You are on page 1of 13

Laporan kasus :

kepada Yth :
Rencana disajikan tgl :

PARAPLEGI INFERIOR FLAKSID


Ec. TRAUMA MEDULA SPINALIS

OLEH :
FERY SETIABUDY

BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT SARAF


FK UNDIP / RSUP dr KARIADI
SEMARANG 2005

LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. Slamet Raharjo

Umur

: 20 th

Pekerjaan

: Buruh

Alamat

: Tulus, Batang

Register

: B 279253

2. ANAMNESIS.
Keluhan utama : Lumpuh kedua anggota gerak bawah
Riwayat penyakit sekarang : (anamnesa tgl 5-2-2005)
+ 2 bulan yang lalu penderita mengeluh kedua anggota gerak bawah tidak bisa
digerakkan samaekali apalagi untuk jalan setelah pederitah jatuh terduduk dari pohon
rambutan, setelah jatuh penderita tidak bisa bangun, penderita sadar.
Oleh keluarga penderita dibawa ke dukun pijat tetapi tidak ada perubahan penderita
tetap tidak bisa berdiri. Selain itu penderita kedua kakinya tidak bisa mersakan apa-apa
Dan mengeluh sukar BAB dan BAK.
Penderita merasakan kedua kakinya semakin mengecil dan + 1minggu SMRS
mengeluh BAK dan BAB tidak bisa dikontrol (penderita sering ngompol) penderita
berobat ke Puskesmas dan kemudian dirujauk ke RSDK.
Riwayat penyakit dahulu
Penderita tidak pernah sakit batuk lam dantidak pernah merasakan sakit pinggang.
Riwayat penyakit keluarga.
Tidak ada keluarga yang menderita batuk lama dan tidak ada yang skit seprerti ini.
Riwayat sosial ekonomi.
Penderita bekerja sebagai buruh dan belum berkeluarga, anak ke 3 dari 4
bersaudara, tinggal bersama orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani, rumah
berlantai semen datar, WC jongkok.,biaya ditanggung JPS.

PEMERIKSAAN FISIK.
KU baik, kooperatif, gizi baik.
Tanda vital; T 130/80 mmHg, N 72 X / menit RR 24 X / menit
Status Internus : dbn
Status Neurologikus :
Kesadaran

: GCS E5M6V5

Mata

: Pupil isocor 3mm /3mm reflek cahaya +/+

Leher

: kaku kuduk (-)

Nn. kranialis

: dbn

Motorik

superior

inferior

Gerakan

+/+

-/-

Kekuatan

5-5-5 / 5-5-5

0/0

Tonus

N/N

Trofi

E/E

atrofi/atrofi

Reflek fisiologis

+/+

Reflek patologis

-/-

-/-

Klonus

-/-

Sensibilitas : Hipestesi sampai setinggi dermatom L2


Vegetatif

: inkontinensia urin dan alvi

Tulang belakang : gibus (-), nyeri tekan (-), spasme otot (-)
Dekubitus : (-)
Pemeriksaan tambahan :
X- Foto thoracolumbal : fraktur vertebra thoracal XII dan fraktur kompresi lumbal I
Hasil konsul PRU

: FT : - positioning, ROM exercise ekstremitas inferior,


streihgtening

ekstremitas

superior

untuk

persiapan mobilisasi.
Bladder training
OP : - kursi roda

SW : - motivasi penderita untuk latihan dan pengadaan


kursi roda
Psi : - support mental penderita dan keluarga
Hasil konsul Bedah saraf : penderita dengan trauma tulang belakang dengsn disloksi
total

VL

indikasi

pemasangan

fiksasi

interna

dengantujuan bisa didudukkan, tapi neurologis tidak aakan


membaik
ASSESMENT :
DK : Paraplegi inferior flaksid
Hipestesi sampai setinggi dermatom L2
Inkontinesia uri dan alvi
DT : Medula spinalis segmen lumbal 2
DE : Lesi transversal total ec trauma
TERAPI :
1. Medikamentosa
2. Operatif
3. Rehabilitasi
PROGRAM REHABILITASI MEDIK.
1. Fisioterapi :
Pemeriksaan : Kontak, pengertian dan komunikasi : baik.
Paraplegi inferior flasid, kekuatan 0/0
LGS ekstremitas inferior terbatas
Duduk (-)
Inkontinensia urin dan alvi
Kesulitan mobilisasi di tampat tidur
Program :

