You are on page 1of 14

FILOSOFI FENOMENA SEBAGAI TITIK AWAL UNTUK MERUMUSKAN

SAINS, TEKNOLOGI DAN INDUSTRI KELAUTAN


Oleh: Bruri M. Laimeheriwa

Pengantar
Inti dari aktivitas dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian, karena hanya
dengan

penelitian

maka

khazanah

informasi

yang

terhimpun

sebagai

ilmu pengetahuan akan tumbuh dan berkembang, karena ilmu pengetahuan itu
sendiri adalah himpunan informasi tentang hal-hal yang diketahui secara ilmiah.
Khazanah informasi tentang pengetahuan yang bukan ilmiah, yaitu pengetahuan
awam, tidak memerlukan penelitian; karena informasi yang terhimpun hanyalah
bersumber dari hasil pengamatan, pengalaman, ataupun perasaan tentang fenomena
hanya dijumpai dalam kehidupan, tanpa adanya kejelasan dan rumusan tentang
struktur dari fenomenanya. Aktivitas lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan
hanya

merupakan

aktifitas

perantara

yang

mendukung

dan

memperkuat

keseluruhan aktivitas ilmu pengetahuan. Aktivitas perantara tersebut antara lain


aktivitas untuk mempelajari ilmu pengetahuan
khazanah ilmu pengetahuan, menyebarluaskan

yang telah tersedia di dalam


isi khazanah

ilmu pengetahuan,

pendirian institusi dan perangkat untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan tersebut,


dan sebagainya.
Dalam

makalah

ini,

penulis

mencoba

untuk

mengekspresikan

pikiran,

perasaan serta pandangan sebagai sebuah refleksi filosofis penulis tentang fenomena
sebagai titik awal untuk merumuskan dan atau menghasilkan sebuah sains, teknologi
dan industri kelautan Indonesia. Penulis ingin menstrukturkan pokok-pokok pikiran
dalam kaitan dengan pemahaman akan mata kuiah falsafah sains yang telah
diajarkan. Oleh karenanya, dalam makalah ini penulis lebih banyak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan beruntun sebagai hakikat dalam berfilsafat.

A.

MENYATUKAN APA YANG MAKIN BERANTAKAN

Apakah semuanya berawal dari fenomena?


Istilah fenomena digunakan penulis untuk menyatakan segala sesuatu yang
dapat dilihat, dirasakan ataupun dialami. Dengan dilihat, atau
dialaminya, fenomena tersebut
pengetahuan

awam dari

dirasakan, atau

terbentuk khazanah informasi yang merupakan

orang yang melihat atau merasakan atau mengalami

fenomena tersebut. Setiap fenomena mempunyai struktur, yaitu unsur-unsur yang


membentuk fenomena tersebut dan susunan serta hubungan saling pengaruh yang
ada diantara unsur-unsur pembentuk fenomena tersebut. Sebagai contoh, kalau
sebuah mobil bergerak itu adalah fenomena. Sehingga apabila mobil itu dibongkar
total, maka diperoleh kumpulan dari benda-benda yang semula membentuk mobil
tersebut bergerak, jadi merupakan

unsur-unsur pembentuk mobil. Akan tetapi

apabila unsur-unsur tersebut tidak tersusun dan saling terkait dalam suatu hubungan
saling pengaruh yang berupa mobil, maka hanyalah sekedar tumpukan benda-benda
yang tak tampak kegunaan dan fungsinya sebagai alat transport. Jadi unsur-unsur
pembentuk suatu fenomena

tanpa ada kejelasan tentang susunan dan saling

hubungan serta saling pengaruhnya di dalam membentuk suatu fenomena, maka


tidak dapat dinyatakan sebagai struktur fenomenanya.
mencakup kedua hal tersebut yakni unsur-unsur

Struktur suatu fenomena

yang

membentuknya serta

susunan dan hubungan saling terkait yang saling berpengaruh.


Apa dan bagaimana merumuskan sains dari suatu fenomena?
Bila suatu fenomena yang telah diketahui strukturnya, maka fenomena itu
(bagi yang mengetahui strukturnya) merupakan suatu sistem. Jadi suatu sistem
adalah fenomena yang telah diketahui strukturnya. Dengan diketahuinya struktur
suatu sistem, maka dapat diketahui dan diprediksi kelakuan sistemnya. Makin rinci
pengetahuan tentang struktur suatu sistem, makin banyak kelakuan dari sistem yang
diketahui

dan

diprediksi. Selain itu, dapat juga

diketahui

fungsi-fungsi yang

dimiliki oleh sistemnya, dan selanjutnya dapat diterangkan fungsi-fungsi apa saja
yang dapat ditimbulkan oleh sistem tersebut. Dengan diketahui struktur dari suatu
fenomena,

maka

dapat

dijelaskan

mengapa

sesuatu

fenomena

mempunyai

wujud dan kelakuan tertentu. Pengetahuan tentang fenomena tersebut, dengan


2

demikian, tidak hanya merupakan pengetahuan awam, tetapi telah menjadi


pengetahuan

ilmiah.

