You are on page 1of 23

MAKALAH

SEJARAH
Tentang
KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA MASA
PENJAJAHAN JEPANG
Guru Pembimbing : Rahmat Saladin, S.Sos

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:


KETUA : NUR WULAN
ANGGOTA :
LILIS HIDAYAT
ANANG MARUF
VIRA WULANDARI
CANDA P.A
SYAHRU RAMADHAN
DIDIN MARDIANSYAH R.P

KELAS X
TEKHNIK KOMPUTER & JARINGAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
NEGERI (SMKN) 1 KOTA BIMA
TAHUN PELAJARAN 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayatnya kepada kita, sehingga dapat meyelesaikan
Makalah tentang Kehidupan Masyarakat Padsa Masa Penjajahan Jepang
yang digunakan sebagai salah satu tugas mata pelajaran Sejarah yang disampaikan
oleh Rahmat Saladin, S.Sos
Kita mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini dapat membantu
bagi siapa saja yang membutuhkan sedikit pengetahuan tentang Kehidupan
Masyarakat Padsa Masa Penjajahan Jepang.
Namun demikian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala kritik
dan saran yang bersift membangun sangat kami harapkan untuk dimasa yang akan
datang. Amin ...

Kota Bima, 20 Februari 2016


Penyusun,

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................

Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A.
B.
C.
D.

Kehidupan masyarakat pada masa penjajahan Jepang! ..................... 3


Janji Kemerdekaan yang ditawarkan Jepang! ................................... 4
Terbentuknya BPUPKI dan PPKI! .................................................... 10
Perbedaan pandangan antara pemuda dengan Soekarno Hatta terkait

pembahasan kemerdekaan! ................................................................ 11


E. Peristiwa Rengas Dengklok! ............................................................. 15
F. Perumusan teks proklamasi! .............................................................. 16
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 20
A. Kesimpulan ......................................................................................... 20
B. Saran .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang di
Indonesia, Jepang mulai menanamkan system penjajahan menggantikan
pemerintah Hindia Belanda. Lajunya kemenangan pasukan Jepang seperti
badai yang mampu menyapu tempat-tempat pertahanan Hindia Belanda.
Namun kemenangan Jepang itu tidak secara fisik saja karena keunggulan
militer dan teknologinya, tetapi dibalik itu sebenarnya terdapat dorongan
bangsa Indonesia sendiri yang bosan terhadap penjajahan Belanda, apalagi
Jepang menggunakan propaganda yang mampu menembus kebencian
terhadap kolonialisme pada umunya.
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir

pada

tanggal 17

Agustus

1945

seiring

dengan Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa


Indonesia. Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk
mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat
memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno,
Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun
1943.
Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat
bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang
tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam
peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan
sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya.
Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target
sasaran

dalam

penguasaan

Jepang.

Jepang

membentuk

persiapan

kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu junbi chsa-kai dalam bahasa
Jepang. Badan ini bertugas membentuk persiapan-persiapan pra-kemerdekaan

dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI yang bertugas
menyiapkan kemerdekaan.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini selain bertujuan untuk memenuhi tugas dari guru
mata pelajaran sejarah juga bertujuan untuk membahas dan memberi informasi
mengenai penjajahan Jepang di Indonesia.
C. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Kehidupan masyarakat pada masa penjajahan Jepang!


Janji Kemerdekaan yang ditawarkan Jepang!
Terbentuknya BPUPKI dan PPKI!
Perbedaan pandangan antara pemuda dengan Soekarno Hatta terkait

5.
6.

pembahasan kemerdekaan!
Peristiwa Rengas Dengklok!
Perumusan teks proklamasi!

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kehidupan masyarakat pada masa penjajahan Jepang
Mayoritas pekerjaan masyarakat Masa Penjajahan Jepang

Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka banyak


rakyat Indonesia yang dijadikan Romusha.

