Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Trauma kapitis merupakan penyebab utama kematian di berbagai negara di dunia,
terutama pada kelompok usia di bawah 40 tahun. Di USA diperkirakan 1,6 % dari seluruh
kunjungan di unit gawat darurat adalah kasus trauma kapitis. Dijumpai 444 kasus baru setiap
tahunnya per 100.000 penduduk. Secara keseluruhan setiap tahunnya diperkirakan sekitar
60.000 kematian diakibatkan trauma kapitis serta 70.00090.000 penderita akan mengalami
gangguan neurologik permanen. Di negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan
kemajuan teknologi dan pembangunan, frekuensi trauma kapitis cenderung makin meningkat.
Trauma kapitis berperan pada kematian akibat trauma, mengingat kepala merupakan
bagian yang rentan dan sering terlibat dalam kecelakaan. Laki-laki 2 3 kali lebih sering
dibandingkan wanita, terutama pada kelompok usia resiko tinggi (usia 15 24 tahun dan >75
tahun). Berdasarkan studi epidemiologi, kecelakaan sepeda motor dan violence-related
injuries merupakan penyebab trauma kapitis yang paling sering.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Anatomi Kepala
Lapisan Meningea
Meningia merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang.
Fungsi meningia yaitu melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan
cairan sekresi (cairan serebrospinal), dan memperkecil benturan atau getaran terdiri atas 3
lapisan, yaitu :
a. Duramater (Lapisan sebelah luar)
2
Duramater adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat
tebal dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan
duramater propia di bagian dalam. Di dalam kanalis vertebralis kedua lapisan ini
terpisah. Duramater pada tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan
darah vena dari otak, rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior yang
terletak diantara kedua hemisfer otak.
b. Arachnoid (Lapisan tengah)
Arachnoid adalah membran impermeabel halus yang meliputi otak dan terletak
diantara piamater di sebelah dalam dan duramater di sebelah luar. Selaput ini
dipisahkan dari duramater oleh potensial, disebut spatium subdural, dan dari
piamater oleh spatium subarachnoideum, yang terisi oleh cairan serebrospinal.
c. Piamater (Lapisan sebelah dalam)
Piamater adalah membran vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi
gyri dan masuk kedalam sulci yang paling dalam. Membran ini membungkus saraf
otak dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri arteri yang masuk ke dalam
substansi otak juga diliputi oleh piamater.3
2.1.4. Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga
tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terdiri dari otak besar
(cerebrum), otak kecil (cerebellum), dan batang otak (Trunkus serebri). Besar otak orang
dewasa kira-kira 1300 gram, 7/8 bagian berat terdiri dari otak besar.3
Otak
3
Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan arena itu memiliki jalur
lintas naik dan turun seperti otak tengah. Selain itu terdapat banyak serabut yang
berjalan
menyilang
menghubungkan
kedua
lobus
cerebellum
dan
Trauma Kapitis
2.2.1.
Definisi
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa
struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan
fungsional jaringan otak. Menurut Brain Injury Association of America, trauma kapitis adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik.4
2.2.2.
jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh
5
darah tengkorak maupun otak itu sendiri. Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada
tiga jenis keadaan yaitu, kepala diam dibentur benda yang bergerak, kepala yang bergerak
membentur benda yang diam, dan kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada
benda yang lain dibentur oleh benda yang bergerak.5
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada trauma kapitis diterangkan
oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi otak, pergeseran otak dan rotasi otak.
Dalam mekanisme trauma kapitis dapat terjadi peristiwa contre coup dan coup.
Contre coup dan coup pada trauma kapitis dapat terjadi kapan saja pada orang orang yang
mengalami percepatan pergerakan kepala. Trauma kapitis pada coup disebabkan hantaman
otak bagian dalam pada sisi yang terkena sedangkan contre coup pada sisi yang berlawanan
dengan daerah benturan. 5
Berdasarkan patofisiologinya trauma kapitis dibagi menjadi trauma kapitis primer
dan trauma kapitis sekunder. Trauma kapitis primer merupakan cedera yang terjadi saat atau
bersamaan dengan kejadian cedera, dan ini merupakan suatu fenomena mekanik. Cedera ini
umumnya menimbulkan lesi permanen. Tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali membuat
fungsi stabil, sehingga sel-sel yang sakit dapat menjalani proses penyembuhan yang optimal. 5
Trauma kapitis sekunder merupakan proses lanjutan dari trauma kapitis primer dan
lebih merupakan fenomena metabolik. Pada penderita trauma kapitis berat, pencegahan
trauma kapitis sekunder dapat mempengaruhi tingkat kesembuhan penderita. Penyebab
trauma kapitis sekunder antara lain penyebab sistemik ( hipotensi, hipoksemia, hipo atau
hiperkapnea, hipertermia, dan hiponatremia ) dan penyebab intrakranial ( tekanan intrakranial
meningkat, hematoma, edema, pergeseran otak (brain shift), vasospasme, kejang, dan
infeksi.5
2.2.3. Gejala Klinis Trauma Kapitis6
Gejala klinis trauma kapitis adalah seperti berikut:
1.
Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid)
2.
3.
4.
5.
2.2.4. Tingkat Keparahan Trauma Kapitis dengan Skala Koma Glasgow (SKG)
Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis,
gangguan kesadaran dinilai secara kuantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian
yang dinilai adalah:
1. Proses membuka mata (Eye Opening)
2. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response)
3. Reaksi bicara (Best Verbal Response)
Pemeriksaan tingkat keparahan trauma kapitis disimpulkan dalam suatu tabel Skala Koma
Glasgow (SKG).
Tabel Skala Koma Glasgow
Eye Opening
Mata terbuka dengan spontan
6
5
4
3
2
1
5
4
3
sesuai
Mengeluarkan suara yang tidak ada 2
artinya
Tidak ada jawaban
dijumpai keadaan hilangnya kesadaran, pasien dapat mengeluh pusing dan nyeri kepala,
pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit kepala serta tidak adanya kriteria
cedera sedang-berat. 6
2.
bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana. Dapat
dijumpai konkusi, amnesia pasca-trauma, muntah, kejang serta tanda kemungkinan fraktur
kranium (Battle sign, mata rabun, hemotimpanum, otorea, atau rinorea cairan serebrospinal).6
3.
penurunan derajat kesadaran secara progresif (koma). Pada keadaan ini dapat dijumpai tanda
neurologis fokal, serta trauma kapitis penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium. Hampir
100% trauma kapitis berat dan 66% trauma kapitis sedang menyebabkan cacat yang
permanen. Pada trauma kapitis berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera
otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan
dihentikan.6
2.2.5.
Perdarahan Intrakranial
1.
Perdarahan Epidural
Perdarahan epidural adalah perdarahan antara tulang kranial dan dura mater, yang
biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media. 9 Kelainan ini pada fase awal tidak
menunjukkan gejala atau tanda. Baru setetelah hematoma bertambah besar akan terlihat tanda
pendesakan dan peningkatan tekanan intrakranial. Penderita akan mengalami mual dan
muntah diikuti dengan penurunan kesadaran. Gejala neurologik yang terpenting adalah pupil
mata anisokor yaitu pupil ipsilateral melebar. Ciri khas hematoma epidural murni adalah
terdapatnya interval bebas antara saat terjadinya trauma dan tanda pertama yang berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam. Jika hematoma epidural disertai dengan cedera otak
seperti memar otak, interval bebas tidak akan terlihat, sedangkan gejala dan tanda lainnya
menjadi kabur. Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang
semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese
kontralateral. Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala
khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang membaik setelah beberapa hari. 7
2.
Perdarahan Subdural
pasien dalam keadaan koma. 85 % persen pasien yang koma memiliki gambaran
kontusio parenkim. Gejala klinis perdarahan subdural akut dapat berupa pusing,
mual, bingung, perubahan kepribadian, penurunan kesadaran, sulit berbicara, dilatasi
pupil ipsilateral dari hematoma, hemiparese kontralateral hematoma dan lemah
anggota gerak.
b.
hingga 50 persen dari pasien yang menderita perdarahan subdural kronis tidak
memiliki riwayat trauma kepala, biasanya trauma kepala yang terjadi adalah trauma
kepala ringan. Gejala klinis dari perdarahan ini dapat berupa penurunan kesadaran,
pusing, kesulitan berjalan atau keseimbangan, disfungsi kognitif atau hilang ingatan,
perubahan kepribadian, defisit motorik, kejang, dan inkontinensia. 8
3.
Perdarahan Subserebrospinal
Perdarahan subserebrospinal adalah ekstravasasi darah ke dalam rongga subaraknoid
yang terdapat di antara lapisan piamater dan membran araknoid. Etiologi yang paling sering
dari perdarahan subaraknoid non traumatik adalah pecahnya aneurisma intrakranial (berry
aneurism). Gejala klinisnya biasanya tampak sepuluh hingga dua puluh hari setelah
terjadinya ruptur. Gejala yang paling sering berupa sakit kepala, nyeri daerah orbital,
diplopia, gangguan penglihatan, gangguan sensorik dan motorik, kejang, ptosis, disfasia.9
4.
