. Penampang lintang skematis yang memperlihatkan terjadinya air tanah


3. Pergerakan Air Tanah
Air bergerak di dalam tanah secara horizontal dan vertikal. Pergerakan air secara horizontal
disebut juga pergerakan air lateral. Pergerakan air vertikal dapat berupa pergerakan air ke
bawah yang dipengaruhi oleh gerak gravitasi melalui infiltrasi dan perkolasi serta pergerakan
air ke atas melalui gerak kapilaritas air tanah yang dipengaruhi oleh porositas tanah dan
temperatur tanah. Air tanah yang berada di bawah zona perakaran tanaman akan mengalir
menuju zona perakaran tanaman disebabkan oleh kemampuan kapiler (cappilary rise) yang
dimiliki oleh tanah. Air akan bergerak dari tanah yang lembab menuju tanah yang lebih
kering. Pada tanah lembab yang jumlah persentase airnya lebih tinggi, gardien tegangannya
lebih besar dan lebih cepat perpindahannya. Pola kapilaritas air tanah dipengaruhi oleh
besarnya pengembangan tegangan dan daya hantar pori-pori dalam tanah. Nilai efek
kapilaritas tidak beraturan pada setiap bagian tanah, karena ukuran pori-pori yang dilewatinya
bersifat acak pula. Pada jenis tanah yang berbeda akan memberikan pola pergerakan air tanah
yang berbeda pula karena pola pergerakan air tanah yang berupa gerak kapiler ini sangat
dipengaruhi oleh tekstur dari tanah tersebut, oleh karena itu kecepatan pergerakan air vertikal
ke bawah dan pergerakan horizontal di dalam tanah bergerak agak cepat sampai agak lambat.

Gambar 4. Gerakan air tanah


Permeabilitas
Semua jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana air bebas mengalir melalui ruangruang kosong (pori-pori) yang ada di antara butiran-butiran tanah. Tekanan pori diukur relatif
terhadap tekanan atmosfer dan permukaan lapisan tanah yang tekanannya sama dengan
tekanan atmosfer dinamakan muka air tanah atau permukaan freasik, di bawah muka air
tanah. Tanah diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada ronggarongga udara. Profil tanah itu merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman
yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitiannya. Dalam hal ini
misalnya untuk keperluan genesa tanah pada oksisol yang solumnya tebal, pembuatan profil
tanah dapat mencapai kedalaman sekitar 3 - 3,5 meter. Permeabilitas tanah menunjukkan
kemampuan tanah dalam meloloskan air. Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut
ambil bagian dalam menaikkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi
menaikkan laju infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju air larian. Tinggi muka air
tanah berubah-ubah sesuai dengan keadaan iklim tetapi dapat juga berubah karena pengaruh
dari adanya kegiatan konstruksi. Di tempat itu dapat juga terjadi muka air tanah dangkal, di
atas muka air tanah biasa, sedangkan kondisi dapat terjadi bila tanah dengan permeabilitas
tinggi di permukaan atasnya dibatasi oleh lapisan muka air tanah setempat, tetapi berdasarkan
tinggi muka air tanah pada suatu tempat lain yang lapisan atasnya tidak dibatasi oleh lapisan
rapat air. Koefisien permeabilitas terutama tergantung pada ukuran rata-rata pori yang
dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Secara garis
besar, makin kecil ukuran partikel, makin kecil pula ukuran pori dan makin rendah koefisien
permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan tanah berbutir kasar yang mengandung butiran-butiran
halus memiliki harga k yang lebih rendah dan pada tanah ini koefisien permeabilitas
merupakan fungsi angka pori. Kalau tanahnya berlapis-lapis permeabilitas untuk aliran
sejajar lebih besar dari pada permeabilitas untuk aliran tegak lurus. Lapisan permeabilitas
lempung yang bercelah lebih besar dari pada lempung yang tidak bercelah (unfissured).
Permeabilitas ini merupakan suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media poreus.
Secara kuantitatif permeabilitas diberi batasan dengan koefisien permeabilitas. Dapat
dipandang sebagai sumbangan yang khas. Permeabilitas intrinsik suatu akifer bergantung

pada porositas efektif batuan dan bahan tak terkonsolidasi, dan ruang bebas yang diciptakan
oleh patahan dan larutan. Porositas efektif ditentukan oleh distribusi ukuran butiran, bentuk
dan kekasaran masing-masing partikel dan susunan gabungannya, tetapi karena sifat-sifat ini
jarang seragam, konduktivitas hidrolik suatu akifer yang berkembang dibatasi oleh
permeabilitas lapisan-lapisan atau masing-maisng zone, dan mungkin bervariasi cukup besar
tergantung pada arah gerakan air.

Gambar 5. Tingkat Porositas


Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah, maka lapisan-lapisan batuan
dapat dibedakan menjadi:
1. Aquifer (Akuifer) adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan
secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Batasan lain yang
digunakan adalah reservoir air tanah, lapisan pembawa air. Todd (1955) menyatakan bahwa
akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui dari aqua yang berarti air dan ferre yang berarti
membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air. Contoh : pasir, kerikil, batupasir,
batugamping rekahan.
2. Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi
alami tidak mampu mengalirkannya. Untuk keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai
lapisan kedap air. misalnya lempung, serpih, tuf halus, lanau.
3. Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu
mengalirkan air. misalkan batuan kristalin, metamorf kompak. misalnya lempung pasiran
(sandy clay).
4. Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapi dengan
laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah
yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu
dengan lainnya. Aquiclude ini juga dikenal dengan nama formasi semi kedap atau leaky
aquifer

Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Berdasarkan litologinya,
akuifer dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Akuifer bebas atau akuifer tidak tertekan (Unconfined Aquifer)
Akuifer bebas atau akuifer tak tertekan adalah air tanah dalam akuifer tertutup lapisan
impermeable, dan merupakan akuifer yang mempunyai muka air tanah. Unconfined Aquifer
adalah akuifer jenuh air (satured). Lapisan pembatasnya yang merupakan aquitard, hanya
pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas aquitard (sebuah zona material bumi yang
memegang air tapi tidak dapat mengirimnya secara cepat untuk memompanya dari sumur) di
lapisan atasnya, batas di lapisan atas berupa muka air tanah. Permukaan air tanah di sumur

dan air tanah bebas adalah permukaan air bebas, jadi permukaan air tanah bebas adalah batas
antara zone yang jenuh dengan air tanah dan zone yang aerosi (tak jenuh) di atas zone yang
jenuh. Akuifer jenuh disebut juga sebagai phriatic aquifer, non artesian aquifer atau free
aquifer. Air tanah ini banyak dimanfaatkan oleh penduduk untuk berbagai keperluan dengan
kedalaman sumur umumnya antara 1 25 meter. Air tanah bebas masih merupakan sumber
utama air bersih bagi sebagian besar penduduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemanfaatannya dilakukan dengan cara pembuatan sumur gali dan sumur pantek pada
kedalaman kurang dari 20 meter di bawah permukaan, umumnya terdapat pada lapisan pasir,
pasir kerikilan, tufa pasiran dan pasir lanauan. Air tanah bebas di dataran aluvial terdapat
dalam lapisan pasir, pasir lempungan, pasir kerikilan dan pasir lempungan. Mutu air tanah
bebas bervariasi dari baik hingga jelek, asin rasa airnya hingga tawar, berwarna keruh hingga
jernih. Kesadahannya berkisar antara 8,5 16,7, pH sekitar 6,7 11,2, sisa kering 353 580,
sisa pijar 252 420, kadar kandungan ion klorida berkisar 25,5 6.685 mg/l, SO4 antara 40,5
246,9 mg/l. Khususnya untuk keperluan rumah tangga sehari-hari, kandungan air tanah
bebas di dataran aluvial terkecuali daerah-daerah sekitar pantai, pemanfaatannya masih dapat
dikembangkan. Sedangkan untuk daerah-daerah yang terletak sekitar 1 3 km dari garis
pantai, penggunaan air tanah bebasnya sangat terbatas sekali disebabkan asin hingga payau
rasa airnya.

b. Akuifer tertekan (Confined Aquifer)


Akuifer tertekan adalah suatu akuifer dimana air tanah terletak di bawah lapisan kedap air
(impermeable) dan mempunyai tekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Air yang
mengalir (no flux) pada lapisan pembatasnya, karena confined aquifer merupakan akuifer
yang jenuh air yang dibatasi oleh lapisan atas dan bawahnya.

c. Akuifer bocor (Leakage Aquifer)


Akuifer bocor dapat didefinisikan suatu akuifer dimana air tanah terkekang di bawah lapisan
yang setengah kedap air sehingga akuifer di sini terletak antara akuifer bebas dan akuifer
terkekang.

d. Akuifer melayang (Perched Aquifer)


Akuifer disebut akuifer melayang jika di dalam zone aerosi terbentuk sebuah akuifer yang
terbentuk di atas lapisan impermeable. Akuifer melayang ini tidak dapat dijadikan sebagai
suatu usaha pengembangan air tanah, karena mempunyai variasi permukaan air dan
volumenya yang besar.

Berdasarkan sifat fisik dan kedudukannya dalam kerak bumi, akifer dapat dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu :
a. Akifer bebas, yaitu akifer tak tertekan (unconfined aquifer) dan merupakan airtanah

dangkal (umumnya <20 m), umum dijumpai pada daerah endapan aluvial. Airtanah dangkal
adalah airtanah yang paling umum dipergunakan sebagai sumber airbersih oleh penduduk di
sekitarnya.
b. Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer), merupakan akifer
yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah kedap) di bagian atasnya, dapat dijumpai
pada daerah volkanik (daerah batuan tuf).
c. Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara lapisan kedap air
(akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam (umumnya > 40 m) dan terletak di bawah
akifer bebas. Airtanah dalam adalah airtanah yang kualitas dan kuantitasnya lebih baik
daripada airtanah dangkal, oleh karenanya umum dipergunakan oleh kalangan industri
termasuk di dalamnya kawasan pertambangan
Gambara 11. Ilustrasi dari 3 jenis akuifer
Struktur geologi berpengaruh terhadap arah gerakan air tanah, tipe dan potensi akuifer.
Stratigrafi yang tersusun atas beberapa lapisan batuan akan berpengaruh terhadap akuifer,
kedalaman dan ketebalan akuifer, serta kedudukan air tanah. Jenis dan umur batuan juga
berpengaruh terhadap daya hantar listrik, dan dapat menentukan kualitas air tanah. Pada
mulanya air memasuki akuifer melewati daerah tangkapan (recharge area) yang berada lebih
tinggi daripada daerah buangan (discharge area).
Daerah tangkapan biasanya terletak di gunung atau pegunungan dan daerah buangan terletak
di daerah pantai. Air tersebut kemudian mengalir kebawah karena pengaruh gaya gravitasi
melalui pori-pori akuifer. Air yang berada dibagian bawah akuifer mendapat tekanan yang
besar oleh berat air diatasnya, tekanan ini tidak dapat hilang atau berpindah karena akuifer
terisolasi oleh akiklud diatas dan dibawahnya, yaitu lapisan yang impermeabel dengan
konduktivitas hidrolik sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air melewatinya. Jika
sumur di bor hingga confined aquifer, maka air akan memancar ke atas melawan gaya
gravitasi bahkan hingga mencapai permukaan tanah. Sumur yang airnya memancar keatas
karena tekanannya sendiri di sebut sumur artesis

Sebuah akuifer artesis adalah sebuah akuifer terbatas berisi air tanah yang akan mengalir ke
atas melalui sebuah sumur yang disebut sumur artesis tanpa perlu dipompa. Air dapat
mencapai permukaan tanah apabila tekanan alaminya cukup tinggi, dalam hal ini sumur itu
disebut sumur artesis mengalir. Sebuah akuifer adalah satu tingkatan batu halus, seperti batu
kapur atau batu pasir yang menyerap air dari sebuah aliran air. Batu berpori-pori terletak di
antara batu kedap air atau tanah liat. Ini mengakibatkan tekanan tinggi, sehingga ketika air
menemukan jalur keluar, air tersebut melawan gravitasi dan mengalir ke atas daripada ke

bawah. Pengisian akuifer terjadi ketika permukaan air di daerah pengisiannya berada pada
ketinggian yang lebih tinggi daripada kepala sumur. Akuifer air fosil juga bisa dianggap
artesis bila mengalami tekanan yang cukup dari batu-batu sekitarnya. Hal ini sama dengan
banyaknya sumur minyak yang diberi tekanan.

AQUIFER
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada
lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air
permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan
kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi
air tanah.
Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air
tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air mata air disebut akuifer. Lapisan
pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai akuifer.
Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan
daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan
yang sama dapat juga menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di
bawah tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang
menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan tanpa
membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup di atasnya, air tanah
di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer), sama dengan tekanan udara luar.

1.

2.
3.

4.

Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan dalam menamakan karakteristik suatu
formasi batuan:
Aquifer (Akuifer) adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan secara
signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Batasan lain yang digunakan
adalah reservior airtanah, lapisan pembawa air. Todd (1955) menyatakan bahwa akuifer
berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui dari aqua yang berarti air dan ferre yang berarti
membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawa air.
Aquiclude adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalam kondisi alami
tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung. Untuk keperluan
praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air.
Aquitard adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapi dengan laju
yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer. Meskipun demikian dalam daerah yang
sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlah besar air antara akuifer yang satu dengan
lainnya.Aquiclude ini juga dikenal dengan nama formasi semi kedap atau leaky aquifer.
Aquifuge merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampu mengalirkan
air.