Sektor pertanian merupakan fokus utama Jepang sebagai penyokong


perekonomian dan pemasok

amunisi persenjataan perang. Melalui

berbagai bentuk propaganda dan pemaksaan Jepang mewajibkan para


petani menanam komoditas yang dibutuhkan Jepang.
Pendidikan dalam masyarakat Masa Penjajahan Jepang

Berbagai jenis sekolah rendah yang diselenggarakan pada zaman


pemerintahan Belanda dihapuskan, ehingga hanya ada satu sekolah rendah,
yaitu Sekolah Rakyat 6 tahun ( Kokimin Gakkoo ).

Sekolah-sekolah desa diganti namanya menjadi sekolah pertama. Sekolah


Rakyat 6 tahun, Sekolah Menengah 3 tahun , dan Sekolah Menengah
Tinggi 3 tahun.

Bahasa indonesia dijadikan bahasa resmi dan bahasa pengantar bagi semua
jenis Sekolah . bahasa jepang dijadikan mata pelajaran wajib dan adat
kebiasaan Jepang harus ditaati.

Kehidupan sosial masyarakat Masa Penjajahan Jepang

Selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, seperti berlangsungnya


proses Indonesianisasi dalam banyak hal, di antaranya bahasa Indonesia
dijadikan bahasa resmi, nama-nama di- indonesiakan, kedudukan seperti
pegawai tinggi sudah dapat dijabat oleh orang-orang Indonesia dan
sebagainya.

B. Janji Kemerdekaan yang ditawarkan Jepang


Latar Belakang Jepang Memberikan Janji
Beberapa kekalahan pasukan Jepang oleh pasukan Sekutu di beberapa
wilayah

yang

dikuasainya,

menyebabkan

Jepang

harus

mengakui

kemenangan pasukan Sekutu di medan pertempuran. Pada bulan Februari


1944, pasukan Amerika Serikat berhasil menduduki Kwayalein di Kepulauan
Marshall, sehingga menyebabkan Jepang harus angkat kaki dari wilayah
tersebut. Serangan pasukan Sekutu di bawah bendera Amerika Serikat Pada
3

bulan Juli 1944, berhasil mengambil alih pangkalan Angkatan Laut Jepang di
Saipan kepulauan Mariana.
Pulau Saipan selanjutnya dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk
dijadikan pangkalan udara militer yang memegang peranan penting dalam
serangan-serangan pasukan Sekutu ke wilayah-wilayah pendudukan Jepang
sampai akhir Perang Dunia II. Melalui pangkalan militer di Pulau Saipan,
pasukan Sekutu menyusun strategi serangan yang membuahkan hasil
terusirnya Jepang dari Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Kepulauan
Marshal.
Akibatnya benteng pertahanan pasukan Jepang di wilayah Pasifik
semakin melemah. Tentara Jepang pun tidak dapat mempertahankan Ambon,
Makasar, Manado, dan Surabaya. Kota Balikpapan yang merupakan sumber
utama pemasok minyak bumi bagi industri dan kepentingan militer
Jepangpun harus dengan rela dipasrahkan kepada pasukan Sekutu.
Kekalahan yang bertubi-tubi dan beruntun tersebut telah merontokkan
semangat dan moral prajurit Jepang dan melemahkan perekonomian di dalam
negara Jepang. Hideki Tojo yang pada saat itu menjabat sebagai perdana
menteri, telah dengan sangat terpaksa melepaskan jabatannya pada tanggal17
Juli 1944, sebagai bukti pertanggung jawaban atas kekalahan Jepang di
berbagai wilayah Asia. Kaisar Hirohito kemudian melantik Jenderal Kuniaki
Koiso sebagai perdana menteri Jepang yang baru.

