Professional Documents
Culture Documents
Researchers want to know which school Thermal comfort Air conditioning and Air
conditioning in the building of SMAN 33 Jakarta Jakarta and MAN 1, in addition to the
researchers are also looking for a comfortable temperature and the temperature range of
respondents felt comfortable in the school SMAN 33 Jakarta and MAN 1 Jakarta. Therefore,
researchers wanted to know whether this comfortable classrooms according to the
respondents in the school SMAN 33 Jakarta and MAN 1 Jakarta.
How to examine the school SMAN 33 Jakarta Jakarta and MAN 1 to obtain the results of
the School of Air conditioning and Air conditioning by measuring air temperature, humidity,
wind speed in the classroom at school SMAN 33 Jakarta and MAN 1 Jakarta as well as
measuring sensation thermal in this classroom with a questionnaire distributed to students in
order to get a comfortable temperature, comfortable temperature range.
The results of this study are compared with MAN 1 Jakarta Schools that do not use the
AC generates a comfortable temperature on the respondents, 28.5 C air temperature (Ta).
While students at SMAN 33 Jakarta's air conditioning has a temperature of 1 C lower,
AC affect the comfort level of students who tend to prefer lower temperatures.
1 LATARBELAKANG
Satu faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi tingkat kenyamanan di dalam ruangan
adalah kenyamanan termal. Kenyamanan termal merupakan suatu keadaan yang
berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan dapat dikendalikan oleh
arsitektur (Snyder, 1989). Berdasarkan hasil penelitian Fanger (1973) dalam Rahmadani
(2011), 90% waktu manusia setiap harinya dihabiskan untuk beraktivitas di dalam ruangan,
seperti tidur, makan, belajar, bekerja, dan sebagainya, kecuali untuk orang yang pekerja
lapangan. Hal ini menyebabkan banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana ruangan yang nyaman bagi penggunanya.
Dalam melaksanakan aktivitas, manusia umumnya menginginkan kondisi yang nyaman
(Rahmadani, 2011), khususnya nyaman secara termal. Hal ini juga berlaku untuk ruangan
kelas, karena kenyamanan termal dapat mempengaruhi kinerja siswa di dalam kelas (Foong,
2008). Hal ini disebabkan kondisi panas yang berlebih dapat mengakibatkan rasa letih,
kantuk, dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja (Grandjean, 1986 dalam
Rahmadani, 2011). Oleh karena itu, kenyamanan termal di dalam ruangan kelas sangat
penting untuk diperhatikan.
Aktivitas utama yang dilakukan di dalam ruangan kelas adalah belajar. Menurut Marsidi
dan Ch. Desi Kusmindari (2009) dalam Rahmadani (2011), salah satu pertimbangan yang
perlu diperhatikan dalam mendukung proses belajar mengajar adalah lingkungan belajar,
tempat terjadinya proses belajar mengajar, dimana salah satu variabel yang menjadi
pertimbangan adalah kondisi iklim di dalam ruangan kelas. Oleh karena itu, penelitian
terhadap kenyamanan termal dengan objek ruangan kelas dan penggunanya sangat penting
untuk dilakukan, karena dengan adanya penelitian ini, akan diketahui bagaimana tingkat
kenyamanan termal di dalam ruangan kelas. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk
rekomendasi perbaikan ruangan kelas atau pengkondisian udara di dalam ruangan untuk
memberikan ruangan yang nyaman bagi para siswa, sehingga kinerja belajar mereka pun
semakin meningkat.
