You are on page 1of 14

MAKALAH

TEORI KEPERAWATAN
KONSEP MIDDLE RANGE THEORY MODEL ADAPTASI ROY

Tugas LK 3
Mata Kuliah Sains Keperawatan

DISUSUN OLEH:
Kelompok A2
Kamariah
Erni Musmiler
Yessi Fadriyanti
Armanda Tri Murti
Dwi Yunita Ramadani

MAGISTER KEPERAWATAN MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan
yang bersifat komprehensif meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun
sakit dengan pendekatan proses keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas
didukung oleh pengembangan teori dan model konseptual keperawatan. Perlu diyakini
bahwa penerapan suatu teori keperawatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan akan
berdampak pada peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Pelayanan keperawatan
sebagai pelayanan profesional akan berkembang bila didukung oleh teori dan model
keperawatan serta pengembangan riset keperawatan dan diimplementasikan di dalam
praktek keperawatan.
Profesi keperawatan mengenal empat tingkatan teori, yang terdiri dari meta
theory, grand theory, middle range theory, dan practice theory. Teori-teori tersebut
diklasifikasikan berdasarkan tingkat keabstrakannya, dimulai dari meta theory sebagai
yang paling abstrak, hingga practice theory sebagai yang lebih konkrit. (Krippendorf
1986 dalam Sell dan Kalofissudis, 2004).
Model konseptual keperawatan dikembangkan oleh para ahli keperawatan dengan
harapan dapat menjadi kerangka berpikir perawat, sehingga perawat perlu memahami
konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan askep dalam praktek
keperawatan. Teori Middle Range yang merupakan level kedua dari teori keperawatan
akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tahap-tahap perkembangan teori
keperawatan , konsep middle range theory dan beberapa teori didalamnya yang
dikembangkan oleh beberapa tokoh keperawatan dan mengganalisa Jurnal Adaptasi Roy,
manfaat empiris Teori Roy, aplikasi Teori Roy.
C. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini akan dibahas:

Tahap-tahap perkembangan teori keperawatan


Definisi Middle Range Theories
Ciri-ciri Middle Range Therioes
Perbandingan dengan Level Teori yang lain
Analisa Kelompok Terhadap Jurnal Adaptasi Teori Roy
Manfaat Empiris Teori Roy
Aplikasi Teori Roy

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tahap-tahap Perkembangan Teori Keperawatan
Kidd dan Morrison (1988 dalam McEwen, 2005) menggambarkan lima tahap di dalam
pengembangan teori keperawatan :
1.
Pengetahuan diam (silent knowledge)
Pendidikan dan praktek keperawatan didasarkan pada aturan-aturan, prinsipprinsip dan tradisi-tradisi yang berjalan terus selama proses pendidikan atau praktek
keperawatan. Kebanyakan sekolah di bawah kendali rumah sakit, diatur rumah sakit
dan diawasi para dokter. Pendidikan keperawatan dan praktek keperawatan
difokuskan pada kecakapan teknis dan aplikasi beberapa prinsip dasar, seperti teknik
aseptik dan prinsip mobilisasi. Keperawatan bergantung pada hasil diagnosa dan order
dokter, memandang manusia sebagai bagian yang terpisah antara jiwa dan raga (fisik),
dan memusatkan perawatan pada kesembuhan pasien dari permasalahan patologi
(Kenney, 1995 dalam McEwen, 2005). Hal ini berdampak terhadap perkembangan
teori dan riset keperawatan dimana hanya ada sedikit usaha untuk mengembangkan
teori keperawatan. Sedangkan riset
hanya terbatas pada koleksi data dan
epidemiologi. Kondisi seperti ini berlangsung lebih dari 80 tahun. Baru pada tahun
1924, Yale University memulai suatu otonomi di bidang keperawatan dengan
membuat suatu program pelatihan profesional yang memperdalam dasar teori dari
suatu penyakit ditinjau dari aspek fisik, sosial dan psikologis yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan klien.
2.
Pengetahuan diterima (received knowledge)
American Nurses Association (ANA) mulai suatu program yang mendorong
para perawat bersekolah di institusi pendidikan keperawatan untuk belajar tentang
fungsi keperawatan dan mempraktekkannya. Program pertama doktoral dalam
keperawatan dimulai tahun 1933 oleh Columbia University dan Universitas New York
(1934). Perkembangan ini membuat para lulusan belajar mengeluarkan ide-ide,
pandangan dan melakukan riset keperawatan. Sebagai hasilnya, perawat-perawat
mulai mempertanyakan gagasan-gagasan yang dibenarkan di dalam keperawatan dan
dasar tradisional di mana ilmu keperawatan dilatih/dipraktekkan. Sumber
pengetahuan didapatkan melalui mendengarkan profesi lain. Teori-teori dipinjam dari
disiplin lain.
Ketika para perawat memperoleh gelar doktoral non keperawatan, mereka bersandar
pada otoritas pendidik, sarjana sosiologi, psikolog, ahli fisiologi dan ahli antropologi
untuk menyediakan jawaban atas permasalahan keperawatan. Dalam melaksanakan
riset mereka masih berfokus pada riset di bidang pendidikan atau riset sosiologi.
3.
Pengetahuan subjektif (subjective knowledge)
Sampai tahun 1950, ilmu keperawatan terutama berasal dari sosial, biologi dan
teori-teori medis. Dengan pengecualian konsep Nightingale yang sudah ada sejak
1850. Tahun 1952 Hildegard Peplau, menggambarkan proses hubungan antar pribadi
antara perawat dan klien. Hal ini memulai adanya revolusi dalam keperawatan,
dimana sejumlah ahli teori keperawatan mulai mencari suatu kerangka konseptual
untuk pendidikan dan praktek keperawatan.