Langkah-langkah Jepang untuk Merealisasikan Janjinya


Untuk mengantisipasi keadaan Jepang yang semakin memburuk,
kemudian Perdana Menteri Kuniaki Koiso berusaha memulihkan kewibaan
Jepang di wilayah jajahannya. Pada tanggal 9 September 1944, Perdana
Menteri Kuniaki Koiso memberikan janji kemerdekaan kepada Bangsa
Indonesia, yang disampaikannya pada sidang istimewa Teatau sidang
parlemen Jepang. Adapun tujuan pemerian janji kemerdekaan tersebut adalah
untuk mencegah timbulnya pandangan pada diri Bangsa Indonesia terhadap
Sekutu sebagai pasukan pembebas dari cengkaraman Jepang, melainkan

sebaliknya sebagai pasukan penyerbu yang akan menghambat kemerdekaan


Bangsa Indonesia.
Untuk merealisasikan janji Perdana Menteri Kuniaki Koiso, kemudian
Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945. Dalam bahasa Jepang,
BPUPKI disebut dengan dokuritsu Zjunbi Tyoosakai yang bertugas
menyelidiki kesiapan bangsa Indonesia dalam menyongsong kemerdekaan
dan membentuk pemerintahan sendiri. Kemudian Jepang mengangkat Dr.
K.R.T. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketua BPUPKI.
Jepang juga memberikan jabatan sebagai anggaota kepada beberapa
tokoh lain yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap rakyat
Indonesia, seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara,
K.H. Mas Masyur, K.H. Wachid Hasyim, H. Agus Salim, Soepomo, dan
Muhammad Yamin. Selain itu, Jepang juga mengangkat tujuh orang
berkebangsaan Jepang yang duduk sebagai pengawas serta tidak mempunyai
hak suara untuk mengemukakan pendapat.
Pada tanggal 28 Mei 1945 Jepang secara resmi melantik anggota
BPUPKI. Untuk melaksanakan tugasnya BPUPKI melaksanakan dua kali
masa persidangan. Sidang pertama dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1945
sampai dengan tanggal 1 Juni 1945. Sidang kedua dilaksanakan pada tanggal
10 Juli sampai dengan 16 Juli 1945.
Sidang Pertama
Sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1
Juni 1945
Sidang pertama membahas dan merumuskan dasar negara Indonesia merdeka
(Philosofische Grondslag Indonesia Merdeka). Ada tiga orang tokoh yang
akan mengemukakan gagasannya tentang dasar negara Indonesia, yaitu Mr.
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
1. Sidang tanggal 29 Mei 1945
Pada sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Mohammad Yamin mendapat
kesempatan pertama untuk mengajukan rancangan gagasan negara

Indonesia merdeka yang diberi judul Asas dan Dasar Negara Kebangsaan
Republik Indonesia. Mr. Mohammad Yamin berpendapat bahwa negara
Indonesia harus berpijak pada lima dasar berikut.
a.

Peri kebangsaan,

b.

Peri kemanusiaan,

c.

Peri ketuhanan,

d.

Peri kerakyatan,

e.

Kesejahteraan rakyat.

2. Sidang tanggal 31 Mei 1945


Dr.Soepomo menyampaikan gagasannya pada tanggal 31 Mei 1945.
Menurut Dr. Soepomo, negara Indonesia harus didirikan dengan asasasas sebagai berikut.
a.

Persatuan,

b.

Kekeluargaan,

c.

Keseimbangan lahir dan batin,

d.

Musyawarah,

e.

Keadilan rakyat.

3. Sidang tanggal 1 Juni 1945


Penyampai gagasan negara Indonesia yang terakhir adalah Ir. Soekarno
yang menyampaikan gagasannya pada tanggal 1 Juni 1945. Ir. Soekarno
menyatakan bahwa negara Indonesia harus didirikan di atas lima dasar,
dengan rincian sebagai berikut.
1. Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,
2. Perikemanusiaan atau internasionalisme,
3. Mufakat atau demokrasi,
4. Kesejahteraan sosial,
5. Ketuhanan yang Mahaesa.
Lima gagasan negara Indonesia merdeka itu oleh Ir. Soekarno diberi nama
Pancasila.

