You are on page 1of 15

Tinjauan Pustaka

Struktur dan Sistem


Ginjal

Nico Michael Muliawan


10-2010-194
25 September 2011
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: qq.lauwers@gmail.com

Pendahuluan
Manusia hidup tidak hanya dari makanan yang dimakan dan udara
yang dihirup saja,tapi semua tergantung semua organ-organ yang
menunjang kehidupan dan salah satunya adalah ginjal. Ginjal sangat
berguna dalam proses filtrasi zat-zat didalam darah, reabsorpsi bahanbahan yang dibutuhkan oleh tubuh, dan sekresi hal-hal yang tidak
dibutuhkan tubuh. Ginjal sangatlah penting dalam hal kesehatan
tubuh,karena memberikan hal-hal yang berguna dan membuang yang
tidak berguna.Maka dari itu, makalah ini dibuat agar mengetahui
mekanisme kerja ginjal,agar kita menyayangi organ tubuh kita,terutama
ginjal
Blok 10 Traktus Urogenital

Page 1

Struktur Makroskopis1-4

Gambar 1. Ginjal dan Nefron (www.ruangilmu.com)


Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan
banyak fungsi untuk homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ
ekskresi dan pengatur kesetimbangan cairan dan asam basa dalam tubuh.
Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri dan
kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang
peritoneum).
Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masingmasing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan
terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11
(vertebra T12), sedangkan kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12.
Adapun kutub bawah ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari
krista iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah dibandingkan
ginjal kiri.
Blok 10 Traktus Urogenital

Page 2

Tabel 1. Topologi Ginjal kanan dan kiri


Syntopi ginjal

Anterior

Ginjal kiri

Ginjal kanan

Dinding dorsal gaster

Lobus kanan hati

Pankreas

Duodenum pars descendens

Limpa

Fleksura hepatica

Vasa lienalis

Usus halus

Usus halus
Fleksura lienalis
Posterior

Diafragma, m.psoas major, m. quadratus lumborum, m. transversus


abdominis(aponeurosis), n.subcostalis, n.iliohypogastricus,
a.subcostalis, aa.lumbales 1-2(3), iga 12 (ginjal kanan) dan iga 11-12
(ginjal kiri).

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus


renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis.

Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).

Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal

Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks

Blok 10 Traktus Urogenital

Page 3

Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
duktus memasuki/meninggalkan ginjal.

Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.

Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.

Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.

Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara
calix major dan ureter.

Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.

Ada pula pembungkus ginjal, urutan dari luar hingga dalam (rongga tubuh hingga bagian
korteks):
Fascia renalis Kapsula adiposa Capsula fibrosa/renalis
1) Capsula fibrosa; meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ren)
2) Capsula adipose; meliputi capsula fibrosa.
3) Fascia renalis; merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak di luar capsula
adiposa serta meliputi ren dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan
diri sebagai fascia transversalis.
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi (yaitu
glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus
kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus)
serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron
dapat dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di
korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang
terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya
terletak di tepi medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan
pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta
abdominal, sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki
Blok 10 Traktus Urogenital

Page 4

ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan
memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior,
anterior-inferior, inferior serta posterior.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan simpatis ginjal
melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major, n.splanchnicus imus dan
n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan aferen viseral. Sedangkan persarafan
simpatis melalui n.vagus..

Struktur Mikroskopis1,5,6
Ginjal dibagi atas dua daerah yaitu daerah luar atau korteks dan daerah dalam atau
medulla. Korteks ginjal ditutupi oleh simpai jaringan ikat dan jaringan perineal, serta jaringan
lemak. Sedangkan medula dibentuk oleh sejumlah pyramid renal. Dasar setiap pyramid
menghadap korteks dan apexnya kedalam. Apeks pyramid renal membentuk papilla yang
terjulur kedalam kaliks minor. Medula juga terdiri dari ansa henle dan duktus koligens yang
akan bergabung di medulla membentuk duktus papilaris yang besar.
Papila biasanya ditutupi epitel selapis silindris yang berlanjut ke ruang kaliks menjadi
epitel transisional. Dibawah epitel, terdapat selapis tipis jaringan ikat dan otot polos yang
kemudian menyatu menjadi hilus renalis.
Didalam hilus renalis dan diantara pyramid, terdapat cabang-cabang arteri dan vena
renalis, yaitu pembuluh interlobaris. Pembuluh ini memasuki ginjal kemudian melengkung
menyusuri dasar pyramid diantara korteks dan medulla disebut arteri arkuata. Pembuluh
arkuata mencabangkan arteri dan vena interlobularis yang lebih kecil, dan arteri arkuata
berjalan secara radial menuju korteks ginjal dan mempercabangkan banyak arteri aferen
glomerulus.
Lapisan visceral kapsula glomerulus terdiri dari sel epitel yang dimodifiksai disebut
podosit. Di kutub vascular epitel visceral akan membalik membentuk lapisan parietal kapsula
glomerulus. Ruang diantara lapisan visceral dan parietal menjadi lumen tubulus kontortus
proksimal di polus urinarius.
Tubulus Kontortus Proksimal, banyak di korteks dengan lumen kecil, tidak rata, dan
dibentuk oleh selapis sel kuboid besar dengan sitoplasma eosinofilik dan bergranul, dan juga

