You are on page 1of 7

Karl Marx: Pertentangan Kelas Dan Struktur Ekonomi

Karl Heindrich Marx dilahirkan tanggal 5 Mei 1818 di kota Trier atau biasanya disebut Traves,
suatu daerah yang berada dalam kawasan Rheiland Jerman (Pruja). Kedua orang tuanya adalah
keturunan pendeta-pendeta Yahudi. Ayahnya tergolong masyarakat menegah dan menjadi pengacara
ternama di Traves. Sedang ibunya adalah putri seorang pendeta Belanda, juga berbangsa Yahudi.
Melihat riwayat hidup Marx maka penulis biografi sering menghubungkan kejeniusan Karl Marx
dengan darah Yahudi yang mengalir di tubuhnya. Pada usia ke-6 ia mengalami perpindahan Agama
dari Yahudi ke agama Kristen Protestan. Tahun 1841 Marx menerima gelar Doktor Filsafat dari
Universitas Berlin, suatu universitas yang sangat dipengaruhi oleh Hegel dan guru-guru muda
penganut Filsafat Hegel, tetapi berpikir kritis. Setelah tamat dari pendidikan ia menjadi penulis untuk
sebuah koran liberal radikal di Jerman dan didalam tempo 10 bulan ia menjadi kepala editor koran itu,
tetapi karena pendirian politiknya, maka koran itu ditutup oleh pemerintah. Essay-essay Marx secara
bebas ditaburi prinsip-prinsip demokrasi kemanusian dan idealisme. Tahun 1943 ia terpaksa
meninggalkan Jerman untuk mendapatkan suasana yang lebih Liberal di Paris, dimana ia terus
bergulat dengan gagasan Hegel dan pendukungnya, tetapi ia juga menghadapi dua kumpulan gagasan
baru yakni sosialisme Perancis dan ekonomi politik di Inggris.
Tokoh-tokoh Yang Mempengaruhi Pemikiran Karl Marx
Hegel (1770-1831) yakni salah satu tokoh Filosof yang mempengaruhi pemikiran Karl Marx, dimana
ia sepaham dengan pemikiran Hegelian Muda, yang tetap mengkritik berbagai filsafat Hegel. Salah
satunya adalah Karl Marx mengakui arti penting dialektika yang seharusnya diterapkan bukan hanya
pada dunia gagasan seperti yang diterapkan oleh Hegel, namun harus diterapkan pula pada aspek yang
bersifat material seperti aspek ekonomi.
Menurut Karl Marx harus ada usaha untuk mengkongkritkan pikiran itu menjadi pikiran sesuatu yang
nyata. Hegel juga cenderung menggunakan filsafat idealisme yang menekankan pentingnya pikiran
dan produk mental ketimbang kehidupan material.
Ludwig Feuerbach (1804-1872) dimana pemikiran tokoh ini dapat menjadi jembatan yang
menghubungkan pemikiran Hegel dan Marx, sebagai Hegelian Muda, Feuerbach banyak mengkritik
Hegel, dan Marx sangat mendukung kritik Feuerbach pada sejumlah pemikiran Hegel, diantaranya
terhadap penekanan berlebihan Hegel pada kesadaran dan semangat masyarakat. Feuerbach menerima
filsafat materialis dan karenanya ia menegaskan bahwa yang diperlukan adalah meninggalkan
idealisme subjektif Hegel untuk kemudian memusatkan perhatian bukan pada gagasan tetapi pada
realitas kehidupan manusia.
Metode Hegel diakui oleh Feuerbach mengandung unsur pembebasan manusia dari belenggu yang
mengikat melalui proses penyadaran roh. Feuerbach memusatkan perhatiannya pada kehidupan
agama, namun menurut Marx di dunia ini kehidupan sosial dan ekonomilah yang harus menjadi pusat
perhatian dan bukan agama. Feuerbach gagal menghubungkan antara manusia dan kehidupan
material, artinya kehidupan tidak dapat hanya diinterpretasikan tetapi yang utama adalah bagaimana
mengubah kehidupan itu. Dengan demikian muncullah dengan apa yang disebut materialisme
dialektika, yaitu hubungan dialektika dalam kehidupan material.
Fredrich Engels (.) pemikiran dari keduanya memiliki pemahaman yang sepadan, namun
perbedaannya terlihat dimana Marx sebagai seorang yang intelektual yang sangat teoritis dan
berorientasi pada keluarga. Sedangkan Engels adalah sosok pribadi mandiri dan pemikir yang praktis
yang tidak percaya pada lembaga keluarga. Sekalipun Marx dipengaruhi oleh Hegel, Fredrich Engeles