Akhirnya muncul suatu sikap negatif terhadap teori-teori yang dipinjam dari disiplin
lain. Para ahli mulai memfokuskan pada pengembangan dan penjelasan teori-teori
keperawatan. Fokus riset lebih banyak pada perawat dibanding klien/pasien dan
situasi-situasi klinis.
4.
Pengetahuan prosedural (procedural knowledge)
Pada awal tahun 1970, beberapa konferensi keperawatan mulai
diselenggarakan, profesi keperawatan memandang diri sendiri sebagai pengembangan
disiplin ilmu yang ilmiah terhadap suatu praktek yang secara teoritis mengutamakan
klien. Tahun 1972, National League for Nursing menerapkan persyaratan bahwa
untuk kurikulum keperawatan harus didasarkan pada kerangka konseptual. Selama
tahun ini banyak ahli yang mengembangkan gagasan-gagasan mereka tentang
keperawatan dan sebagian lagi mengembangkan konseptual model. Juga timbul suatu
konsensus, dimana para pemimpin keperawatan mengembangkan unsur-unsur yang
terdapat dalam keperawatan, antara lain roles/actions keperawatan; klien; konteks
interaksi perawat klien (lingkungan); dan kesehatan.
5.
Membangun pengetahuan (constructed knowledge)
Selama tahun 1980, para ahli mulai berkonsentrasi pada kebutuhan untuk
mengembangkan teori secara bermakna agar dapat dijadikan landasan dalam praktek
keperawatan. Perhatian mulai bergeser dari grand theories ke middle range theories
dan practice theories, seperti juga aplikasi teori dalam riset dan praktek. Ini adalah
arus langkah pengembangan teori keperawatan.
B. Definisi Middle Range Theories
Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang
saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas
keperawatan (Smith dan Liehr, 2008).
Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat
digambarkan dalam suatu model. Middle range theories dapat dikembangkan pada
tatanan praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan riset/penelitian
yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan.
C. Perbandingan dengan Level Teori yang lain
Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk
memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada populasi klinik dan mencakup
fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktek, middle range theory lebih
banyak digunakan dari pada grand theory, dan dapat diuji dalam pemikiran empiris.
Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan
praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan
bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik, selain itu Walker and Avant
(1995) mempertahankan bahwa mid-range theories menyeimbangkan kespesifikannya
dengan konsep secara normal yang nampak dalam grand teori.
Mid-range teori memberikan manfaat bagi perawat, mudah diaplikasikan dalam
praktik dan cukup abstrak secara ilmiah. Teori Middle Range, tingkat keabstrakannya
pada level pertengahan, inklusif, diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah
variabel terbatas, dapat diuji secara langsung.
Kramer (1995) mengatakan bahwa mid-range theory sesuai dengan lingkup
fenomena yang relatif luas tetapi tidak mencakup keseluruhan fenomena yang ada dan
merupakan masalah pada disiplin ilmu.
Bila dibandingkan dengan grand teori, middle range theory ini lebih konkrit
karena pada Grand teori lebih berfokus pada fenomena pusat dari disiplin ilmu seperti

individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan diri, kesatuan manusia, atau menjadi
manusia.
Merton (1968) yang berperan dalam pengembangan middle range theory,
mendefinisikan teori ini sebagai sesuatu yang minor tetapi penting dalam penelitian dan
pengembangan suatu teori. Sependapat dengan Merton, beberapa penulis keperawatan
mengemukakan middle range theory jika dibandingkan dengan grand theory:
a. ruang lingkupnya lebih sempit
b. lebih konkrit, fenomena yang disajikan lebih spesifik
c. terdiri dari konsep dan proposisi yang lebih sedikit
d. merepresentasikan bidang keperawatan yang lebih spesifik/ terbatas
e. lebih dapat diuji secara empiris
f. lebih dapat diaplikasikan secara langsung dalam tatanan praktik
Sedangkan Grand theory (Alligood, 2002), menyatakan teori pada level ini lebih
fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik seperti
spesifik untuk kelompok usia pasien, kondisi keluarga, kondisi kesehatan, dan peran
perawat.
Pandangan lain oleh Fawcett (1995) dalam Sell dan Kalofissudis (2004)
mendefinisikan grand theory sebagai:
a. Teorinya memiliki cakupan yang luas
b. kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum
yang relatif abstrak
c. hubungannya tidak dapat di uji secara empiris.
C. Ciri Middle Range Theory
1. Menurut Mc. Kenna h.p. (1997) :
Bisa digunakan secara umum pada berbagai situasi
Sulit mengaplikasikan konsep ke dalam teori
Tanpa indikator pengukuran
Masih cukup abstrak
Konsep dan proposisi yang terukur
Inklusif
Memiliki sedikit konsep dan variabel
Dalam bentuk yang lebih mudah diuji
Memiliki hubungan yang kuat dengan riset dan praktik
Dapat dikembangkan secara deduktif, retroduktif. Lebih sering secara induktif
menggunakan studi kualitatif
Mudah diaplikasikan ke dalam praktik, dan bagian yang abstrak merupakan hal ilmiah
yang menarik
Berfokus pada hal-hal yang menjadi perhatian perawat.
Beberapa di antaranya memiliki dasar dari grand teori
Mid-range theory tumbuh langsung dari praktik.
2. Menurut Meleis, A. I. (1997) :
Ruang lingkup terbatas,
Memiliki sedikit abstrak,
Membahas fenomena atau konsep yang lebih spesifik, dan
Merupakan cerminan praktik (administrasi, klinik, pengajaran)

3. Menurut Whall (1996) :


Konsep dan proposisi spesifik tentang keperawatan
Mudah diterapkan
Bisa diterapkan pada berbagai situasi
Proposisi bisa berada dalam suatu rentang hubungan sebab akibat
D. Perkembangan Middle Range Theory
Liehr & Smith (1999) menjelaskan bahwa perkembangan middle range theory
bersumber pada proses intelektual yang meliputi:
Teori induktif yang membangun teori melalui riset
Teori deduktif yang berasal dari grand theory
Kombinasi dari teori keperawatan dan non keperawatan
Sintesa teori yang berasal dari penelitian yang telah terpublikasi
Mengembangkan teori dari pedoman praktik klinik
E. Penggunaan Middle Range Theory
Middle range theory telah digunakan dalam bidang praktik dan penelitian. Teori
ini mampu menstimulasi dan mengembangkan pemikiran rasional dari penelitian serta
membimbing dalam pemilihan variable dan pertanyaan penelitian (Lenz,1998).
Middle range Teori dapat membantu praktik dengan memfasilitasi pemahaman terhadap
perilaku klien dan memungkinkan untuk menjelaskan beberapa efektifitas dari intervensi.

