You are on page 1of 16

Sinopsis Werewolf Boy (Bagian

1)

Kabar gembira, film Werewolf Boy minggu ini mulai ditayangkan di bioskop
tanah air. Bagi yang tidak sempat atau belum menontonnya, sesuai janjiku
aku membuat sinopsisnya. Hanya saja karena film ini cukup panjang yaitu 125
menit, maka aku bagi menjadi 4 bagian. Langsung aja yuk^^
Sinopsis Bagian 1
Matahari belum menampakkan diri. Seisi rumah masih tertidur. Namun sang
nenek telah bangun dan bersiap-siap. Ia membuka laci pakaiannya dan
mengeluarkan sebuah sweater kuning. Tampaknya sweater itu telah cukup
tua. Sang nenek berpakaian rapi dan mematut dirinya di cermin, menyadari
kerutan-kerutan yang telah muncul di wajahnya. Ia adalah Kim Su Ni.
Nenek Kim melihat ponselnya dan tidak menemukan pesan apapun. Ia duduk
di ruang tamu yang masih gelap, seakan sedang menunggu seseorang.

Seisi rumah telah bangun dan mereka sarapan bersama Nenek Kim. Nenek
Kim tinggal bersama puteri, menantunya, juga cucu lelakinya di Amerika. Ia
masih memiliki seorang cucu perempuan bernama Eun Joo yang saat ini
kuliah di Korea.
Nenek Kim tampaknya sangat menyayangi cucu perempuannya ini. Ia
ternyata menanti telepon Eun Joo sejak pagi. Ibu Eun Joo berkata Eun Joo
telah menelepon kemarin malam dan menanyakan keadaan neneknya. Nenek
Kim menggerutu karena Eun Joo tidak meneleponnya langsung.
Ayah Eun Joo berkata hari sudah malam ketika Eun Joo menelepon dari
Korea. Ibu Eun Joo berkata mungkin Eun Joo sudah memiliki kekasih.
Semuanya terkejut. Nenek Kim hanya tersenyum dan menganggapnya hal
yang wajar, sedangkan ayah Eun Joo sangat protektif terhadap puterinya.

Telepon berdering. Ibu Eun Joo mengangkatnya. Itu adalah panggilan telepon
untuk Nenek Kim dari Korea. Namun bukan Eun Joo yang meneleponnya.
Begitu Nenek Kim mendengar apa yang dikatakan si penelepon, ia nampak
terdiam dan merenung. Anak dan menantunya nampak khawatir. Nenek Kim
melihat mereka dan berkata ia harus ke Korea.

Setibanya di Korea, Nenek Kim dijemput oleh Eun Joo (Park Bo Young).
Mereka berpelukan dengan gembira. Eun Joon mengantar neneknya ke suatu
tempat. Selama perjalanan ia menceritakan kuliahnya. Ibu Eun Joo sempat
menelepon untuk menanyakan keadaan ibunya. Nenek Kim menenangkan
pada puterinya kalau ia sudah makan dan minum obat. Ibu Eun Joo masih
khawatir ibunya bepergian dalam usia yang sudah lanjut.

Nenek Kim dan Eun Joo tiba di tempat tujuan. Dulu Nenek Kim pernah tinggal
di tempat itu. Lokasinya jauh dari kota dan cukup terpencil. Eun Joo
berpendapat tempat itu menyeramkan, rasanya seakan-akan ada monster
yang akan keluar.
Mendengar itu, Nenek Kim berkata ia juga merasa hal yang sama ketika baru
pindah ke sini. Eun Joo bertanya berapa usia neneknya waktu itu. Nenek Kim
berkata kira-kira seusia Eun Joo, saat ia masih cantik. Ia memandang rumah
besar tua di hadapannya.

47 tahun lalu.
Dari rumah yang sama keluar seorang pria mengenakan jas hujan dan
membawa sebuah ember. Kondisi rumah itu tampak menyeramkan karena
tidak terawat. Hujan turun dengan sangat deras. Pria itu berjalan masuk ke
gudang yang terletak di luar rumah.
Sebelum masuk, ia sempat mengambil sebatang besi yang memang disimpan
di luar gudang. Anjing-anjing dalam gudang itu menyalak riuh begitu pria itu
masuk. Pria itu berjalan sempoyongan, tampaknya ia kesakitan.