Usulan-usulan tersebut kemudian diterima dan ditampung oleh BPUPKI


untuk dimusyawarahkan bersama. Selanjutnya dibentuk sebuah tim khusus
yang dinamakan panitia kecil yang bertugas membahas lebih lanjut usulanusulan dasar negara tersebut. Adapun tokoh-tokoh yang termasuk ke dalam
Panitia Sembilan adalah sebagai berikut.
1.

Ir. Soekarno,

2.

Drs. Mohammad Hatta,

3.

Mr. Mohammad Yamin,

4.

Ahmad Soebardjo,

5.

A.A. Maramis,

6.

Abdul Kahar Muzakir,

7.

K.H.Wahid Hasyim,

8.

H. Agus Salim,

9.

Abikoesno Tjokrosoejoso.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan mulai bersidang di Gedung Jawa
Hokokai Jakarta. Rapat tersebut tidak hanya dihadiri oleh Panitia Sembilan
tetapi anggota BPUPKI yang lainpun turut hadir sehingga jumlah peserta
sidang mencapai 38 orang. Adapun tujuannya adalah untuk merumuskan
dasar negara Indonesia dengan bahan-bahan yang telah disampaikan oleh Mr.
Mohammad Yamin, Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Panitia sembilan berhasil
menetapkan suatu rumusan yang dinamakan Piagam Jakarta (Jakarta Charter)
yang berisi sebagai berikut.
"Bahwa sesunguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh
sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat
Indonesia kepada pintu gerbang Negara Indonesia yang merdeka,
berdaulat,adil, dan makmur.

Atas berkat rahmat Allah yang Mahakuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan yang luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka
rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah
Darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara
Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan, dengan berdasar kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan
yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan

perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh


rakyat Indonesia."
Sidang Kedua
Sidang kedua BPUPKI dilaksanakan dari tanggal 10 Juli sampai dengan 16
Juli 1945 dengan agenda penyusunan Rencana Pembukaan Undang-undang
Dasar dan rencana Undang-undang Dasar serta rencana lainnya yang
berhubungan dengan kemerdekaan Indonesia.
Dalam rapat tanggal 11 Juli 1945 dibentuk Panitia Perancang UndangUndang Dasar dengan susunan sebagai berikut.

Ir. Sukarno,

R. Otto Iskandardinata,

B.P.H. Purbaya,

K.H. Agus Salim,

Mr. Achmad Subarjo,

Mr. R. Supomo,

Mr. Maria Ulfah Santosa,

K.H. Wahid Hasyim,

Parada Harahap,

Mr. J. Latuharhary,

Mr. R. Susanto Tirtoprojo,

Mr. Sartono,

Mr. KPRT Wongso Negoro,

KRTH Wuryaningrat,

Mr. R.P. Singgih,

Mr. Tan Eng Hoa,

dr. P.A. Husein Jayadiningrat,

dr. Sukirman Wiryosanjoyo,

Mr. A.A. Maramis,

Miyano (utusan Jepang).

Rapat yang berlangsung selama 7 hari tersebut berhasil merumuskan


RancanganUndang-Undang Dasar untuk Indonesia Merdeka. Pada tanggal 7
Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan tugasnya digantikan oleh PPKI yang
bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keperluan
negara Indonesia merdeka.
C. Terbentuknya BPUPKI dan PPKI!
Kekalahan-kekalahan yang diterima Jepang, membuat kebijakankebijakan yang dikeluarkan Jepang turut melemah. Mulai awal tahun 1943, di
bawah perintah Perdana Menteri Tojo, pemerintahan Jepang diperintahkan
untuk memulai penyelidikan akan kemungkinan memberi kemerdekaan
terhadap daerah-daerah pendudukannya. Untuk itu, kerja sama dengan bangsa
Indonesia mulai diintensifkan dan mengikutsertakan wakil Indonesia, seperti
Soekarno dalam parlemen Jepang.
Pada tahun 1944, kedudukan Jepang semakin terjepit. Oleh karena itu,
untuk mempertahankan pengaruh Jepang di negara-negara yang didudukinya,
Perdana Menteri Koiso mengeluarkan Janji Kemerdekaan pada tanggal 7
9