Semua akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i) kapasitas menyimpan air
tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikaian sebagai hasil dari
keragaman geologinya, akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan
simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran geografinya). Berdasarkan sifatsifat tersebut akuifer dapat mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan
sebaran yang luas hingga ribuan km2 atau sebaliknya.

a.

b.
c.
d.

Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-macam
akifer sebagai berikut:
Akifer Bebas (Unconfined Aquifer) yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air
dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water
table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan
atmosfer.
Akifer Tertekan (Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi
oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh
lebih besar dari pada tekanan atmosfer.
Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer) yaitu aquifer yang seluruhnya jenuh air,
dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnya merupakan
lapisan kedap air.
Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer) yaitu aquifer yang bagian bawahnya yang
merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus,
sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan
demikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut (i) air tanah
dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan akuifer tak tertekan, yakni yang tersimpan
dalam akuifer dekat permukaan hingga kedalaman tergantung kesepakatan 15 sampai
40 m. (ii) air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni tersimpan
dalam akuifer pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal
hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat
(miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam dimanfaatkan oleh
kalangan industri dan masyarakat berpunya.

Todd (1980) dalam Hartono (1999) menyatakan tidak semua formasi litologi dan
kondisi geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan, akifer
dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
o Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang
alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu
biasanya berupa pasir dan karikil.
o Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan (abandoned valley),
tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.
o Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang
berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang baik.

o Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada diantara dua
pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di
sekitarnya.
o Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau diaklas-diaklas.
Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.
Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia
mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau pori-pori
dapat terisi air.
Metode Geolistrik untuk Mencari Air Tanah
http://seisxploresurvey.blogspot.co.id/2015/08/metode-geolistrik-untuk-mencariair.html

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam mintakat
jenuh(saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan
atmosfer. Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi geologi, geomorfologi dan
penutup lahan serta aktivitas manusia.

Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah suatu lapisan batuan
atau formasi geologi yang mempunyai struktur yang memungkinkan air untuk masuk dan
bergerak melaluinya dalam kondisi normal (Tood, 1980)
Menurut Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang meresap masuk
kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air tanah (ground water) air yang
terdapat pada suatu lapisan batuan yang menyimpan dan meloloskan air yang disebut
akuifer. Air tanah dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah
dalam. (Bakri, 2003).
Pada dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi geologi terutama yang
berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur geologi, geomorfologi dan curah hujan. Dari
jenis dan sebaran batuan berikut struktur geologi dapat diketahui jenis dan sebaran akuifer
yang ada walaupun demikian tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.
Pada zona tidak jenuh air berpori-pori terisi oleh air dan sebagian lagi terisi sebagai air
tanah. Air yang terdapat pada zona ini tidak termasuk dalam klasifikasi air tanah. Sebaliknya
pada zona jenuh air semua pori-pori terisi oleh air dan air yang berada pada zona inilah yang
disebut sebagai air tanah. Batas kedua zona tersebut adalah suatu bidang yang disebut
sebagai muka air tanah (water tabel).
Keterpadatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor yaitu
iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi)
1. Kondisi Penutup Lahan (Land Cover )
2. Kondisi Geomorfologi
3. Kondisi Geologi
4. Aktivitas Manusia
Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk kedalam tanah, air
tanah

tersebut

disebut

air

meteorik.

Selain

air

meteoric

ada

air

lain

yaitu

air JuvenileWateryang dapat diklasifikasikan menurut asalnya yaitu magnetic water,


volkanik water yang biasanya panas atau hangat dan mempunyai kandungan sukfur yang
tinggi dan cosmic berasal dari ruang angkasa bersama dengan meteorit.
Rejuvenate water adalah air yang berasal dari proses geologi seperti kompaksi, metamorfosa
dan sedimenasi ada dua jenis yaitu Metamorf water dan Connate water. Connate
water adalah air yang terperangkap dalam endapan sewaktu terjadi proses pengendapan (air
biasanya payau sampai asin), (Suyono, 1995).

Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan terhadap air tanah
terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat dibedakan kedalam 4 (empat)
macam :
1. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga
dapat meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti seperti batu pasir,
dan batugamping
2. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti lempung, shale, tuf
halus
3. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal scoria, serpih,
napal, dan batulempung
4. Akuiflug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan mengalirkan air
tanah seperti batuan beku dan batuan metamorf dan kalaupun ada air pada lapisan
batuan tersebut hanya terdapat pada kekar atau rekahan batuan saja.
Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan akuifer dapat
dibedakan, antara lain :
1. Unconfined akuifer (Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air tanah
merupakan bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah yang terdapat
pada lapisan akuifer ini disebut air tanah tidak tertekan dimana muka air tanahnya
disebut muka air tanah pheartik
2. Confined akuifer (akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya
terletak dibawah lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari pada
tekanan atmosfer. Air tanah ini dibatasi oleh lapisan kedap air pada bagian atas
maupun bagian bawahnya. Muka air tanah artesis oleh karena dilakukan pemboran
maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas mendekati permukaan tanah atau
memancar sampai pada keadaan tertentu.
3. Leakage akuifer (semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana air
tanahnya terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air dan posisi
batuan akuifernya terletak antara akuifer bebas dan akuifer tertekan

4. Ferced aquifer (akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air tanahnya
terpisah dari air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air yang tidak begitu
luas dan terletak pada zona tidak jenuh air.
Tabel Daftar Nilai Resistivitas Berbagai Jenis Mineral
No

Mineral

Resistivitas ( m)

Tanah

1.000-10.000

Air Dalam Lapisan Alluvial

10-30

Air Sumber

50-100

Pasir Dan Kerikil Kering

1.000-10.000

Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air


Tawar

50-500

Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Asin 0.5-5

Air Laut

0.2

Napal

20-200

Batu Gamping

300-10.000

10

Batu Pasir Lempung

50-300

11

Batu Pasir Kuarsa

300-10.000

12

Tufa Gunung Api

0.5-5

13

Lava

100-300

14

Serpih

300-3.000

15

Geniss, Granit Selingan

100-1.000

16

Serpih Mengandung Grafit

0.5-5

17

Granit

1.000-10.000

18

Air Permukaan

80-200

19

Air Tanah

30-100

20

Konglomerat

100-500

Alluvium Dilivium
1. Lapisan Slit Lempung
21
2. Lapisan Pasir

10-200100-600
100-1.000

3. Lapisan Pasir Dan Kerikil


Neo-Tersier
1. Batu Lumpur
2. Batu Pasir

22

20-200
50-500
100-500

3. Kelompok Andesit

200-2000

4. Kelompok Chert, Slate


Dari hasil pengukuran geolistrik, banyak digunakan pengukuran 1-D atau 2-D untuk
memetakan sebaran air tanah di bawah permukaan. Eksplorasi air tanah menggunakan
metode geolistrik memang cukup bagus, dari 10 pekerjaan dengan menggunakan metode ini
8 diantaranya berhasil menemukan kondisi air tanah di bawah permukaan, yang lainya
bukan berarti tidak bisa tetapi kondisi ditiap daerah mempunyai spesifikasi dan kondisi
geologi yang berbeda.
Hasil akhir dari survey geolistrik untuk memetakan sebaran air tanah adalah:

sebaran vertikal dan lateral kondisi air tanah di bawah permukaan dalam 1-D dan 2D

struktur lokal berupa rekahan dan pola pengontrol geologi di sekitar study

korelasi dengan data pendukung seperti test pit dan bor

estimasi cadangan terkira dengan memodelkan nilai resistivitasnya dengan


gambaran 3-D

Diposkan oleh Seisxplore Geosurvey di 4:42 PM

Pengertian Perairan Darat


https://www.siswapedia.com/perairan-darat/
Apa yang dimaksud dengan perairan darat?, perairan darat yaitu semua perairan yang terjadi
dan berada di daratan, seperti sungai, rawa, danau dan air tanah. Cukup mudah kan? nah,
disini kita akan mempelajari lebih dalam lagi. Anda sudah siap? oke, simak ulasan-ulasan di
bawah ini.
1. Air Tanah (Ground Water)
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Dari keseluruhan air tawar
yang ada di planet kita, lebih dari 97% terdiri atas air tanah. Volume air tanah yang ada di
berbagai tempat tidaklah sama, bergantung kepada persyaratan yang menunjang proses
peresapannya. Besar kecilnya daya serap lapisan lapisan tanah dinamakan kapasitas infiltrasi.
Menurut buku karangan Bambang Utoyo dalam buku Geografi: Membuka Cakrawala
Dunia, hal. 122 menyatakan bahwa kapasitas infiltrasi sangat bergantung dari fenomena
alam berikut ini.
a. Tingkat Kelembapan Tanah
Tanah-tanah yang kondisinya kering memiliki kemampuan untuk menyerap air lebih banyak
dibandingkan dengan tanah yang lembap.
b. Tingkat Poreusitas Tanah atau Batuan
Poreusitas dapat diartikan sebagai banyak tidaknya pori-pori tanah yang dapat meloloskan air
dari satu lapisan ke lapisan tanah lainnya. Tanah-tanah yang gembur dengan poreusitas tinggi
mampu menyerap dan meloloskan air lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang padat
(pejal). Jenis batuan atau tanah yang tidak dapat menyerap dan meloloskan air dinamakan
lapisan kedap air atau lapisan impermeabel.
c. Kemiringan Lereng
Tanah-tanah yang datar memiliki kapasitas infiltrasi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan
yang miring. Sebagian besar air hujan yang jatuh di daerah-daerah dengan kemiringan lereng
tinggi sering kali langsung bergerak sebagai air larian, sedangkan di daerah yang relatif datar
lebih banyak yang meresap ke dalam pori-pori tanah.

Gambar. Sumur dan mata air artesis (Sumber: Eni Anjayani, Geografi SMA XI, hal 195)
Air tanah yang berasal dari curahan hujan disebut vadose water. Air hujan yang jatuh ke
permukaan bumi akan diserap oleh tanah melalui pori-pori tanah, rongga belahan batu
maupun cekungan bekas galian binatang. Setelah itu akan disaring oleh lapisan-lapisan
bebatuan permeabel (bisa meloloskan air) kemudian sampailah pada batas batuan yang
bersifat impermeabel (tidak meloloskan air/kedap air), nah disinilah air akan berkumpul
membentuk air tanah permukaan atau air tanah freatik. Air tanah freatik dapat dimanfaatkan
oleh penduduk sebagai sumber daya air bersih dengan cara membuat sumur gali. Lapisan
batuan di bawah permukaan tanah yang mengandung air dan dapat dirembesi air disebut
akuifer.
Di bawah lapisan batuan impermeabel (lapisan kedap air) juga terdapat massa air tanah yang
dikenal dengan air tanah dalam atau air artesis. Nah, disini air tanah akan berada dalam posisi
tertekan diantara lapisan kedap air. Nah air ini, apabila keluar ke permukaan tanah, maka
akan menjadi mata air yang dinamakan sebagai mata air artesis (air tanah dalam). Namun jika
dilakukan pengeboran, maka kita namakan sebagai sumur artesis (air tanah dalam).
Menurut buku Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta, hal. 127 karangan Hartono,
berdasarkan jenisnya, air tanah dapat dikelompokkan ke dalam tujuh bagian, yaitu sebagai
berikut.
a) Meteoric Water (Vadose Water)
Air tanah ini berasal dari air hujan, dan terdapat pada lapisan tanah yang tidak jenuh.
b) Connate Water (Air Tanah Tubir)
Air tanah ini berasal dari air yang terperangkap dalam rongga-rongga batuan endapan, sejak
pengendapan tersebut terjadi. Termasuk juga air yang terperangkap pada rongga-rongga
batuan beku leleran (lelehan) ketika magma tersembur ke permukaan bumi. Dapat berasal
dari air laut atau air darat.

c) Fossil Water (Air Fosil)


Air tanah ini berasal dari hasil pengendapan fosil-fosil, baik fosil tumbuhan maupun fosil
binatang.
d) Juvenil Water (Air Magma)
Air ini berasal dari dalam bumi (magma). Air ini bukan dari atmosfer atau air permukaan.
e) Pelliculkar Water (Air Pelikular)
Air yang tersimpan dalam tanah karena tarikan molekul-molekul tanah.
f) Phreatis Water (Air Freatis)
Air tanah yang berada pada lapisan kulit bumi yang poreus (sarang). Lapisan air tersebut
berada di atas lapisan yang tidak tembus air (pejal/kedap) atau di antara dua lapisan yang
tidak tembus air.
g) Artesian Water (Air Artesis)
Air artesis ini dinamakan juga air tekanan (pressure water). Air tersebut berada di antara dua
lapisan batuan yang kedap (tidak tembus) air sehingga dapat menyebabkan air tersebut dalam
keadaan tertekan. Jika air tanah ini memeroleh jalan keluar baik secara disengaja atau tidak,
akan keluar dengan kekuatan besar ke permukaan bumi dan terjadilah sumber air artesis.
Lanjutkan membacatentang sungai
Anjayani, Eni. 2009. Geografi : Untuk Kelas X SMA/MA. Surakarta: PT. Cempaka Putih.
Hartono. 2009. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung: CV. Citra Praya.
Rahayu, Saptanti dkk. 2009. Nuansa Geografi 1: untuk SMA / MA Kelas X. Surakarta:PT.
Widya Duta Grafika .
Utoyo, Bambang. 2009. Geografi 1 Membuka Cakrawala Dunia : untuk Kelas X Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Bandung:PT. Pribumi Mekar.

AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER


HIDROLIKNYA

TERMINOLOGI LAPISAN AKIFER DAN BUKAN AKIFER

Akifer (Aquifer) : Lapisan yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dalam jumlah
yang ekonomis. Contoh : Pasir, kerikil, batupasir, batu gamping rekahan.

Akiklud (Aquiclude) : Lapisan yang mampu menyimpan air, tetapi tidak dapat
mengalirkan air dalam jumlah yang berarti, misalnya lempung, serpih, tuf.

TERMINOLOGI LAPISAN AKIFER DAN BUKAN AKIFER

Akifug (Aquifug) : Lapisan batuan yang kedap air, tidak dapat menyimpan dan
mengalirkan air, misalkan batuan kristalin, batuan metamorf.

Akitar (Aquitard) : Lapisan batuan yang dapat menyimpan air dan mengalirkan dalam
jumlah yang terbatas, misalnya lempung pasiran.

Porositas Primer
Porositas Sekunder
Pelarutan
Rekahan
Antar Butiran

MEDIA PENYUSUN AKIFER


POROSITAS SEKUNDER
POROSITAS PRIMER
MEDIA REKAHAN
MEDIA REKAHAN PELARUTAN
MEDIA ANTAR BUTIR

JENIS-JENIS AIR (WHITE, 1957)

Air Juvenil : Air yang berasal dari hasil proses pembekuan larutan magma dan bukan
merupakan bagian dari hidrosfir.

Air Meteorik : Air yang berasal dari siklus hidrologi.

Air Konnat : Merupakan air fosil, yaitu air meteorik yang terperangkap oleh prosesproses geologi seperti pembentukan formasi dalam cekungan sedimentasi, penurunan
muka air laut, proses pengangkatan dan proses lainnya. Jenis air ini tidak lagi
mempunyai hubungan dengan siklus hidrologi

JENIS-JENIS AIR (WHITE, 1957)

Air Metamorfik : Salah satu bagian dari air konnat, terjadi akibat proses rekristalisasi
mineral yang mengandung air selama proses pembentukan batuan metamorf.

Air Magmatik : Air yang berasal dari hasil pembentukan larutan magma dan
bercampur dengan air meteorik.

TERMINOLOGI AIRTANAH DAN AIR BAWAH TANAH

SIKLUS HIDROLOGI (J. Bier, 1978)

JENIS-JENIS MATAAIR (Todd, 1980)


1. Mataair Depresi (Depression Spring) : Mataair yang disebabkan karena permukaan tanah
memotong muka airtanah (water table)

JENIS-JENIS MATAAIR (Todd, 1980)


2. Mataair Kontak (Contact Spring) : Mata
air akibat kontak antara lapisan akifer
dengan lapisan impermeabel pada bagian
bawahnya.

Mata Air

JENIS-JENIS MATAAIR (Todd, 1980)


3. Mataair Rekahan (Fracture Spring) : Mataair yang dihasilkan oleh akifer tertekan yang
terpotong oleh struktur impermeabel.

JENIS-JENIS MATAAIR (Todd, 1980)


4. Mataair Pelarutan (Solution Tubular
Spring) : Mataair yang terjadi akibat
pelarutan batuan oleh air tanah.

Distribusi Vertikal Airtanah

Pembagian Air Bawah Tanah :


1. Zona Aerasi (Interstices, diisi oleh air
dan udara).
Air vadose (Vadose dari vadosus =
dangkal)
a. Zona airtanah
b. Zona intermedier vadose
c. Zona kapiler

Distribusi Vertikal Airtanah

Pembagian Air Bawah Tanah :


2. Zona Saturasi : Dari lapisan zona
jenuh bagian atas sampai ke lapisan
dasar batuan yang impermeabel
a. Jika Lapisan Impermeabel bagian
atas tidak ada, maka muka airtanah
atau permukaan freatik terbentuk pada
lapisan zona jenuh.
b. Zona Saturasi dapat berada di atas muka
airtanah, karena adanya kapilaritas.
c. Air pada Zona Saturasi disebut Airtanah
(Groundwater or Phreatic Water)

ZONA AERASI

Zona Airtanah :
1. Ada pada saat air hujan jatuh ke
permukaan tanah atau dari aliran irigasi.

2. Zona ini mulai dari permukaan tanah


sampai pada zona akar = f (tipe tanah,
vegetasi).
3. Airtanah berperan memberikan kelembaban
akar.

ZONA AERASI
4. Thin film moisture dikenal sebagai air
higroskopik.
5. Sangat berperan adanya air kapiler.
6. Pengurangan air melalui mekanisme
gravitasi

ZONA AERASI

Zona Kapiler : Posisi dari muka airtanah (bagian atas) sampai batas munculnya air
kapiler :

= tekanan permukaan
= berat spesifik air
r = jari-jari tabung

= kontak miniskus dengan


dinding tabung

ZONA SATURASI
Pada zona ini airtanah mengisi seluruh interstices :

Porositas yang dimiliki efektif untuk menyimpan air.

Spesifik Retensi :

Volume air yang dapat diserap (retain) sejumlah Wr


Sr =
Kekuatan gravitasi atau volume

= Wr + Wy semua pori berhubungan

ZONA SATURASI

Spesifik Lapangan (Sy)

Wy Volume air (setelah jenuh) dapat didrainase selama gravitasi


Sy = =
V Volume

ZONA SATURASI

Sr dan Sy dapat mempunyai satuan (%) karena Wr dan Wy adalah total volume
material yang penuh.

Nilai Spesifik Lapangan ditentukan berdasarkan :


a. Ukuran Butir
b. Bentuk
c. Distribusi Pori
c. Kompaksi Lapisan
d. Waktu Drainase

Secara umum Sy mempunyai kemampuan untuk meloloskan air.

PARAMETER HIDROLIK BATUAN

POROSITAS

PERMEABILITAS

TRANSMISSIVITAS (T)

STORATIVITAS (S)

POROSITAS

Perbandingan antara volume ruang natar butir terhadap volume total batuan.

Porositas tergantung pada kebundaran, sorting dan kompaksi. Batuan dengan butir
yang semakin membundar dan sorting yang baik menyebabkan porositas yang besar,
sedang kompaksi akan memperkecil porositas.

PERMEABILITAS

Kemampuan material batuan untuk mengalirkan fluida (air).

Batuan dengan porositas yang besar, mampu menyimpan air, tapi belum tentu mampu
mengalirkan air (permeabel), contohnya batu lempung. Tapi sebaliknya batuan yang
permeabel tentu mempunyai porositas.

Permeabilitas tergantung pada sifat cairan pori (viskositas), rasio ruang antar butir,
bentuk dan susunan pori batuan atau struktur tanah.

PERMEABILITAS
Parameter Permeabilitas ada dua :

Konduktivitas Hidrolik (K), satuan cm/s atau m/s. Nilai K tidak konstan, tergantung
pada media dan fluida (viskositas dan densitas fluida yang tergantung pada tekanan
dan temperatur)

Permeabilitas Intrinsik (k), satuannya cm2 atau m2. Nilai k hanya tergantung pada
sifat fisik batuan/tanah.

PERMEABILITAS

Hubungan antara Konduktivitas Hidrolik (K) dengan Permeabilitas Intrinsik (k)


adalah :

Dimana :
K = Konduktivitas Hidrolik (L/t)
k = Permeabilitas Intrinsik (L2)
= Berat unit cairan (m/L3)
= Viskositas (m/L2)

TRANSMISSIVITAS (T)

Nilai permeabilitas tiap satu meter akifer, menggambarkan kemampuan akifer untuk
membawa air secara kuantitatif.
T=K.d
dimana :
T = Transmissivitas
K = Konduktivitas Hidrolik
d = Tebal akifer

STORATIVITAS (S)

Spesifik Lapangan (Sy) untuk unconfined aquifer atau volume air yang dapat
dikeluarkan dari akifer tertekan.

Dengan kata lain, Storativitas merupakan volume air yang dapat dikeluarkan dari
akifer per unit kemiringan permukaan potensial muka airtanah per satu satuan luas
akifer.

STORATIVITAS (S)

Akifer Tertekan, S : 0,001 0,00001


Akifer Bebas, S : 0,3 - 0,01

Rendahnya nilai S untuk akifer tertekan menggambarkan bahwa akifer tersebut


mempunyai kemiringan permukaan potensial airtanah yang cukup terjal sekalipun
akibat sedikit saja menurunnya muka airtanah.
DESKRIPSI BATUAN BEKU
https://ptbudie.wordpress.com/category/basic-geology/petrology/batuan-beku/

Batuan beku dapat dipisahkan menjadi batuan beku non fragmental dan batuan
fragmental. Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun
aliran lava yang tersususn atas kristal-kristal mineral. batuan beku fragmental juga dikenal
dengan batuan piroklastik (pyro=api, clastics= butiran/pecah) yang merupakan bagian dari
batuan volkanik. Sebagai catatan, pada tulisan ini akan lebih menekankan pembahasana pada
batuan beku non fragmental. Secara umum yang utama harus diperhatikan dalam deskripsi
batuan adalah:

1. Warna Batuan
2. Struktur Batuan
3. Tekstur Batuan
4. Bentuk Batuan
5. Komposisi Mineral Batuan

1. Warna Batuan
Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi batauan beku
adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat menentukan komposisi kimia batuan
tersebut. Ada empat kelompok warna dalam batuan beku: Baca selanjutnya
Kategori:Basic Geology, Batuan Beku, Petrology Tag:Batuan Beku, geologi,
granite, hard, Igneous, masif, non fragmental, Petrologi, petrology, Rock, warna

KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA


DAN MINERALOGI
29 Maret 2012 Prihatin Tri Setyobudi Tinggalkan komentar

KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA DAN


MINERALOGI
A. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia
Menurut Hulburt (1977)Pembagian batuan bekuberdasarkan komposisi ini telah lama
menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat golongan yaitu :
a. Batuan Beku Asam
Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2) lebih dari
66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini
mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan
kandungan kuarsa, dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit.
b. Batuan Beku Menengah (intermediat)
Apabila batauan tersebut mengandung 52 66% silika maka termasuk dalam kelas ini.
Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral feromagnesia. Contoh
batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
c. Batuan Beku Basa Baca selanjutnya

Kategori:Basic Geology, Batuan Beku, Petrology Tag:Batuan Beku, Igneous,


petrology

BATUAN BEKU DAN KLASIFIKASI BERDASARKAN GENESANYA


29 Maret 2012 Prihatin Tri Setyobudi 2 komentar

BATUAN BEKU DAN KLASIFIKASI BERDASARKAN GENESANYA


https://ptbudie.wordpress.com/2012/03/29/batuan-beku-dan-klasifikasi-berdasarkangenesanya/#more-429
A. Pengertian dan Genesa Batuan Beku
Batuan Beku adalah Kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil magma
yang mendingin ( Walter T. Huang, 1962 ). Sedangkan menurut Graha (1987) adalah batuan
yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar, yang kita kenal dengan magma.
Batuan beku meliputi sekitar 95 % bagian teratas kerak bumi (15km) tetapi jumlahnya yang
besar tersebut sering tidak tampak karena tertutupilapisan yang relatif tipis dari batuan
sedimen dan metamorf. Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, cairan silika yang
mengkristal atau membeku di dalam daan di permukaan bumi. Temperatur yang tinggi dari
magma (900C 1000C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal dari bagian
yang dalam dari bumi. Semua material gunung berapi yang dikeluarkan ke permukaan bumi
akan mendingin dengan cepat, sedang proses pembantukan batuan beku yang terjadi di
bawah permukaan bumi berlangsung lama. Dalam suatu magma yang mengandung unsur O,
Si, Mg, dan Fe maka mineral dengan titik beku tertinggi Mg-olivin (forsterite), akan
mengkristal pertama kemudian diikutioleh Fe-olivin (fayelite). Pada magma yang kaya akan
komponen plagioklas, maka anortit akan megkristal dahulu kemudian didikuti yang lainnnya
sampai albit. Kristalisasi semacam ini terjadi akibat reaksi menerus yang terjadi pada
kesetimbangan antara cairan dan endapan kristal sebagai fungsi turunan temperatur (Subroto,
1984). Baca selanjutnya
BATUAN BEKU DAN KLASIFIKASI BERDASARKAN GENESANYA
A. Pengertian dan Genesa Batuan Beku
Batuan Beku adalah Kumpulan interlocking agregat mineral-mineral silikat hasil magma
yang mendingin ( Walter T. Huang, 1962 ). Sedangkan menurut Graha (1987) adalah batuan
yang terjadi dari pembekuan larutan silika cair dan pijar, yang kita kenal dengan magma.
Batuan beku meliputi sekitar 95 % bagian teratas kerak bumi (15km) tetapi jumlahnya yang
besar tersebut sering tidak tampak karena tertutupilapisan yang relatif tipis dari batuan
sedimen dan metamorf. Batuan beku merupakan hasil kristalisasi magma, cairan silika yang
mengkristal atau membeku di dalam daan di permukaan bumi. Temperatur yang tinggi dari
magma (900C 1000C) memberikan suatu perkiraan bahwa magma berasal dari bagian
yang dalam dari bumi. Semua material gunung berapi yang dikeluarkan ke permukaan bumi
akan mendingin dengan cepat, sedang proses pembantukan batuan beku yang terjadi di