ROM exercise ekstremitas inferior, positioning, streghtening


Ekstremitas superior untuk persiapan mobilisasi
Latihan LGS pasif

Latihan duduk
Bladder training
Alih baring tiap 2 jam
2. Okupasi terapi.
Pemeriksaan : Kontak,pengertian dan komunikasi baik
Paraplegi inferior flaksid, kekuatan 0/0
Gangguan sensibilitas + (hipestesia)
LGS ekstremitas inferior terbatas
Kesulitan mobilitas ditempat tidur
Program :

Latihan penguatan ekstremitas inferior


Latihan ADL ditempat tidur
Latihan mobilisasi dimpat tidur
Latihan ketahanan duduk
Melakukan aktifitas yang sifatnya waktu luang sesuai hobi
Mengarahkan kerja sesuai dengan minat dan bakat dengan
menggunakan tangan

3. Sosial medik :
Pemeriksaan : Penderita bekerja sebagai buruh dan belum berkeluarga, anak ke
3 dari 4 bersaudara, tinggal bersama orang tuanya yang bekerja
sebagai buruh tani, rumah berlantai semen datar, WC jongkok,
biaya ditanggung JPS.
Program :

Edukasi kepada penderita dan keluarga tentang perlunya bantuan


Dalam aktifitas sehari-hari.
Modifikasi WC jongkok ke WC duduk
Motifasi keluarga dan bimbingan untuk beroeran dalam
program rehabilitasi
Bimbingan dan motifasi untuk home training
Memotifasi keluarga untuk kegunaan pembelian kursi roda

4. Psikologi
Pemeriksaan : Pengertian, kontak baik dan komunikasi baik
Penderita menyadari penyakitnya membutuhkan rehabilitasi
yang bertahap dan program ini harus dijalankan di rumah.
Penderita memiliki motivasi untuk sembuh
Hubungan antar anggota keluarga baik, dan memberikan
dukungan untuk pengobatan sakitnya
Emosi stabil
Program

: Support mental untuk pengobatan dan kesembuhan pasien dari


dokter, perawat dan keluarga
Motifasi untuk berobat rutin dan latihan secara bertahap
Motifasi dan mengikutsertakan keluarga dalam pengobatan dan
mobilisasi penderita
Memberikan dukungan dalam pelaksanaan aktifitas hidup
sehari-hari

5. Ortotik prostetik.
Pemeriksaan : Kontak,pengertian dan komunikasi baik
Paraplegi inferior flasid, kekuatan 0/0
Gangguan sensibilitas + (hipestesia)
LGS ekstremitas inferior terbatas
Kesulitan mobilitas ditempat tidur
Program

: Pembuatan cock up splint untuk mencegah kontraktur


Thoracolumbal Orthosis (TLSO)
Kursi

roda,

bila

kondisi

penderita

untuk

jaln

tidak

memungkinkan .
6. Terapi wicara.
Pemeriksaan : pendengaran, bicara baik
Program

: ()

PENDAHULUAN
Penatalaksanaan kasus cedera medula spinalis memerlukan perhatian khusus mulai
dari tempat kejadian sampai pasien dirawat di rumah sakit. Cedera medula spinalis akan
menjadi lebih berat jika orang atau penolong yang pertama kali menolong korban tidak
sdar akan adanya kerusakan atau cedera pada medula spinalis.
Insiden cedera medula spinalis akut relatif jarang berkisar antara 11,5 sampai 53,4
per 1000.000 dan 48% fatal dan 79% dari kasus yang fatal terjadi ditempat kejadian atau
saat tiba di rumah sakit. Angka kematian berkisar 4 17 %. Lokasi cedera medula
spinalis akut sering di daerah cervical biasanya di C4-C7, T1 dan thoraco-lumbal T11T12, L1 dan + 15 % cedera medula spinalis akut merupakan cedera vertebra multipel yaitu
cervical, thorakal dan lumbal. Cedera medula spinalis akut dibedakan menjadi cedera
medula spinalis parsial dan total.
Cedera medula spinalis akut dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, terjatuh,
olah raga, kecelakaan industri, dan lain-lain. Di negara maju angka cedera medula spinalis
relatif menurun karena penggunaan alat pelindung diri misalnya seatbealt dan airbags.
Faktor resiko cedera spinalis 25% karena pengguna alkohol, dan angka kejadian pada lakilaki berkisar 80 - 85% dan wanita 15 20%.
PATOFISIOLOGI
Cedera spinalis akut memberikan resiko sangat besar pada jaringan saraf yaitu,
medula spinalis dan radiks, jaringan saraf tersebut akan mengalami cedera karena beberapa
keadaan, yaitu :
1. Kompresi karena tulang, ligamen, benda asing dan hematom.