September 1944 dalam sidang parlemen Jepang di Tokyo. Sebagai realisasi


dari janji tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici
Harada (pemimpin militer di Jawa) mengumumkan pembentukan Dokuritsu
Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). BPUPKI bertugas untuk mempelajari dan menyelidiki
hal-hal yang penting dan perlu bagi pembentukan negara Indonesia, misalnya
saja hal-hal yang menyangkut segi ekonomi dan politik.
BPUPKI ternyata tidak bertahan lama. Dalam perkembangan
berikutnya, BPUPKI dibubarkan, lalu diganti dengan Dokuritsu Junbi Inkai
atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini diresmikan
sesuai dengan keputusan Jenderal Terauchi, yaitu seorang panglima tentara
umum selatan, yang membawahi semua tentara Jepang di Asia Tenggara pada
tanggal 7 Agustus 1945.
Setelah itu, diadakanlah pertemuan antara Soekarno, M. Hatta, dan
Rajiman Wedyodiningrat dengan Jenderal Terauchi di Dalat. Di dalam
pertemuan itu, Jenderal Terauchi menyampaikan bahwa Pemerintah Jepang
telah memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia yang
wilayahnya meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.
D. Perbedaan pandangan antara pemuda dengan Soekarno Hatta terkait
pembahasan kemerdekaan!
Berita tentang kekalahan Jepang diketahui oleh sebagian golongan
muda melalui radio siaran luar negeri. Pada malam harinya, Sultan Syahrir
menyampaikan berita itu kepada Moh. Hatta. Syahrir juga menanyakan
mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan dengan peristiwa tersebut.
Moh. Hatta berjanji akan menanyakan hal itu kepada Gunseikanbu. Setelah
yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, Moh. Hatta mengambil
keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan
Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat
dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20:30 waktu Jawa. Rapat
yang dipimpin oleh Chaerul Saleh itu menghasilkan keputusan kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat

10

digantungkan pada orang dan negara lain. segala ikatan dan hubungan dengan
janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diadakan
perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan dalam
pernyataan proklamasi.
Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul
22:30 waktu Jawa kepada Ir. Soekarno di rumahnya, Jln. Pegangsaan Timur
56, Jakarta. Kedua utusan itu segera menyampaikan keputusan golongan
muda agar Ir. Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
tanpa menunggu hadiah dari Jepang. Tuntutan Wikana yang disertai ancaman
bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika Ir. Soekarno tidak menyatakan
proklamasi keesokan harinya telah menimbulkan ketegangan. Ketegangan itu
juga disaksikan oleh golongan tua lainnya, seperti Drs. Moh Hatta, Dr.
Buntaran, Dr Samsi, Mr. Ahmad Subardjo, dan Iwa Kusumasumantri.
`Dalam diskusi antara Darwis dan Wikana, Moh. Hatta berkata Dan
kami pun tak dapat ditarik-tarik atau didesak supaya mesti juga
mengumumkan proklamasi itu. kecuali jika saudara-saudara memang sudah
siap dan sanggup memproklamasikan. Cobalah! Saya pun ingin melihat
kesanggupan Saudara-saudara! Utusan itu pun menjawab Kalau begitu
pendirian Saudara-saudara berdua, baiklah! Dan kami para pemuda-pemuda
tidak dapat menanggung sesuatu jika besok siang proklamasi belum juga
diumumkan. Kami pemuda-pemuda akan bertindak dan menunjukkan
kesanggupan yang saudara kehendaki itu!
Golongan muda yang diwakili oleh Chairul Saleh, Wikana, Sukarni,
Hanafi, dll, bertekad untuk dipercepatnya pembacaan Proklamasi oleh Bung
Karno.
Proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan
pemuda dengan golongan tua. Baik golongan tua maupun golongan muda,
sesungguhnya sama-sama menginginkan secepatnya dilakukan Proklamasi
Kemerdekaan dalam suasana kekosongan kekuasaan dari tangan pemerintah
Jepang. Hanya saja, mengenai cara melaksanakan proklamasi itu terdapat
perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan perhitungan politiknya,