bawah permukaan bumi berlangsung lama. Dalam suatu magma yang mengandung unsur O,
Si, Mg, dan Fe maka mineral dengan titik beku tertinggi Mg-olivin (forsterite), akan
mengkristal pertama kemudian diikutioleh Fe-olivin (fayelite). Pada magma yang kaya akan
komponen plagioklas, maka anortit akan megkristal dahulu kemudian didikuti yang lainnnya
sampai albit. Kristalisasi semacam ini terjadi akibat reaksi menerus yang terjadi pada
kesetimbangan antara cairan dan endapan kristal sebagai fungsi turunan temperatur (Subroto,
1984).
B. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genesanya
klasifikasi batuan beku secara genetika didasarkan pada tempat terbentuknya. Batuan beku
berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Intrusif (membeku dibawah permukaan).
2. Batuan Beku Ekstrusif (memebeku di permukaaan).
1. Batuan Beku Intrusif
Proses batuan beku intrusif sangat berbeda dengan dengan kegiatan batuan vulkanik, karena
perbedaan dari tempat terbentuknya dari kedua jenis ini. Menurut Graha (1987) tiga prinsip
dari tipe bentuk intrusi batuan beku, bentuk dasar dari geometri adalah:
a. Bentuk Tidak Beraturan
Pada umumnya berbentuk diskordan (memotong dari lapisan massa batuan) dan biasanya
memiliki bentuk yang jelas dipermukaan bumi. Penampang melintang dari tubuh pluton
(intrusi dengan bentuk tidak beraturan) memperlihatkan bentuknya yang besar dan
kedalamnaya tidak diketahui batasnya. Contoh batuan yang berbentuk seperti ini adalah
batolit, singkapan dipermukaan memiliki luas sampai 100 km persegi. Sedangkan contoh
lainya adalah stok, hampir sama sifatnya tetapi berbeda ukurannya
b. Bentuk Tabular
Intrusi berbentuk tabular mempunyai dua bentuk yang berbeda, yaitu dike (retas) mempunyai
bentuk diskordan (tubuh intrusi memotong dari lapisan masa batuan) dan Sill mempunyai
bentuk konkordan (tubuh intrusi sejajar dengan lapisan batuan). Dike adalah intrusi yang
memotong batuan induk, kadang kontak hampir sejajar. Kenampakan di lapangan dike dapat
berukuran sangat kecil dan dapat pula berukuran sangat besar. Sedangkan sill adalah batuan
beku yang diintrusikan diantara dan sepanjang lapisan batuan sedimen, dengan ketebalan dari
beberapa mm sampai beberapa km. Contoh lainya adalah lakolit dan lapolit.
c. Bentuk Pipa
Tipe ketiga dari tubuh intrusi, relative memilki tubuh yang kecil, hanya pluton-pluton
diskordan. Bentuk yang khas dari grup ini adalah intrusi-intrusi silinder atau pipa. Sebagian
besar merupakan sisa dari korok suatu gunungapi tua, biasa disebut vulkanik nek (teras
gunungapi). Kenampakanya dilapangan berbentuk silinder, berukuran besar tetapi
kedalamannya tidak diketahui.

2. Batuan Beku Ekstrusif


Batuan ekstrusif terdiri atas semua material yang dikeluarkan ke permukaan bumi baik di
daratan ataupun di bawah permukaan laut. Material ini mendingin dengan cepat,ada yang
berbentuk padat, debu atau suatu larutan yang kental dan panas, cairan ini biasa disebut
dengan lava (Graha, 1987).
Lava merupakan magma yang telah keluar dari kerak bumi. Ada 2 tipe magma yaitu magma
asam dan magma basa. Magma basa mengandung silika yang rendah dan viskositas relatif
rendah. Magma basa yang telah keluar ke permukaan bumi sebagai lava basaltis. Sedangkan
magma asam memilki kandungan silika yang tinggi dan viskositas relatif tinggi (Graha,
1987).
Sedangkan campuran antara batuan dengan butiran halus yang sering berasosiasi dengan
batuan vulkanik disebut batuan piroklastik. Percampuran dari fragmen batuan yang besar
dengan lava dan debu vulkanik, sehingga membentuk agglomerate. Dan dari butiran halus
seperti debu dan fragmen batuan maka akan membentuk tuff (Graha, 1987).
Selain pembagian di atas, batuan beku berdasarkan genesa juga dapat dibagi menjadi 3
kelompok (Subroto1984), yaitu :
a. Batuan Beku Volkanik
yang merupakan hasil proses vulkanisme, produknya biasanya mempunyai ukuran kristal
yang relative halus karena membeku dipermukaan atau di dekat permukaan bumi. Batuan
beku volkanik dibagi menjadi batauan beku volkanik intrusif, batuan beku volkanik
ekstrusif yang sering disebut dengan batuan beku fragmental dan batuan beku volkanik
efusif.
b. Batuan beku plutonik
terbentuk dari proses pembekuan magma yang jauh didalam bumi, mempunyai kristal yang
berukuran kasar.
c. Batuan beku hipabisal
yang merupakan produk intrusi minor, mempunyai kristal berukuran sedang atau campuran
antara halus dan kasar.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA DAN
MINERALOGI
A. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Kimia
Menurut Hulburt (1977)Pembagian batuan bekuberdasarkan komposisi ini telah lama
menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam empat golongan yaitu :
a. Batuan Beku Asam
Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2) lebih dari
66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini
mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan
kandungan kuarsa, dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit.

b. Batuan Beku Menengah (intermediat)


Apabila batauan tersebut mengandung 52 66% silika maka termasuk dalam kelas ini.
Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral feromagnesia. Contoh
batuan ini adalah Diorit dan Andesit.
c. Batuan Beku Basa
Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah bataun yang mengandung 45 52% silika.
Batuan ini akan memiliki warna hitam kehijauan karena terdapat kandungan mineral olivine.
Contoh batuan ini adalah Gabbro dan Basalt.
d. Batuan Beku Ultra Basa
Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku mengnadung 45% SiO2 . Warna batuan
ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai kuarsa. Contoh batuan ini
adalah Peridotit dan Dunit.

B. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Mineralogi


https://ptbudie.wordpress.com/2012/03/29/klasifikasi-batuan-beku-berdasarkan-komposisikimia-dan-mineralogi/
Analisa kimia batuan beku itu pada umumnya memakan waktu, maka sebagian besar
klasifikasi batuan beku berdasarkan atas susunan mineral dari batuan itu. Mineral-mineral
yang biasanya dipergunakan ialah mineral kuarsa, plagioklas, potassium feldspar dan foid
untuk mineral felsik. Sedangkan untuk mafik mineral biasanya mineral amphibol, piroksen,
dan olivine (Graha 1987).
Klasifikasi yang didasarakan atas mineralogi dan tekstur akan lebih dapat mencerminkan
sejarah pembentukan batuan daripada atas dasar komposisi kimia. Tekstur batuan beku adalah
mengambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri. Seperti tekstur
granular memberi arti akan keadaan yang serba sama, sedangkan tekstur porfiritik
memberikan artibahwa terjadi dua generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik
mengambarkan pembekuan yang cepat (Graha, 1987).
Klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russell B Travis (1955), dalam klasifikasi ini
tekstur batuan beku yang didasrkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
a. Batuan Dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral menyusun batuan tersebut dapat dilihat
dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan Gang bermasa dasar faneritik
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik.

c. Batuan Gang bermasa dasar afanitik


Bertekstur porfiritik dengan masa dasar afanitik.
d.Batuan Lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau dilihat dengan
mata biasa.
Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur, perubahan
tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami kristalisasi.
Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan magma mengakibatkan
terbentuknya batuan yang memilki tekstur yang berbeda.
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di bawah
permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral penyusunya
memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif
besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang
rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem kristal
tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki sistem kristal, dan
mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.
Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :
1. Tingkat kristalisasi

Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal

Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas

Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas

2. Ukuran butir

Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral
yang berukuran kasar.

Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral
berukuran halus.

3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya berbentuk
sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga
bentuknya tidak sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:

Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya

Unidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal
atau bentuk kristal euhedral (sempurna)

Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan


subhedral.

Allotriomorf (Xenomorf), sebagian besar penyusunnya merupakan kristal yang


berbentuk anhedral.

5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya

Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama

Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

Tekstur dan klasifikasi batuan beku


http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2012/02/tekstur-dan-klasifikasi-batuan-beku.html
Klasifikasi Batuan Beku
Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia, tekstur, dan
mineraloginya.
a. Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :
1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari permukaan
bumi
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafic (gelap)
seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsic (terang) seperti Feldspar,
muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
b. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:

1. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%


2. Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%
3. Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%
4. Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%
c. Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2-nya batuan beku diklasifikasikan
menjadi empat:
1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.
2. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contohnya Diorit,
Andesit
3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro, Basalt
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%
Diposkan oleh Geografi
http://dearthurjr.blogspot.co.id/2013/05/sifat-fisika-kimia-dan-klasifikasi-dari.html
Magma adalah material alam yang sebagian atau seluruhnya berwujud cair.
Untuk batuan vulkanik kuno dan semua batuan plutonic yang terdapat pada
permukaan karena proses erosi. Besal dari magma hanya dapat disimpulkan
atau diasumsikan walaupun ada bukti struktur atau tekstur untuk dapat
dikatakan sebagai tempat asalnya. Salah satu bukti tidak langsung yang terbaik
datang dari lab petrologis, sejak James Hall melakukan penelitiannya hampir 200
tahun yang lalu, ia memiliki contoh magma pada suhu yang tepat, lalu
mendingin dan mengkristalisasi magma ini menjadi batuan beku.
Kebanyakan magma adalah cairan silikat , mengandung sekitar 75-100%
Si02 (silika). Bagaimanapun, beberapa batuan beku langkah dapat terbentuk
oleh kristalisasi dari magma dengan kadar silika yang sangat sedikit. Sebagai
contoh karbonatilite dan natrokarbonatili adalah batuan intrusif dan ekstrusif
yang di dominasi oleh Sodium, kalsium atau mineral magnesium karbonat
dengan hanya sedikit silikat nelsonile adalah batu silika bebas magnetik.
Ilmenit/apatite yang dikenal terbentuk dalam aliran lava atau sebagai pemisal
dalam plutonik.
BENTUK FISIK DAN CIRI-CIRI DARI MAGMA
Bagian dari magma silika sebagian besar dapat dilihat dari komposisisnya
sebagai contoh, densitas dikendalikan oleh konsentrasi relatif dari komponen
kimia dengan berat atom yang berbeda.
Magma kaya akan elemen-elemen seperti kalsium,titanium dan
utamanya besi memiliki densitas kekokohan yang lebih besar dari magma

mengandung elemen-elemen ringan seperti silikon, aluminium dan sodium


Kebanyakan mineral silikat mempunyai titik didih diatas 10000 C, yang
membuat magmanya tetap cair. Kebanyakan komposisi magma ada selang
waktu pengkristalan diatas beberapa ratus derajat celcius diantara kenampakan
dari temperatur kristal yang pertama pada pendinginan dan pengkristalan
terakhir dari sedikit persen cairan.
Selang waktu itu sendiri dan peningkatan secara derastis keduanya bervariasi
sebaik dengan tekanan magma. Kebanyakan magma berisi konsterasi yang kuat
dari jenis-jenis yang mudah menguap seperti air atau karbon dioksida. Pada suhu
yang tinggi dimana magma mencair secara total, unsur yang memudah
menguap akhirnya benar-benar terurai dalam molekul cair.
Viskositas merupakan salah satu ciri-ciri yang paling penting dari kebanyakan
cairan termaksud magma. Viskositas didefinisikan sebagai daya tahan untuk
mengalir.
Air memiliki kecenderungan untuk mengacaukan penggabungan
tetrahedra dengan melemahkan ikatan Si/O, jadi kadar air yang tinggi akan
mengurangi kekentalan magma seperti yang ditunjukkan Shaw (1965), 4% berat
(wt%) H20 dilarutkan dalam magma asam kering mengurangi sekitar 108-105
keadaan seimbang. Penilai naskah mengerahkan kepada Hess (1989) untuk
sebuah diskusi komprehensif struktur lelehan dan viskositas.
Kebanyakan magma habis pada temperatur dalam selang waktu
kristalisasi antara cairan (temperatur dimana kristal pertama muncul selama
pendinginan). Dan bahan padat ( temperatur dimana magma menjadi benarbenar padat), dan demikian menghasilkan pelelehan, memadatkan kristal dan
mungkin juga gelembung-gelembung gas. Kekentalannya juga bervariasi karena
pengaruh tekanan. Jadi ketika mengalir lebih lanjut hanya memerlukan tenaga
yang sedikit. Keadaan magma (prilakunya) sangat dipengaruhi oleh komposisi,
viskositas (kekentalan), kandungan gas dan kadar pemadatan kristal. Ekstrusif
rendah viskositas magma asam (basaltik, andesit) cenderung membentuk aliran
magma, sebaliknya magma ekstrusif tinggi, viskositas intermediet dan felsik
menghasilkan piroklastik yang besar seperti material abu, tuff atau fitrophyre.
Magma asam intrusif memiliki viskositas rendah yang dapat mengeksploitasi
retakan tipis sebagai pipa penyalur. Magma felsik dengan viskositas tinggi
sangat jarang dijumpai sebagai dikes atau shills tetapi biasanya dalam
bentuk yang besar, membulat atau bola-bola seperti stocks dan batolit.
KOMPONEN KIMIA BATUAN BEKU
Batuan beku mempunyai banyak material yang terdiri dari unsur kimia.
Dua hal penting yang merupakan dua unsur yang berlimpah-limpah di kerak
bumi, oksigen dan silisium, tetapi banyak unsur lain yang menjadi penyusun di
dalam magma dan batuan beku. Komponen kimia dari batuan beku umumnya