Khazanah

informasi

tentang

pengetahuan

ilmiah

itu

merupakan bagian dari ilmu pengetahuan, yang berisikan deskripsi dan penjelasan
struktur fenomena yang dijumpai di dalam kehidupan. Bila fenomenanya merupakan
fenomena

alam,

maka

informasi

tersebut

termasuk

dalam

khazanah

ilmu

pengetahuan alam (Natural science). Bila fenomenanya mengenai tatanan dan


hubungan dalam kehidupan masyarakat, termasuk di dalam ilmu pengetahuan sosial
(social sciences).
Bila dipandang sebagai suatu fenomena, pengertian sains (natural ataupun
sosial), selain mencakup khazanah informasi juga mencakup segala bentuk kegiatan
mengenai
dan

pembentukan,

kegiatan-kegiatan

yang lingkup
struktur

dan

pengembangan,

pemeliharaan,

penyebarluasan,

pendukung lainnya yang berkaitan dengan upaya-upaya

perhatiannya tertuju kepada pendeskripsian dan penjelasan dari


kelakuan fenomena yang dijumpai di dalam kehidupan. Jadi

berhasilnya suatu fenomena dideskripsikan atau dijelaskan sebagai pengetahuan


ilmiah, itu adalah sebuah sains.
Apa dan bagaimana merumuskan teknologi dari sebuah sains?
Telah dikemukakan sebelumnya, bahwa bila sesuatu fenomena telah diketahui
struktur dan kelakuannya, dikenali juga fungsi-fungsi yang dapat ditegakkan oleh
sistem yang terungkapkan sebagai fenomena tersebut, dan juga dapat diterangkan
fungsi-fungsi apa saja yang dapat diciptakan dari sistem itu, atau bila berbagai
sistem dibentuk (disintesa). Pengetahuan untuk menciptakan fenomena baru dari
sistem yang ada, atau sintesa dari sistem-sistem yang ada sebagai naluri yang ada
pada manusia. Pengetahuan itu merupakan pengetahuan awam bila proses penciptaannya semata-mata didasarkan pada pengamatan, perasaan dan pengalaman
saja. Tetapi bila proses penciptaannya dilandasi oleh kefahaman mengenai struktur
dan kelakuan sistemnya, dan langkah-langkah untuk penciptaannya dilakukan
menuruti alur nalar yang dapat dibuktikan keabsahannya dan dilaksanakan menuruti
sistematika yang terumuskan dengan jelas, maka pengetahuan tentang penciptaan
fenomena itu merupakan pengetahuan ilmiah. Jelas bahwa fenomena baru yang
diciptakan harus disintesakan

dari, atau dengan memanfaatkan fenomena atau

himpunan fenomena yang telah ada.


3

Khazanah pengetahuan yang berisikan pengetahuan ilmiah tentang penciptaan


sistem-sistem ini merupakan bagian lain dari khazanah informasi ilmu pengetahuan.
Khazanah informasi yang telah disebutkan terdahulu, yaitu sains, mengacu kepada
pendeskripsian dan penjelasan dari fenomena-fenomena yang dijumpai (jadi
fenomenanya sudah ada). Sedangkan kahzanah informasi yang mengacu pada
penciptaan sistem-sistem inilah yang dikenal sebagai teknologi.
Jadi dari uraian-uraian di atas dapat dirangkum

secara ringkas

sebagai

berikut: pengetahuan tergolong atas pengetahuan awam, dan pengetahuan ilmiah.


Yang terakhir dinyatakan sebagai ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dengan
lingkup perhatian pada pendeskripsian dan penjelasan mengenai struktur dan
kelakuan

sistem

disebut

sains

dan

tergantung

dari

jenis

fenomenanya,

dibedakan antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
dengan lingkup perhatian pada

pensintesaan dan penciptaan sistem disebut

teknologi.
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, ilmu pengetahuan sebagai suatu
fenomena

tidak

hanya

mencakup

informasi

mengenai

pengetahuan

ilmiah

tetapi juga segala aktivitas untuk memelihara, menyempurnakan dan memperkaya


khazanah informasi tersebut, serta segala upaya penegakan dan pemeliharaan
kelengkapan dan perangkat fisik maupun institusional untuk mengakomodasi dan
mendukung aktivitas-aktivitas