BAB III
ANALISA KELOMPOK
Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada tinjauan teori, Middle Range teori adalah
suatu pengembangan teori pada tingkat yang lebih kongkret dari pada Grand Teori,
karena pada Grand teori lebih berfokus pada fenomena pusat dari disiplin ilmu seperti
individu sebagai sistem adaptif, defisit perawatan diri, kesatuan manusia, atau menjadi
manusia. Grand Teori yang kerangkanya terdiri dari konsep-konsep dan pernyataan
relasional yang menjelaskan fenomena abstrak. Sedangkan Midle Range Theory
diorganisasi dalam lingkup terbatas, memiliki sejumlah varibel terbatas, dapat diuji secara
langsung. Teori Middle-Range memiliki hubungan yang lebih kuat dengan penelitian dan
praktik. Hubungan antara penelitian dan praktik menurut Merton (1968), menunjukkan
bahwa Teori Mid-Range amat penting dalam disiplin praktik.
Jurnal ini menggunakan Middle Range Theory terhadap Teori Roy. Pada Jurnal
menjelaskan bagaimana orang yang berbeda dalam menghadapi stres dan mengamati
perilaku dalam kategori proses kongnitif. Adaptasi adalah proses dan hasil dimana orang
berpikir dan merasa menggunakan kesadaran dan pilihan untuk membuat integritas
manusia dan lingkungan. Jurnal tersebut mengaplikasikan Teori Roy terhadap perilaku
manusia dalam mengatasi stress.
Dalam jurnal tersebut menggunakan teori yang mengatasi adaptasi teori Roy seperti
bagan berikut:

Skema diatas menunjukkan manusia sebagai sistem adaptasi selalu


mendapatkan input sebagai stimulus untuk melakukan proses kontrol. Proses kontrol
adalah mekanisme koping yang terdiri dari subsistem regulator dan cognator.
Subsistem regulator melakukan koping yang diperlihatkan dalam model
adaptasi fisiologis. Penghubung sistem regulator adalah proses koping neural, kimia
dan endokrin. Sedangkan subsistem kognator berhubungan dengan fungsi yang lebih
tinggi dari otak yaitu persepsi atau pengolah informasi yang terdiri dari proses
perhatian, dan ingatan. Mekanisme koping kognator diperlihatkan dalam 3 (tiga)
model adaptif, yaitu konsep diri, interdependen dan fungsi peran. Dalam
mempertahankan integritas manusia, regulator dan cognator sering dianggap berperan
bersama-sama.
1.

Manfaat Empiris terhadap Teori Roy


Keperawatan
Roy memandang kemampuan adaptasi manusia dapat dipelajari dan
dikembangkan serta dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, individu memiliki
zona adaptasi, apabila stimulus kecil dari zona adaptasinya maka individu tersebut
akan stabil, sedangkan bila stimulus melebihi kemampuan adaptasi makan akan
terjadi sakit, dan perawat memiliki peranan yang penting dalam pengkajian
adaptasi serta pengkajian stimulus yang dapat menjadi penyebab sakitnya seorang
klien. Untuk itulah perlu diidentifikasi terapi keperawatan yang dapat diterapkan
oleh perawat dalam memperbaiki system adaptasi klien berdasarkan model
adaptasi yang dikembangkan Roy sebagai dasar peningkatan kualitas hidup klien.
2. Pendidikan
Teori Roy berguna bagi pendidik dan peserta didik. Pendidik harus tahu
konsep koping individu karena pendidik berhadapan dengan peserta didik.Pendidik
mempunyai peran penting dalam pengkajian adaptasi serta stimulus yang dapat
menyebabkan adaanya gangguan konsentrasi belajar bagi Peserta didik.
3. Penelitian
Teori Roy bisa bisa diguna dalam penelitian terhadap semua klien.
Aplikasi Teory Model Adaptasi Roy
Sebagai sebuah profesi, keperawatan lebih merupakan suatu disiplin ilmu yang
berorientasi pada praktek. Aktivitas spesifik prakteknya diterapkan dalam bentuk
proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah untuk menyelesaikan masalah
dari hasil pengkajian data yang ditemukan, identifikasi kebutuhan individu, seleksi
dan implementasi tindakan keperawatan serta mengevaluasi tindakan yang telah
diberikan.
Proses keperawatan menggambarkan pandangan Roy tentang manusia sebagai
sistem adaptif. Menurut Roy ada 6 (enam) tahap identifikasi dalam proses
keperawatan yaitu : pengkajian perilaku, pengkajian stimulus, penentuan diagnosa
keperawatan, penentuan tujuan, intervensi, dan evaluasi. (Roy & Andrews, 1991).
1. Pengkajian Perilaku
1) Pengakajian Fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis :
a. Oksigenasi ; berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
b. Nutrisi ; untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan.
c. Eliminasi ; Pola eliminasi.
d. Aktivitas dan istirahat ; pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
e. Integritas kulit ; Pola fisiologis kulit.