terbagi menjadi 3 kategori dari komponen: unsur utama, unsur tambahan dan
unsur pelengkap (unsur terkecil). Unsur utama merupakan gambaran secara
khas sebagai pemusatan yang jauh lebih besar daripada 2 wt dan unsur
tambahan antara 01 dan 2 wt. Unsur pendukung memiliki pemusatan
kehadiran dibawah 0,1 wt dan merupakan secara khas sebagai bagian per
jutaan atau bagian per milyar. Dalam penjumlahan oksigen dan silisium yang
berlebih meliputi aluminium, titanium, besi, mangan, magnesium, kalsium,
sodium, potasium dan fosfot. Secara normal memberitahukan kelimpahan dari
unsur utama dan unsur tambahan dalam bentuk oksida sederhana yaitu SiO2,
TiO2, Al2O3, FeO, Fe2O3, MnO, MgO, CaO, Na2O, K2O, P2O5. Unsur utama
mineral lainnya adalah sulfur, flourit dan klorit dalam bentuk unsurnya.
Meskipun analisis batuan dan mineral umumnya merupakan persentase
dari persen berat oksida, jumlah molar digunakan untuk berbagai macam tujuan
petrologis. Perubahan dari persen berat ke persen mol adalah secara langsung
dan penggunaan berat molekul dari oksida yang dapat di kalkulasikan dari tabel
periodik atau didapatkan dalam banyak teks mineralogi antara lain: Deer, Howie
dan Zussman (1993). Untuk mengkomfersi, pembagian persen berat tiap oksida
oleh berat molekulnya. Penambahan semua nilainya dan kemudian dinormalkan
menjadi 100%.
Dua komponen penting kimia lainnya adalah air dan karbondioksida.
Dalam batuan beku, senyawa itu terjadi pada sebuah analisis jika molekul air
atau mineral karbon saling bersentuhan (dan jika bahan campuran dapat
ditemukan dengan menggunakan teknik analitik). Jumlah 2 komponen utama di
hancurkan di dalam magma tetapi kebanyakan untuk kehilangan kelengkapan
dalam proses kristalisasi. Hal itu sangat penting untuk menginggatkan bahwa
kekurangan komposisi kimia dari batuan beku.
Metode analisis kimia
Metode ini untuk menentukan komposisi kimia batuan dan mineral beragam,
tersembunyi dari peralatan tradisional (dan jarang dilakukan) kebasahan kimia
analisis kuantitatif untuk kecanggihan spektroskopik modern dan teknik
spektrometri massa. Penggunaan yang lebih luas menggunakan metode berikut.
Analisis kimia basa.
Analisis kimia basa adalah metode analisis kuantitatif menggunakan bahan
reaksi titrasi dari produksi larutan oleh pemutusan total sampel batuan dan
mineral di dalam asam. Teknik pemutusan tergantung pada tipe batuan, tetapi
umumnya daerah dengan sempurna atau sampel berbubuk merupakan
penghancuran di dalam larutan asam dengan beberapa campuran nitrat, asam
fosfat, dan asam hidroklorik. Penggunaan hampir eksklusif dalam menentukan
kosentrasi unsure utama dan tambahan, teknik ini tidak mempunyai resolusi
yang diperlukan untuk analisis unsur pelengkap lainnya. Sebagian besar
analisis batuan (dan baik analisis mineral) dilaporkan dalam petrologi.

Absorpsi atom spektrumfotometry


Sama halnya analisis kimia basa, teknik absorpsi atom spektrumfotometry juga
memerlukan sejumlah pemutusan sampel di dalam larutan asam. Larutan
kemudian menguap di dalam lingkungan gas dan berhubungan pengeluaran
pemancaran atom penjumlahan kualitatif dan perbandingan larutan standar
diketahui konsentrasi larutan khusus. Teknik ini umumnya lebih teliti daripada
analisis kimia basa untuk unsur utama di konsentrasi rendah, tetapi dapat lebih
kurang teliti pada konsentrasi tinggi.
Pemancaran sinar X atau spektroskopi fluorescence
Semua material pemancaran sinar X (yaitu, panjang gelombang sinar X
fluoresce) dari individu unsur pokok atom ketika atom itu terbangkitkan oleh
pemfokusan sumber kuat energi, didalam kotak sumber energi tinggi sinar X,
pada dasarnya sinar X berupa lampu yang menggunakan difraksi sinar X, secara
khas menggunakan sumber dari XRF meliputi tungsten dan emas. Unsur atom
tertentu memancarkan sinar X spektrum di beberapa karakteristik intensitas
frekuensi, merefleksikan secara tepat energi elektron yang berlimpah-limpah di
dalam pembangkitan atom. Analisis kuantitatis melibatkan pengukuran
intensitas itu untuk batuan yang tidak di ketahui dan kemudian perbandingan
bahan standar pengukuran itu untuk mengetahui konsentrasi. Beberapa koreksi
berdasarkan pada sifat fisik pijar sinar X dan menerapkan absorbsinya. Teknik ini
menjadi suatu teknik standar analisis di tahun 1980an.
Mikrokuar Elektron ( EMP ) dan kapasitas pemancaran sinar X ( PIXE )
Kedua teknik pokok serupa XRP, dengan 2 pengecualian: sumber
pembangkit energi dan tempat analitis larutan. Teknik EMP menggunakan
pemusatan sorotan energi tinggi elektron untuk membangkitkan sampel dan
dapat membangkitkan area di permukaan sampel kecil sebagai1000 millimeter
( 1 mikrometer atau 1 mikro ). Teknik PIXE menggunakan energitinggi proton
untuk sumber energi dan tempat pembangkitan sedikit lebih besar. Seperti XRF,
kedua teknik ini menggunakan perbandingan intensitas sinar X dari material
yang diketahui dan tidak diketahui konsentrasi kimia untuk sampai pada analisis
kuantitatif. Pemecahan analitis menyediakan area yang sangat kecil hanya satu
jenis meneral atau bagian yang rata untuk dianalisa. Faktanya, paling jauh
penggunaan teknik ini untuk analisis tak lebih dari satu jenis mineral di dalam
sayatan bagian tipis batuan. Elektron atau proton ukuran balok hanya dapat
menyediakan perluasan analisis atau daerah polikristalin ukmuran besar.
Meskipun tak maksimum, analisis batuan dengan teknik ini secara khas
melibatkan pembubukan dan peleburan sampel dan meneliti hasil glass
( memerlukan perhatian khusus untuk produk homogen glass ). Analisis semua
unsur utama dan beberapa unsur pendukung dapat dipelajari dengan kedua EMP
dan PIXE.

Induktif plasma gabungan spektroskopi


Satu teknik yang lebih baru untuk analisis keseluruhan batuan dari unsur utama
dan unsur pendukung pilihan menggunakan pembubukan/serbuk, pemecahan
sampel batuan, yang menguapkan ke dalam sebuah plasma ( temperature
sangat tinggi ionisasi gas). Plasma menguji dan membandingkan dengan standar
penggunaan pemancaran spektroskopi. Meskipun beberapa sampel memerlukan
persiapan, teknik ini akurat dan relative cepat. Keuntungan selanjutnya teknik ini
adalah plasma dapat menjadi pengarah spectrometer massa dan menganalisa
komposisi isotop, seperti diuraikan dibawah, di dalam bagian pada metode
spektrometri.
ANALISIS INSTRUMENTAL PENGGERAKAN NEUTRON (INAA)
INAA meliputi penyinaran sampel bubuk batuan dengan menggerakan sumber
high-flux neutron, khusus didalam sebuah sinkrotron atau reaktor nuklir, untuk
analisis unsur pelengkap, terutama unsur yang jarang di bumi. Kehidupan
pendek nuclides merupakan pembangkit dari setiap unsur selama penyinaran.
Pemusatan perhatian unsur pelengkap dapat ditambahkan oleh pengawasan
radiasi elektromagnetik dari , , dan tempat tinggal jangka penduk nuclides di
dalam sampel.
Metode spektrometri massa
Analisis isotop untuk kestabilan kedua dan isotop radiogenic dilakukan
menggunakan spectrometer massa, yang mampu mendiskriminasi atom dan
partikel molekul berbeda massa. Material diperkenalkan kedalam spectrometer
massa gas, plasma, atau penguapan cairan ke sebuah kawat pijar yang
kemudian dipanaskan ke residu pembuat terang. Penggunaan metode
selanjutnya di dalam kotak dan aliran partikel masuk ke spectrometer massa dari
pemanasan kawat pijar. Isotop, atom individu unsur yang sama itu mempunyai
persamaan berat atom, merupakan pemecahan massa di dalam alat dan relative
tidak sama berlimpah unsur isotop dapat dihitung oleh perbandingan dengan
standar kalibrasi. Teknik ini diketahui sebagai ionisasi termal spectrometri massa
atau pelemahan isotop ionisasi termal spektrometri massa. Ketika sebuah unit
ICP adalah sumber gas, teknik penunjuk ke ICP-MS.
Didalam analisis spektrometri massa pemisah butiran individu material dapat
menjadi pelaksana penggunaan dua tipe alat. Pertama varian ICP-MS di material
(plasma) tanda jalan spectrometer massa diperoleh dari ablasi laser tempat kecil
pada target, secar efektif manggali keluar lubang yang sangat kecil oleh energi
tinggi laser itu material target utama mengalami penguapan. Alat ini mengetahui
ablasi laser, penggabungan secara induktip spectrometer massa (LA ICPMS).
Kedua di dalam teknik menggunakan sorotan focus ion (secara khas sesium atau
ion oksigen) untuk secara fisik menggali lubang di dalam sampel. Penggalian
material kemudian menjalankan spectrometer massa yang menganalisa. Kedua
alat itu bermacam-macam penggunaan untuk analisis unsur pelengkap dan

isotop dan terutama sangat berharga untuk U-Pb geochronology.


KOMPOSISI KIMIA BATUAN BEKU
Selama sekitar 200 tahun dari penelitian analisis kandungan kimia
batuan beku ahli petrologi mengungkapkan beberapa pola pokok. Contohnya
batuan beku basa seperti bassalt yang kaya akan kalsium, besi, dan magnesium
dan kekurangan sodium, potasium dan silika relatif ke batuan beku asam. Mafik
merupakan batuan yang kaya akan kandungan mineral feromagnesian (olivin,
piroksin dan amphibol), dan felsik termasuk batuan yang kaya dengan mineral
berwarna terang (kuarsa, feldspar, dan feldspatoid). Selain itu, telah digunakan
pada melanocratic, artinya yang berwarna gelap, dan leucocratic, artinya yang
berwarna terang. Komposisi kimia ini cenderung menggambarkan kandungan
mineral dari beberapa tipe batuan (dan sebaliknya ) dan tidak dapat dielakkan
bahwa hal tersebut merupakan hasil dari formasi dan evolusi magma. Le Maitre
(1976) menghitung komposisi ini dari kompilasi diatas 20.000 analisis sifat kimia.
Ini menjadi catatan menarik untuk mengetahui nomor dari setiap kategori dari
analisa individu. Granit dan basalt menunjukkan nomor paling besar dari analisa
batuan, suatu situasi mencerminkan fakta bahwa ada dua tipe batuan beku yang
melimpah di lapisan kerak bumi. Untuk beberapa tipe yang lain. Tipe batuan
felsik, volume batuan yang paling banyak melimpah yaitu granodiorit dan kuarsa
diorit, mencernminkan perannya di magnitik kontinental yang besar sampai
lingkungan batholith.
Batuan beku jarang memiliki kandungan silika sekitar 45% atau lebih dari
75%. Mengapa bisa terjadi begitu? Batuan beku banyak terbentuk dari mineralmineral silika yang mana, terkecuali kuarsa, konsentrasi silika antara 3570%.karena volume batuan yang didominasi oleh mineral-mineral feldspar, yang
kandungannya terdiri antara 55 -68% silika, ini melebihi jumlah yang
diharapkan. Keadaan rendah silika dan silika- mineral-mineral bebas ( olivin dan
oksida, berturut-turut ) isian silika dari batuan basa, mengingat keberadaan dari
pengaruh kuarsa pada batuan asam sangat penting. Batuan beku intermediat
mengandung silika (60-65%) memperlihatkan adanya penurunan sekitar
beberapa jumlah feldspar dari jumlah silika.
Kemudian, komposisi batuan tidak berarti apa dari berat volume rata-rata
dari komposisi mineral-mineral individu yang pokok. Walaupun itu bisa sedikit
menjelaskan, ini mudah dan berdasarkan atas dasar hubungan antara komposisi
kimia dan mineral isian dari Batuan beku ( benar, semua batuan ) , dan menjadi
satu hal yang paling penting di kalkulasi petrologi, CIPW.
PENGUKURAN DAN PENAFSIRAN MINERALOGI
Komposisi minaralogi dari batuan beku merupakan ciri penting karana
digunakan untuk klasifikasi dan interprestasi dari asal evolusi magma. Sebagian
besar batuan, mineralogi dapat diamati dan diukur dengan menggunakan teknik
optik atau berbagai reaksi kimia untuk lainnya, termasuk banyak jenis batuan