tersebut. Kegiatan penelitian merupakan kegiatan

yang menghasilkan informasi baru


karenanya proses penyempurnaan isi

dalam khazanah ilmu pengetahuan, dan


dan pengkayaan

isi

khazanah informasi

tersebut hanya dapat terjadi kalau dilakukan penelitian. Karena perbedaan dalam
lingkup perhatiannya, terdapat juga perbedaan antara penelitian dilingkup sains
dan teknologi. Dalam sains yang diupayakan adalah mendapatkan kejelasan dari
struktur dan kelakuan suatu fenomena. Fenomenanya sendiri sudah ada, tetapi
struktur dan kelakuannya belum diketahui. Dalam arena teknologi yang diupayakan
adalah terciptanya suatu sistem baru, yang mempunyai struktur dan kelakuan
yang diinginkan sehingga sesutu tujuan

dapat diwujudkan. Bila

dalam sains

informasinya bersifat deskriptif, dalam teknologi informasinya bersifat preskriptif


(resep-resep).
Penelitian di arena sains fenomenanya sudah ada, dan terhadap fenomena
itu dilakukan analisis untuk mengenali strukturnya, sehingga dapat dikenali spektrum
4

kelakuannya.

Dengan diketahuinya spektrum kelakuan tersebut maka

diketahui kejadian-kejadian

dapat

yang mungkin terjadi dan juga arah gerak yang

mungkin terjadi atau paling tinggi kemungkinannya untuk terjadi bila sistem ada
dalam

lingkungan

fenomena

yang

keadaan

tertentu.

memungkinan

Pengetahuan

diketahuinya

tentang

spektrum

struktur

kelakuan

suatu

sistemnya

memunculkan kemampuan prediktif (perkiraan) dari ilmu pengetahuan. Di arena


teknologi, pokok persoalannya dalam penelitian bukan mengenali struktur dari suatu
fenomena, karena disini yang dipertanyakan adalah 'bagaimana struktur-struktur
dari berbagai fenomena dapat

disintesakan sehingga

terbentuk

struktur lain,

membentuk fenomena baru, yang dapat memenuhi sesuatu tujuan?' Makin kaya
pengetahuan tentang struktur dari fenomena yang ada, makin dipermudah upayaupaya teknologis untuk menciptakan fenomena baru.
Oleh karena itu, kemajuan dalam sains, yang berarti makin kaya khazanah
pengetahuan tentang struktur dan kelakuan dari fenomena-fenomena, makin pesat
perkembangan teknologi,
fenomena

baru.

Peran

yaitu perkembangan dari proses-proses penciptaan


sains

dalam

mendukung

perkembangan

teknologi

ini telah menimbulkan kerancuan dalam memandang peran sains dalam kehidupan
masyarakat, yaitu bahwa seolah-olah sains hanya terkait pada teknologi. Sebenarnya
peran sains lebih luas dari itu, yaitu memberikan jawaban atas keinginan orang
untuk tahu secara jelas, atau keingintahuan untuk mengenali secara lebih jelas
kejadian-kejadian yang dijumpainya. Bahwa setelah mendapatkan kejelasan lalu
terpikirkan untuk memanfaatkan pengetahuan itu untuk menciptakan sesuatu yang
lain, hanyalah suatu akibat saja. Teknologi merupakan salah satu arena dimana sains
berfungsi.
Apa dan bagaimana merumuskan suatu industri dari teknologi?
Memang

kalau

dilihat

dari

segi

pemenuhan

kebutuhan

naluriah

untuk mengenali fenomena di lingkungan kehidupannya dan untuk menciptakan halhal baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, teknologi terkesan sebagai arena
terpenting

dimana

sains

berfungsi.

Bagaimana

halnya

dengan

teknologi?

Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, informasi dalam teknologi bersifat


resep-resep (preskriptif). Dengan demikian arena kegiatan yang paling memerlukan
resep (preskriptif) merupakan arena terpenting dimana teknologi berfungsi. Arena
5

kegiatan yang paling memanfaatkan resep-resep

adalah arena dimana sistem-

sistem produksi, dan dikenal sebagai industri.


Industri merupakan salah satu tempat dimana resep teknologi digunakan,
tetapi industri pada hakekatnya

bukanlah teknologi. Bahkan dalam banyak hal

diperlukan tahap-tahap kegiatan

lain untuk memungkinkan penggunaan resep

teknologis di dalam sistem industri. Diperlukan suatu jenis industri lain untuk
mengolah resep teknologis agar dapat siap pakai digunakan untuk berproduksi.
Industri yang mengolah resep teknologis menjadi siap

pakai untuk berproduksi

tersebut mempunyai sifat yang berbeda dari industri yang memproduksi komoditas
dan jasa, dan disebut industri teknologi, untuk menekankan bahwa yang dihasilkan
oleh industri itu bukanlah jasa atau komoditi melainkan resep-resep teknologis yang
siap pakai untuk diimplementasikan dalam kegiatan guna menghasilkan komoditi
dan jasa.