Blok 10 Traktus Urogenital

Page 5

terdapat brush border. Banyak zat yang direabsorbsi aktif dalam tubulus proksimal ini,
seperti natrium, kalium, kalsium, fosfat,glukosa, asam amino, dan air.
Ansa Henle, berasal dari tubulus proksimal lurus yang berubah jadi ansa henle
segmen desendens tipis dengan sel epitel gepeng dan sedikit mikrovili. Kemudian struktur
berlanjut menjadi segmen asendens tipis lalu jadi tebal, yang selnya sebagian besar kuboid.6
Aparatus Juxtaglomerular, merupakan strurkur yang terdiri dari tiga sel utama: macula
densa yang merupakan sekelompok sel tubulus, sel mesangial ekstraglomerulus, dan sel
granular.
Tubulus Kontortus Distal, memiliki lumen lebih besar dari TKP yang dilapisi sel-sel
kuboid lebih kecil, kemudian sitoplasmanya bersifat basofil dan tidak ada brush border.
Tubulus kontortus distal akan berlanjut jadi tubulus koligens dengan sel kuboid yang
memiliki batas-batas yang jelas
Mekanisme Kerja Ginjal1,3,7-10
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas
protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali
protein difiltrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrasi glomerulus dalam kapsula
Bowman hampir sama dengan dalam plasma. Ketika cairan yang telah difiltrasi ini
meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan ini mengalami
perubahan akibat adanya reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke dalam darah atau
sekresi zat-zat lain dari kapiler peritubulus ke dalam tubulus.
Filtrasi
Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan melalui kapiler
glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Seperti kebanyakan kapiler, kapiler glomerulus juga
relative impermeable terhadap protein, sehingga cairan hasil filtrasi (disebut filtrate
glomerulus) pada dasarnya bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen seluler
termasuk sel darah.
Cairan yang difiltrasi ke dalam glomerulus ke dalam kapsul Bowman harus melewati tiga
lapisan yang membentuk membrane glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2) lapisan
gelatinosa aseluler yang dikenal sebagai membrane basal (basement membrane), dan (3)
lapisan dalam kapsul Bowman. Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan

Blok 10 Traktus Urogenital

Page 6

molekul halus yang menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapi melewatkan H 2O
dan zat terlarut lain yang ukuran molekulernya cukup kecil.
Dinding kapiler glomerulus yang terdiri dari selapis sel endotel gepeng, memiliki lubanglubang dengan banyak pori-pori besar, atau fenestra, yang membuat seratus kali lebih
permeable terhadap H2O dan zat terlarut dibandingkan kapiler di tempat lain. Membrane
basal terdiri dari glikoprotein dan kolagen, glikoprotein bermuatan sangat negative dan yang
akan menolak albumin dan protein plasma lain, karena yang terakhir juga bermuatan
negative. Dengan demikian, protein plasma hampir seluruhnya tidak dapat difiltrasi, dan
kurang dari 1% molekul albumin yang berhasil lolos untuk masuk ke kapsul Bowman.
Untuk melaksanakan filtrasi glomerulus, harus terdapat suatu gaya yang mendorong sebagian
plasma dalam glomerulus menembus lubang-lubang membrane glomerulus. Dalam
perpindahan cairan dari plasma menembus membrane glomerulus menuju kapsul Bowman
tidak terdapat mekanisme transport aktif atau pemakaian energy local. Filtrasi glomerulus
disebabkan oleh adanya gaya-gaya fisik pasif yang serupa dengan gaya-gaya yang terdapat di
kapiler bagian tubuh lainnya. Karena glomerulus merupakan suatu kapiler, prinsip-prinsip
dinamika cairan yang mendasari ultrafiltrasi melintasi kapiler lain juga berlaku, kecuali dua
perbedaan penting: (1) kapiler glomerulus jauh lebih permeable dibandingkan dengan kapiler
di tempat lain, sehingga untuk tekanan filtrasi yang sama lebih banyak cairan yang difiltrasi,
dan (2) keseimbangan gaya-gaya di kedua sisi membrane glomerulus adalah sedemikian rupa,
sehingga filtrasi berlangsung dikeseluruhan panjang kapiler. Sebaliknya, keseimbangan gayagaya di kapiler lain bergeser, sehingga filtrasi berlangsung di bagian awal pembuluh tetapi
menjelang akhir terjadi reabsorpsi
Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus: (1) tekanan darah kapiler
glomerulus, (2) tekanan osmotic koloid plasma, dan (3) tekanan hidrostatik kapsul Bowman.
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi jantung (sumber energy
yang menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi arteriol aferen dan eferen terhadap
aliran darah. Tekanan di kapiler glomerulus lebih tinggi daripada tekanan di jaringan kapiler
lainnya karena adanya arteriol aferen yang merupakan cabang yang pendek dan lurus dari
arteri interlobularis. Selain itu, pembuluh darah setelah glomerulus, yaitu arteriol eferen,
memiliki tahanan yang relative tinggi. Tekanan hidrostatik kapiler dilawan oleh tekanan
hidrostatik kapsul Bowman. Selain itu, tekanan hidrostatik kapiler juga dilawa oleh
perbedaan tekanan osmotic di dalam dan di luar kapiler glomerulus ( GC-T). Pada keadaan

Blok 10 Traktus Urogenital

Page 7

normal, T dapat diabaikan sehingga perbedaan tekanan osmotic ini pada dasarnya sama
dengan tekanan onkotik protein plasma.
Tekanan osmotic koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi protein-protein plasma yang
tidak seimbang di kedua sisi membrane glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, proteinprotein plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak ditemukan di kapsul Bowman.
Dengan demikian, konsentrasi H2O di kapsul Bowman lebih tinggi daripada konsentrasinya
di kapiler glomerulus. Akibatnya adalah kecenderungan H2O untuk berpindah secara osmotik
mengikuti penurunan gradient konsentrasinya dari kapsul Bowman ke kapiler glomerulus
melawan filtrasi glomerulus.
Cairan di dalam kapsul Bowman menimbulkan tekanan hidrostatik (cairan). Tekanan ini,
yang cenderung mendorong cairan keluar dari kapsul Bowman, melawan filtrasi cairan dari
glomerulus ke dalam kapsul Bowman.
Daya yang mendorong filtrasi (mmHg)
Tekanan hidrostatik glomerulus
Tekanan osmotic koloid di kapsul Bowman

60
0

Daya yang melawan filtrasi (mmHg)


Tekanan hidrostatik di kapsul Bowman
18
Tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus 32
Tekanan filtrasi akhir = 60-18-32 = 10 mmHg
Perbedaan netto yang mendorong filtrasi (tekanan 10 mmHg) disebut sebagai tekanan
filtrasi netto. Tekanan ringan ini merupakan penyebab berpindahnya sejumlah besar cairan
dari darah menembus membrane glomerulus yang sangat permeable.
Laju filtrasi sebenarnya, yaitu laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate,
GFR).GFR dapat diukur pada manusia dan hewan percobaan hidup dengan cara mengukur
eksresi dan kadar plasma suatu zat yang difiltrasi bebas oleh glomerulus serta tidak diseksresi
atau direabsorpsi oleh tubulus. Kadar zat tersebut di urin dalam satuan waktu tertentu
dihasilkan oleh filtrasi sejumlah plasma (millimeter) yang mengandung zat dengan kadar
yang sama. Jadi, apabila zat tersebut disebut zat X, GFR setara dengan kadar zat X dalam
urin (Ux) dikalikan urin per satuan waktu (V) dibagi oleh kadar zat X dalam plasma darah
arteri (Px), atau UxV/Px. Nilai ini disebut bersihan (clearance) zat X (Cx).
GFR bergantung tidak saja pada tekanan filtrasi netto, tetapi juga pada seberapa luas
permukaan glomerulus yang tersedia untuk penetrasi dan seberapa permeabelnya membrane
glomerulus (yaitu seberapa tingkat kebocoran-nya). Sifat-sifat membrane glomerulus ini
secara kolektif disebut sebagai koefisien filtrasi (Kf). Dengan demikian:
GFR = Kf tekanan filtrasi netto

