Professional Documents
Culture Documents
oleh
Desiska Rauzni
1507101030002
Pembimbing
Dr. Fauzal Aswad, Sp.JP, FIHA
BAGIAN/SMF KARDIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BPK RUMAH SAKIT dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT atas limpahan
berkah dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus
yang berjudul Insufisien Vena Kronik Shalawat berangkaikan salam kepada
Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa perubahan besar dalam
kehidupan manusia dari zaman yang penuh dengan kebodohan menuju zaman
yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Laporan Kasus ini ditulis untuk melengkapi tugas-tugas penulis dalam
menjalankan klinik kepaniteraan senior di SMF/Bagian Ilmu Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala-Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh.
Dalam penulisan dan penyusunan Laporan Kasus ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari dr. Fauzal Aswad, Sp.JP, FIHA selaku
pembimbing
penulisan
Laporan
Kasus
ini.
Oleh
karena
itu,
penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2
2.1 Anatomi Vena Ekstremitas Bawah..................................................... 2
2.1.1 Vena Superfisialis Estremitas Bawah .................................. 2
2.1.2 Vena Profunda Ekstremitas Bawah........................................... 3
2.2 Definisis............................................................................................. 4
2.3 Epidemiologi ..................................................................................... 4
2.4 Etiologi dan faktor Risiko.................................................................. 4
2.5 Klasifikasi.......................................................................................... 6
2.6 Patofiologi.......................................................................................... 7
2.7 Manifestasi Klinis.............................................................................. 8
2.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................... 9
2.9 Penatalaksaan..................................................................................... 9
2.10 Komplikasi......................................................................................... 11
2.11 Pencegahan......................................................................................... 11
BAB III
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
12
12
12
13
15
17
17
18
18
18
KESIMPULAN................................................................................ 21
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Anatomi dari Vena Ekstremitas inferior ...................................... 3
Gambar 2.1 Klasifiksi IVK berdasarkan Klinis .............................................. 6
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Ceap Classification Of Chronic Venous Disease................................ 7
BAB I
PENDAHULUAN
Insufisiensi Vena Kronik (IVK) dideskripsikan sebagai suatu kondisi
ketidakmampuan vena yang berefek terhadap sistem aliran vena pada ektremitas
inferior yang dapat menyebabkan keadaan perubahan tekanan tinggi di vena yang
kemudian mempengaruhi lemak dan kulit di sekitar pergelangan kaki. Keadaan
yang sering terjadi adalah pembengkakan kronis, perubahan kulit yang dapat
mengakibatkan perubahan warna kulit menjadi hiperpigmentasi dan terbentuknya
ulkus. IVK merupakan permasalahan kesehatan yang signifikan di Amerika
sekitar 2-5% penduduk Amerika memiliki penurunan fungsi dalam hal sosialekonomi terkait dengan penyakit ini. Angka prevalensi pada insufisiensi vena
meningkat seiring pertambahan umur. Rata-rata penderita berumur antara 40-59
tahun pada wanita dan 70-79 tahun pada laki-laki. (Raju & Neglen , 2010; Florea,
et al., 2011)
Faktor resiko untuk IVK terdiri atas umur, jenis kelamin, riwayat keluarga
yang memiliki penyakit varises, obesitas, kehamilan, flebitis dan trauma pada kaki.