f. Rasa/senses ; Fungsi sensoris perseptual b.d panca indra.


g. Cairan dan elektrolit ; Pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.
h. Fungsi Neurologis ; Pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.
i. Fungsi endokrin ; Pengaturan system reproduksi termasuk respon stress.
2) Pengkajian Konsep diri.
Mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang berhubungan
dengan Ide diri sendiri tentang fisik, perasaan, dan moral-etik.
3) Pengkajian Fungsi Peran.
Mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang dengan orang lain
akibat dari peran ganda.
4) Pengkajian Interdpendensi.
Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki melalui
hubungan interoersonal terhadap individu dan kelompok.
Roy mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim
regulator dan Subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada table berikut :
Gejala berat dari aktivitas
Regulator :
peningkatan deyut jantung
dan tekanan darah.
Tegang.
Hilang nafsu makan.
Peningkatan kortisol serum

Gejala Inefektiv dari Kognator :


Gangguan persepsi/ proses
informasi.
Pembelajaran inefektive.
Tidak
mampu
membuat
justifikasi.
Afektive tidak sesuai.

Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing
Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

2.

Pengkajian Stimulus.

Stimulus yang berpengaruh :


Budaya

: Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras),


sistim kepercayaan.

Keluarga
Fase
perkembanga
n
Intergritas dari
cara-cara
penyesuaian
(modes
Adaptive)
Efektivefitas
Kognator
Pertimbangan
lingkungan

: Struktur keluarga, tugas keluarga.


: Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan
faktor keturunan.
: Fisiologis (termasuk patologi penyakit),
konsep diri, fungsi peran,
interdependensi.

: Persepsi, pengatahuan, skill.


: Perubahan lingkungan internal dan ekternal,
menajemen pengobatan, penggunaan
obat-obatan. Alkohol, dan merokok.

3. Diagnosa Keperawatan.
FISIOLOGIS MODE
1.

Oksige
nasi.

Hipoksia/syoks.
Gangguan ventilasi.
Inadekuat
pertukaran gas.
Inadekuat transport
Gas
Gangguan perfusi
jaringan.

2.

Nutrisi.
Malnutrisi.
Mual,muntah.
Anoreksia.

3.

Elimina
si.

4.

5.

Diare.
Konstipasi.
Kembung.
Retensi Urine.
Inkontinensia urine.
Aktivita
s dan istirahat.
Inadekuat
pola
aktivitas dan istirahat.
Intolenransi
aktivitas.
Immobilisasi.
Gangguan tidur.
Intergrit
as kulit.
Gatal-gatal.
Kekeringan.
Infeksi.
Dekubitus

6.

7.

8.

9.

KONSEP DIRI

Sensoris.
Nyeri akut.
Nyeri kronis.
Sensori overload.
Gangguan sensori primer.
Potensial injuri.
Kehilangan
kemampuan
perawatan diri.
Gangguan persepsi.
Potensial injuri/ hilang
kemam-puan merawat diri.
Cairan
dan
elektriolit.
Dehidrasi.
Retensi cairan intra seluler.;
Edema.
Shok hipo/hipervolemik.
Hyper atau hipokalsemia.
Ketidakseimbangan asam
basa.
Fungsi
Nerologis.
Penurunan kesadaran.
Defisit memori.
Ketidakstabilan
perilaku
dan mood.
Fungsi
endokrin.
Inefektiv regulator hormon.
Inefektiv
pengembangan
reproduksi.
Ketidakstabilan
sikulus
ritme stress internal.