dan Feuerbach tetapi Marx juga mengkritisi mereka. Pertama Marx, mengkritisi kesetiaan Hegel
terhadap filsafat idealis, menurut Marx, Hegel lebih berfokus pada gagasan ketimbang sebagai sesuatu
yang nyata sebagai kesatuan material. Misalkan; Marx lebih tertuju kepada tenaga kerja yang abstrak
sementara Hegel berfokus pada mental tenaga kerja yang abstrak itu dengan alasan bahwa evolusi
terjadi di luar kontrol individu dan aktivitas mereka.
Sedangkan Marx mengkritisi Feuerbach karena pikiran Feuerbach lebih difokuskan paad kehidupan
keagamaan dan gagal memasukkan dialektika pemikiran Hegel yang terpenting ke dalam orientasi
materialisme terutama hubungan antara manusia dan kehidupan material.
Materialisme Historis Marx
The communist Manifesto (1848), adalah suatu karya besar yang ditandai dengan slogan-slogan
politik (misalnya kaum buruh bersatulah). Suatu penilaian atas peradaban kapitalis yang ambivalen
yaitu peradaban yang menjadikan sesuatu menjadi mungkin dan menyingkirkan realisasi diri, potensi
kemanusiaan.
Das Capital, ditulis dalam 3 jilid, dan jilid pertama diterbitkan pada tahun 1867 dan kedua jilid
lainnya setelah Marx meninggal. Tulisan ini meruapakan gamabaran kegagalan revolusi politik tahun
1848, dimana akhirnya Marx menarik diri dari aktivitas revolusioner dan beralih ke kegiatan
penelitian tentang kapital. Marx menjadi sangat terkenal atas karya ini dan menjadi pimpinan The
International sebuah gerakan buruh internasional dan sangat aktif mencurahkan perhatian pada
gerakan ini.
Menurut Marx kontradiksi harus terjadi di tingkat sejarah yang bertolak dari materi (bukan sejarah
idea), dengan mengambil kekuatan dari Imanuel Kant dan Hegel yaitu mengenai model kontradiksi,
dialektika, dan sejarah. Dalam gambaran karikatural historis Idealisme ia hal itu bagaikan orang
yang berjalan dengan kepalanya, sehingga kaki-kakinya tidak pernah menyentuh bumi. Berbeda
dengan materialisme historis, adalah manusia yang sempurna ia berjalan dengan kakinya (kakinya
benar-benar menyentuh bumi). Menurut Marx, ide jauh dari bumi sedangkan materi menjejakkan
kakinya di bumi, jadi sebenarnya yang mengubah masyarakat dari waktu ke waktu itu adalah materi.
[1]
Dasar atau fundamen masyarakat terletak dalam kehidupan materilnya. Dengan bekerja manusia
menghasilkan (berproduksi) untuk dirinya sendiri dan untuk masyarakat. Karena pada dasarnya
manusia itu produkti, artinya untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam
dengan bekerja seperti mereka mendapatkan makanan, pakaian, perumahan, dan kebutuhan lain yang
memungkinkan mereka hidup. Produktivitas mereka bersifat alamiah, yang memungkinkan mereka
mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang mereka miliki. Dorongan ini yang mewujudkan mereka
bersama dengan orang lain. Dengan kata lain manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial.
Mereka perlu bekerjasama untuk menghasilkan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup.[2]
Konsep Materialistis Marx yang diterapkan pada perubahan sejarah untuk pertama kalinya dijelaskan
dalam The German Ideology, disusun oleh Engeles. Tema pokok dalam karya ini adalah bahwa
perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk kesadaran, ideologi-ideologi, atau asumsi-asumsi filosofis
mencerminkan bukan menyebabkan perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial dan materil
manusia.[3]
Kemudian pada sisi yang lain penjelasan materialis tentang perubahan sejarah terpusat pada cara-cara
penggunaan teknik-teknik produksi material sebagai sumber utama perubahan sosial dan kebudayaan.
Hal ini mencakup perkembangan teknologi baru dan penemuan sumber-sumber baru sebagai kekuatan
untuk meningkatkan strategi-strategi yang ada dalam menghadapi lingkungan materil untuk
pemenuhan kebutuhan secara efisien, untuk memenuhi kebutuhan yang baru muncul. Karena cara
produksi dan kondisi-kondisi materil yang diakibatnya berubah maka kontradiksi-kontradiksi juga