Pria itu berhenti di depan pintu yang terletak di ujung gudang. Ia menjatuhkan
ember yang dibawanya ke lantai. Embar itu berisi potongan daging. Pria itu
membuka gembok yang terpasang pada pintu.
Terdengar suara menggeram dari balik pintu. Anjing-anjing mendadak
berhenti menyalak. Pria itu memukul pintu dengan tongkat besi yang
dibawanya dan berteriak menyuruh diam. Pria itu membuka selot pintu. Tibatiba ia terkena serangan jantung dan jatuh ke tanah. Mati.

Beberapa waktu kemudian..


Seorang gadis muda membuka pintu gudang yang sama. Ia terbatuk-batuk
karena gudang itu kotor dan berbau. Ia adalah Kim Su Ni muda (diperankan
oleh Park Bo Young). Ia dan keluarganya baru pindah ke rumah ini.
Para tetangga membantu kepindahan mereka. Tampaknya kesehatan Su Ni
kurang baik karena ibunya melarangnya untuk membantu. Sementara Sun Ja
(adik Su Ni) dan anak-anak tetangga yang masih kecil ikut membantu
memindahkan barang-barang. Su Ni berkata pada ibunya kalau ia tidak apaapa dan bisa membantu.

Seorang pemuda berpakaian necis tiba di rumah itu. Tampangnya saja sudah
terlihat menyebalkan karena terkesan arogan. Saat para tetangga meminta
bantuannya untuk menurunkan lemari dari truk, ia hanya memandang mereka
dengan tatapan sok.
Ibu Su Ni tampaknya tak mau mencari masalah dengan pemuda itu dan
menawarkan diri untuk membantu menurunkan lemari itu.
Di saat ibu Su Ni bersusah payah mengangkut lemari dan para tetangga
mondar-mandir memindahkan barang, pemuda itu dengan enteng berjalanjalan di dekat mereka sambil menceritakan rumah musim panas milik ayahnya
di dekat sana.
Ibu Su Ni berterima kasih pada pemuda itu namun Su Ni meminta ibunya
berhenti bicara (berterima kasih) pada pemuda itu. Tampaknya ia tidak suka
pada pemuda itu.

Sebagai rasa terima kasih pada para tetangga yang telah membantu, ibu Su
Ni menjamu mereka makan malam.
Seorang tetangga menanyakan di mana ayah Su Ni. Su Ni terdiam
mendengar pertanyaan itu. Ibu Su Ni berkata suaminya meninggal tahun lalu.
Sekarang ia bekerja sebagai editor di rumah sambil membesarkan anak-anak.
Su Ni hendak menyendok sup tapi para tetangganya menyendok sup
langsung dari pancinya. Su Ni tak jadi mengambilnya.
Tetangga yang membantu mereka adalah orang-orang yang tinggal di dekat
sana. Hanya seorang nenek dengan kedua cucunya, dan sepasang suami
istri. Tidak ada lagi tetangga yang lain. Ahjusshi tetangga berkata ia telah lima
tahun tinggal di desa ini tapi baru kali ini masuk ke dalam rumah ini.

Su Ni sangat tidak terbiasa melihat orang-orang yang makan dengan begitu


berantakan. Apalagi tetangga ahjusshi bahkan terbatuk-batuk hingga nasi di
mulutnya tersembur ke mana-mana. Selera makan Su Ni langsung hilang.
Ibu Su Ni pun sebenarnya terkejut dengan tingkah laku para tetangganya tapi
ia dan Sun Ja bisa beradaptasi dengan mudah. Ia bertanya apakah ada orang
yang tinggal di rumah ini sebelumnya. Ahjusshi berkata tentu saja ada. Tapi
orang itu tidak pernah keluar rumah hingga ia tidak tahu pekerjaannya apa.
Pemilik rumah yang lama mati karena serangan jantung. Ia bercerita kalau
pemilik rumah itu memelihara serigala di gudang depan rumah.
Ibu Su Ni tertegun, untuk apa memelihara serigala. Apa untuk dimakan?
Nenek tetangga berkata orang itu tampaknya mempelajari sesuatu tentang
serigala karena ia selalu berjalan naik-turun membawa buku besar.