2 METODE
Pendekatan ini Seperti telah diungkapkan pada bab pendahuluan, tujuan dari studi ini
adalah Kenyamanan Termal Sekolah yang ber AC dan tidak ber AC. Pendekatan dalam
penelitian ini mengadaptasi apa yang telah dibuat oleh Acerry Movalino (2013) Jurusan
Pendidikan Teknik Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas
Pendidikan Indonesia, dia mempelajari tentang analisis tingkat kenyamanan belajar siswa si
ruang laboratorium komputer SMKN 2 Garut berdasarkan Standar kenyaman termal ruang
dan persepsi siswa. Yang membedakannya dengan penelitian ini adalah ruang lingkupnya
terbatas pada bangunan sekolah SMAN 33 dan sekolah MAN 1 Jakarta terhadap
kenyamanan termal Siswa di ruang kelas.sedangkan Penelitian yang di adaptasi lingkupnya
di ruang laboratorium komputer SMKN 2 Garut.
177 respoden dari Sekolah SMAN 33 Jakarta dan 167 respoden dari sekolah MAN 1
Jakarta , terdiri dari 61 respoden Pria dan 116 respoden wanita di sekolah SMAN 33 Jakarta
dan 54 respoden Pria dan 113 respoden wanita di sekolah MAN 1 Jakarta.. Para responden
diminta untuk mengisi kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Dalam kuesioner tersebut
diantaranya tercantum pertanyaan mengenai 'sensasi termal (suhu)' yang dirasakan
responden pada saat itu. Sensansi termal tersebut menggunakan Skala Sensasi Termal dari
ISO 7730-94 [2] yang terdiri atas 7 gradasi:
cold / dingin sekali (-3)cool/dingin (-2), slightly cool/agak dingin/sejuk (-1),
neutral/sedang/nyaman (0), slightly warm/hangat (+1), hot/panas (+2) dan too hot/panas
sekali (+3). Dalam waktu yang sama, ketika responden tengah mengisi kuesioner, peneliti
(penulis) melakukan pengukuran ruang, yakni suhu udara (Ta), suhu radiasi (Tg)
Kenyamanan Termal Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang
sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Dalam kaitannya
dengan bangunan, kenyamanan didefinisikan sebagai suatu kondisi tertentu yang dapat
memberikan sensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan. Manusia dikatakan
nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah ia menghendaki perubahan
suhu yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu ruangan. Sementara itu, Standard
Amerika (ASHRAE 55-1992) mendefinisikan kenyamanan termal sebagai perasaan dalam
pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termalnya. Dalam
standard ini juga disyaratkan bahwa suatu kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang
dari 90 persen responden yang diukur menyatakan nyaman secara termal.
Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kenyamanan Termal
Menurut teori kenyamanan termals yang hingga kini diberlakukan, dinyatakan
bahwakondisi kenyamanan termal ditentukan oleh faktor iklim dan faktor individu atau faktor
personal.
Faktor-Faktor Iklim Yang Berpengaruh Terhadap Kenyamanan Termal
Hoppe memperlihatkan kadar sensitifitas setiap faktor iklim terhadap efek yang diberikan
terhadap kondisi nyaman (suhu) manusia.. Efek dari tiap- tiap faktor iklim dapat dilihat pada
uraian di bawah ini:
Suhu udara/suhu tabung kering (Dry Bulb Temperature, DBT)
Suhu udara merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal)
manusia. Hoppe (1988) memperihatkan bahwa suhu manusia (yang dijadikan samper
percobaan) naik ketika suhu ruang (dimana manusia ini berada) dinaikkan hingga sekitar
21C. Kenaikan lebih lanjut pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun
menyebabkan kulit berkeringat. Pada suhu ruang sekitar 20C suhu nyaman untuk kulit
tercapai. Percobaan ini dilakukan pada suhu radiasi rata-rata (Tmrt) 20C, kelembaban 50%
dan kecepatan angin 0.05 m/s.
Suhu Radiasi Rata-Rata (Meant Radiant Temperature, MRT)
Suhu radisi rata-rata (Tmrt) adalah ukuran untuk aliran panas radiasi dari sekeliling
permukaan seperti halnya langit-langit, dinding, pintu, jendela dan lantai. Setiap nilai T mrt
berkaitan dengan suhu permukaan ruang yang sekelilingnya berwarna hitam pekat dengan
koefisien emisi = 1, dimana radiasi yang sama (baik radiasi pelepasan atau perolehan panas)
akan terjadi sebagaimana kejadian nyata.