akan muncul antara cara-cara produksi dan hubungan produksi. Kalau ketidakseimbangan ini terjadi
menjadi cukup gawat yang akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam hubungan produksi
seperti pembagian kerja, akibatnya perubahan dalam struktur kelas terjadi yaitu hubungan
kepemilikan maka muncul kelas-kelas baru, atau mundurnya kelas-kelas lama. The German Ideology,
bahwa dari dulu sampai sekarang pertentangan golongan atau kelas selalu terjadi dan diperjuangkan.
Artinya bukan sekedar sejarah kelas-kelas yang berjuang, tetapi lebih kepada sejarah modern yang
adalah peperangan besar antara kelas fundamentalis yaitu borjuis dan proletar.
Infrastruktur Ekonomi dan Superstruktur Sosial Budaya
Penekanan Marx yang berulang-ulang tentang ketergantungan politik pada struktur ekonomi sama
halnya juga berlaku pada pendidikan agama, keluarga dans semua institusi lain. Sama halnya dengan
suatu masyarakat termasuk standar-standar moralitasnya, kepercayaan-kepercayaan agama sistem
filsafat, ideologi politik serta seni kreatifitas sastra juga mencerminkan pengalaman hidup yang riil
dari orang-orang dalam hubungan-hubungan ekonomi mereka. Untuk menegaskan bahwa ekonomi
merupakan dasar masyarakat, tidak hendak mengatakan bahwa hanya ekonomi saja yang secara
deterministik mempengaruhi segi-segi yang lain dari kehidupan masyarakat. Juga semua proses sosial
dalam institusi-intitusi lainnya atau semua aspek kebudayaan tidak hanya dapat dijelaskan sebagai
akibat keniscayaan ekonomi.
Hubungan antar ekonomi dan yang lainnya dalam masyarakat lebih rumit dari itu. Marx sendiri
kelihatannya berubah dalam pandangannya mengenai tingkat kebebasan institusi-institusi lainnya dari
pengaruh keniscayaan ekonomi atau kondisi-kondisi materil yang menguasainya itu. Makin besar
kebebasan dari tekanan-tekanan dan keterbatasan-keterbatasan ekonomi, makin besar kemungkinan
bahwa institusi non ekonomi akan mengembangkan suatu sistem kepercayaan yang padat dan
kompleks, sikap-sikap dan ideologi yang mungkin mengaurkan dasar ekonomi itu. Maka yang akan
dilihat bahwa akibat kesadaran palsu dalam mendukung struktur ekonomi adalah sulit melihat
hubungan yang erat antara kondisi-kondisi materil dan ekonomi dan ideologi budaya adalah bahwa
ideologi-ideologi budaya itu memberikan ilusi-ilusi untuk mengimbangi ketimpanan-ketimpangan dan
kekuarangan dalam kondisi hidup materil.
Dalam hal dimana ideologi-ideologi budaya ini diinternalisasikan dalam kesadaran subjektif individuindividu itu menemukan dirinya tidak mampu untuk menyadari kepentingan kepentingan mereka
sesungguhnya. Artinya mereka gagal melihat hubungan yang dekat antara kurangnya pemenuhan
kebutuhan manusiawi mereka, ketidakpuasaannya, penderitaan di satu pihak dan struktur sosial dan
ekonomi serta kondisi-kondisi materil dimana mereka terlibat di lain pihak. Hasilnya adalah
kesadaran yang palsu (false consciousness).
Analisa Marx mengenai kondisi materil dan struktur ekonomi sebagai dasar sistem sosio-budaya
lainnya, menekankan pentingnya suatu relisme yang kuat yang kadang-kadang kurang diperhatikan
dalam teori-teori tentang masyarakat yang lebih bersifat idealis. Namun , Marx pasti mengakui bahwa
kebutuhan-kebutuhan manusia dan aspirasi-aspirasinya jauh melampaui perihal mempertahankan
kelangsungan hidup secara ekonomis belaka, meskipun kenyataan ekonomi dan kondisi materil
mungkin sedemikian rupa sehingga macam-macam kebutuhan lainnya mungkin tetap tidak terpenuhi.
Hubungan antara kegiatan manusia, khususnya kegiatan ekonomi dan kesempatan untuk pemenuhan
diri sebagai manusia akan dilihat dalam penjelasan berikut ini :
1. Teori Kelas
Teori Kelas adalah motor dari segala perubahan dan kemajuan, kelasnya lebih merupakan pokokpokok interpretasi sejarah ekonomi menurut Marx. Teori-teori Marx dan Engeles tentang perjuangan
kelas disebut teori-teori sosiologis yang paling esensial,bahwa sejarah kehidupan manusia hanyalah
merupakan pertentangan antar kelas atau pertentangan antar golongan, yaitu golongan atau kelas yang
terdiri dari orang-orang bebas merdeka dengan budak-budak, juga pertentangan antara kelas penindas