Faktor lingkungan maupun kebiasaan perilaku seperti berdiri lama dan posisi duduk
yang lama saat bekerja juga memiliki peranan dalam menyebabkan terjadinya
insuffisiensi vena kronik. (Ebenhart & Rafetto, 2015)
IVK diklasifikan berdasarkan CEAP yang terdiri atas beberapa kriteria yaitu
(clinical, etiology, anatomical and pathopsyological sistem. Kriteria ini yang akan
menetukan tingkat keparahan yang nantinya akan mengarahkan kepada standar
penanganan. Prinsip pengelolaan IVK adalah memperbaiki aliran balik vena dan
mengurang hipertensi vena. Pengobatan dengan cara elevasi tungkai dan bebat
kompresi/stocking merupakan terapi pilihan. Terapi non bedah yang murah dan
aman adalah terapi kompresi yang metode ini berfungsi sebagai katup vena yang
membantu pompa otot untuk mencegah kembalinya aliran darah vena, edema
tungkai dan bocornya fibrin sehingga mencegah perbesaran vena lebih lanjut,
namun metode ini tidak dapat mengembalikan ukuran vena. (Raju & Neglen , 2010;
Florea, et al., 2011)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
1
Definisi
Insufisiensi Vena Kronik adalah kondisi dimana pembuluh darah tidak
dapat memompa oksigen dengan cukup (poor blood) kembali ke jantung yang
ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada tungkai. IVK paling sering
3
disebabkan oleh perubahan primer pada dinding vena serta katup-katupnya dan
perubahan sekunder disebabkan oleh thrombus sebelumnya dan kemudian
mengakibatkan reflux, obstruksi atau keduanya. (Willenberg, et al., 2010)
3
Epidemiologi
Prevalensi IVK pada populasi dewasa, lebih sering terjadi pada perempuan
dibandingkan pria (3:1), meskipun studi saat ini menunjukkan prevalensi Lebih
besar pada pria The San Valentino Screening Project menemukan bahwa di antara
30.000 subjek yang dinilai secara klinis dan ultrasonografi duplex, prevalensi
varises sebesar 7% dan IVK simptomatik 0,86%. Dari Framingham Heart Study
diperkirakan bahwa insiden tahunan varises pada perempuan 2,6% dan pada pria
1,9%. Varises mempunyai dampak bermakna bagi perawatan kesehatan, setiap
tahun jutaan orang berobat ke dokter karena masalah kosmetik. Konsekuensi
masalah kosmetik pada varises dapat mempengaruhi kualitas hidup dan dikaitkan
dengan manifestasi lain yang lebih serius, seperti ulkus vena yang prevalensinya
diperkirakan sekitar 0,3%, meskipun ulkus aktif atau yang telah sembuh
ditemukan pada sekitar 1% populasi dewasa. Di AS, diperkirakan 2,5 juta orang
menderita IVK dan 20%-nya berkembang menjadi ulkus vena. Prognosis ulkus
vena secara keseluruhan buruk, sering terlambat dalam hal penyembuhan dan
terjadi kekambuhan ulkus. Lebih dari 50% ulkus vena memerlukan terapi hingga
lebih dari 1 tahun. Ketidakmampuan terkait ulkus vena dapat menyebabkan
hilangnya jam kerja produktif, diperkirakan 2 juta hari kerja/tahun. (Ebenhart &
Rafetto, 2015)
4
Etiologi dari insufisiensi vena kronis dapat dibagi 3 yaitu, kongenital, primer dan
sekunder. (Florea, et al., 2011)
Penyebab insufisiensi vena kronis yang primer adalah kelemahan intrinsik dari
dinding katup, yaitu terjadi lembaran atau daun katup yang terlalu panjang
(elongasi) atau daun katup menyebabkan dinding vena menjadi terlalu lentur
tanpa sebab-sebab yang diketahui. Keadaan daun katup yang panjang
melambai (floppy, rebundant) sehingga penutupan tidak sempurna (daun-daun
katup tidak dapat terkatup sempurna) yang mengakibatkan terjadinya katup
tidak dapat menahan aliran balik, sehingga aliran retrograd atau refluks.
Keadaan tersebut dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan katup
(valve repair) dengan operasi untuk mengembalikan katup menjadi berfungsi
baik kembali.