B. MELURUSKAN APA YANG MAKIN MEMBINGUNGKAN


Manakah yang benar ilmu pengetahuan alam, ataukah ilmu alam?
Seorang yang profesinya mendalami biologi
bidang

yang

menjadi

keahliannya,

maka

mungkin bila ditanya apakah

tanpa

ragu-ragu

mungkin

akan

menjawab: 'biologi'. Bila lebih lanjut ditanya tentang sinonim biologi dalam bahasa
Indonesia, maka mungkin tanpa berpikir ia akan berkata: 'ilmu hayat'. Sekiranya
dia ditanya dalam kelompok mana biologi itu termasuk, maka dia mungkin akan
menyambung : 'ilmu pengetahuan alam'. Kalau ditanya, mengapa tidak ilmu alam,
atau ilmu-ilmu alam? Mungkin jawabnya: ya, tidak tahu, sebab kenyataannya
memang begitu. Bila kenyataan begitu, sambung si penanya, mengapa biologi tidak
disebut ilmu pengetahuan hayat? Jawab ahli biologi itu: sebab ilmu pengetahuan
hayat itu tidak biasa. Jadi, kalau ditanya lagi, mengapa ilmu pengetahuan alam itu
tidak disebut ilmu alam saja? Sebab, mungkin kata sang biolog, ilmu pengetahuan
alam

itu

dibina

oleh

Lembaga

Ilmu

Pengetahuan

Indonesia.

Skenario

ini

menggambarkan kebingungan dalam penggunaan istilah ilmu pengetahuan.


Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiaannya seperti perasaan,
pikiran,

pengalaman,

panca

indera

dan

intuisi

mampu

menangkap

alam

kehidupannya dan mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya, dalam


6

berbagai bentuk pengetahuan umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah dan
filsafat. Istilah pengetahuan ini diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari kegiatan
manusia dalam usaha untuk mengetahui sesuatu. Apa yang kita peroleh dari proses
mengetahui ini dimasukkan ke dalam kategori yang disebut pengetahuan. Dalam
bahasa Inggris sinonim dari pengetahuan ini adalah knowledge.
Pengetahuan atau knowledge ini mencakup segenap bentuk yang kita tahu
seperti filsafat, ekonomi, seni, kimia, matematika, fisika dan biologi itu sendiri. Jadi
biologi termasuk ke dalam pengetahuan (knowledge) seperti juga ekonomi,
matematika dan fisika. Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok
pengetahuan ini terdapat tiga kriteria yakni:
a. Obyek apakah yang ditelaah, untuk membuahkan pengetahuan (knowledge)
tersebut? Kriteria ini disebut obyek ontologis. Umpamanya saja ekonomi
menelaah hubungan antara

manusia dengan benda atau jasa dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya dan manajemen menelaah kerja sama manusia


dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama. Dengan demikian dapat
ditetapkan obyek penelaahan masing-masing dari ekonomi, manajemen, filsafat,
matematika, fisika,

kimia dan

biologi

sehingga dapat dibedakan daerah

penjelajahan atau bidang telah pengetahuan (knowledge) masing-masing.


b. Cara

apakah yang

tersebut,

atau

dipakai untuk mendapatkan pengetahuan (knowledge)

dengan

perkataan

lain,

bagaimana

caranya

mendapatkan

pengetahuan itu? Kriteria ini disebut landasan epistemologis yang berbeda untuk
tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya landasan epistemologis
matematika adalah logika deduktif dan landasan epistemologis kebiasaan adalah
pengalaman dan akal sehat.
c. Untuk apa pengetahuan (knowledge) itu dipergunakan atau nilai kegunaan apa
yang dipunyai olehnya? Kriteria ini disebut landasan aksiologis yang juga dapat
dibedakan untuk tiap jenis pengetahuan (knowledge). Nilai kegunaan seni pentas
jelas berbeda dengan nilai kegunaan dari matematika atau biologi. Nilai kegunaan
ekonomi jelas berbeda dengan nilai kegunaan dari kimia dan oseanografi.
Jadi seluruh bentuk pengetahuan dapat digolongkan ke dalam kategori
pengetahuan di mana masing-masing bentuk dapat dicirikan oleh karateristik obyek

ontologis, landasan epistemologis dan landasan aksiologis masing-masing. Salah


satu dari bentuk pengetahuan (knowledge) ditandai dengan:
1. Obyek ontologis: pengalaman manusia yakni segenap wujud yang dapat dijangkau lewat pancaindra atau alat yang membantu kemampuan pancaindra;
2. Landasan epistemologis: metode ilmiah yang berupa gabungan logika deduktif
dan logika induktif dengan pengajuan hipotesis.
3. Landasan

aksiologis: kesejahteraan manusia artinya segenap wujud

penge-

tahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia.