dengan yang ditindas. Menurut Marx, usaha-usaha pemenuhan untuk mendapatkan sarana-sarana
produksi tidak selalu menjadi penyebab pertikaian antar kelas karena sebenarnya tiap golongan
masyarakat mempunyai karakteristik yang dapat menimbulkan konflik antar golongan atau
kelas.Adatiga masyarakat yang dibedakan berdasarkan peranannya dalam sistem produksi dengan
faktor produksi yang dikuasai yaitu kelas pemilik tanah (land owner) yang sumber pendapatannya
dari pemasukan upah, laba, dan semua tanah, pemilik modal (alat-alat produksi dan sumber-sumber
daya alam), dan pekerja.
Marx sangat terkenal dengan dialektika materialistik dan dialektika historisnya. Kekuatan yang
mendorong manusia dalam sejarah yaitu cara mansuia berinteraksi dengan manusia lain dalam
perjuangan yang abadi untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Pandangan Marx tentang
manusia yaitu bahwa manusia sesungguhnya merupakan makhluk (binatang) yang tidak akan pernah
merasa puas. Keinginan manusia untuk memenuhi sandang, pangan, dan papan yang pada awalnya
menjadi paling utama, tidak akan pernah berhenti pada saat kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut telah
tercapai, tetapi justru akan menciptakan kebutuhan-kebutuhan baru.
Teori kelas Marx didasarkan pada pemikiran bahwa, sejarah dari segala masyarakat dahulu sampai
sekarang adalah sejarah pertikaian antara golongan, mulai dari bentuk masyrakat yang primitif sampai
pada periode-periode sejarah manusia selanjutnya. Salah satu contoh dalam dunia Kapitalisme, intinya
yaitu pertentangan antara golongan yaitu mereka yang mengeksploitir dan mereka yang dieksploitir,
antara pembeli dan penjual, antara buruh dan majikan dan bukan merupakan suatu tempat terjadinya
kerjasama yang fungsional, sehingga kepentingan golongan dan konfrontasi fisik yang dihasilkannya
menjadi faktor utama dari proses sosial dalam sejarah.
2. Teori Alienasi
Pandangan Marx tentang sejarah manusia adalah bahwa sejarah manusia mempunyai aspek ganda
berupa sejarah tentang berkuasanya manusia atas alam dan juga sejarah dari bertambahnya alienasi
atas diri manusia. Dimana manusia dikuasai oleh kekuatan-kekuatan yang tercipta dari kreasinya yang
merupakan kekuatan yang melawan manusia itu sendiri.. Alienasi dalam bidang kerja memiliki 4
aspek antara lain:
1. Manusia mengalami alienasi dari objek yang dihasilkannya.
2. Manusia mengalami alienasi dari dirinya sendiri.
3. Manusia mengalami alienasi dari proses produksi.
4. Manusia mengalami alienasi dari pergaulannya dengan teman-teman atau masyarakat.
Alienasi ekonomi merupaka sesuatu yang nyata dalam kehidupan yang menyangkut aspek pikiran dan
kenyataan seperti dalam alienasi ekonomi di bawah kapitalisme yang telah menjadi aktivitas pikiran
belaka. Demikian juga alienasi dalam proses (aktivitas) produksi itu sendiri. Hubungan buruh
(pekerja) dengan aktivitasnya berupa hubungan yang saling berlawanan atau asing yang bukan
milikmya, aktivitas tersebut hanya menjadi penderitaan,bagi keseluruhan dirinya menyangkut tenaga,
semangat jasmaniag dan mentalnya, dan rutinitas kehidupannya dirasakan sebagai sesuatu yang lepas
dari dirinya dan tidak menjadi miliknya.
Karl Marx mendefenisikan alienasi sebagai keterpisahan melalui pencerahan, dimana dalam setiap
kasus, alienasi terkait dengan penyerahan tertentu, yaitu penyerahan kontrol seseorang terhadap
produk dan pekerjaannya. Teori alienasi tersebut dijabarkan sebagai berikut :