11

berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah, jika


tetap bekerjasama dengan Jepang.
Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan
suatu revolusi yang terorganisir. Soekarno dan Hatta, dua tokoh golongan tua,
bermaksud membicarakan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dalam rapat
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ( PPKI ). Dengan cara itu,
pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak menyimpang dari ketentuan
pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan pemuda.
Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang. Sebaliknya,
golongan pemuda menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan itu,
dengan kekuatan sendiri. Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintah
Jepang. Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekanan-penekanan
golongan pemuda kepada golongan tua yang mendorong mereka melakukan
aksi penculikan terhadap diri Soekarno-Hatta .
Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan
serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi
Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan Lasmidjah Hardi ( 1984:58 ); Ahmad
Soebardjo ( 1978:85-87 ) sebagai berikut:
Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !
kata Chaerul Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan
bersenjata sudah siap mengepung kota dengan maksud mengusir tentara
Jepang. Kita harus segera merebut kekuasaan ! tukas Sukarni berapi-api.
Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami ! seru mereka bersahutan.
Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; Jika Bung
Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat
terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok
hari.
Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan
berdiri menuju Wikana sambil berkata: Ini batang leherku, seretlah saya ke
pojok itu dan potonglah leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu
esok hari !. Hatta kemudian memperingatkan Wikana; Jepang adalah

12

masa silam. Kita sekarang harus menghadapi Belanda yang akan berusaha
untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju
dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara telah siap
dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak
memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno
untuk melakukan hal itu ?
Namun, para pemuda terus mendesak; apakah kita harus menunggu
hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun
Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam Perang Sucinya !.
Mengapa

bukan

rakyat

itu

sendiri

yang

memproklamasikan

kemerdekaannya ? Mengapa bukan kita yang menyatakan kemerdekaan kita


sendiri, sebagai suatu bangsa ?. Dengan lirih, setelah amarahnya reda,
Soekarno berkata; kekuatan yang segelintir ini tidak cukup untuk
melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba, apa
yang bisa kau perlihatkan kepada saya ? Mana bukti kekuatan yang
diperhitungkan itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan
perempuan dan anak-anak ? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan
setelah diproklamasikan ? Kita tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau
Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita akan tegak di atas kekuatan sendiri
. Demikian jawab Bung Karno dengan tenang.
Para pemuda, tetap menuntut agar

Soekarno-Hatta

segera

memproklamasikan kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun, tetap pada


pendiriannya semula. Setelah berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung
Karno menjawab bahwa ia tidak bisa memutuskannya sendiri, ia harus
berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan Bung
Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada waktu itu antara lain,
Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto, dan
Sudiro. Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan, bahwa usul
para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan serta
kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta. Mendengar
penjelasan Hatta, para pemuda nampak tidak puas. Mereka mengambil

13

kesimpulan yang menyimpang; menculik Bung Karno dan Bung Hatta


dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu dari pengaruh Jepang.
Perbedaan pendapat tersebut sebagai berikut:
a.

Golongan Muda
1. Menghendaki Proklamasi Kemerdakaan Indonesia diselenggarakan
secepatnya tanggal 16 Agustus 1945
2. Menghendaki Proklamasi Kemerdekaan Indonesia terlepas dari
pengaruh Jepang
3. Menganggap PPKI buatan Jepang
4. Menganggap golongan tua sangat lamban

b.