vulkanik dan khususnya berbutir gelas seperti obsirdan. Untuk batuan ini,
perhitungan dari mineralogi sintetik berdasarkan komposisi kimia sangatlah
penting.
BERAT DAN MODE VOLUME
Secara langsung ukuran dari mineral batuan ini disebut mode, yang
biasanya dinyatakan sebagai persen volume atau berat setiap konstituen
mineral. Mode dapat diukur dengan berbagai cara , tetapi yang paling umum
adalah yang paling tradisional. Penggunaan microskop mekanik untuk poin-count
butiran mineral dalam sayatan tipis batuan (William,turner, dan Gillbert 1982)
proses ini melibatkan pemindahan bagian tipis sistematis sepanjang kolom dan
mengidentifikasi dan menghitung butir mineral pada setiap persimpangan gread,
kira-kira dari 500-5000 jumlah, tergantung pada ukuran butir dan tingkat presisi
yang diperlukan dinormalisasi untuk 100%. Presentase yang dihasilkan tentu
saja, persen berdasarkan wilayah, tetapi dianggap aquivalement untuk persen
volume batuan tekstur homogen melalui ekstrapolasi ke dimensi ke tiga,
perhatikan bahwa struktur micro pada batuan ini menonjol seperti layering fineskala atau lenetion aliran kuat,dimensi ketiga perhitungan ini mungkin tidak
valid.
Mode semikuantitatif (pikiran,nyata) dapat ditentukan dengan estiminasi
visual proposi mineral baik di bagian tipis atau di gergaji, lembaran di
poles,untuk beberapa tujuan petrologi weight modes diperlukan misalnya,untuk
perbandingan kandungan mineral yang sebenarnya untuk diagrafma fase diplot
dengan skala persen berat.
Modus berat dihitung dari volume dengan mengalikan volume persen
mineral masing-masing dengan berat rata-rata tertentu, maka normalisasi
jumlah dari nilai-nilai baru untuk 100% (karena berat jenis sama dengan berat
dibagi volume, persen, berat harus sama kali volume normalisasi persen berat
jenis) sangat penting untuk melihat apakah modus dilaporkan sebagai modus
volume atau berat jika ini tidak ditentukan biasanya di asumsikan menjadi
modus volume. Mode mineral merupakan dasar dari international akan dibahas
dibawah ini.
NORMAL CIPW
Proporsi mineral dalam batuan beku adalah properti dasar yang
digunakan untuk perbandingan suatu klisifikasi dalam beberapa kasus ,
bagaimana pun tidak mungkin mengukur mode mineralogi dengan
menggunakan teknik tradisional pada bagian tipis misalnya , untuk batuan
vulkanik halus/kaca . Untuk mengukur beberapa batuan plutonik, proses
kristalisasi magmatik seperti gas isi variabel atau kedalaman em placement,
telah menghasilkan mineral yang tidak dapat langsung dibandingkan bahan
kimianya misalnya , piroksin versus amphibol amphibol versus biotit. Untuk
alasan ini , empat petrologists awal abad kadua puluh. -Whitman cross, joseph P.

Iadings, louis V. Pirsson, dan harry s.washington (yang terakhir inisial nama
C.I.P.W) - Merancang skema untuk menggunakan analisis kimia dari batuan beku
untuk menghitung mineralogi ideal atau hipotesis berdasarkan sejumlah aturan
baku. Aturan aturan ini memungkinkan ahli geologi untuk menghitung mineral
normatik dengan mengalokasikan konstituen kimia pada suhu tinggi. Pertama
untuk mengkristal minaral sebelum mineral rendah temperatur sehingga
simulasi urutan sebenarnya dari krirtalisasi dari sebuah magma yg ideal (seperti
dalam Bowens Reaction Series ) . mineral normatif anhidrit, memungkinkan
batuan magmatit hidrous dapat langsung dibedakan dengan yang kurang
menggunakan komposisi batuan.
Karena kadar air tidak relevan dengan perhitungan normal CIPW, biasanya ada
hubungan langsung atau jelas antara mineral modal akurat dan mineralogi
normatif untuk sebuah batuan tertentu (sebagian besar batuan plutonik
mengandung setidaknya sedikit air) aljabar korespondensi antara alam (misalnya
terhidrasi) dan ideal (yaitu ,anhidrat) mineral biasanya jelas. Contohnya yang
tidak termasuk dalam hal ini air, unit kimia yang biotik magnesiumnya setara
dengan satu unit feldspar kalium ditambah tiga unit dari enstatite piroksin ,
minus tiga urut kuarsa.
KMg3ALSi3O10 (OH)2
Biotite
= KALSi3O8 + 3MgSi3 3Si2 + H2O
K-feldspar

enstatite

quarst

water

Demikian pula , satu unit aktionolit setara dengan dua unit diopside ditambah
tiga unit enstatite dan satu unit kuarsa.
Ca2Mg5Si8O22 (OH)2
Actinolite
= 2CaMgSi2O6 + 3 MgSiO3 + SiO2 + H2O
Diopside

enstatite

quartz

water

Perbandingan langsung dari mineralogi modal dan normatif tidak sederhana,


karena mineralogi normatif dihitung pada atom dari pada secara volumetri atau
berat. Konversi mineralogi normatif ke bentuk yang kompotibel dengan baik
mode volume atau berat dapat dilakukan dengan menggunakan volume molekul
atau berat molekul dari mineral yang sesuai .
KLASIFIKASI MINERALOGI

Untuk setidaknya 200 tahun, petrologists telah mencoba untuk mengidentifikasi,


menganalisis, karakterisasi, atau mengklasifikasikan batuan beku. Batuan beku
telah diberi nama berdasarkan kandungan mineral, komposisi, lokasi geografis,
atau tekstur atau ada dasar yang jelas sama sekali. Karena proliferasi nama
sering tidak logis, sebuah tata-nama, sejarah besar dan membingungkan ada
untuk batuan beku. Sebagian besar pendekatan ini sebelumnya telah diringkas
oleh A. Johannsen (1931 1937, 1938) dalam empat volume buku berjudul A
petrografi Deskriptif of the Rocks beku. Johannsen dengan kemampuan
meringkas masalah:
Banyak dan khas adalah klasifikasi yang telah diusulkan untuk batuan beku.
Mereka variabilitas depens di bagian atas tujuan yang ach itu intenden, dan di
bagian atas kesulitan yang timbul dari karakter batu sendiri. Masalahnya tidak
dengan klasifikasi tetapi dengan Alam yang tidak membuat hal-hal yang benar.
Pendekatan jelas bagi slassification objektif dan jelas dari batuan beku adalah
salah satu dibangun di sekitar mineralogi dan tekstur. Kedua karakteristik
menyediakan banyak informasi tentang asal dan sejarah batu, mudah dijelaskan
dalam lapangan serta laboratorium. Data mineral dapat diuraikan, jika dianggap
berguna, dengan analisis kimia r isotopik. Untuk batuan vulkanik mikrokristalin
seperti rhyolites dan basalt, klasifikasi terbaik biasanya requirea analisis kimia.
The accurary identifikasi mineralogic dari spesimen lapangan dan tangan sangat
variabel. Hal ini tergantung pada ukuran kristal, derajat perubahan, dan kualitas
pengamatan oleh ahli geologi. Faktor terakhir ini sering sama pentingnya dengan
yang lain, karena perbedaan kemampuan antara ahli geologi sama besarnya
perbedaan ukuran kristal antara granit dan riolit. Dalam hal apapun, jelas bahwa
deskripsi seperti "granit albiteriebeckite myrmekitic" tidak bisa hanya didasarkan
pada pemeriksaan spesimen tangan. bagian Tipis diperlukan untuk klasifikasi
yang paling akurat. Di lapangan, deskripsi seperti "basalt" untuk sebuah batu
mikrokristalin berwarna gelap, atau "riolit tuf litik" untuk kepadatan, berwarna
agak terang, berlapis-lapis yang mengandung fragmen, karakter ini pasti sering
digunakan. Karakterisasi Mahasiswa seputar batuan akan meningkatkan
berbanding lurus dengan pengetahuan mereka tentang karakteristik mineral dan
asosiasi mineral dan pengalaman mereka.
batuan beku Kebanyakan hanya berisi beberapa mineral dalam kelimpahan
tinggi dan lebih banyak jenis yang kecil. Karena kemudahan identifikasi dan
signifikansi mereka di petrogenesis, mineral lebih umum dan berlimpah biasanya
dipilih sebagai dasar klasifikasi. Batuan beku kerak paling banyak mengandung
konsentrasi signifikan feldspar, bersama dengan silika mineral seperti kuarsa,
atau mineral feldspathoid indikatif kekurangan silika. Batuan beku kaya mineral
ini berwarna terang biasanya disebut sebagai felsic atau leucoracratic.
Sebaliknya, batuan beku banyak mengandung mierals ferromagnesian melimpah
dan sebagian besar berwarna gelap seperti pyroxenes, Amfibol, olivin, dan biotit
di samping mineral berwarna terang. batuan tersebut umumnya digolongkan
sebagai intermediate atau mesocratic. Ketika mineral berwarna gelap
mendominasi, batu disebut mafik atau melanocratic. Jika mineral gelap hampir
hanya konstituen, batuan ultrabasa id. Batuan beku jenis anorthosite sebagian
besar terdiri dari plagioklas dan dengan demikian cahaya berwarna, atau
leucocratic, dan sebagian besar terdiri dunit olivin dan dengan demikian adalah

cahaya menjadi hijau menengah. Anorthosite adalah notregarded sebagai


batuan felsic, bagaimanapun, tetapi paling sering dikaitkan dengan batu mafik
gabro.
Kebanyakan klasifikasi batuan beku berdasarkan jumlah elative terang dan
mineral gelap dan pada ukuran butir, yang mencerminkan laju pendinginan dan
cara emplacement. Beberapa skema klasifikasi telah tergantung pada indeks
warna socalled, atau CI (lihat di bawah), yang pada dasarnya adalah gelap skala
dari 0% (putih) hingga 100% (hitam) sekitar berdasarkan persentase mineral
gelap di batu. Istilah leucocratic, mesocratic, dan melanocratic sebenarnya bisa
diukur dengan skala CI.

Sistem Klasifikasi IUGS


Untuk memenuhi kebutuhan b = untuk sistem klasifikasi tunggal rasional batuan
beku untuk digunakan dunia, Albert Streckeisen menerbitkan sebuah skema
klasifikasi yang berlaku umum awal untuk batuan plutonik pada tahun 1967. Uni
Internasional Ilmu Geologi kemudian membentuk komisi ahli geologi dari seluruh
dunia, dipimpin oleh Streckeisen, untuk menguraikan dan merumuskan proposal
untuk batuan plutonick, kemudian menambahkan sistem Klasifikasi terhadap
batuan volkanik. Sistem ini sekarang, diterima secara internasional yang
komprehensif untuk klasifikasi batuan beku yang memungkinkan aplikasi tatanama, ke tingkat yang diinginkan presisi dan khususnya konsistensi. Paling
penting, mengingat penentuan mineralogic akurat oleh penyidik individu, ini
memungkinkan seorang pembaca sastra geologi untuk memastikan bahwa
granodiorit hornblende-biotit di Rusia adalah jenis batuan yang sama sebagai
granodiorit hornblende-biotit dijelaskan dari Texas. Rekomendasi IUGS telah
diterbitkan dalam bentuk buku bersama dengan glosarry istilah, dan pembaca
disebut buku ini untuk rincian lebih lanjut classificatio dan tata-nama.
Untuk mengklasifikasikan batu dengan benar berdasarkan komposisi mineral,
salah satu harus menentukan persentase lima mineral: quatrz, plagioklas,
feldspar alkali, mineral ferromagnessian, dan feldspathoids. Dalam pemeriksaan
tangan spesimen, kuarsa diidentifikasi dengan tembus nya, kilap vitreous, dan
kurangnya pembelahan jelas; plagioklas dengan pemutusan dan stiations
kembar polysynthetic pada permukaan disosiasinya; feldspar potasik oleh
perpecahan, kurangnya striations kembar, dan pink warna umum untuk tan ;
ferromagnesian mineral dengan warna coklat, hijau, atau hitam, dan
feldspathoids oleh individu yang meliputi karakteristik prossessed oleh masingmasing. Para feldspathoid hanya sulit untuk mengenali adalah nepheline, yang
dapat dengan mudah keliru untuk kuarsa dalam pekerjaan tangan spesimen.
Pada bagian tipis, diskriminasi kuarsa dan nepheline cukup mudah karena
mereka memiliki sifat qite optik yang berbeda.
Seperti disebutkan sebelumnya, mineralogi batu mencerminkan komposisi
kimianya. Sebuah klasifikasi batuan beku berdasarkan mineralogi karena itu
merupakan cerminan langsung dari komposisi magma Klasifikasi IUGS
membedakan batu umum berdasarkan ukuran butir. batuan Phaneritic
diklasifikasikan sebagai plutonik, dan aphanitic batuan diklasifikasikan sebagai