Pandangan terhadap fisik.

Penurunan konsep seksual.

Agresi.

Kehilangan.

Seksual disfungtion.

FUNGSI PERAN
Transisi peran.
Peran berbeda.
Konflik peran.
Kegagalan peran.

Pandangan terhadap personal.

Cemas tidak berdaya.

Harga diri rendah.

Merasa bersalah.

INTERDEPENDENSI
Kecemasan.
Merasa.
Ditinggalkan/isolasi.

Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for
Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.
4. Rencana Tindakan
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen.
Memenuhi kebutuhan aktivitas dan
Kriteria:
Istirahat/tidur.
1.
menyiapkan tabung oksigen dan Kriteria
flow meter.
1.
melakukan latihan gerak pada
2.
menyiapkan hemodifier berisi
pasien tidak sadar.
air.
2.
melakukan mobilisasi pad pasien
3.
menyiapkan slang nasal dan
pasca operasi.
masker.
3.
mengatur posisi yg nyama pada
4.
memberikan penjelasan pada
pasien.
pasien.
4.
menjaga kebersihan lingkungan.
5.
mengatur posisi pasien.
5.
Mengopservasi reaksi pasien.
6.
memasang slang nsal dan
masker.
Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit
7.
memperhatikan reaksi pasien.
(kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria
Memenuhi kebutuhan Nutrisi:
1.
memandikna pasien yang tidak
Kriteria
sadar/ kondisinya lemah.
1.
menyiapkan
peralatan 2.
mengganti alat-alat tenun sesuai
dalam dressing car.
kebutuhan/ kotor.
2.
menyeiapkan
cairan 3.
Merapikan alat-alat pasien.
infus/makanan/darah.
3.
memberikan penjelasan
Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
pada pasien.
4.
mencocokan
jenis Kriteria
1.
Mengopservasi tanda-tanda vital
cairan/darah/diet makanan
sesuai kebutuhan.
5.
mengatur posisi pasien.
2.
melakukan
tes
alergi
pada
6.
melakukan pemasangan
pemberian obat baru.
infus/darah/makana
3.
mengobservasi reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Eliminasi
kriteria

1.
2.
3.
4.
5.

menyiapkan alat pemberian


hukmah/gliserin,
dulkolac
&
peralatan pemasangan kateter
memperhatikan
suhu
cairan/ukuran kateter
menutup dan memasang selimut.
mengobservasi keadaan feses
dan uerine.
Mengobservasi rekasi pasien.
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI

Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.


Kriteria
1.
Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.
2.
memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3.
memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
4.
memperhatikan setiap keluhan pasien.
5.
memotivasi pasien untuk berdoa.
6.
membantu pasien beribadah.
7.
memperhatikan pesan-pesan pasien.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1.
2.
3.
4.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN


Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna
bagi keluarga dan msayarakat.
mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien
perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan
secara benar dalam perawatan.
Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang
negatif dari klein.
STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI
membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.
membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

5. Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan
dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan.
Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan

DAFTAR PUSTAKA
Colley, S. (2003), Nursing theory: its importance to practice. Nursing Standard. 17, George
Julia B. (1995). Nursing theories: the base for professional nursing practice. Ed 4th.
Appleton & Lange: Connecticut
http://www.hsc.dlsu.edu.ph/cnm/BSN3/lectures/nsg%20 theories.doc.Diakses tanggal 7
Oktober 2012.
http://www.cjnr.nursing.mcgill.ca/archive/30/30 4 levine.html. Diakses tanggal 7 Oktober
2012.
Kozier, Erb, Olivieri ( 1991), Fundamental of Nursing, concepst, process and practice, fourth
edition, California. Publishing Company, Inc.
Marriner Tomey, Alligood Raile Martha. (2006). Nursing theorists and their work. Ed 6th.
Mosby Inc: St Louis Missiouri.
Leddy S,Mae Pepper,J.(1993),Conseptual Bases of Professional Nursing 3rd ed. Philadelphia :
Lippincott Company.
Roy, SC (1991), The Roy Adaptation Model; the definitive statement. New Jersey, ApplentonCentury Crofts.

You might also like