Golongan Tua
1. Menghendaki

cepat

atau

lambat

Proklamasi

Kemerdekaan

Indonesia tidak penting, tetapi pada dasarnaya Proklamasi harus


disiapkan secara matang
2. Menghendaki Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah
3. Menghendaki proses Proklamasi Kemerdekaan melalui rapat PPKI
4. Golongan tua lebih bersikap hati - hati
E. Peristiwa Rengas Dengklok!
Peristiwa Rengasdengklok

adalah

peristiwa

penculikan

yang

dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana dan Chaerul
Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB,
Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian
didesak

agar

mempercepat

proklamasi

kemerdekaan

Republik

Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang


diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan
muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang
mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah
pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah
menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah

14

direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA


mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan
dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di
lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di
rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno
karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan
diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk
menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan
teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur
No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah seorang
Tionghoa, Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para
pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai
persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim
untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun
sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad
Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok
untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad
Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk
membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16
tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan
proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam"
(tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut
Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler
F. Perumusan teks proklamasi
Kronologis Perumusan Teks Proklamasi
Setelah peristiwa Rengasdengklok, rombongan Ir. Soekarno segera
kembali ke Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB pada 16 Agustus 1945. Semula
tempat yang dituju adalah Hotel des Indes (Duta Indonesia). Namun, tidak
15

jadi karena pihak hotel tidak mengizinkan kegiatan apa pun selepas pukul
22.30 WIB. Di hotel yang terletak di Jalan Gajah Mada ini, pada pagi
sebelumnya juga telah direncanakan pertemuan anggota PPKI, tetapi pihak
Jepang melarangnya. Dalam keadaan demikian, Achmad Soebardjo
membawa rombongan menuju rumah Laksamana Maeda di Jalan Imam
Bonjol No. 1. Setelah tiba di Jl. Imam Bonjol No. 1, Soekarno dan Moh.
Hatta lalu diantarkan Laksamana Maeda menemui Gunseikan (Kepala
Pemerintahan Militer Jepang) Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto. Akan tetapi,
Gunseikan menolak menerima Soekarno - Hatta pada tengah malam. Dengan
ditemani oleh Maeda, Shigetada Nishijima, Tomegoro Yoshizumi, dan
Miyoshi sebagai penterjemah, mereka pergi menemui Somubuco (Direktur/
Kepala Departemen Umum Pemerintah Militer Jepang) Mayor Jenderal
Otoshi Nishimura. Tujuannya untuk menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Di rumah inilah teks Proklamasi dirumuskan


Pada pertemuan tersebut tidak dicapai kata sepakat antara Soekarno Hatta di satu pihak dengan Nishimura di lain pihak. Soekarno - Hatta
bertekad untuk melangsungkan rapat PPKI pada pagi hari tanggal 16 Agustus
1945 Rapat PPKI itu tidak jadi diadakan karena mereka dibawa ke
Rengasdengklok. Mereka menekankan kepada Nishimura bahwa Jenderal
Besar Terauchi telah menyerahkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia kepada PPKI. Di lain pihak, Nishimura menegaskan garis
kebijaksanaan

Panglima

Tentara

ke-XVI

di

Jawa,

bahwa

dengan
16

menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang


tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo.
Berdasarkan garis kebijaksanaan itu, Nishimura melarang Soekarno Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangkan pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan. Sampailah Soekarno - Hatta pada kesimpulan bahwa tidak ada
gunanya lagi membicarakan soal kemerdekaan Indonesia dengan pihak
Jepang. Mereka hanya berharap pihak Jepang supaya tidak menghalanghalangi pelaksanaan Proklamasi oleh rakyat Indonesia sendiri.
Proses Perumusan Teks Proklamasi
Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah Maeda.
Di rumah Maeda telah hadir, para anggota PPKI, para pemimpin pemuda,
para pemimpin pergerakan dan beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di
Jakarta. Setelah berbicara sebentar dengan Soekarno, Moh. Hatta, dan
Achmad Soebardjo, maka kemudian Laksamana Maeda minta diri untuk
beristirahat dan mempersilahkan para pemimpin Indonesia berunding di
rumahnya. Para tokoh nasionalis berkumpul di rumah Maeda untuk
merumuskan teks proklamasi. Kemudian di ruang makan Maeda dirumuskan
naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ketika peristiwa bersejarah itu
berlangsung Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan
Nishimura bersama Sukarni, Sudiro, dan B. M. Diah menyaksikan Soekarno,
Hatta, dan Achmad Soebardjo membahas perumusan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan Proklamasi
sebagai judul pada pukul 03.00 WIB. Achmad Soebardjo menyampaikan
kalimat Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia. Moh. Hatta menambahkan kalimat: Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama
dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya. Soekarno menuliskan:
Jakarta, 17 8 05 Wakil-wakil bangsa Indonesia sebagai penutup.

