Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK :
GEDE SATRIA CATUR AGRIPTA
1506122010002
1506122010003
1506122010013
1506122010015
1506122010018
WISNU BIRAWA
1506122010022
1506122010026
1506122010033
1506122010034
1506122010035
1506122010038
1506122010040
1506122010041
1506122010042
1506122010043
1506122010046
1506122010047
1506122010053
1506122010055
1506122010058
1506122010065
1506122010066
1506122010067
Karsinogenesis adalah suatu proses banyak tahap, baik pada tingkat fenotipe maupun
genotype. Suatu neoplasma ganas memiliki beberapa sifat fenotipik, misalnya pertumbuhan
berlebihan, sifat invasi lokal, dan kemampuan metastasis jauh. Sifat ini diperoleh secara
bertahap, suatu fenomena yang disebut tumor progression. Pada tingkat molekular, progresi
ini terjadi akibat akumulasi kelainan genetik yang pada sebagian kasus dipermudah oleh
adanya gangguan pada perbaikan DNA. Perubahan genetik yang mempermudah tumor
progression melibatkan tidak saja gen yang mengendalikan angiogenesis, invasi, dan
metastasis. Sel kanker juga harus melewatkan proses penuaan normal yang membatasi
pembelahan sel
B. TAHAPAN KARSINOGENESIS
1. Tahapan Inisiasi
Pada tahap inisiasi atau tahap terbentuknya sel kanker awal, terjadi perubahan
genetik dalam sel somatik (sel inisisi) normal melalui proses mutasi dan masuk ke
mekanisme perkembangan menjadi sel tidak normal. Mutasi pada tingkat DNA
menyebabkan sel tumbuh lebih cepat dari sel sekitarnya, perubahan ini mengaktivasi gen
pertumbuhan (proto-oncogene) dengan menghambat gen penahan (tumor suppresor gene).
Tahap ini terjadi dalam beberapa hari tetapi sel dapat kembali normal. Senyawa yang terlibat
dalam tahap ini disebut inisiator .
2. Tahapan Promosi
Merupakan perkembangan awal sel yang terinisiasi membentuk klon melalui
pembelahan dan berinteraksi melalui komunikasi antar sel. Menstimulasi sitogenik, faktor
diferensiasi, proses mutasi dan non mutasi (epigenetik) dan merupakan awal pertumbuhan
pra neoplastik. Proses ini membutuhkan waktu lebih lama bahkan beberapa tahun. Senyawa
yang meransang pembelahan sel disebut promotor atau epigenetik karsinogen.
3. Tahapan Progresi
Pada tahap ini, terjadi instabilitas genetik yang menyebabkan perubahan mutagenik dan
epigenetik. Proses ini menghasilkan klon baru sel-sel tumor yang memiliki aktivitas
proliferasi, bersifat invasif menyerang jaringan sekitar dan peningkatan potensi metastasis
atau menyebar ke tempat lain. Jika tidak ada yang menghalangi, sel kanker tumbuh dalam
jumlah banyak dan mempengaruhi fungsi tubuh atau menimbulkan keluhan (gejala klinis).
Tahapan ini berjalan lebih cepat.
4. Metastasis
Metastasis merupakan kemampuan sel untuk menyebar ke organ lain yang jauh dari
tempat asalnya yang dapat terjadi melalui perluasan sel ke jaringan sektiarnya, melakukan
penetrasi kedalam pembuluh darah, melepaskan sel tumor, dan melakukan invasi ke jaringan
sekitar (Ignatavicius & Workman 2006). Proses metastasis ini terjadi melalui tiga tahap
berikut, yaitu:
a) Tahap pertama
Benzo[a]piren diol eposida ((+)-7R 8 S-dihidroksi-9S, 10R-epokso-7,8,9,10tetrahidrobenzo[a]piren) adalah produk karsinogenik dari tiga reaksi enzimatik.
Benzo[a]piren pertama diaktivasi oleh sitokrom P4501A1 untuk membentuk (+)benzo[a]piren 7,8-oksida diantara produk yang lain. Kemudian, (+)-benzo[a]piren
7,8-oksida dimetabolisme oleh epoksida hidrolase untuk menghasilkan (-)benzo[a]piren-7,8,dihidrodiol. Lalu senyawa ini membentuk karsinogen yang utama
setelah bereaksi dengan sitokrom P4501A1 untuk menghasilkan benzopiren diol
epoksida ((+)-7R,8S-dihidroksi-9S,10R-epoksi-7,8,9,10-tetrahidrobenzo[a]piren). Dua
karbon dari epoksida bersifat hidrofilik karena ketidakseimbangan pembagian
elektron dengan oksigen. Hasilnya molekul ini berinterkalasi dalam DNA dengan
berikatan kovalen dengan nukleofilik guanin nukleobasa pada posisi N2. Pada
penyinaran dengan sinar X dapat diketahui perubahan pada DNA. Hal ini dapat
mengganggu proses normal pengkopian DNA dan mungkin dapat menyebabkan
kanker. Mekanisme aksi ini sama pada aflatoksin dengan berikatan pada posisi N7
pada guanin.