a) Alienasi dari produknya, pengertian dari produk itu teralienasi dari perbuatannya bukanlah sematamata karena fakta didalamnya pekerjaan menjadi suatu objek dan memperoleh eksistensi eksternal.
Tetapi produk tersebut direlasikan dengan individu sebagai yang terpisah dan asing dan tidak lagi
dirasakan sebagai miliknya.
b)
Alienasi dari pekerjaan, Marx beranggapan bahwa pekerjaan teralienasi ketika seseorang
direlasikan dengan aktivitasnya sendiri sebagai sesuatu yang asing dan bukan merupakan miliknya.
Pekerjaan tidak menjadi bagian dari kemanusiaannya; tidak berkaitan dengan kepentingan dirinya
sendiri dan bukan ekspresi personalitasnya.
c)
Alienasi dari sesama manusia, konsekuensi langsung dari fakta ekonomi tentang alienasi dari
pekerja dengan produksinya adalah manusia (pekerja) yang teralienasi dari sesama manusia. Hal ini
tampak ketika orang-orang saling menilai sebagai saingan ketimbang sahabat yang memiliki nilai atau
manfaat.
d) Alienasi diri, Marx menghubungkan alienasi diri dengan alienasi dari pekerjaan dan produknya.
Pekerjaan manusia adalah hidupnya dan produknya adalah hidupnya dalam bentuk yang
terobjektifikasi, oleh karena itu ketika kedua hal tersebut diasingkan darinya, maka dirinya sendiri
teralienasi darinya.
Sistem Sosial : Kelas Sosial dan Kesadaran Kelas
Kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana sejumlah besar pekerja yang hanya memiliki sedikit hak
milik, memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis yang memiliki
hal-hal berikut: komoditas-komoditas, alat-alat produksi, dan bahkan waktu kerja pada pekerja karena
membeli para pekerja tersebut melalui gaji. Namun, salah satu pengertian sentral Marx bahwa
Kapitalisme lebih dari sekedar sistem ekonomi. Paling penting lagi, kapitalisme adalah sistem
kekuasaan. Rahasia kapitalisme adalah bahwa kekuatan-kekuatan politis telah diubah menjadi relasirelasi ekonomi (Wood, 1995). Parakapitalis bisa memaksa pekerja dengan kewenangan mereka untuk
memecat dan menutup pabrik-pabrik. Karena hal inilah, para kapitalis bebas untuk menggunakan
paksaan yang kasar. Maka kapitalisme tidak hanya menjadi sekedar sistem ekonomi, pada saat yang
sama, kapitalisme juga merupakan sistem politis, suatu cara menjalankan kekuasaan, dan suatu proses
eksploitasi atas para pekerja.
Dibawah kapitalisme, ekonomi tampil kepada kita sebagai kekuatan alamiah. Parapekerja
diberhentikan, upah dikurangi, pabrik-pabrik ditutup, itu semua karena ekonomi. Kita semua tidak
melihat semua ini sebagai keputusan-keputusan sosial dan politis. Hubungan-hubungan antara
penderitaan manusia dan struktur2 ekonomi dianggap tidak relevan. Tujuan Marx adalah untuk
memperjelas aspek sosial dan politis dari ekonomi dengan memperlihatkan hukum gerak ekonomi
masyarakat modern, selain itu Marx juga ingin memperlihatkan kontradiksi internal yang akan
mengubah kapitalisme.[4]
Marx sebenarnya menginginkan suatu keadaan masyarakat seperti pemikir sosialis utopian tentang
suatu masyarakat yang hidup tanpa kelas. Untuk itu ia lebih memikirkan upaya untuk membantu
mematikan kapitalisme. Ia yakin bahwa kontradiksi dan konflik dalam kapitalisme akan menyebabkan
kehancuran. Oleh karena itu untuk menciptakan sistem sosialisme orang harus bertindak pada waktu
dan cara yang tepat, karena di sisi lain kapitalisme memiliki sumber daya yang kuat dalam mencegah
munculnya sosialisme. Menurut Marx kapitalisme dapat dikuasai jika kaum proletariat dapat
melakukan tindakan secara bersama mewujudkan suatu sistem sosialisme yang dalam pengertian
masyarakat dimana orang mula-mula akan mendekati citra ideal. Walaupun dengan bantuan teknologi
modern dalam masyarakat yang ideal itu tetap berinteraksi dengan alam dan orang lain secara selaras
untuk menciptakan segala sesuatu yang mereka butuhkan dalam hidup. Dengan kata lain, dalam
masyarakat manusia tidak lagi teralienasi.[5]