Kelembaban Udara Relative (Relative Humidity, RH)
Secara umum pengaruh kelembaban terhadap iklim ruang (dalam bangunan) tidaklah
sebesar pengaruh suhu udara (T a), atau suhu radiasi ratarata (T mrt). Pada kondisi dimana Ta
= Tmrt = 20C dan kecepatan angin, Va = 0.05 m/s, kenaikkan RH dari 30% hingga sekitar
75% hanya akan meningkatkan suhu rata-rata kulit (T sk), sebesar 1C. Meskipun demikian
masih belum diketahui apakah kenaikkan RH diatas 75% tidak akan memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap kenyaman termal.
Kecepatan Udara (Angin)
Semakin besar nilai kecepatan angin (udara) akan berpengaruh terhadap semakin
rendahnya suhu kulit rata-rata (T sk). Ketika kecepatan udara meningkat dari 0,00 m/s menjadi
0,002 m/s, nilai Tsk akan turun sekitar 2C. Meskipun demikian, hal ini hanya berlaku pada
lingkungan dimana suhu udara berada dibawah suhu kulit. Jika suhu udara lebih tinggi
dibanding suhu kulit, efek dari aliran udara akan sama dengan faktor-faktor iklim yang lain,
dimana peningkatan kecepatan angin akan menaikkan suhu kulit.
Faktor-Faktor Individu Yang Berpengaruh Terhadap Kenyamanan Termal
Jenis Aktifitas/Laju Metabolisme (Metabolice Rate)
Jenis aktifitas berpengaruh pada laju metabolisme tubuh manusia. Laju metabolisme pada
tubuh manusia bervariasi tergantung dari jenis aktifitas yang dilakukannya. Laju metabolisme
dinyatakan dalam satuan met (metabolic rate atau laju metabolisme), yang didefinisikan
sebagai laju metabolisme tubuh per satuan luas tubuh manusia dalam keadaan istirahat
(duduk dan diam); 1 met setara dengan 50 kcal/h.m2.
Jenis Tahanan Pakaian (Clothing Insulation, clo)
Jenis pakaian yang dikenakan oleh seseorang akan berpengaruh pada pertukaran panas
antara tubuh dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga akan menentukan tingkat
kenyamanan dari orang yang bersangkutan. Karena panas yang ditimbulkan tubuh harus
dibuang ke lingkungan di sekitarnya dalam rangka mempertahankan suhu tubuh agar tetap
konstan pada sekitar 37C, pakaian yang dikenakan oleh seseorang akan menghambat
pelepasan panas dari tubuh ke lingkungan di sekitarnya.
Pengukuran Tingkat Kenyamanan Termal
Sensasi Termal
Untuk dapat memahami secara kuantitatif, secara termal manusia terhadap stimuli yang
diterimanya seperti halnya terhadap faktor iklim (suhu udara, kelembaban, dsb.), sensasi
tersebut harus dapat diekspresikan atau dinyatakan dalam angka atau Skala.Skala yang
paling banyak digunakan pada saat ini adalah skala yang berdasarkan pada tujuh angka,
sebagai pengembangan dari skala yang mulanya digunakan oleh Bedford. Humphreys dan
Nicol juga melakukan modifikasi terhadap skala yang digunakan Bedford. Beberapa skala
yang bervariasi hingga menggunakan 25 angka telah digunakan oleh beberapapeneliti.
Meskipun demikian, hasil terakhir dari penelitian psikologi memperlihatkan bahwa skala
dengan tujuh bilangan merupakan skala yang terbaik untuk digunakan dalam pengukuran
sensasi termal.
Ukuran (Index) Untuk Kenyamanan Termal
index termal adalah angka yang dapat digunakan untuk memperkirakan
(memprediksi) tingkat (derajat) panasnya suatu keadaan yang dialami oleh seseorang atau
sekelompok orang.