Withi vulkanik masing-masing kategori besar, batuan dinamai berdasarkan


persentase mineral. Kategori Klasifikasi pasti berdasarkan penggunaan umum
dan kelimpahan pengelompokan mineralogic alam. Oleh karena itu sebagian
besar batu.
Felsic dan Rocks Batuan
Petrologists biasanya menggunakan diagram segitiga. Prosedur geometris
sederhana untuk mencari atau ploting titik individu dalam setiap diagram
segitiga. Dalam segitiga sama sisi, skema lokasi sederhana melibatkan hanya
membagi segitiga menjadi segitiga sama sisi yang lebih kecil yang membentuk
kotak segitiga. Untuk semua segitiga, termasuk segitiga nonequilateral yang
menciptakan grid biasa tidak praktis, pendekatan matematis elegan adalah
untuk membangun sebuah elevasi dari sudut masing-masing melalui titik ke sisi
berlawanan dari segitiga. Jarak dari masing-masing pihak ke titik, dibagi dengan
seluruh panjang elevasi itu, memberikan sebagian kecil dari konstituen di pojok
itu. Classificationtechnique melibatkan penentuan percentagess volumetrik dari
masing-masing A, P, dan Q atau Fconstituents, bersama dengan jumlah dan jenis
konstituen mafik. Jika sebuah batu plutonik berisi hanya sebagian kecil dari
mineral mafik tidak ditentukan, ini bisa ditunjukkan dengan leuco awalan (seperti
di leucogranite); dengan proporsi besar mineral mafik, nama hte harus diawali
oleh mela (seperti dalam melagranite). Pada kesempatan langka, granit mungkin
lapangan class0ified sebagai melagranite bahkan jika tidak memiliki kandungan
yang luar biasa tinggi mineral mafik selama warna gelap. Hal ini dapat
mengakibatkan dari kehadiran feldspar potassik hijau gelap-coklat yang terjadi di
beberapa granit luar biasa ferroan dan syenites. Penggunaan penuh diagram
clssification QAPF membutuhkan pengetahuan yang cukup tepat mode mineral,
informasi yang biasanya diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium ptrographic
dengan mikroskop. Ketika persentase mineral yang tepat tidak dapat ditentukan,
misalnya, selama pemetaan lapangan atau pemeriksaan spesimen tangan rutin,
nama grup umum yang umum digunakan.
Setiap daerah plagioklas-kaya diagram QAPF berisi jenis batu dua atau lebih
yang namanya tergantung pada isi anorthite dari plagioklas atau kelimpahan
atau identitas mineral. Anothosite adalah batuan plutonik yang berisi lebih dari
90% dan mineral plagioklas mafik kurang dari 10%. Perbedaan antara gabro dan
diorite dapat didasarkan pada kriteria baik. The plagioklas dalam gabro
umumnya memiliki komposisi lebih yg mengandung kapur dari Sebuah ,
sedangkan plagioklas dalam diorit kurang yg mengandung kapur dari Sebuah .
Jika sebuah batu yang harus diklasifikasikan dengan cara spesimen tangan saja,
perbedaan antara gabro dan diorite jelas tidak dapat didasarkan pada komposisi
plagioklas, dan proporsi mineral mafik dapat digunakan sebagai gantinya. Bagro
biasanya berisi lebih dari 35% dengan volume mafik mineral olivin, augit, atau
ortopyroxene. Diorit biasanya mengandung mineral mafik kurang dari 35%
menurut volume dan umumnya mengandung hornblende dan juga, atau bukan,
piroksen, namun sebenarnya ada batuan transisi disebut gabro-batuan diorit
atau andesit basaltik untuk membingungkan hal-hal yang sedikit. Sebuah
pembagian lebih lanjut dari batuan berdasarkan gabroric di mana mineral mafik

hadir di samping plagioklas yg mengandung kapur. Gabro berisi clinopyroxene,


norite berisi ortopyroxene, dan gabronorite memiliki proporsi hampir sama dari
orthopyroxene dan clinopyroxene. Klasifikasi batuan plagioklas-kaya diringkas.
Sebuah prinsip penting untuk menjaga pikiran selalu adalah bahwa meskipun
taat kepada aturan yang dianjurkan, terkadang requirea komunikasi yang paling
unambigous akal sehat bila aturan ambigous.
Ultrabasa Rocks. batuan ultrabasa hampir selalu phaneritic dan kabut Q + A + P
+ F isi kurang dari 10%, yaitu mineral mafik membuat lebih dari 90% dari batu.
Mineral mafik utama dalam batuan ultramfic adalah olivin magnsian, augit,
orthopyroxene, dan hornblende. Berbagai macam mineral kecil bisa terjadi,
namun yang paling umum yang alumina atau chromian, spinel, magnetit,
ilmenit, garnet, phlogopite, dan clacic plagioklas. Biasanya jarang hornblende
bantalan dan batuan ultramafik lebih umum hornblende-bebas memiliki sedikit
tumpang tindih, dan sebagian besar varietas hornblende-bearing hanya disebut
hornblendites, yang nama mineral kecil yang digunakan sebagai kualifikasi,
misalnya, hornblendite garnet. Oleh batuan ultramafik jauh yang paling umum
adalah yang didominasi oleh olivin dan pyroxenes, dan skema klasifikasi mereka
menggunakan diagram segitiga dengan olivin, clinopyroxene yg mengandung
kapur, dan orthopyroxene di sudut-sudut. Varietas yang lebih umum ditemui atau
nama adalah: Peridotit: istilah umum atau bidang untuk sebuah batu yang berisi
40 sampai olivin 100%, dengan sebagian besar sisanya piroksen.
Lherzolite: tipe batuan sangat penting, yang telah dipostulatkan untuk
membentuk sebagian besar dari mantel bumi. Letherzolite, bernama untuk
kejadian-kejadian yang tidak-nya badan ultrabasa di Lherz di Pyrenees Perancis,
adalah sebuah batu olivin yang kaya dengan orthopyroxene substansial dan
piroksen yg mengandung kapur kecil kromium-bearing. Umumnya mengandung
mineral alumina kecil, baik Al chromian-spinel atau garnet.
Harsburgit: istilah khusus untuk rock, olivin kaya olivin-orthopyroxene.
Kebanyakan comonly berisi crhromian Al-spinel sebagai mineral minor atau
aksesori, walaupun garnet juga dapat terjadi.
Dunit: Sebuah Peridotit berisi 90 sampai olivin 100%, dengan sebagian besar
terdiri dari sisa piroksen dan chromian Al-spinel.
Websterite: Dinamakan untuk lokalitas jenisnya di Webster, North Carolina, batu
ini adalah sebagian besar terdiri piroksenit proporsi orthopyroxene dan
clinopyroxene, dengan sisanya kecil baik olivin dan hornblenda.
Kimberlite: rock Langka ultramfic porfiritik dengan kelebihan kalium, sehingga
mengandung phlogopite atau fenokris amphibole potasik, sehingga secara
efektif sebuah Peridotit mika. Berisi olivin, phlogopite, pyroxenes, dan kromit.
mineral acccesory Karakteristik adalah monticellite, garnet kaya magnesium, dan
mineral kaya titanium. Beberapa kimberlites mengandung berlian.
Lamproites: Serupa dengan kimberlites dan lamprophyres, lamproites adalah
ultramafik dan secara molar memiliki total alkali lebih dari alumina, membuat
mereka peralkaline. Lamproites dapat terjadi sebagai aliran sayang. Mereka
umumnya mengandung mineral langka, incluiding berlian.

Batuan vulkanik dapat dalam beberapa kasus diberi nama berdasarkan diagram

yang mirip dengan thst digunakan untuk batuan plutonik. Namun, sifat finegrained dari batuan vulkanik membuat klasifikasi berdasarkan mineralogi mdal
sulit pada umumnya dan tidak mungkin untuk batuan gelas. Oleh karena itu,
batuan volkanik lebih akurat diklasifikasikan menggunakan kriteria kimia.
Perbedaan antara basal dan andesit dibuat terutama berdasarkan indeks warna
(CI) dan konten silika atau kurang akurat, o dasar komposisi plagioklas.
composotion Plagioklas dalam batuan vulkanik banyak sulit untuk digunakan
sebagai kriteria karena kehadiran yang sangat umum zonasi komposisi yang
kuat, bahkan zonimg berosilasi, dalam kristal, membuat penentuan kadar
anorthite massal sulit. Basal, yang jatuh dekat sudut segitiga P, dibagi menjadi
tholeite, tholeite olivin, basal tinggi Al, dan basal alkali. Membedakan
mineralogic dan karakteristik kimia dari jenis ini sangat penting basal. Perhatikan
bahwa banyak basalta tidak dapat ditempatkan dalam kategori tertentu dengan
analisis mikroskopis tetapi memerlukan analisis kimia atau perhitungan normatif
mineral. Batuan vulkanik umum feldsphatoid-bantalan bisa kaya dalam alkali
feldspar, plagioklas (tephrite), dan nepheline atau leucite (naphelinite atau
leucitite).
ASPEK-ASPEK LAIN DARI KLASIFIKASI
Sebenarnya, klasifikasi IUGS tidak memasukkan tekstur kedalam skema
klasifikasi itu, dimana tampak jelas perbedaan antara batuan faneritik dan
afanitik. Biar bagaimanapun, penamaan batuan beku didasarkan pada kriteria
teksturnya, dengan beberapa kandungan mineral sekunder, mencakup:
Pengmatite: sangat kasar-butir batuan (ukuran butirannya lebih besar daripada
1cm dan mendekati atau lebih dari 1m) hubungan butiran batuannya.
Komposisinya adalah type granitik, dan pegmatit biasanya banyak mengandung
mineral alkali feldspar ( albit atau kelas sodium plagioklas ditambah microcline)
dan kristal-kristal kuarsa.
Klasifikasi batuan beku
Untuk setidaknya 200 tahun, ahli batuan telah mencoba untuk mengidentifikasi,
menganalisis, mengkarakteristik, atau mengklasifikasikan batuan beku.
Pemberian nama batuan beku didasarkan pada kandungan mineral, komposisi,
lokasi geografis, atau teksturnya. karena proliferasi penamaan biasanya tidak
logis, maka sebuah tatanama merupakan sejarah besar untuk batuan beku agar
tidak membingungkan penamaanya. Sebagian besar pendekatan ini sebelumnya
telah diringkas oleh A. Johannsen (1931,1937,1938) dalam empat volum nya-set
buku berjudul deskriptif petrografi dari batuan beku. Johannsen meringkas
masalah :
batuan beku banyak dan mempunyai sifat yang khas. keanekaragamannya
tergantung dari bagian yang timbul dari karakter batu itu sendiri. Masalahnya
ialah tidak dengan pengklasifikasian namun dengan alam yang tidak membuat
hal-hal yang benar (1931,51).

Pendekatan yang jelas terhadap tujuan klasifikasi batuan beku adalah salah
satunya tekstur batuan dan mineralogy. Kedua karakteristik ini menyediakan
banyak informasi tentang asal dan sejarah batu, dapat dijelaskan dalam
lapangan serta laboratorium, dan bagian yang halus dan tipis daripada batuan
dapat diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya. Data mineral dapat diuraikan,
jika digunakan untuk penelitian kimia atau analisis isotopik. Untuk batuan
vulkanik mikrokristalin seperti rhyolites dan basal, untuk memperoleh klasifikasi
terbaik biasanya diperlukan analisis kimia.
Halaman 65-70
Klasifikasi kimia
Varietas besar klasifikasi kimia dari batuan beku proposed ,keunggulan beberapa
dari keseluruhan analisis kimia dari jenis batuan dan yang lainnya hanya bagian
dari batuan kimia.banyak dari klasifikasi ini yang digunakan oleh para ahli dalam
bidang skema genetika batuan serta dapat juga dipelajari di luar bagian dari
buku. Sebagian besar klasifikasi kimia akan sering digunakan oleh pelajar ilmu
batuan.
Penjenuhan silica.
Karena batuan beku berasal dari kristalisasi atau pendinginan magma, maka
secara logika ialah bahwa magma adalah cairan silica dengan hasil penelitian
mineral. Ketetapan kimianya secara detail ialah tidak mengandung cairan biasa
namun lebih dari jumlah penelitian komponen larutan yang mempunyai
temparatur dan tekanan. Pendinginan magma menjadi jenuh dengan hasil
penelitian komponen mineral, kemudian mineral dari Kristal mengalami
pengendapan dan menjadi bagian dari hasil batuan. Konsep yang digunakan
secara umum untuk silica dan mineral silica ( biasanya kuarsa ) berbagai macam
varietas batuan beku adalah basalt dan sifatnya seperti granit. Deskripsi dari
silica menjadi penjenuhan silica jika mengandung kuarsa atau sejenis dengan
mineral silica. Silica- bawah penjenuhan jika jelas tidak mengandung mineral
seperti feldspar dan magnesium olivine yang keberadaanya tidak tampak pada
kuarsa. Banyaknya magma yang kurang mengandung mineral silica diakibatkan
oleh cepatnya mineral tersebut mengalami pendinginan, namun ada juga yang
cenderung mengalami penjenuhan dengan silica karena proses kristalisasi
magma yang cukup lambat. Seperti kondisi dibawah ini, cepatnya butiran olivin
yang berkombinasi dengan silica dan menjadi ortopiroksen .
MgSiO4 + SiO2 = 2 MgSiO3
Felspar dapat juga berkombinasi dengan silica menjadi feldspar , sebagai
contohnya
KALSi2O6 + SiO2 = KALSi3O8