Jadi dalam ekonomi politik kita bisa menemukan anatomi masyarakat sipil . Struktur ekonomi
masyarakat merupakan fondasi riil yang menjadi dasar pendirian bangunan yuridis dan politik,
serta menjadi jawaban atas bentuk-bentuk kesadarn sosial yang telah ditentukan bukan kesadaran
manusia yang menentukkan eksistensinya, malahan sebaliknya eksistensi sosialnya yang
menentukan kesadaran mereka.[6]
Kritik terhadap Ekonomi Kapitalisme
Marx beragument bahwa hakekat ekonomi kapitalisme adalah memburu profit sebanyak-banyaknya.
Bagaimana dan darimana kaum kapitalis mendapatkannya, ada beberapa teori atau ajaran terhadap
eknomi poltik kapitalisme yaitu :
Teori Nilai Lebih
Dalam Kapitalisme yang dihubungkan dengan komoditi, benda yang dihasilkan dalam suatu proses
produksi dianggap sebagai sebuah komoditi yang dihargai berdasarkan nilai tukarnya saja, sehingga
kerja manusia yang khas untuk menciptakannya sama sekali tidak diperhitungkan tapi hanya
berdasarkan waktu yang dicurahkan untuk menegrjakan benda tersebut.
Teori Nilai Pekerjaan
Selain barang, tenaga kerja manusia pun dipandang sebagai barang dagangan ; tenaga itu bisa dibeli
berdasarkan nilai pasaran. Nilai atau harganya ditentukan oleh nilai semua barang yang perlu supaya
ia dapat hidup dan agar jika tua dapat diganti oleh buruh-buruh muda. Jadi nilai pekerjaan adalah nilai
(harga) makanan,tempat tinggal dan kebutuhan hidup lainnya dari si buruh dan keluarganya, diukur
dari tingkat sosial, dan kultur masyarakatnya.
Ajaran Tentang Kemelaratan
Kaum kapitalis banyak memakai mesin-mesin atau teknologi baru dalam rangka menghemat
pekerjaan, yang mengakibatkan banyak pengangguran dan kaum proletar semakin tambah melarat
karena kehilangan pekerjaan.
Krisis-Krisis Ekonomi
Kaum kapitalis tetap memperbesar produksinya untuk mempertahankan profitnya, meski harus
menjual barangnya dengan harga murah, sebagai krisis produksi semakin menjadi-jadi. Bentuk
produksi kapitalis telah menjadi belenggu yang menahan laju produksi.
Kritik Terhadap Politik
I.