Suhu Udara
Salah satu faktor dominan yang mempengaruhi tingkat kenyamanan manusia adalah suhu
udara. Meskipun suhu udara tidak dikategorikan sebagai index termal, namun dalam
kebutuhan praktis sehari-hari suhu udara sering sekali dikaitkan atau digunakan
memperkirakan tingkat kenyamanan.Suhu udara rendah diperkirakan akan memberikan
sensasi termal dingin sementara suhu udara tinggi diperkirakan akan memberikan efek panas
pada tubuh manusia.
PMV dan PPD dari Fanger
Standar Internasional untuk Kenyamanan Termal (ISO 7730-1994) merekomendasikan
penggunaan index yang dicetuskan oleh professor Fanger, yakni Prediksi Sensasi
TermalRata-Rata (Predicted Mean Vote, PMV) dan Prediksi Prosentase Ketidaknyamanan
(Predicted Precentage Dissatisfied, PPD) sebagai index atau parameter untuk indikasi sejauh
mana suatu kumpulan manusia merasa nyaman atau tidak nyaman secara termal (suhu).
PMV akan memberikan prediksi terhadap sensasi termal rata-rata dari sekelompok manusia
yang menggunakan pakaian sejenis, aktifitas serupa dan berada pada suatu ruang tertentu.
Sedangkan PPD akan memberikan prediksi terhadap prosentase ketidaknyamanan.
Parameter Iklim
Max
Min
Ta
(C)
31
.5
26
28
.5
1.
27
Rata-rata
Standard
deviation
Tg
(C)
31
27.
5
28.
2
4.0
3
RH (%)
Va
(m/s)
84
58
71.4
4.91
Parameter Iklim
Max
Min
Rata-rata
Standard of
deviation
Ta
(C)
31
.5
27
.5
29
.8
1.
04
RH
(%)
Va
(m/s)
32
75
28
68
30.2
71.4
1.03
2.09
Tg (C)
MAN 1 Jakarta
Sumber : Dokumentasi pribadi
Kenyamanan termal di Sekolah SMAN 33 Jakarta di ruang kelas dilakukan di kelas 12.
Sedangkan Penelitian Kenyamanan termal di Sekolah MAN 1 Jakarta di ruang kelas
dilakukan kelas 10,11,12..Setiap ruang kelas ditentukan 10 titik pengukuran (disesuaikan
dengan posisi tempat duduk siswa-siswi). Penelitian di lakukan dari mulai masuk sekolah
sampai selesai sekolah (07:00 15:00), setiap 45 menit per satu kelas siswa-siswi yang
duduk di baris sisi kiri, kanan dan alat pengukuran termal di taruh di tengah-tengah posisi
tempat duduk siswa-siswi, di Sekolah SMAN 33 Jakarta pada saat pengukuran AC di
matikan. dilakukan pengukuran yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal: suhu udara
(Ta), suhu radiasi rata-rata (Tg), kecepatan udara (V a), dan kelembaban udara (RH) di ruang
kelas. Dalam waktu yang sama, ketika peneliti melakukan pengukuran faktor yang
berpengaruh terhadap kenyamanan termal, rensponden mengisi kuesioner yang diberikan
peneliti.
Dapat dilihat dalam Gambar 17 bahwa di Sekolah MAN 1 Jakarta sejumlah 38 responden
(22.75%) memberikan pilihan 0 atau netral, sementara 21 responden (12.58%) memilih
dibawah netral (sejuk, dingin, dingin sekali), dan sejumlah 108 responden (64.68%) memilih
diatas netral. Data di atas memperlihatkan, secara rata-rata, bahwa lebih banyak responden
sebagian besar mengatakan ruang kelas panas dibanding mengatakan ruang kelas dingin.