Blok 10 Traktus Urogenital

Page 8

Dalam keadaan normal, sekitar 20% plasma yang masuk ke glomerulus difiltrasi dengan
tekanan filtrasi netto 10 mmHg, menghasilkan secara kolektif melalui semua glomerulus 180
liter filtrate glomerulus setiap hari untuk GFR rata-rata 125 ml/menit pada pria dan 160 liter
filtrate per hari untuk GFR 115 ml/menit pada wanita.
Reabsorpsi
Sewaktu filtrate glomerulus memasuki tubulus ginjal filtrate ini mengalir bagian-bagian
tubulus secara berurutan tubulus proksimalis, ansa Henle, tubulus distal, tubulus koligentes,
dan akhirnya duktus koligentes- sebelum diekskresikan sebagai urin.
Beberapa zat seperti glukosa dan asam amino, direabsorbsi hampir disemua tubulus.
Sehingga kecepatan ekskresi urin zat tersebut nol. Banyak ion dalam plasma seperti natrium,
klorida, dan bikarbonat, juga sangat direabsorbsi, tetapi kecepatan reabsorbsi dan ekskresi
urinnya bergantung dengan keadaan tubuh. Sebaliknya produk buangan seperti ureum dan
kreatinin sulit direabsorbsi di tubulus sehingga diekskresi dalam jumlah yang besar.
Bila suatu zat yang akan direabsorbsi, (1) melintasi membrane epitel tubulus ke dalam
cairan interstisial ginjal dan kemudian (2) melalui membrane kapiler peritubulus kembali ke
pembuluh darah. Sehingga reabsorsi air dan zat terlarut melipti serangkaian langkah transport
(Gambar 12). Reabsorbsi melalui epitel tubulus ke dalam cairan interstisial meliputi transport
aktif atau pasif dengan mekanisme dasar. Sebagai contoh, air dan zat terlarut dapat ditranspor
melalui membrane sel nya sendiri (jalur trans-seluler) atau melalui ruang sambungan antara
sel (jalur paraseluler). Kemudian air dan zat terlarut ditranspor melalui dinding kapiler ke
dalam darah melalui ultrafiltrasi yang diperantarai oleh tekanan hidrostatik dan tekanan
osmotic koloid.12
Reabsorsi di sepanjang nefron
1) Tubulus proksimal
Pada pertengahan pertama tubulus proksima, natrium direabsorbsi dengan cara kotranspor bersama-sama dengan glukosa, asam amino, dan zat terlarut lainnya.tetapi
pada bagian pertengan kedua dari tubulus proksimal, hanya sedikit glukosa dan asam
amino yang direabsorbsi. Pada saat ini yang terutama direabsorbsi adalah natrium
dan klorida.
2) Ansa henle
Bagian desendens tipis sangat permeable dengan air dan sedikit permeable terhadap
zat terlarut, termasuk ureum dan natrium. Sehingga sekitar 20% air yang difiltrasi
diserap disini.
Blok 10 Traktus Urogenital

Page 9

Lengkung asendens, termasuk tebal dan tipis tidak permeable terhadap air, dan
mamapu melakukan transport aktif natrium, klorida, dan kalium.
3) Tubulus distal
Memiliki cirri yang samam dengan bagian asendens lengkung henle, kerana alasan
inilah disebut pula segmen pengencer.
4) Tubulus distal bagian akhir dan tubulus koligentes kortikalis
Memiliki sel sel prinsipalis dan sel interkalatus. Sel prinsipalis mereabsorbsi natrium
dan air dari lumen dan menyekresikan ion kalium ke lumen. Sel interkalatus
mereabsorbsi kalium dan menyekresikan ion hydrogen ke dalam lumen tubulus.
5) Duktus koligentes medulla
Hanya menyerap 10% air yang difiltrasi namun merupakan bagian akhir sehingga
penting.
Ciri tubulus ini adalah:
a) Permeabilitas duktus koligentes bagian medulla terhadap air dikontrol oleh kadar
ADH.
b) Bersifat permeable terhadap ureum, membentuk urin yang pekat.
c) Menyekresikan ion hydrogen, peran dalam control asam basa.