Bentuk pengetahuan (knowledge) ini dalam bahasa Inggris adalah science.
Dengan demikian, maka masalahnya adalah terdapat perbedaan antara knowledge
dan science; antara pengetahuan yang bersifat generik dan bentuk pengetahuan
yang spesifik yang mempunyai obyek ontologis, landasan epistemologis

dan

landasan aksiologis yang khas. Lalu apakah sinonim knowledge dan science dalam
bahasa Indonesia?
Alternatif pertama adalah menggunakan ilmu pengetahuan untuk science dan
pengetahuan untuk knowledge. Hal ini yang sekarang

umum dipakai. Walaupun

demikian penggunaannya mempunyai beberapa kelemahan yakni: pertama, adalah


'knowledge' merupakan genus dan 'science' adalah anggota (species) dari kelompok
(genus) tersebut. Adalah kurang layak kalau pengetahuan merupakan istilah genus
dan

ilmu

pengetahuan

merupakan

anggota

yang

termasuk

ke

dalam

pengetahuan. Kedua, kata sifat dari science adalah scientific; yang sekiranya secara
konsekuen kita mempergunakan untuk ilmu adalah pengetahuan ilmiah? atau keilmu-pengetahuan-an? Dua istilah ini akan menyesatkan dan kurang nyaman
menggunakannya. Pengetahuan ilmiah bisa diartikan scientific knowledge yang
dalam bahasa Inggris sinonim dengan science; sedangkan ke-ilmu-pengetahuan-an
rasanya terlampau dibuat-buat. Kelemahan ketiga,

adalah tidak konsekunsinya

mempergunakan istilah ilmu pengetahuan untuk science di mana biologi disebut


ilmu hayat sedangkan fisika disebut ilmu pengetahuan alam.
Alternatif kedua didasarkan kepada asumsi bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah dua kata benda yakni ilmu dan pengetahuan. Rangkaian dua
kata semacam ini adalah biasa dalam bahasa Indonesia seperti emas, perak, atau
intan berlian. Dengan demikian kita tinggal menetapkan mana yang sinonim dengan
8

science dan mana yang sinonim dengan knowledge. Dalam hal ini yang lebih tepat
kiranya adalah penggunaan kata pengetahuan untuk knowledge dan ilmu untuk
science. Dengan demikian maka social sciences kita terjemahkan dengan ilmuilmu sosial dan natural sciences sama dengan ilmu-ilmu alam. Ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial ini, juga seni, filsafat, bahasa, dll., termasuk ke dalam pengetahuan
yang merupakan istilah generik (genus). Kata sifat dari ilmu adalah ilmiah atau
keilmuan: metode yang dipergunakan dalam kegiatan ilmiah (keilmuan) adalah
metode ilmiah (keilmuan). Ahli dalam keilmuan adalah ilmuwan.
C. APAKAH YANG HARUS DIPERBUAT OLEH PARA PENDIDIK DAN
ILMUWAN? (Sebuah pesan moral bagi candidat doktor)

Jadilah yang benar dan beriman!


Masalah ilmu pengetahuan dan iman sangat perlu dipikirkan dalam rangka
pendidikan di perguruan tinggi. Sebagai pendidik harus menjamin kebenaran dan
bobot ilmu yang melebihi ukuran yang

berlaku secara pengetahuan awam,

dan juga harus bertanggung jawab sebagai kelompok orang yang diserahi tugas
pembinaan para mahasiswa dalam iman yang benar. Allah sendiri yang menilai
keberhasilan kita. Kalau seorang mahasiswa memasuki suatu perguruan tinggi yang
pendidiknya sekular, maka ia perlu waspada karena menyadari akan ada seranganserangan terhadap kepercayaannya. Tetapi kalau ia memasuki sebuah perguruan
tinggi yang

pendidik-pendidiknya hidup dalam kebenaran, maka sepatutnya

ia

dapat menganggap para dosennya menganggap sebagai sesepuh ilmu (intelektual)


dan iman (spiritual), yang mengajar sesuai dengan kitab suci yang dipercayainya.
Tentu saja, banyak sekali mahasiswa dirugikan, karena jarang bertemu dengan
seorang
aksioma

dosen

yang

telah

memikirkan

benar

tidaknya

aksioma-

jurusannya berdasarkan kitab suci (Firman Allah) yang dipercayainya.