Teori Ideologi

Karl Marx mengartikan ideologi sebagai keseluruhan ide yang dominan dan diusung oleh masyarakat
sebagai kelompok sosial dalam bingkai atau batasan ekonomi dan menjadi semacam refleksi atas
bingkai. Oleh karenanya kaum Borjuis yang semakin menonjol telah menentukan pemikiran2 tentang
kebebasan hak asasi manusia, kesetaraan di hadapan hukum (hak) dalam bingkai pergulatan
menghadapi orde baru atau tatanan lama. Kaum borjuis cenderung memindahkan semua yang menjadi
ekspresi kepentingan kelasnya menjadi nilai-nilai yang universal.
II.

Ambiguitas Peran Negara

Karl Marx dalam karya-karyanya menjelaskan bahwa pemerintah (negara) ternyata terbatas pada satu
peran gereja saja yang sifatnya langsung dan brutal, yaitu negara itu menjadi instrument alat di tangan
kelas yang dominan (kaum borjuis), yang ditujukan untuk mendominasi kelas proletar. Negara
menggunakan power (kekuatannya) untuk mengerahkan polisi dan tentara dalam rangka menjinakkan
pemberontakan rakyatnya ; keadilan dan hukum yang ada hanya melayani kekuasaan dan kepemilikan
pribadi, pada zamannya (1848), negara saat itu melakukan tindakan represif yang lebih keras dalam
menghadapi rakyatnya yang memberontak. Negara mendapat kepercayaan dari kaum borjuis dalam
rangka mempertegas dominasinya untuk kerjasama yang saling menguntungkan.
Tanggapan
1. Problem secara aktual terdapat dalam komunisme, dimana kegagalan masyarakat komunis
dan perubahannya menjadi ekonomi yang lebih berorientasi kapitalis.
2. Tidak adanya subjek emansipatoris, bahwa teori Marx menempatkan proletariat di jantung
perubahan sosial yang akan menggiring pada komunisme, namun pada kenyataannya
proletariat cara memperoleh posisi dan sering termasuk ke dalam kelompok-kelompok yang
menentang komunisme.
3. Hilangnya dimensi gender, bahwa kerja menjadi sebuah komunitas di bawah kapitalisme
sementara pada faktan historisnya. Hal ini lebih sedikit terjadi pada wanita ketimbang lakilaki.
4. Ekonomi sebagai sesuatu yang dikendarai oleh produksi dan mengabaikan aturan konsumsi,
fokusnya pada produksi menggiringnya untuk memprediksikan bahwa masalah-masalah
efisiensi dan pemotongan upah akan menggiring pada proletariaisasi, peningkatan alienasi
dan semakin meruncingnya konflik kelas.
5. Marx percaya bahwa mesin sejarah adalah manusia yang selalu meningkatkan eksploitasi
terhadap alam demi kebutuhan materialnya, karena pada hakikatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengolah alam demi tercapainya tujuan-tujuannya.
6. Marx mengkritisi Hegel, terlalu beridealis tetapi Marx sendiri juga sangat idealis dan utopia.

[1] Agus Salim, Perubahan Sosial : Sketsa Teori, Refleksi Metodologi dan
KasusIndonesia,Yogyakarta : PT Tiara Wacana, 2002, 29.
[2] George Ritzer dan Douglas J.Googman, Teori Sosial Modern,Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2007, 31.
[3] Roberth M.Z. Lawang, Teori Sosiologi Klasik Modern,Jakarta : Pt Gramedia, 1988, 130.
[4] Ibid, 58-59
[5] Ibid, 34
[6] Anthony Giddens, Daniel Bell, Michael Forse,dkk. Sosiologi (Sejarah dan Berbagai
Pemikirannya),Yogyakarta, Kreasi Wacana,2004, 23.

You might also like