Penyebab insufisiensi vena kronis sekunder (insufisiensi vena sekunder)
disebabkan oleh keadaan patologik yang didapat (acquired), yaitu akibat
adanya penyumbatan trombosis vena dalam yang menimbulkan gangguan
kronis pada katup vena dalam. Pada keadaan dimana terjadi komplikasi
sumbatan trombus beberapa bulan atau tahun paska kejadian trombosis vena
dalam, maka keadaan tersebut disebut sindroma post-trombotic. Pada
sindroma tersebut terjadi pembentukan jaringan parut akibat inflamasi,
trombosis kronis dan rekanalisasi yang akan menimbulkan fibrosis, dan juga
akan menimbulkan pemendekan daun katup (pengerutan daun katup),
perforasi kecil-kecil (perforasi mikro), dan adhesi katup, sehingga akhirnya
akan menimbulkan penyempitan lumen. Kerusakan yang terjadi pada daun
katup telah sangat parah tidak memungkinkan upaya perbaikan. Kejadian
insufisiensi vena kronis yang primer, dan yang sekunder (akibat trombosis
vena dalam, dan komplikasi post-trombotic), dapat terjadi pada satu penderita
yang sama.
Faktor resiko Insufisiensi Vena Kronik antara lain diabetes mellitus,
Klasifikasi
patofisiologi
mengidentifikasikan
refluks
pada
system-sistem
diberikan.
(R.,
2012)
TABLE 2.1
Klasifikasi
Deskripsi/ definisi
C. klinis ( terbagi atas A
untuk asimptomatik , S
untuk simptomatik)
0
Tidak ada penyakit vena
1
Telangiektasis
2
Varises vena
3
Edema
4
Lipodermatosclerosis atau
hyperpigmentation
5
Ulkus yang sudah sembuh
6
Ulkus aktif
E, Etiologi
Congenital
Primer
Sekunder
A, Kondisi Anatomi
Superficial
Deep
Perforator
P, Pathophysiological
Reflux
Obstruksi
Kombinasi keduanya
Patofisiologi
pada vena ini dapat disebabkan oleh inkompeten katup dari vena superficial;
maupun vena profunda, katup perforator yang inkompeten, obstruksi vena
maupun kombinasi antara beberapa hal tersebut. Faktir-faktor terebut diperparah
dengan adanya disfungsi dari pompa otot pada ekstrimitas bawah. Mekanisme ini
yang menyebabkan terjadinya hipertensi vena saat berjalan maupun saat berdiri.
Hipertensi vena yang tidak dikoreksi ini yang nantinya akan membuat perubahan
kulit menjadi hiperpigmentasi, fibrosis jaringan subkutan dan juga dapat
menyebabkan ulkus.
Terdapat beberapa mekanisme yang memiliki kerterkaitan dengan
kegagalan katup pada vena superficial. Hal yang paling sering terjadi adalah
adanya kelainan kongenital yang menyebabkan kelemahan pada dinding katup
vena yang berdilatasi sehingga menyebabkan tekanan rendah dan terjadilah gagal
katup sekunder.