Adalah merupakan kesempatan yang luar biasa bagi seseorang dosen untuk
meneguhkan iman mahasiswa melalui keahliannya. Para dosen telah dipercayai oleh
para mahasiswa sebagai sesepuh.
mereka menuju iman

Hal ini membuka jalan untuk mengarahkan

yang bermental positif (baca: revolusi mental). Sebelum

Perang Dunia II, banyak dosen yang mempunyai minat demikian, tetapi terhambat
karena tidak memilki banyak buku teks yang memadai ditulis dari sudut spiritual.
9

Tambah pula, mereka

tidak mempunyai

sumber keterangan yang dapat mem-

perkokoh mereka dalam menghadapi serangan dan ejekan dari para rekan mereka
yang

menganut

ajaran

sekular

dan

saintisme.

Kalau

mereka

mengajar

berdasarkan kitab suci, mereka dianggap kolot, picik, dan ketinggalan zaman.
Sebenarnya sekularisme dan kepicikan pihak yang memusuhi kitab-kitab suci
sudah menguasai sikon dan aksioma-aksioma pengajaran di banyak tempat. Dr.
Frances Schaffer menceritakan kasus seorang wanita yang mengajar di salah satu
universitas di London. Karena tidak bersedia mengajar sosiologi atas dasar
behaviorisme, maka wanita itu dipecat. Satu
Yahudi, setelah

menerima dan

percaya

kasus lain, seorang bekas Atheis

Yesus Kristus, ia memperkenalkan

Yesus kepada seorang pasien di rumah sakit jiwa. Karena pasien itu langsung
kembali normal dan sembuh, psikiater tersebut dilarang berpraktik di bagian negara
New York. Pasien bersangkutan sudah berada di rumah sakit jiwa selama
lima belas tahun tanpa tertolong. Oleh karena pasien itu sembuh, psikiater Kristen
itu diberhentikan dengan alasan tidak profesional

praktis.

Tetapi situasi yang

menghambat itu, telah berubah sejak perang dunia II. Pada awal abad ke duapuluh
kaum intelek dilandasi oleh optimisme. Sangkanya, asal manusia dididik dengan baik
dan diberikan teknologi modern, pasti maju dan dengan demikian masalah
peperangan teratasi. Sains dipercayai sebagai sebagai penyelamat bagi umat
manusia. Dengan pecahnya perang, harapan optimis tersebut lenyap.
Sejak masalah itu, para ilmuwan berusaha memperbaiki dasarnya sendiri.
Banyak cendekiawan kembali ke gereja atau mesjid dan mulai membacakan Alkitab
atau Al-quraan. Mereka meletakkan

suatu dasar baru di

bidangnya

masing-

masing. Kini bertambah banyak dosen dan peneliti yang menyimak keterangan
Alkitab dan Al-quraan demi pengerahan baru dan segar di setiap bidang, terutama
dalam biologi, geologi, sosiologi, psikologi, kependidikan, sejarah dan teknologi.
Bahkan banyak antara mereka merasa tergerak menjadi dosen perguruan tinggi
sekuler sekaligus seorang pendeta atau ustad.
Dalam suasana yang baru ini, sebagai seorang pendidik dan ilmuwan dapat
memilih bahan kuliah dari spektrum

yang luas. Pendidik dapat memperteguh

imannya sendiri dan iman para mahasiswa asuhannya. Pendidik harus dapat
memberi contoh bahwa justru kitab sucilah (Firman Allah) yang merupakan dasar
sains yang paling produktif. Pendidik dan ilmuwan (dosen) mempunyai kesempatan
10

yang baik untuk menolong kaum rohaniwan juga. Dari golongan teolog banyak juga
yang hanyut karena mengikuti teladan ilmuwan sekular, yang atheis. Para imam dan
pendeta

cenderung mendengarkan

para cendekiawan yang ada di mesjid

dan

gerejanya. Mudah-mudahan seorang imam/kiayai dan pendeta dapat diperkenalkan


kembali kepada kebenaran mutlak kitab suci melalui contoh dan pencerahan.
Sains bukan untuk dihafal, tapi untuk difungsikan dan dipraktiskan
Suatu

hari bertanyalah seorang murid kepada Plato apakah sebenarnya

kegunaan dari pelajaran matematika yang telah diberikannya selama ini.