Para tetangga menanyakan sekolah Su Ni dan Sun Ja. Sun Ja kelas 5 SD.
Mereka menerka Su Ni murid SMA. Ibu Su Ni melihat Su Ni yang sedang
berada di dapur dengan khawatir. Su Ni hanya menunduk di dekat bak cuci
piring.
Ibu Su Ni memberitahu para tetangganya kalau Su Ni tidak bersekolah. Para
tetangga terdiam tak enak hati. Su Ni menaruh makanan tambahan di meja
lalu pamit pada ibunya untuk mencari udara segar di luar.

Ibu Su Ni akhirnya menjelaskan pada para tetangga kalau ia sebenarnya tidak


mampu memiliki rumah besar tapi pindah ke sini karena penyakit Su Ni.
Dokter menganjurkan Su Ni dirawat di rumah. Paru-paru Su Ni bermasalah
dan ia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian persamaan.
Sudah lama aku tidak melihat senyum putriku, kata ibu Su Ni dengan sedih.
Kakakku tidak memiliki teman sama sekali, kata Sun Ja.
Nenek merasa kasihan pada Su Ni sementara ahjumma tetangga menghibur
kalau ia juga tidak bersekolah. Ahjusshi bertanya siapa pemuda yang
rambutnya berminyak tadi.
Ia adalah putera dari rekan bisnis suamiku, jawab ibu Su Ni.
Jadi ia tidak tinggal di sini? tanya ahjumma. Ia berkata pemuda itu
sepertinya anak manja. Nenek juga tidak suka melihat pemuda itu diam saja
saat semua orangtua bekerja (di Korea orangtua sangat dihormati). Ahjusshi
bertanya mengapa pemuda itu datang ke sini.
Dia membeli rumah ini, kata ibu Su Ni. Dengan kata lain, pemuda itu adalah
pemilik rumah. Para tetangga pun bengong.

Ibu Su Ni sangat mengantuk. Ia mengantar Su Ni pergi tidur dan berjanji akan


membersihkan rumah ini besok pagi. Su Ni menyuruh ibunya segera tidur.
Setelah ibunya pergi, Su Ni menyalakan lampu baca lalu mengeluarkan
diarinya. Ia menulis sambil menangis, Bayangan gelap dalam diriku.
Keberadaanku tidak berarti. Membusuk dan pembusukan. Kematian, jiwaku!

Ia menelungkup dan menangis tersedu-sedu. Tiba-tiba ia duduk, karena


mendengar sesuatu dari luar jendela. Tak ada apapun. Ia kembali
menelungkup. Terdengar suara yang lebih keras.

Su Ni segera lari membangunkan adiknya. Sun Ja berteriak kesal mengadu


pada ibunya karena Su Ni mengganggunya tidur. Su Ni tak tega
membangunkan ibunya yang kelelahan setelah pindahan tadi. Ia
memberanikan diri keluar sendirian.
Sambil menahan rasa takut, Su Ni mengambil sekop dan berjalan menuju
gudang (karena ia mendengar suara dari dalam sana). Ia menatap pintu yang
tertutup di ujung gudang. Pelan-pelan ia berjalan menuju pintu sambil
menghunus sekopnya.
Su Ni membuka pintu yang tidak terkunci. Dalam kegelapan, ia melihat
sesosok makhluk merangkak pelan-pelan menuju ke arahnya. Su Ni gemetar
ketakutan, tanpa sadar ia berjalan mundur.
Makhluk itu semakin mendekat. Su Ni berteriak sekuat tenaga. Makhluk itu
menggeram kaget, lalu melompat menerjang Su Ni kemudian melarikan diri.