Penyebab yang

paling berat ialah kompresi oleh tulang, kompresi bergeser bagian posterior korpus
vertebra, dan cedera hiperekstensi.
2. Regangan jaringan : regangan yang berlebihan misalnya pada keadaan hiperfleksi,
menyebabkan jaringan robek, toleransi jaringan tergantung pada usia penderita.
3. Edema : segera setelah cedera spinalis akut, akan timbul edema pada medula
spinalis, memberikan gangguan sirkulasi kapiler dan venous return.

4. Sirkulasi terganggu akibat kompresi oleh tulang atau struktur lain pada sistem a.
spinalis anterior maupun a. spinalis posterior.
Beberapa menit setelah cedera spinalis, medula spinalis secara makroskopis dan
histologis terlihat normal. Pada penelitia binatang yang lebih mendalam bahwa proses
patologis telah berlangsung dari proses normal menjadi total nekrosis dan inflamasi dalam
waktu 24 sampai 48 jam. Cedera neuron primer ialah kerusakan akson dan neuron pada
saat terjadi cera, sedang cedera neuron sekunder terjadi perubahan progersif patologis
setelah cedera neuron primer.
KLASIFIKASI
Klasifikasi yang serng digunakan pada keadaan cedera medula spinalis ialah
klsifikasi ASIA (American Spinal Injury Association) dan IMSOP ( Internatoinal medical
Society of Paraplegia ) pada tahun 1990 dan 1991, yaitu :
I.

Berdasarkan Fungsi :
-

Grade A complete : tidak ada fungsi motorik atau sensorik sampai segmen
S4 S5.

Grade B incomplete : tidak ada fungsi sensorik tapi fungsi motorik masih
ada di bawah level cedera spinal sampai S4 S5

Grade C incomplete : fungsi motorik masih ada dibawah level cedera


spinal dan sebagian besar 10 otot ekstremitas dibawah level cedera spinal
mempunyai kekuatan motorik < 3.

II.

Grade D incomplete : idem grade C, tetapi kekuatan motorik > 3.

Grade E normal : fungsi motorik dn sensorik normal.

Berdasarkan Tipe dan Lokasi :


-

Complete spinal cord injury : ASIA/IMSOP grade A.


a. Uni-level : no zone of partial preservation
b. Multiple level : with zone of partial preservation.
Incomplete Spinal Cord Injury : ASIA/IMSOP grade B, C, dan D :
a. Cervico-Medullary Syndrome

b. Central Cord Syndrome


c. Anterior Cord Syndrome
d. Posterior Cord Syndrome
e. Brown-Sequard Syndrome
f. Conus Medularis Syndrome
Complete Cauda Equina Injury : ASIA/IMSOP Grade A
Incomplete Cuada Equina Injury : ASIA/IMSOP Grade B,C. dan D
GAMBARAN KLINIK
Gambaran cedera spinal komplit menimbulkan gangguan klinik yang jelas yaitu
dibawah lesi akan timbul gangguan sensorik dan motorik, sedangkan gambaran klinik
cedera spinal inkomplit sesuai dengan klasifikasi ASIA/IMSOP yaitu :
a. Cervico-Medullary Syndrome
Sindrom ini meliputi cervikal bagian atas dan batang otak, sindrom dapat meluas
sampai C4 atau lebih bawah lagi dan keatas dapat sampai ke daerah pon.
Gambaran klinisnya : respiratory arrest, hipontensi, tetraplegia, dan anestesia dapat
meluas dari C1-C4, dapat timbul gangguan sensibilitas wajah.
b. Central Cord Syndrome
Sindrome ini khas yaitu adanya gangguan motorik pada ekestremitas atas lebih
berat dari tungkai dengan gangguan sensibilitas yang beraneka ragam
c. Anterior Cord Syndrome
Ciri khusus

ialah adanya gangguan paralisis komplit yang mendadak dengan

hipestesia pada tingkat lesi, dibawah lesi masih ada rasa raba dan propioseptik.
d. Posterior Cord Syndrome
Gangguan neurologis yang timbul ialah kelemahan dari batas lesi ke bawah dan
gangguan propioseptik.

e. Brown-Sequard Syndrome
Karena kerusakan separuh dari medula spinalis, gejala klinik : gangguan motorik
dan propioseptik sisi ipsilateral dan gangguan sensasi rasa suhu dan nyeri pada sisi
kontralateral.
f. Conus Medullaris Syndrome
Terletak pada daerah T11-T12 dan T12-L1, gejala kliniknya : gangguan loweer
motor neuron yaitu paralisis flaksid tungkai dan sfingter ani, diikuti fase kronik
kombinasi gejala atropi otot-otot dan spastisitas atau hiperefleksi dengan respon
plantaris. Gangguan sensorik bervariasi dapat inkomplit sensasi perianal (saddle
anaesthesia), pada lesi conus yang berat akan timbul gangguan defekasi dan miksi
yang bersifat low pressure, hgh capasity neurogenic bladder.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan cedera medula spinalis akut, untuk mencegah kerusakan
medula spinalis lebih lanjut oleh segala macam tindakan atau keadaan. Penatalaksanaan
pada cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi :
I.