Filsuf

besar ini merasa sangat tersinggung dengan pertanyaan ini dan langsung memecat
serta mengeluaran

murid tersebut dari

sekolah. Pada waktu itu pengetahuan-

pengetahuan, termasuk juga ilmu, memang tidak mempunyai kegunaan praktis


melainkan estetis. Artinya seperti kita mempelajari main piano atau membaca sajak,
maka pengetahuan semacam ini lebih ditujukan kepada kepuasan jiwa, dan bukan
sebagai konsep untuk memecahkan masalah. Bahkan sekarang pun gejala ini masih
terlihat dimana orang memepelajari berbagai pengetahuan ilmiah bukanlah sebagai
teori

yang

mempunyai

kegunaan

praktis

melainkan

sekedar

upaya

untuk

memperkaya jiwa. Sambil minum teh atau kopi, mereka berdebat tentang masalah
nuklir sampai ke pedagang kaki lima, sekadar untuk mengasah ketajaman berpikir
mereka dan mendapatkan kepuasaan. Ilmu sekadar pengetahuan yang harus
bisa dihafal, agar bisa dikemukakan waktu berdebat; makin hafal lantas makin
hebat! Pengetahuan yang dikuasai harus mencakup bidang-bidang yang amat luas,
maka makin hebat. Kemampuan mengutip teori-teori ilmiah yang bersifat estetik ini
lalu berkembang menjadi status sosial (sarjana sains/S.Si, Magister Sains/M.Si,
M.Sc., dan Doktor Sains/D.Sc., Ph.D.).
Penempatan ilmu dalam fungsi estetis pada jaman Yunani kuno

itu

disebabkan filsafat mereka yang memandang rendah pkerjaan yang bersifat


praktis

yang

waktu itu dikerjakan oleh budak

belian.

Adalah kurang pada

tempatnya kalau kaum yang elit memikirkan masalah praktis yang tidak sesuai
dengan status sosial mereka. Bukankah pekerjaan praktis yang memeras tenaga
adalah predikat kaum orang kecil atau rakyat kecil? Sebenarnya pendapat semacam
itu bukanlah sesuatu yang aneh, sebab sekarang pun masih ada yang berpendapat

11

seperti itu: jangan mau jadi masinis atau pekerja teknik, anakku, jadilah pegawai
negeri atau politikus. Itu baru hebat!
Presepsi yang salah inilah yang sebenarnya menyebabkan berkembangnya
kebudayaan menghafal dalam sistem pendidikan Indonesia. Ilmu tidak berfungsi
sebagai pengetahuan yang diterapkan dalam memecahkan masalah

kita sehari-

hari, melainkan sekadar dikenal dan dikonsumsikan. Misalnya, puisi-puisi Chairul


Anwar atau lagu-lagu Ebiet G Ade tentang alam yang fungsinya memang bersifat
estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan baik, memberikan kenikmatan
batiniah. Jiwa kita bergetar, terharu, tersentuh oleh komunikasi artistik. Jiwa kita
bertambah kaya, persepsi kita bertambah dewasa, yang selanjutnya akan mengubah
sikap dan kelakuan kita. Karya Multatuli yakni Max Havelaar begitu meyentuh nurani
bangsa Belanda yang membuahkan perubahan sikap terhadap penindasan, yang
seperti kita ketahui dari sejarah, menyebabkan perubahan kebijaksanaan politik.
Meskipun

patut dicatat bahwa perubahan sikap dan kelakuan itu

tidak selalu

menggembirakan.
Kita tidak bisa memecahkan masalah tentang kelautan yang hanya dengan
menyanyi lagu atau membaca puisi tentang kelautan. Kita harus melakukan
tindakan-tindakan

kongkrit,

tidak

dengan

membentuk

vokal

grup,

namun

melakukan serangkaian tindakan yang konsepsional berdasarkan pengetahuan


yang

terandalkan. Jadi, dibutuhkan ilmuwan ahli/pakar ilmu kelautan untuk

berperan. Akan tetapi pada banyak kejadian, para ilmuwan kelautan hanya
menyodorkan buku-buku teks, jurnal-jurnal ilmiah serta karya ilmiah sejenisnya. Hal
ini tak jauh berbeda dengan dari buku primbon dukun ramal yang dipergunakan
untuk konsultasi dalam memecahkan masalah-masalah praktis. Paling-paling yang
berbeda adalah

lingkupnya yakni: dukun, bagaimana ramalan kehidupan masa

depan anak anda setelah ia dewasa? Atau Prof, bagaimana ramalan situasi potensi
produksi perikanan

laut

Maluku tahun 2030 atau

memasuki milenium ketiga?