Batuan beku banyak yang kurang mengandung kuarsa silica menjadi mineral
seperti nevelin olivine yang dimana dari silica menjadi jenuh . meskipun
bentuknya terlihat lemah kemungkinan silica menjadi batuan jenuh sangat
jarang ditemukan. Mineral seperti hornblende dapat menyamarkan dengan
sederhana tingkatan dari jdibawah penjenuhan silica. Dengan jumlah yang kecil
dari jenis kuarsa atau feldspar dapat menjadi lebih sulit untuk di identifikasi oleh
ukuran tangan maupun dengan menggunakan mikroskop.
Penjenuhan alumina
Granit menurut IUGS system klasifikasi batuan yang mengandung antara 20 dan
60 % kuarsa dan alkali feldspar lebih dari 35 % dari jumlah feldspar. Seorang ahli
batuan yang menemukan batuan magma juga mesti mempelajari kriteria
mineralnya dimana variable kimianya mengandung Al2O3 , menggambarkan dari
sedikitnya kandungan mineral asesoris. Sebagai contoh granit yang dimana
kandungan Al2O3nya tinggi yang mengandung mineral aluminium contohnya
garnet ataupun muskovit . sedangkan granit rendah pada Al2O3 mengandung
mineral sodic seperti riebectike atau egerine-augite . alumina mengandung
granit yang secara langsung mengawasi karakter dan tipe Kristal yang melebur
membentuk magma granit . jadi dasar klasifikasi granit adalah Al2O3. Meskipun
banyak tipe penggunaan dari granit. Skema klasifikasinya dapat digunakan pada
batuan beku. ( riyolith ). Klasifikasi ini banyak mempengaruhi jumlah alumina,
alkali, dan kalsium dari CIPW mineral normal. Dari referensi penelitian
perbandingan dari alumina menjadi alkali ditambah kalsium di dalam feldspar.
Granit dari cairan magma tidak akan membentuk Kristal muskovit. Sebagai
contoh tidak sedikit dari jumlah Al2O3 melampaui jumlah dari Na2O + K2O +
CaO. ( artinya bagian dari ketentuan kimia yang terjumlah persentase molekul
dari persentase berat). Seperti granit yang mempunyai alumina lebih di
butuhkan untuk membuat feldspar dan juga referensi terhadap peraluminius. Jika
molar AL2O3 < Na2O + K2O, kemudian melampaui dari alkalis ( atau kekuatan
dari alumina) kemungkinan hasil dari penjelasan yang kaya akan sodium dan
besi FERRIC menghubungkan mineral seperti aegerin menjadi augit atau ampibol
sodic . granit disebut juga dengan peralkalin . jika alumina melampaui alkali,
maka Na2O + K2O < AL2O3 < Na2O + K2O + CaO, Kemudian akan
menghasilkan mineral muskovit ferromagnesian sodik dan granit juga sama
dengan metaluminous ( yang berarti pertengahan ).
Klasifikasi kimia dari batuan vulkanik
Pada IUGS batuan vulkanik diklasifikasikan berdasarkan kandungan silica ( wt %
SiO2 ) dan jumlah dari alkalis ( wt % Na2O + K2O ). Catatan jelas ( e.g, antara
basanit dan tephrit ) juga membutuhkan jumlah dari CIPW.
Kecendrungan kimia

Sederetan jumlah batuan beku adalah dibatasi oleh geografik yang panjang
ditunjukkan oleh bagian kimia yang sangat penting. Untuk menguraikan
hubungan kemungkinan genetic perbedaan antara magma dan perbandingan
antara fasilitas batuan beku yang berbeda. Ahli batuan beku menguraikan nomor
kimia dan mineraloginya serta skema grafik yang menjelaskan tentang batuan
beku. Diharapkan pengukurannya didasarkan pada mineralogy. Yang digunakan
untuk menaksirkan ilmu mineral ( seperti CIPW), dan yag lainnya digunakan
sebagai perbandingan dari komponen kimia. Pada umumnya tipe diagram ini
disebut juga dengan diagram variasi. Dimana jumlahnya cukup besar dari data
kimia yang menunjukkan efek kemungkinan magma kimia yang berpindah
selama Kristal magma berevolusi.
Diagram harker
Satu dari sebagaian besar yang digunakan oleh semua variasi diagram adalah
tipe diagram harker yang menunjukkan berat persen dari banyaknya oksida yang
berfungsi pada berat salah 1 oksida. Berat persen SiO2 pada umumnya berasal
dari absis, karena indicator ini sangat digunakan dalam evolusi magma yang
menunjukkan genetic magma yang menurun menjadi pasangan tunggal.yang
lebih sederhana pada umumnya mengandung sedikit silica dan kemudian
mengalami kenaikan dari salah satunya. Untuk pecahan magma olivine, MgO
mengalami penurunan magma dimana mengalami pecahan dan juga digunakan
sementara pada kandungan silica. Sebab mineral yang terlalu cepat mengalami
kristalisasi magma selama pecahan ( salah satunya adalah reaksi bowen series )
dengan tipe yang kaya akan Mg dan rendah silica relative mengalami
keterlambatan, perpindahan Kristal yang begitu cepat ( pecah ) dengan demikian
hasilnya sangat kaya akan silica ( MgO ) oksida umumnya berkorelasi dengan
gaya linear dari proses pecahan.
Seperti variasi diagram harker yang mengandung oksida dengan absis yang
sangat panjang oleh parameter yang ditunjukkan cukup bervariasi meskipun
hanya deretan batuan beku. Banyaknya kandungan silica pada variasi diagram
serentak dengan berpindahnya piroksen, plagioklas, dan olivine yang berbeda
dengan deretan sifat basalt yang tidak banyak juga mengandung SiO2 daripada
magma itu sendiri karena mineral yang mempunyai sedikit silica sama halnya
dengan magma. Alasan ini dengan catatan mengandung MgO pada umumnya
digunakan untuk absis basalt dan andesit karena kekuatannya dalam mengontrol
pecahan yang berpindah dari olivine dan piroksen secara bersama sama.
Korelasi atau kecenderungan diagram harker pada proses terjadinya batuan beku
yang berelasi bersama dengan magma. Sebagai contoh penghancuran dan
pencampuran, secara keseluruhan kecenderungan korelasi linear di indikasi oleh
evolusi kimia yang genetic magma dan juga dapat digunakan untuk
memperkirakan proses ilmu alam secara kuantitatif.
Diagram AFM ( atau FMA )
Diagram AFM merupakan tipe lain dari berbagai variasi diagram yang digunakan

dalam proses pemecahan. Berbagai oksida


Na2O + K2O (A), FeO + Fe2O3 (F ) DAN MgO (M) dalam menentukan sudut
diagram triangular. Kecenderungan genetic dari diagram AFM baik olivine
ataupun klinopiroksen yang berpindah dan mengontrol evolusi magma. Diagram
ini menggambarkan observasi yang bersamaan dari kedua parameter
pecahannya :perbandingan Fe/Mg dengan total kandungan alkali. Diagram AFM
khususnya digunakan untuk menaksirkan evolusi kecenderungan magma dalam
lingkungan lempeng konvergen.
Perbedaan indeks
Perbedaan ukuran indeks atau total evolusi magma. Dari jumlah mineral
normative diatas (atau dengan temparatur yang rendah) yang ada pada bowens
reaction series : ortoklas, albit dan kuarsa. Karena dasar mineral normal
mempunyai presentasi dengan jarak dari 0-100. Secara umum basalt dengan
indeks differensiasi rendah ( <25 75.="" biasanya="" dimana="" granit=""
melampaui="" pembelahannya="" span="">
Indeks alkali kapur
Deretan genetic batuan beku, secara total mengalami kenaikan alkali oksida,
dan CaO yang mengalami penurunan dengan kenaikan kandungan SiO2. Variasi
diagram harker dimana kandungan keduanya Na2O + K2O dan CaO yang
ditunjukkan oleh kandungan SiO2 dari kecendrungan kedua linear tersebut
mempunyai point yang penting dimana wt% (Na2O + K2O ) = Wt% CaO. Harga
dari wt% SiO2 yang disebut dengan indeks alkali kapur. Secara umum, deretan
batuan beku berasal dari alkali yang kaya ( serie alkali ) dengan harga rendah
dari indeks alkali kapur ( < 50 ) dan juga alkali rendah ( seri kalsik ) yang
mempunyai bidang belahan yang tinggi.
Indeks Larsen
Indeks Larsen dikembangkan untuk digunakan dalam diagram harker di mana
hanya mengandung SiO2 saja namun tidak menunjukkan perubahan yang
banyak dalam deretan basalt piroksen dan plagioklas karena dikeluarkan
bersama dengan olivin didefinisikan sebagai
1 / 3 SiO2 + K2O - (FeO + MgO + CaO), indeks larsen menggantikan kandungan
SiO2 sendiri dimana absis dari sebuah diagram harker juga menghasilkan
pergeseran yang berlebihan dalam kecenderungan berlebih pada fraksinasi awal
deretan basalt.
Asimilasi dan kristalisasi fraksional (afc)
Sekarang banyak diperkenalkan oleh ahli batuan yaitu batuan beku kimia yang
terjadi di dalam dapur magma dari proses tersebut terjadi pelelehan dengan
kristalisasi magma kemudian ditambah lagi dengan ectraction selektif dari

dinding dapur magma atau xenoliths (lihat Bab 6 untuk penjelasan yang lebih
rinci), depaolo (1981) telah mengembangkan satu set persamaan serta
menentukan untuk menilai dampak asimilasi dan proses kristalisasi fraksional
untuk kedua isotopik dan elemen sekender komposisi magma.
Ringkasan
batuan beku yang terdiri dari mineral (kecuali untuk varietas langka seperti
obsidian gelas) dan identitas serta proporsi relatif dari mineral ini tergantung
pada komposisi yang dominan digunakan oleh ahli batuan untuk menandai
semua aspek komposisi batuan beku dari semua batuan konsentrasi elemen
utama, minor dan sekunder komposisi mineral individu dan yang akhirnya
menjadi perbandingan yang stabil dan isotop radiogentica. semua informasi
kimia sangat penting untuk menguji hipotesis dan mengetahui asal dan
pemadatan magma. bagaimana banyaknya pengamatan batuan beku yang tidak
memerlukan teknik laboratorium canggih namun masih menghasilkan informasi
penting bagi karakteristik batuan magmatic. misalnya, perkiraan atau
pengukuran proporsi mineral di dalam batuan beku merupakan kebutuhan
seorang ahli batuan untuk mengklasifikasikan batu dan menggunakan diagram
fasa untuk menjelaskan kristalisasi dari batuan dan menaksirkan dari puluhan
ribu analisis kimia batuan beku yang diperoleh selama setengah abad terakhir
mengungkapkan bahwa secara kimia batuan kurang beragam dari berbagai
batuan beku (warna, ukuran butiran, mineralogi, dll) Sebagai contoh, hampir
semua batuan beku mempunyai konsentrasi silika antara 45 dan 75wt%. Peran
dominan feldspar dalam batuan beku yang paling mengontrol relatif
keseragaman kimia .
Tujuan klasifikasi merupakan bagian penting dari petrologi batuan beku karena
standarisasi pada penggunaan nama dan ahli geologi juga memastikan bahwa
keduanya merupakan masing-masing granit jenis batu yang sama. Komisi
yang bekerja di bawah otorisasi dari serikat internasional ilmu geologi telah
mengembangkan klasifikasi standar untuk sebagian besar ukuran batuan.
Banyaknya batuan beku serta kandungan mineral dasar klasifikasi dan skema
penamaan baik untuk batuan plutonik dan vulkanik yang didominasi oleh kuarsa,
feldspar, dan yang bersifat felspar untuk batuan ultrabasa. kandungan mineral
umumnya diukur dengan menggunakan bagian tipis dan komposisi petrografi
microscope.informasi dapat digunakan untuk menciptakan sebuah "mineralogi
sintetik" untuk semua batuan beku oleh perhitungan CIPW norma, yang partisi
kandungan batu kimia menjadi teknik mineral. secara umum hipotetis terutama
berharga ketika sebuah batu (misalnya batu vulkanik) yang berbutiran sangat
halus bahwa pengukuran optik tidak pasti meskipun mereka memainkan kondisi
yang kecil dalam klasifikasi IUGS, tekstur atau karakteristik komposisi khusus
juga dapat digunakan untuk penamaan batuan. Berbagai macam diagram
khusus indeks telah dikembangkan oleh ahli batuan untuk memanfaatkan data
kimia dan mineralogi batuan beku untuk melacak proses genetik, terutama
fraksinasi.

You might also like