2. Benzidine
Benzidine akan terurai melalui proses pemanasan dan jika dibakaar aakan
menghasilkan asap yang bersifat toksik yaitu nitrogen oksida. Benzidine dapat
bereaksi dengan oksidan kuat, secara khusus dengan asam nitrat. Contoh produk dari
benzidine adalah Direct Blue 6, Direct Black 38, dan Direct Brown 95.
Di udara benzidine ditemukan melekat pada partikel atau sebagai uap. Dahulu
benzidine digunakan oleh industry dalam jumlah besar sebagai bahan celup untuk
memproduksi baju, kertas atau bahan dari kulit. Namun saat ini benzidine tidak lagi
digunakan lagi sebagai bahan celup dalam industry karena telah terbukti dapat
menyebabkan kanker pada manusia. Benzidine saat ini hanya digunakan sebagai
bahan penelitian.
3. Safrol
Safrole (5-(2-propenyl)-1,3-benzodioxole) adalah senyawa fenil propana salah
satu golongan dari senyawa aromatik fenilpropanoid. Untuk itu Safrole mempunyai
cincin benzena yang diapit oleh cincin dioxolane dan gugus metilen terminal yang
sangat reaktif.
Biomarker Safrole dapat berupa 1-hidroxysafrole. Biomarker ini dapat di ambil
dari contoh hati dan urin tikus percobaan ditreatment oleh safrole. Selain itu
biomarker dan hasil metabolisme safrole dapat berupa dihydrosafrole (p-n-propilmethylenedioxybenzene), isosafrol (1-propenil-3,4methylene dioxy benzene), dan
eugenol (4-alil-2-metoksifenol) (Heikes 1994).. Tes genotosisitas konvensional,
termasuk pertukaran kromatit dan tes mikronukleus, menyatakan toksisitas safrol
positif in vitro, dan dalam tes in vivo safrole sudah dapat ditetapkan dosis
karsinogeniknya, baik melalui menggabungkan safrol ke diet dan injeksi (Jin et al.,
2011; SCF 2002). Safrole diserap secara pasif dari saluran pencernaan, tetapi
diperkirakan bahwa safrole tidak beracun dalam bentuk tetapnya. Aktivitas metabolik
dapat digunakan adalah teknik 32P-post-labeling, dengan teknik ini dapat ditentukan
adanya DNA adduct safrole pada jaringan oral pengguna daun sirih.
4. Aflatoxin
Aflatoxin merupakan senyawa yang diproduksi oleh jamur dari genus Aspergillus.
Makanan yang mengandung Aflatoxin dapat menyebabkan Sirosis hati dan bahkan
kanker hati. Secara alamiah, Aflatoxin terdiri dari 4 komponen induk yaitu aflatoxin
B1 (AFB1), aflatoxin B2 (AFB2), aflatoxin G1 (AFG1) dan aflatoxin G2 (AFG2).
A.flavus sebagai penghasil utama aflatoksin umumnya hanya memproduksi
aflatoksin B 1 dan B2 (AFB1 dan AFB2) sedangkan A. parasiticus menghasilkan
AFB 1, AFB 2, AFG 1, dan AFG 2. A. flavus dan A. parasiticus ini tumbuh pada suhu
yang berkisar dari 10-120oC sampai 42-43 0C dengan suhu optimum 320-330oC dan
pH optimum 6.
Residu aflatoksin dan metabolitnya juga ditemukan pada produk peternak seperti
susu, telur, dan daging ayam. Diperkirakan 80 diantara 81 orang yang menderita
kanker hati (66 orang pria dan 15 orang wanita) karena mengkonsumsi oncom, tempe,
kacang goreng, bumbu kacang, kecap dan ikan asin.
Perubahan patologi anatomi yang dapat diakibatkan oleh aflatoksin adalah: hati
dan limpa membesar, radang dan bengkak pada duodenum (usus kecil). Hati kelihatan
pucat akibat penimbunan lemak dan perdarahan berbentuk titik-titik. Jaringan limfoid
mengecil. Ginjal dan kantung empedu biasanya membesar dan terjadi pendarahan
usus. Lemak pada ampela dan lemak tubuh yang lain berlebihan. Pada kasus kronis,
hati mengecil, mengeras dan terdapat nodula berisi getah empedu.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16397/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25632/4/Chapter%20II.pdf
http://sarmoko.blog.unsoed.ac.id/2012/01/06/metabolisme-benzoapiren/
https://analisd3kesehatan.wordpress.com/2015/08/01/mekanisme-karsinogenesis/
http://ypkai.or.id/968/kenali-tahapan-terjadinya-kanker-karsinogenesis-dan-resiko-penyebabkanker-sejak-dini
https://www.scribd.com/document/287264681/Mekanisme-Neoplaia-Dan-Agen-KarsinogenikBanyak