Perdarahan Intraventrikular
Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak.
5.
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak yang
semakin lama semakin banyak dan menimbulkan tekanan pada jaringan otak sekitar. Hal ini
menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial yang dapat menyebabkan konfusi dan letargi.
Gejala klinis biasanya timbul dengan cepat bergantung pada lokasi perdarahan. Gejala yang
paling sering adalah sakit kepala, nausea, muntah, letargi atau konfusi, kelemahan mendadak
atau kebas pada wajah, tangan atau kaki yang biasanya pada satu sisi, hilangnya kesadaran,
hilang penglihatan sementara, dan kejang.11
2.2.6.
Pemeriksaan Radiologi
tetapi tidak dapat menentukan ada tidaknya perdarahan intrakranial. Fraktur pada tengkorak
dapat berupa fraktur impresi ( depressed fracture), fraktur linear dan fraktur diastasis (
traumatic suture separation). Fraktur impresi biasanya disertai kerusakan jaringan otak dan
pada foto terlihat sebagai garis atau dua garis sejajar dengan densitas tinggi pada tulang
tengkorak. Fraktur linear harus dibedakan dari sutura dan pembuluh darah. Pada foto, fraktur
ini terlihat sebagai garis radiolusen, paling sering di daerah parietal. Garis fraktur biasanya
lebih radiolusen daripada pembuluh darah dan arahnya tidak teratur. Fraktur pada dasar
tengkorak seringkali sukar dilihat. Adanya bayangan cairan (air-fluid level) dalam sinus
sfenoid menunjukkan adanya fraktus basis cranii. Fraktur diastasis lebih sering pada anakanak dan terkihat sebagai pelebaran sutura. 12
10
Fraktur Impresi
2.
Fraktur Linear
dalam sudut 360 derajat melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas.
Bayangan foto akan direkonstruksi oleh komputer sehingga objek foto akan tampak
secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto tomografi komputer akan tampak sebagai
penampang-penampang melintang dari objeknya.
Dengan tomografi komputer isi kepala secara anatomis akan tampak dengan
jelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas
baik bentuk maupun ukurannya. Indikasi pemeriksaan tomografi komputer pada
kasus trauma kepala adalah seperti berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Melalui pemeriksaan ini dapat dilihat seluruh struktur anatomis kepala, dan
merupakan alat yang paling baik untuk mengetahui, menentukan lokasi dan ukuran
dari perdarahan intrakranial. 5
b.
Perdarahan Epidural
11
Perdarahan Subdural
Hematoma subdural adalah 1 dari 3 jenis pendarahan intrakranial
12
13
15
3.
Perdarahan Subaraknoid
Pada tomografi komputer, perdarahan subaraknoid (SAH) terlihat
mengisi ruangan subaraknoid yang biasanya terlihat gelap dan terisi CSF di
sekitar otak. Rongga subaraknoid yang biasanya hitam mungkin tampak putih
di perdarahan akut. Temuan ini paling jelas terlihat dalam rongga subaraknoid
yang besar. 9
16
tengah ipsilateral. Jika darah terdapat di fossa posterior, hal ini menunjukkan
perdarahan dari aneurisma sirkulasi posterior. 9
4.
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral biasanya disebabkan oleh trauma terhadap
Perdarahan Intraventrikular
Sebelum ketersediaan ultrasonografi, tomografi komputer digunakan
untuk diagnosis dan tindak lanjut. Tomografi komputer tidak lagi digunakan
untuk diagnosis dan tindak lanjut mengingat keamanan dan efektivitas biaya
sonografi.10
17
3.
Waktu
Hemoglobin, Lokasi
< 24 h Oxyhemoglobin, intraseluler
T1
Isointens atau
T2
Hiperintens
Akut
Sub akut awal
Sub akut akhir
Kronik
1-3 d
>3 d
>7 d
>14 d
hipointens
Hipointens
Hiperintens
Hiperintens
Hipointens
Hipointens
Hipointens
Hiperintens
Hipointens
Deoxyhemoglobin, intraseluler
Methemoglobin, intraseluler
Methemoglobin, extraseluler
Ferritin dan hemosiderin,
extraseluler
Perdarahan Hiperakut
isointens untuk lesi hipointens di daerah temporoparietal kanan yang hiperintens pada T2 dan
dengan kecenderungan tampak sebagai intensitas sinyal rendah karena darah pada gradienecho (GRE). Sebuah lingkaran kecil edema vasogenik mengelilingi hematoma.14
2.