17

Perumus Teks Proklamasi; Soekarno, Hatta, Achmad Soebardjo


Pada pukul 04.00 WIB dini hari Soekarno meminta persetujuan dan
tanda tangan kepada semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia.
Para pemuda menolak dengan alasan sebagian yang hadir banyak yang
menjadi kolaborator Jepang. Sukarno mengusulkan agar teks proklamasi
cukup ditandatangani dua orang tokoh, yakni Soekarno dan Moh. Hatta, atas
nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima. Dengan beberapa perubahan
yang telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti
Melik untuk diketik. Perubahan dalam naskah Proklamasi terdiri dari:
Kata tempoh diubah mendai tempo
Kata-kata "wakil-wakil bangsa Indonesia" pada bagian akhir naskah
diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".
Perubahan penulisan tanggal, yaitu "Djakarta, 17-8-05" menjadi
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05. Tahun 05 merupakan singkatan dari
tahun Jepang (Sumera), yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945
Masehi.
Pertemuan dini hari itu menghasilkan naskah Proklamasi. Agar
seluruh rakyat Indonesia mengetahuinya, naskah itu harus disebarluaskan.
Timbullah persoalan tentang cara penyebaran naskah tersebut ke seluruh
Indonesia. Sukarni mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di Lapangan
Ikada, yang telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat Jakarta untuk
mendengar pembacaan naskah Proklamasi. Namun, Soekarno tidak setuju
karena lapangan Ikada merupakan tempat umum yang dapat memancing
bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang. Ia sendiri mengusulkan agar
Proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Usul
tersebut

disetujui

dan

naskah

Proklamasi

Kemerdekaan

Indonesia

18

dibacakannya bersama Hatta di tempat itu pada hari Jumat tanggal 17 Agustus
1945 pukul 10.00 WIB.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum Jepang menjajah ada negara Belanda yang menjajah. Namun
penjajahan oleh negara Jepang terasa lebih kejam karena Jepang bisa mencuri
perhatian dan kepercayaan rakyat Indonesia. Padahal penjajahan oleh negara
Jepang menimbulkan banyak kerugian bagi bangsa Indonesia dibandingkan
keuntungannya.

Namun

pada

akhirnya

bangsa

Indonesia

dapat

memproklamasikan kemerdekaannya.
B. Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia harus dapat memehami peristiwa
sejarah yaitu mengenai Penjajahan Jepang di Indonesia. Selain itu agar kita
tetap menjaga dan melestarikan sumber kekayaan alam seperti rempahrempah dan yang lainya, yang mana dahulu bangsa Jepang memonopilinya.
Kritik dan saran penulis harapkan demi kelancaran penulisan berikutnya
karena pada penulisan makalah ini tak luput dari kesalahan.

19

DAFTAR PUSTAKA
http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/06/makalah-pendudukan-jepang-diindonesia.html
http://jordanlov.blogspot.com/2012/11/makalah-penjajahan-jepang-diindonesia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_(1942-1945)
http://yangterdi.blogspot.com/2013/04/sejarah-jepang-masuk-ke-indonesia.html
http://sitimapmap.blogspot.co.id/2015/08/makalah-penjajahan-jepang-diindonesia.html
http://www.mikirbae.com/2014/12/kehidupan-masa-penajajahan.html
http://www.bimbie.com/janji-jepang.htm
http://mansurhistory.blogspot.co.id/2014/11/perbedaan-pendapat-antara-golongantua.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_Rengasdengklok
http://www.ilmusiana.com/2015/07/sejarah-perumusan-teks-proklamasi.html

20

You might also like