Sekresi
Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus
ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk ke dalam
tubulus ginjal.
Sekresi tubulus, dapat juga di pandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan
eliminasi zat-zat tertentu dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui
filtrasi glomerulus maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi, akan dieliminasi dalam
urin.
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan saat reabsorpsi
tubulus, tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat
aktif atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion
hidrogen (H+), ion kalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya
adalah senyawa-senyawa yang asing bagi tubuh.
1) Sekresi Ion Hidrogen
Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam basa
tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di
tubulus proksimal, distal, dan pengumpul (duktus koligentes). Tingkat sekresi H+
Blok 10 Traktus Urogenital

Page 10

bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H+ akan berkurang


apabila konsentrasi H+ di dalam cairan tubuh terlalu rendah.
2) Sekresi Ion Kalium
Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah
berlawanan di berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus
proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. Reabsorpsi ion
kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K + di
bagian akhir tubulus bervariasi dan berada dibawah kontrol. Dalam keadaan normal,
jumlah K+ yang diekskresikan dalam urin adalah 10% sampai 15% dari jumlahnya
yang difiltrasi. Namun, K+ yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi , sehingga
sebagian besar K+ yang muncul di urin berasal dari sekresi K + yang dikontrol dan
bukan difiltrasi.
Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan
reabsorpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang bergantung pada energi.
Pompa ini tidak saja memindahkan Na+ ke luar ke ruang lateral, tetapi juga
memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat
mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Dengan menjaga konsentrasi
K+ di cairan interstisium rendah, yaitu dengan memindahkan K+ ke dalam sel tubulus
dari cairan interstisium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K +
keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstisium. 13
Beberapa faktor mampu mengubah kecepatan sekresi K+, yang paling penting
adalah hormon aldosteron, yang merangsang sekresi K+ oleh sel-sel tubulus di
bagian akhir nefron secara simultan untuk meningkatkan reabsorpsi Na+ oleh sel-sel
tersebut. Peningkatan konsentrasi K+ plasma secara langsung merangsang korteks
adrenal untuk meningkatkan keluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong
sekresi dan ekskresi kelebihan K+. Sebaliknya, penurunan konsentrasi K+ plasma
menyebabkan reduksi sekresi aldosteron, sehingga sekresi K + oleh ginjal yang
dirangsang oleh aldosteron juga berkurang.
Peningkatan dan penurunan konsentrasi K+ di plasma (CES) dapat mengubah
gradien konsentrasi K+ intrasel ke ekstrasel, yang pada gilirannya dapat mengubah
potensial membran istirahat. Peningkatan konsentrasi K+ CES menyebabkan
penurunan potensial istirahat dan diikuti dengan peningkatan eksitabilitas, terutama
otot jantung.
3) Sekresi Anion dan Kation Organik
Blok 10 Traktus Urogenital

Page 11

Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekrotik yang terpisah, satu
untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik.
Sistem-sistem ini memiliki beberapa fungsi penting :
a) Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang
sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi , jalur sekrotik
organik ini mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut. Yang termasuk dalam ionion organik tersebut adalah zat-zat perantara kimiawi yang terdapat dalam darah,
misalnya golongan prostaglandin, yang setelah menjalankan tugasnya, perlu segera
dibersihkan dari darah, sehingga aktivitas biologisnya tidak berkepanjangan.
b) Pada beberapa keadaan yang penting, ion organik secara ekstensif tetapi tidak
ireversibel terikat ke protein plasma. Karena melekat ke protein plasma, ion-ion
organik tersebut tidak dapat difiltrasi melalui glomerulus. Sekresi tubulus
mempermudah eliminasi ion-ion organik yang dapat difiltrasi melalui urin.
c) Yang paling terpenting adalah kemampuan sistem sekresi ion organik mengeliminasi

banyak senyawa asing dari tubuh. Sistem ion organik dapat mensekresikan sejumlah
besar ion organik yang berbeda-beda, baik yang diproduksi secara endogen (di
dalam tubuh) maupun ion organik asing yang masuk ke dalam tubuh. Mekanisme
nonselektif ini memungkinkan sistem sekresi ion organik tersebut meningkatkan
pengeluaran banyak zat kimia organik asing, termasuk zat-zat tambahan pada
makanan, polutan lingkungan (misalnya pestisida), obat, dan bahan organik nonnutritif lain yang masuk ke dalam tubuh.
Hormon pada Ginjal1,11-13

ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus
yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas
dan menurunkan cairan ekstrasel

Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan

konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin rennin


Prostaglandin

Blok 10 Traktus Urogenital

Page 12

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan

gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal
Renin
Sistem renin-angiotensin-aldosteron (Raas) memainkan peran penting dalam mengatur
volume darah dan resistensi vaskular sistemik , yang bersama-sama mempengaruhi curah
jantung dan tekanan arteri. Ada tiga komponen penting untuk sistem ini: 1) renin, 2)
angiotensin, dan 3) aldosteron. Renin, yang terutama dirilis oleh ginjal, merangsang
pembentukan angiotensin dalam darah dan jaringan, yang pada gilirannya merangsang
pelepasan aldosteron dari korteks adrenal

Eritropoietin(EPO)
EPO adalah pengatur utama dari produksi sel darah merah.. Fungsi utamanya adalah
untuk diferensiasi dan perkembangan sel-sel darah merah dan untuk memproduksi
hemoglobin, molekul dalam sel darah merah yang mengangkut oksigen

Vitamin D
Merupakan hormone steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif 1,25dihidroksikolekakalsiferol,yang berperan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari
usus.11

GLOMERULONEFRITIS14-15
Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut post sterptokokus
(GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenai glomeruli, sebagai akibat
infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat lain.
Penyakit ini sering mengenai anak-anak.
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan
adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan
penyakit dan prognosis.
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul setelah
infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman Streptokokus beta
Blok 10 Traktus Urogenital

Page 13

hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60
menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari setelah infeksi streptokokus, timbul gejala-gejala klinis.
Infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%..3,7
Streptococcus ini dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan
bahwa :
1. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina
2. Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A
3. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi
terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman Streptococcuss. Ada beberapa penyebab
glomerulonefritis akut, tetapi yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari
streptokokus, penyebab lain diantaranya:
1. Bakteri :

streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus Viridans, Gonococcus,

Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae, Staphylococcus albus, Salmonella typhi dll


2. Virus

: hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus, influenza, parotitis

epidemika dl
3. Parasit

: malaria dan toksoplasma

Kesimpulan
Mekanisme ginjal yang berpera penting dalam hal filtrasi,reabsorpsi, dan sekresi pun
dapat terkena gangguan dari virus ataupun bakteri yang menyebabkan gangguan-gangguan.
Penyakit tersebut dapat menyebabkan kencing sedikit,disertai bengkak pada tungkai bawah
dan kelopak mata,hal ini terjadi karena banyak hal,tapi ada baiknya jika menjaga kondisi
sebaik mungkin,agar tidak terjadi gangguan pada mekanisme kerja ginjal
Daftar Pustaka
1.Ochallaghan, CA. At a glance system ginjal. Ed 2. Jakarta: Erlangga; 2000.h.12-5,69.
Blok 10 Traktus Urogenital

Page 14

2.Dewiisti. Struktur ginjal. Edisi 21 Agustus 2009. Diunduh dari: www.anneahira.com, 23


September 2011.
3.Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FA Davis
Company; 2007.h.236-98.
4.Filzahazny. Ginjal-biologi. Edisi 23 Februari 2008. Diunduh dari: www.Biologi-edu.com,
23 September 2011.
5.Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks dan atlas. In: Frans Dany, editor. Saluran
Cerna. Jakarta : EGC; 2007.h.278-307.
6.Victor, PE.Atlas histology di Fiore dengan kolerasi fungsional. Ed. 9. Jakarta: EGC;
2003.h. 247-54.
7.Yusri. Fungsi ginjal-organ eksresi. Edisi 6 Mei 2011. Diunduh dari: www.anneahira.com,
23 September 2011.
8.Rasidin, D. Mekanisme keraja ginjal berdasarkan filtrsi, reabsorpsi, dan sekresi. Edisi 23
Januari 2006. Diunduh dari: www.healthycare.com, 23 September 2011.
9.Tanod, AD. Mekanisme proses dasar ginjal. Edisi 12 Maret 2009. Diunduh dari:
www.medicalarticles.co.id, 23 September 2011.
10.Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2001. p. 461-3.
11.Anonim. Aldosteron. Edisi 10 Oktober 2008. Diunduh dari: www.omedicine.com, 24
September 2011.
12.Anonim. Hormonal ginjal. Edisi 7 November 2006.Diunduh dari: www.kabelfarma.com,
24 September 2011.
13.None. Erithropoietin. Edisi 19 Maret 2009. Diunduh dar www.majalah-farmacy.com, 23
September 2011.
14. Donna J. Lager, M.D.April 8th,
2009.http;//www.vh.org/adult/provider/pathologi/GN/GNHP.htm, 24 September 2011
15.lmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 1. Glomerulonefritis akut
pasca streptokokus. Jakarta:EGC.h.1813-4

Blok 10 Traktus Urogenital

Page 15

You might also like