Perdarahan Akut
Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan hematoma akut pada daerah frontal kiri. T1
aksial dan T2 menunjukkan hematoma yang hipointens. Sebuah lingkaran kecil edema
vasogenik mengelilingi hematoma terlihat di T2.14
3.
Pencitraan resonansi magnetik menunjukkan hematoma subakut awal di daerah oksipital kiri.
Lesi terlihat hiperintens pada T1 dan hipointens pada T2 ditandai dengan kecenderungan
disebabkan oleh hematoma pada gradien-echo (GRE). Hematoma intraventrikular juga
terlihat jelas sebagai sinyal rendah pada GRE.14
4.
Perdarahan Kronik
Angiografi
Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan pembuluh darah dengan menggunakan
zat kontras. Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada pasien yang mengalami hemiparesis
(kelumpuhan salah satu anggota tubuh) dengan kecurigaan adanya hematoma. Bila ada
kelainan di dalam otak akan terlihat adanya pergeseran lokasi pembuluh darah. Pemeriksaan
ini bermanfaat bila alat tomografi komputer tidak ada. Trauma kapitis pada angiografi
terutama memperlihatkan adanya hematoma subdural dan hematoma epidural.12
Hematoma subdural menunjukkan pendesakan arteri dan vena berbentuk konveks
sesuai dengan lengkung hemisfer serebri. Sesuai dengan lokalisasi perdarahan, akan tampak
pendesakan arteri serebri anterior, arteri serebri media maupun deep vein. Kadang-kadang
ditemukan lesi yang luas, tetapi pendesakan arteri serebri anterior, arteri serebri media dan
vena serebri interna sangat sedikit (tidak seimbang), maka harus dilakukan angiografi sisi
kontralateral karena kemungkinan adanya hematoma subdural di sisi kontralateral tersebut.12
Pada hematoma di daerah temporobasal atau lebih ke posterior, dilakukan juga posisi
oblik dengan kepala miring ke sisi kontralateral dengan proyeksi sinar antero-posterior.
Hematoma subdural yang kronis sesudah 2 atau 3 minggu disebut higroma, yang pada
angiogram tampak gambaran bridging vein selain tanda-tanda desakan vaskular.12
Membedakan hematoma epidural dan hematoma subdural pada angiogram sering
sulit. Jika arteri meningea media terdesak ke arah median (ke dalam), maka diagnosis
hematoma epidural bisa ditegakkan. Jika hematoma epidural masuk ke dalam sinus venosus,
maka sinus venosus ini akan terpisah dari tabula interna.12
20
BAB 3
KESIMPULAN
1.
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa
struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan
fungsional jaringan otak.
2.
Berdasarkan Skala Koma Glasgow, trauma kapitis dibagi atas trauma kapitis ringan
(SKG 14-15), sedang (SKG 9-13) dan berat (SKG 3-8).
3.
perdarahan
subdural,
perdarahan
subserebrospinal,
perdarahan
21
5.
Pemeriksaan tomografi komputer (CT Scan) kepala sangat berguna pada trauma
kapitis karena isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma
kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun
ukurannya.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA
1.
American College of Surgeons. Advance Trauma Life Support For Doctor. 7th ed. USA:
First Impression; 2004
2.
Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta; 2008. Diunduh dari:
http://books.google.co.id/books?
id=3ZyOm94xiCMC&pg=PP9&dq=anatomi+fisiologi+untuk+siswa+perawat&hl=id&sa
=X&ei=gsF2T_7OAYfWrQf9xc25DQ&ved=0CDYQ6AEwAQ#v=onepage&q&f=true.
[25 Maret 2012]
3.
Snell RS. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi ke -6. Jakarta: EGC;
2006.
4.
Faul M., Xu L., Wald MM,. Coronado VG. Traumatic brain injury in the United States:
emergency department visits, hospitalizations, and deaths. Centers for Disease Control
22
and Prevention, National Center for Injury Prevention and Control; 2006. Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/pdf/blue_book.pdf [26 Maret 2012]
5.
Irwan
O.
Trauma
kapitis.
Universitas
Riau;
2006.
Diunduh
dari:
Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., SetiowulanW. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga.
Jakarta: Media Aesculapius; 2000
7.
Douglas KM. Imaging in Epidural Hematoma. USA: Medscape; 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/340527. [25 Maret 2012]
8.
Andrew LW. Imaging in Subdural Hematoma. USA: Medscape; 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/344482. [25 Maret 2012]
9.
23