Bahkan seperti konsultasi dengan dokter, kita bukan seakadar didiagnosis namun
juga diberi pemecahan terapinya.
Buku-buku tebal ilmuwan pada hakikatnya adalah sama saja dengan bukubuku primbon tukang ramal yakni menjelaskan, meramal dan mengontrol. Tentu saja
yang berbeda adalah asas dan prosedurnya: menjelaskan-meramalkan-mengontrol
inflasi, kita memenggunakan asas dan prosedur keilmuan, sedangkan menjelaskan12

meramalkan dan mengontrol telapak tangan,


prosedur

perdukunan.

memecahkan
datang

Dengan

demikian

dukun

tidak

menggunakan

usah

heran

asas dan

kalau

dalam

masalah-masalah kehidupan orang (bahkan para elit) tidak selalu

berkonsultasi

kepada

ilmuwan

melainkan

kepada

dukun

atau

paranormal. Karena keduanya melakukan fungsi yang sama meskipun dengan asa
dan prosedur yang berbeda. Pilihan di antara keduanya tergantung kepada
kepercayaan elit,

artinya dalam memecahkan masalah kehidupan, apakah mereka

mempercayai asas dan prosedur keilmuan atau perdukunan. Tingkat kepercayaan


seseorang dan masyarakat memang berbeda, dimana kepercayaan seseorang
tergantung kepada pendidikan, dan kepercayaan masyarakat juga tergantung
kepada kebudayaan.
Jadi bagaimana tingkat profesional ilmuwan yang tidak bisa menjelaskan,
meramal dan mengontrol masalah kehidupan, melainkan sekadar menghafal teoriteori ilmiah? Lebih baik

membantu

membuat syair

lagu-lagu dalam rangka

memasyarakatkan ilmu dan mengilmiahkan masyarakat. Apakah itu hakikat dan


kegunaan sains?
Mandiri supaya mampu kendali diri
Bila suatu masyarakat
kendali

terhadap

pengetahuan

mampu mandiri dalam ilmu pengetahuan, maka


ilmiah

tersebut

ada

pada

masyarakat

itu.

Penyempurnaan dan pengkayaan informasi yang ada dalam masyarakat dapat


dilakukan sesuai dengan kehendak dan keinginan masyarakat tersebut, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk memilih maupun menghasilkan informasi
yang ingin ditambahkannya, serta mempunyai kemampuan untuk memilih informasi
mana yang akan diambil dan
menciptakan

kemandirian

ilmu

dimanfaatkan dari informasi itu. Keadaan yang


pengetahuan

sangat

terkait

dengan

budaya

masyarakat dan keberhasilan masyarakat tersebut dalam mengelola sumberdaya,


melalui aktivitas industri dan ekonomi lainnya sehingga mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat serta mampu secara berkesinambungan menyisihkan dana
untuk melaksanakan aktivitas
dengan

penelitian,

maka

ilmiah yang berupa penelitian. Karena hanya

khazanah

ilmu

pengetahuan

masyarakat

dapat

berkembang tanpa terlalu tergantung pada sumber-sumber informasi di luar


masyarakat tersebut. Memang informasi dari luar itu tak dapat dihindari akan selalu
13

terjadi

dan

dibutuhkan.

Akan

tetapi

bila

informasi

luar

ini

mengendalikan

pertumbuhan dan ragam khazanah ilmiah suatu masyarakat, maka jelas masyarakat
tersebut tidak mempunyai kemandirian ilmu pengetahuan.

Penutup
Kesimpulan yang dapat dikemukakan dari uraian di atas, yakni:

Bahwa fenomena, sains, teknologi dan industri merupakan empat hal yang
berbeda. Salah satu arena dimana fenomena berfungsi adalah sains, arena
kegiatan di mana sains berfungsi adalah teknologi, arena kegiatan terpenting
dimana teknologi berfungsi adalah industri.

Bahwa

kemandirian

ilmu

pengetahuan

suatu

masyarakat

hanya

di-

jumpai bila penelitian merupakan agenda nyata dalam aktivitas kehidupan


masyarakat tersebut.
Demikianlah paparan dalam makalah ini, semoga mencelikkan mata dan hati
kita calon-calon doktor bidang Ilmu Kelautan di Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN
1. Hempel, G.C., 1966. Philosophy of Natural Science. Printice-Hall, INC.
Englewood Cliffs, N.J.
2. Suriasumantri,J.S, 2013. Filsafat ilmu Sebuah pengantar populer. Tempo,
375halaman
3. Latif M, 2014. Orientasi ke arah pemahaman filsafat ilmu. Penerbit Kecana
Group, 340halaman
4. Rahman M.A, 2013. Sejarah filsafat barat. Penerbit IRCiSoD, 435 halaman
5. Kasdim dkk, 2012. Critical thinkin.Membangun pikiran logis. PT Pustakan
Sinar Harapan Jakarta, 165 halaman.

14

You might also like