Penatalaksanaan Umum
1. Tentukan apakah cedera medula spinalis akut atau ada cedera tambahan.
2. Stabilisasi medula spinalis dengan Philadelphia collar dan backboard.
3. Atasi gangguan fungsi vital : airways, breathing dan circulation.
4. Perhatikan perdarahan dan sirkulasi, hipotensi atau hipovolumia.
5. Terapi untuk akut cedera medula spinalis dengan methylprednisolon 30
mg/kgBB iv bolus 15 menit, 45 menit istirahat, 5,4 mg/kgBB/hari selama
23 jam.

10

II.

Penatalaksanaan Khusus
1. Cedera cervical
a. Dislokasi Alantooccipital : biasanya fatal kareana medula
oblongata atau a. Vertebralis mengalami cedera langsung.
b. Fraktur Jefferson : fraktur bilateral arcus posterior vertebra C1,
sembuh dengan fiksasi halo-vest.
c. Cedera Atlantoaxial:
-

Cedera ligamen : sembuh spontan

Fraktur odontoid tipe I (tip fracture) : sembuh spontan

Fraktur odontoid tipe II (base fracture) : dilakuakan fusi C1-C2

Fraktur odontoid tipe III : fiksasi halo-vest


d. Fraktur Hangman : fraktur bilateral pedikel C2 dan dislokasi
vertebra C2-C3 : fiksasi
e. Facet menyatu atau bergeser, mungkin unilateral

atau bilateral

traksi kalau perlu operatif.


2. Cedera thoraks : umumnya stabil, cukup bedrest
3. Cedera torakolumbal : bila tidak komplit dilakukan tindakan dekompresi
untuk memperbaiki gangguan neurologisnya.
III.

Perawatan Umum
1. Perawatan Kandung Kemih
2. Perawatan Rektum
3. Perawatan kulit
4. Nutrisi
5. Kontrol Nyeri
6. Perawatan Psikiatri

11

IV.

Rehabilitasi
1. Fisioterapi : masase dan gerakan pasif diberikan sedini mungkin, latihan
khusus diperluksn untuk mengembangkan grup otot tertentu.
2. Terapi kerja : disiapkan pasien untunk tipe pekerjaan yang sesuai dengan
kecacatannya.
3. Olah raga : diberikan untuk dapat melakukan olah raga dengan kursi roda,
berenang dan lain-lain.
4. Psikiatrik : perlu diberikan untuk mencegah depresi ataupun ancaman
bunuh diri.

12

DAFTAR PUSTAKA
1.
2
3.
4.
5.
6.
7
8.

Evans.R.W : Spinal Cord Injury in Neurology and Trauma : W B Saunders.


1996 ; 276 9
Henry. G.L, Little N : Spinal Cord Injury in Neurologic Emergencies :
McGraw-Hill. 1992 ; 194 - 202
Weiner W.J and Shulman M : Nonpenetrating Spinal Cord injury in
Emergent and Urgent Neurology 2nd.ed. Lippicont Williams & Wilkins.
1999 ; 275 - 283
Hughes R.A.C : acute Spinal Cord Compression in Neurological
Emergencies 1st ed. BMJ Publishing group. 1994 ; 268 - 276
Greenberg M.S : Spine injuries in Handbook of Neurosurgery 5 th ed. Georg
Thieme Verlag Stuttgart. 2001; 686 - 692
Lindsay K.N, Bone L, Callader R : Spinal trauma management in
Neurology and Neurosurgery Illustrated 1st ed. Churchill Livingstone. 1986;
402-3
Narayan R K, Wilberger J E, Povlishock J T : Spinal Cord Injury in
Neurotoma. McGraw-Hill. 1996 ; 1041-7
Marshall S B, Marshal L F, Vos H R and Chesnut R M : Acute Spinal Cord
Injury in Neuroscience Critical Care Pathophysiology and Patient
Management. W.B Saunders Co. 1990 ; 307-315

13

You might also like