inkompeten katup meski dalam keadaan tekanan darah yang rendah. Vena yang
normal dan katup yang normal juga dapat membengkak akibat pengaruh hormon
seperti hormon-hormon pada kehamilan. (R., 2012)
Tekanan darah vena yang meningkat nantinya akan menyebabkan sindrom
insufisiensi vena. Pada keadaan normal, terdapat dua mekanisme tubuh yang
mencegah terjadinya hipertensi vena. Pertama, katup trikuspid pada vena
mencegah aliran balik dan perlekatan vena. Deep Vein Thrombosis sering kali
menyumbat katup dan nantinya akan menyebakan kerusakan irrversibel pada
katup. Kedua, dalam keadaan ambulasi yang nornal, otot betis menurunkan
tekanan vena sebesar 70% pda ekstremitas bawah. Dengan istirahat, tekanan
kembali menjadi normal selama 30 detik. Pada penyakit vena, dengan bergerak
teknan vena hanya menurun sebesar 20%. Ketika ambulasi berhenti, tekanan pada
lumen vena menurun secara perlahan dan kembali ke normal dalam beberapa
menit. (R., 2012)
7
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Duplex Doppler ultrasonography
Jenis prosedur USG yang dilakukan untuk menilai pembuluh darah,
aliran darah serta struktur vena-vena kaki. (Krishnan & Nikholis, 2010)
Venogram
Dilakukan dengan menggunakan x-ray dan intavena (IV) pewarna
Penatalaksanaan
Pengobatan insufisiensi vena kronis pada tungkai pada prinsipnya adalah
usaha memperlancar aliran darah vena tungkai, yaitu dengan cara melakukan
elevasi tungkai sesering mungkin, terutama setelah kegiatan berjalan-jalan,
dimana elevasi dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring dengan membuat
posisi kaki setinggi dengan jantung. Dengan posisi tersebut aliran darah vena akan
menjadi lancar dan dilatasi vena tungkai yang berkelok-kelok menjadi tampak
mengempis dan melengkuk, pada posisi tersebut secara subjektif penderita akan
merasa keluhannya berkurang dengan cepat. Beberapa penetalaksanaan lain yang
dapat dilakukan yaitu:
a
2.10 Komplikasi
10
Lima sampai tujuh persen kasus mengalami cedera pada nervus cutaneus,
keadaan ini sering bersifat sementara namun dapat bersifat permanen. Komplikasi
berupa terjepitnya vena dan arteri femoral juga tidak dapat untuk dihindari.
Hematome dan infeksi pada luka relatif sering terjadi ( sampai dengan
10%), dan terjadi gangguan dalam aktivitas dan bekerja sehari-hari.
2.11 Pencegahan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya IVK
yaitu:
1
2
3
4
5
aliran darah.
Antibiotik jika diperlukan untuk mengobati infeksi kulit
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. SH
11
Umur
: 62 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Aceh
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Blang Pidie
CM
: 1069866
Tanggal Masuk
: 5-11- 2015
3.2 ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
: bengkak di kedua kaki
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kedua kaki. Bengkak awalnya
hilang timbul, sejak 2 tahun yang lalu, hilang setelah minum obat, kemudian
bengkak memberat sejak 1 bulan yang lalu. Bengkak terlihat jelas pada seluruh
kaki. Pada bagian tumit sampai jari-jari kaki terlihat menghitam. Pasien
mengeluhkan tungkai yang bengkak terasa kebas, keluhan nyeri tidak ada, akan
tetapi adanya luka pada kaki kanan yang sebelumnya gelembung lalu pecah dan
mengakibatkan luka.
Pasien selama 2 tahun terakhir ini sudah didiagnosis menderita sirosis
hepatis, kontrol dirumah sakit daerah
Pasien juga mengeluhkan lemas dan sulit menjalani aktifitas sehari-hari.
Selain lemas, pasien juga mengeluhkan sesak napas. Pasien tidur dengan posisi
kepala harus ditinggikan menggunakan kedua bantal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya, ketika melakukan
perjalanan jauh, kemudian kakinya bengkak, lalu hilang dalam 3 hari,
setelah minum obat. Pasien memiliki riwayat DM 4 tahun yang lalu, dan
tidak terkontrol.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
12
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur
b. Status General
Kulit
Warna
Turgor
Ikterus
Anemia
Sianosis
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
: Baik
: E4 M6 V5
: 100/70 mmHg
: 70 x/menit, reguler
: 20 x/menit
: 36,50C (aksila)
: Sawo matang
: Kembali cepat
: (-)
: (-)
: (-)
Telinga
Hidung
: Kesan Normocephali
: Tersebar rata, sukar dicabut.
: Cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Sklera ikterik (-/-),
konj.palpebra inf pucat (-/-), ptosis OS(+)
: Sekret (-/-), Perdarahan (-/-)
: Sekret (-/-), Perdarahan (-/-), nafas cuping hidung (-)
Bibir
Faring
: Sianosis (-)
: Hiperemis (-)
Mulut
Leher
Bentuk
Kel. Getah Bening
Peningkatan TVJ
: Kesan simetris
: Kesan simetris, Pembesaran (-)
: (-), R -2 cmH2O
Axilla
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Bentuk dan Gerak
: Normochest, pergerakan simetris
Tipe Pernafasan
: Abdominal Thoracal
13
Retraksi
: (-)
2. Palpasi
- Pergerakan dada simetris
- Nyeri tekan (-/-)
- Suara fremitus taktil kanan = kiri
3. Perkusi
- Sonor (+/+)
4. Auskultasi
Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-) wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas jantung atas
: di ICS III
sinistra.
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani (+)
Auskultasi
Genetalia
Anus
14
Ekstremitas : - Superior : Edema (-), Sianosis (-) - Inferior : Edema dextra dan
sinistra(+), Sianosis (-)
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (09 November 2015)
Darah Rutin
Jenis pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Haemoglobin
10,1 gr/dl*
Eritrosit
3,0. 106/mm3*
4,7-6,1. 106/mm3
Leukosit
4,6.103/mm3
4,5-10,5.103/ul
Trombosit
76. 103/mm3
150-450.103/ul
Hematokrit
30%*
35-55%
Jenis pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Waktu Perdarahan
1-7 menit
Waktu Pembekuan
5-15 menit
Faal Hemostasis
Diabetes
Jenis pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
136mg/dl
200 mg/dl
HbA1c
5,5%
< 6,5 %
Jenis pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Protein total
8,1 g/dL
6,4-8,3g/dl
Albumin
2,82 g/dL*
3,5-5,2 g/dL
15
Globulin
5,28 g/dL
Lemak Darah
Jenis pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Nilai Rujukan
Kolesterol total
108 mg/dl
<200mg/dl
Kolesterol HDL
33 mg/dl*
>60 mg/dl
Kolesterol LDL
59 mgdl
<150 mg/dl
3.5 RESUME
Pasien datang dengan keluhan bengkak pada kedua kaki. Bengkak awalnya
hilang timbul, sejak 2 tahun yang lalu, hilang setelah minum obat, kemudian
bengkak memberat sejak 1 bulan yang lalu. Bengkak terlihat jelas pada seluruh
kaki. Pada bagian tumit sampai jari-jari kaki terlihat menghitam. Pasien
mengeluhkan tungkai yang bengkak terasa kebas, keluhan nyeri tidak ada, akan
tetapi adanya luka pada kaki kanan yang sebelumnya gelembung lalu pecah dan
mengakibatkan luka.
Pasien selama 2 tahun terakhir ini sudah didiagnosis menderita sirosis
hepatis, kontrol dirumah sakit daerah
Pasien juga mengeluhkan lemas dan sulit menjalani aktifitas sehari-hari.
Selain lemas, pasien juga mengeluhkan sesak napas. Pasien tidur dengan posisi
kepala harus ditinggikan menggunakan kedua bantal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan inspeksi : edema pada kedua tungkai
berwarna hiperpigmentasi dan pada kaki kanan terdapat luka.
3.6 DIAGNOSIS
1. DD/ a DVT
16
b. Selulitis
c. Obtruksi limfatik
2. Sirosis hepatis Stadium decompensita
3.Hernia umbilicus
4. Hipoalbuminemia.
5. DM tipe 2
6. Parkinson disease
3.7 PENATALAKSANAAN
3.7.1 TERAPI KARDIOLOGI
Terapi Non-Farmakologi
- Bed rest
- Diet hati III 1500 kkal
Terapi Farmakologi
- IVFD aminofusuin hepar 1fs/ hr.