Su Ni terjatuh karena tertabrak makhluk itu. Ibu Su Ni dan Sun Ja terbangun


mendengar jeritan Su Ni. Mereka menemukan Su Ni di gudang dan
membantunya keluar dari sana. Su Ni masih lemas karena peristiwa yang
baru saja dialaminya. Dari balik pohon, sepasang mata berwarna merah
mengawasi mereka dan menggeram.

Keesokan harinya, ahjumma dan ahjusshi mendengar kejadian itu dari ibu Su
Ni. Mereka berpendapat mungkin saja masih ada serigala yang tertinggal.
Ahjumma menanyakan keadaan Su Ni. Su Ni yang sedang menjemur pakaian
mengangguk pada tetangganya. Ahjumma memberikan sekeranjang kentang
rebus pada ibu Su Ni.
Su Ni kembali menjemur pakaian. Tapi tiba-tiba ia melihat sesuatu di bawah
tumpukan kayu di samping rumah. Ia menyuruh ibunya melihat ke arah yang
sama. Menyadari apa yang dilihatnya, ibu Su Ni berteriak memanggil ahjusshi
tetangga. Tapi ahjusshi tetangga sudah jauh.

Ibu Su Ni mengambil sapu untuk berjaga-jaga. Ia bertanya apakah itu yang


dilihat Su Ni semalam.
Mungkin ya, mungkin tidak, kata Su Ni antara takut dan ingin tahu.
Ibu Su Ni mencoba menghalau makhluk itu. Makhluk itu terlihat menunduk.
Ibu Su Ni mengubah taktik. Ia mengulurkan tangannya dan berdecak
menyuruh makhluk itu keluar.

Makhluk itu bergerak maju. Kuku tangannya sangat hitam dan kotor.
Rambutnya gondrong dan berantakan. Pakaiannya penuh lubang dan

tubuhnya banyak luka gores. Makhluk itu ternyata seorang pemuda (Song
Joong Ki^^).
Siapa kau? tanya ibu Su Ni.

Pemuda kotor itu mengarahkan pandangannya pada sekeranjang kentang


rebus di atas meja. Ibu Su Ni dengan takut-takut melemparkan sebutir
kentang rebus pada pemuda kotor itu.
Pemuda kotor itu melihat ke arah Su Ni dengan waspada. Melihat Su Ni diam,
ia segera mengambil kentang itu dan memakannya habis. Ia memandang
keranjang kentang itu dengan penuh harap.

Su Ni mengeluh pemuda itu sangat bau. Ibu Su Ni hendak memberikan


seluruh kentang pada pemuda kotor itu. Su Ni menahannya, ia ingin pemuda
kotor itu pergi. Tapi ibu Su Ni yang berhati lembut tak tega melihat pemuda itu
kelaparan.
Ia menaruh keranjang kentang di hadapan pemuda kotor itu. Pemuda itu
langsung menerkam kentang-kentang itu seperi seekor anjing kelaparan.
Ibu Su Ni dan Su Ni meneruskan menjemur sementara pemuda itu sibuk
bermain dengan keranjang kentang yang telah kosong. Mereka bertanyatanya mengapa pemuda itu tidak pergi juga padahal sudah kenyang.

Ibu Su Ni akhirnya memanggil polisi setempat dan para tetangga. Parahnya si


pemuda berambut minyak, Ji Tae, juga datang. Ia menganggap pemuda kotor
itu pengemis dan seharusnya diusir saja.
Pemuda kotor itu meringkuk di atas meja sambil memperhatikan keadaan
sekelilingnya. Tampaknya ia tertarik pada pensil pak polisi yang terjatuh.

Polisi desa berkata ia tidak membantu ibu Su Ni. Ia membaca dari sebuah
surat kabar, ada 60 ribu anak-anak yang terlantar karena perang. Mungkin
saja pemuda ini salah satunya. Pemuda ini sepertinya berusia 18 tahun jadi
panti asuhan tidak akan mau menerima.
Polisi itu terus bergerak mendekati pemuda kotor itu. Pemuda itu bergerakgerak gelisah. Polisi memperhatikan ada luka pada wajah pemuda itu. Saat ia
hendak lebih mendekat tiba-tiba pemuda itu menggeram keras. Kontan
semua orang terkejut dan melompat mundur.