- Inj. Omeprazole 40mg /12 jam
- Inj. Cefotaxine 1 gr/ 8 jam
- Spironolactone 2x100mg
- Propanolol 2x10mg
- Dulcolatoc 3 CII
3.8 PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
BAB IV
17
ANALISA KASUS
Pasien merupakan seorang laki-laki dengan umur 62 tahun. memiliki
riwayat DM sejak 4 tahun lalu. Pasien didiagnosis dengan DVT Selulitis Obtruksi
limfatik
Sirosis
hepatis
Stadium
decompensita
Hernia
umbilicus
flebedema,
deratitis
pigmentary
purpuric,
dermatitis
statis,
18
yang diikuti dengan rasa kram, yang biasanya tampak pada regio malleous. Kulit
pada daerah kaki menjadi hiperpigmentasi. Kulit yang hiperpigmentasi terjadi
akibat adanya akumulasi haemosiderin setelah terjadinya ekstravasasi eritrosit.
Pada beberapa kasus, hiperpigmentasi juga dapat terjadi akibat post-inflammatory
melanosis yaitu melanin muncul akibat proses inflamasi. Pigmentasi biasanya
muncul pada daerah mata kaki dan mulai berkembang membentuk indurasi dan
inflamasi,
kejadian
ini
menandakan
terjadinya
lipodermatosclerosis.
BAB V
KESIMPULAN
Insufisiensi vena kronik merupakan masalah yang memiliki dampak secara
langsug terhadap individu dan sistem pelayanan kesehatan. Disfungsi dari struktur
vena dapat menyebabkan terjadinya hipertensi vena dan akhirnya mengarah ke
19
IVK. Gejala yang timbul dari IVK dapat berupa perubahan warna kulit dari hanya
eritem hingga ulkus. Keluhan utama pasien dengn IVK adalah munculnya kram
terutama jika pasien banyak berjalan, Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang
berupa invasive maupun noninvasive yang membantu penegakan diagnosis IVK.
Pengobatan dari IVK tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Penanganannya
dipertimbangkan berdasarkan keadaan anatomi dan patofisiologi.
DAFTAR PUSTAKA
20
2. Burns, T., Breathnach, S., Cox, N. & Griffits, C., 2010. Rook's : Textbook
of Dermatology. 8th ed. s.l.:s.n.
3. Ebenhart, R. T. & Rafetto, J. D., 2015. Chronic Venous Insufficiency.
Cilculation, Volume 23, pp. 2398-2408.
4. Florea, Stoica, L. E. & Tolea, 2011. Chronic Venous Insufficiency : Clinical
Evolutional Aspect. Health Science Journal, Volume 37, pp. 21-25.
5. Inrhaoun, H., Kullmann, T., Mrabti, H. & Errihani, H., 2012. Treatment of
Chemotherapy Induced Nausea and Vomitting. Journal of Gastrointestinal
Cancer , 43(4), pp. 541-546.
6. Krishnan, S. & Nikholis, S. C., 2010. Chronic Venous Insufciency:
Clinical Asessment and Patient Selection. Seminars in Interventional
Radiology.
7. Price, S. A. & Wilson, M. L., 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis
Perjalanan Penyakit. s.l.:s.n.
8. R., S., 2012. Chronic venous insufficiency : epidemiology. Bratisl Lek
Listy, pp. 166-168.
9. Raju, S. & Neglen , P., 2010. Chromic Venous Insufficiency and Varicouse
Vein. The New England Journal of Medicine, pp. 2319-27.
10. Rutterman, M. & Buckkhart, M., 2013. Local Treatment of Chronic Wound
in Patient with peripheral Vaskular disease, Chronic Venous Insufficiensy
and Diabetes. Dscth Arzbel Int.
11. Scott, T. E., LaMorte, W., Gorin, D. R. & Menzoian, J. O., 2009. Risk
factors for chronic venous insufficiency ; a dud case, control study. J Vasc
Surg, pp. 622-8.
12. Willenberg, T., Schumacher, A., Vesti, B. A. & Jacomella , V., 2010. Impact
of obesity on venous hemodynamics of the lower limbs. J Vasc Surg, pp.
664-8.
21