Ibu Su Ni berkeras ingin membawa pemuda itu ke kantor polisi agar bisa
diselidiki asal-usulnya. Polisi itu tidak bisa apa-apa karena takut dihukum
atasannya.

Ji Tae tak sabar lagi. Tendang saja ia keluar! katanya kesal. Ia menatap
pemuda kotor itu dengan penuh kebencian. Pemuda kotor itu menatapnya
sambil menggeram pelan. Sebenarnya Ji Tae agak takut tapi ia tidak mau
memperlihatkannya.
Polisi berjanji untuk menyelidikinya dan meminta ibu Su Ni menjaganya
sementara waktu. Ibu Su Ni keberatan tapi polisi berkata pemuda itu anak
terlantar. Diam-diam Su Ni mengintip. Pemuda kotor itu menoleh memergoki
Su Ni. Su Ni memalingkan wajahnya dan kembali ke kamarnya.

Ibu Su Ni berusaha mengurus ke kantor daerah agar pemuda yang ia


temukan bisa dimasukkan ke panti asuhan. Tapi kantor daerah malah
menyuruh ibu Su Ni meminta bantuan polisi, padahal ibu Su Ni datang ke
kantor daerah atas anjuran polisi. Intinya mereka tidak mau menerima
pemuda itu.
Ibu Su Ni terpaksa membawa kembali pemuda itu ke rumahnya. Pemuda itu
nampaknya sangat menyukai pensil. Ia terus memegangi pencil dan membuat
coretan-coretan yang tidak beraturan. Sun Ja yang baru pulang dari sekolah
terkejut melihat ada pemuda aneh di rumahnya.

Pemuda kotor itu menatap air hangat di hadapannya. Ibu Su Ni terkejut


karena air mandi malah diminum pemuda itu. Ia melarang pemuda itu
meminum air tapi pemuda itu malah menggeram. Ibu Su Ni tidak takut. Ia
kembali memarahi pemuda itu seperti memarahi puteranya sendiri dan
membuka baju pemuda itu dengan paksa.
Ibu Su Ni memandikan pemuda itu dan menggosoknya keras-keras. Walau
sambil mengomel tapi ibu Su Ni orang yang berhati lembut dan baik hati. Ia
menyadari walau pemuda itu tidak tahu apa-apa tapi masih tahu malu karena

menolak melepaskan celananya. Pemuda itu malah tertidur karena keenakan


dimandikan.

Pemuda itu sekarang telah bersih. Tapi begitu melihat makanan yang tersaji di
atas meja, ia langsung menerjang dan memasukkan semua ke mulut. Bahkan
sup pun ia raup dengan tangan dan langsung dimasukkan ke mulut. Pemuda
yang tak tahu tata krama sama sekali. Tidak tahu sopan santun. Tidak bisa
bicara. Manusia, tapi tidak seperti manusia.
Ibu Su Ni mengasihani pemuda itu yang dianggapnya kelaparan selama ini.
Tapi Su Ni tidak menyukai pemuda aneh ini. Ia marah begitu tahu ibunya
berencana merawat pemuda itu selama beberapa hari sambil menunggu
kabar dari kantor daerah.

Pemuda itu diberi sebuah kamar kecil beserta perlengkapan tidur untuk tidur.
Ia gelisah begitu terkunci dalam kamar yang asing baginya. Ia mondar-mandir
sambil mendengking seperti anjing ketakutan. Lalu ia naik ke atas lemari dan
melolong seperti serigala di depan jendela. Ibu Su Ni masuk dan menarik
pemuda itu turun sambil mengomelinya.

Su Ni menolak makan bersama keluarganya selama pemuda itu masih tinggal


di rumahnya. Karena ibu Su Ni harus pergi ke kantor pos, ia meninggalkan Su
Ni bersama pemuda itu.
Su Ni hendak mengambil buku-bukunya yang belum dikeluarkan dari kardus.
Kardusnya terletak di tumpukan paling bawah. Ia menoleh, melihat pemuda
itu sedang asik mencoreti lantai dengan pensil. Sadar tak bisa meminta
bantuan pemuda aneh itu, Su Ni berusaha menurunkan kardus-kardus di atas
kardusnya. Tapi kardus-kardus itu terlalu berat.

Tiba-tiba sebuah bayangan bergerak mendekatinya. Su Ni merasa seseorang


mendekatinya. Ia berbalik dan melihat pemuda aneh itu menghampirinya
dengan tatapan aneh. Su Ni ketakutan. Tapi ia berusaha tidak
memperlihatkan rasa takutnya dan menyuruh pemuda itu pergi.
Pemuda itu semakin mendekat hingga Su Ni berteriak-teriak. Saking takutnya
Su Ni terjatuh. Ia terus berteriak-teriak. Pemuda itu mengulurkan keduanya
dan semakin mendekati Su Ni.

Pemuda itu menunduk di atas tubuh Su Ni. Su Ni pun berteriak histeris sambil
memukuli pemuda itu dan menjambaki rambutnya. Teriakannya berhenti saat
ia menyadari ternyata pemuda itu mengangkat kardus-kardus di atas kardus
Su Ni. Pemuda itu memandang Su Ni dengan tatapan polos.

Su Ni buru-buru mengambil kardusnya. Pemuda itu menjatuhkan kardus yang


dipegangnya dan menggeram saat melihat Su Ni berdiri. Mungkin berjagajaga siapa tahu Su Ni hendak memukulinya lagi.
Su Ni merasa tak enak hati karena telah berburuk sangka pada pemuda itu
(padahal udah heboh banget :D). Ia mengulurkan sebuah jagung rebus.
Pemuda itu langsung menyambarnya dan pergi sambil menggerogoti jagung.
Lalu kembali berlutut dan menulisi lantai.

Tiba-tiba Ji Tae masuk ke rumah. Su Ni sebal melihatnya dan tidak


mengacuhkannya. Ji Tae hendak membantu Su Ni membereskan kardus yang
berserakan karena tadi dijatuhkan pemuda aneh itu. Tapi satu kardus pun
tidak mampu ia angkat. Hmmmberarti tenaga pemuda itu luar biasa.
Kesal karena malu tak bisa mengangkat satu kardus pun, Ji Tae mengomeli
Su Ni dan keluarganya. Ia lalu melihat pemuda aneh itu masih ada di sana.
Su Ni tahu Ji Tae orang yang suka mencari gara-gara. Ia menyuruh Ji Tae
pergi dengan alasan ia harus belajar.

Ji Tae malah meraih tangan Su Ni dan berkata Su Ni tidak perlu belajar dan
ikut ujian persamaan. Cukup menikah dengannya dan memasak untuknya. Su
Ni menepis tangan Ji Tae, menyuruhnya melepaskan tangannya. Tapi Ji Tae

tak mau melepasnya. Ia akan segera berangkat ke Seoul jadi ingin berduaan
dengan Su Ni. Duh ini orang nyebelin banget, padahal dia mau maen juga di
Gu Family Secret bareng Lee Seung Gi >,<
Tiba-tiba cengiran lebar di wajah Ji Tae berganti dengan kernyitan menahan
sakit. Rupanya pemuda aneh itu mencengkeram tangan Ji Tae kuat-kuat. Ji
Tae mengaduh-aduh setelah tangannya dilepas pemuda itu. Pemuda itu terus
menatap Ji Tae dengan pandangan dan sikap mengancam, seperti seekor
anjing yang sedang melindungi tuannya.

Ji Tae masih berusaha sombong tapi ia tak bisa menutupi rasa takutnya
melihat sikap pemuda itu. Setelah mengancam pemuda itu, Ji Tae pergi dari
rumah Su Ni.

Su Ni dengan canggung berterima kasih atas bantuan pemuda itu. Pemuda


itu dengan cuek kembali menekuni lantai dengan pensilnya seolah tak terjadi
apapun.
Tapi kejadian tadi nampaknya telah mengubah kesan Su Ni pada pemuda
aneh itu.

You might also like