Gambar 7: Regresi Linier Sensasi Termal Terhadap Suhu Udara di sekolah SMAN 33 Jakarta
Gambar 8: Regresi Linier Sensasi Termal Terhadap Suhu Radiasi di sekolah SMAN 33 Jakarta
Tabel 3 : Suhu nyaman/neutral (Tn) dan Batas Suhu Nyaman (Tcr) hasil penelitian di sekolah
SMAN 33 Jakarta
Ta (0c)
Tg(0c)
27.5
26.5 to 28.5
Y=0.484X 13.31
0.348
27.7
26.6 to 28.8
Y=0.451X - 12.49
0. 281
Gambar 9 : Regresi Linier Sensasi Termal Terhadap Suhu Udara di sekolah MAN 1 Jakarta
Gambar 10 : Regresi Linier Sensasi Termal Terhadap Suhu Radiasi di sekolah MAN 1 Jakarta
Tabel 4 : Suhu nyaman/neutral (Tn) dan Batas Suhu Nyaman (Tcr) hasil penelitian di sekolah
MAN 1 Jakarta
Ta (0c)
Tg(0c)
28.5
27.7 to 29.2
Y=0.677X 19.26
0.296
28.8
28 to 29.5
Y=0.646X - 18.59
0. 264
SMAN 33
Jakarta
Pria
61
54
115
116
113
229
Wanita
MAN 1
Jakarta
Jumlah
Respoden
Sensasi
Termal
-2
Pria
Wanita
7
2
9
5
0
3
7
7
6
1
4
4
9
0
2
1
6
0
1
Jumlah
Respoden
115
229
Tabel 7: Suhu Netral dan Batas Suhu Nyaman untuk responden siswa
Responden siswa
Suhu netral (Tn)
Batas suhu nyaman (Tcr)
Persamaan regresi
Koefisien determinasi (r2)
Suhu rata-rata
Standar deviasi
Ta (0c)
28
26.9 to 29.1
Y=0.474X 13.27
0.443
29.3
1.29
Tg(0c)
22.6
17.3 to 28
Y=0.093X - 2.107
0. 147
29.1
3.78
Tabel 8 : Suhu Netral dan Batas Suhu Nyaman untuk responden siswi
Responden siswi
Suhu netral (Tn)
Batas suhu nyaman (Tcr)
Persamaan regresi
Koefisien determinasi (r2)
Suhu rata-rata
Standar deviasi
Ta (0c)
27.7
26.7 to 28.6
Y=0.526X 14.56
0.313
29.1
1.36
Tg(0c)
23.7
19.8 to 27.5
Y=0.130X 3.079
0. 081
29.2
2.78
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa suhu netral responden Siswi adalah 27.7 C
Ta atau 23.7C Tg sementara suhu netral responden Siswa adalah 28 C T a atau 22.60C Tg
(Tabel 8 dan 9). Sedangkan rentang suhu nyaman keseluruhan responden Siswa merasa
nyaman pada suhu 26.9C sampai 29.1C dan rentang suhu nyaman keseluruhan responden
Siswi merasa nyaman pada suhu 26.7C sampai 28.6C. Suhu netral responden siswi adalah
0.3 0C lebih rendah dibanding responden siswa.
REFERENSI
1. ANSI/ASHRAE 55-1992, ASHRAE Standard Thermal Environmental Conditions for
Human Occupancy, ASHRAE, 1981, USA
2. ASHRAE Handbook of Fundamental, Chapter 8: Physiological Principles, Comfort,
and Health, ASHRAE, USA. 1989.
3. Basthia,Ilman (2008), Rancangan sirkulasi udara dan pengaruhnya terhadap
kenyaman termal ruang belajar, dalam seminar arsitektur kelompok keahlian
teknologi bangunan ITB.
4. Fanger, P.O., Thermal Comfort Analysis and Applications in Environmental
Engineering, Danish Technical Press, Copenhagen, 1970.
5. Hidayat,Syarif, Faktor kenyamanan termal, dalam Modul Fisika bangunan
6. Humphreys, MA, and Nicol, J.F., An Investigation Into Thermal Comfort of Office
Workers, Journal of the Institution of Heating an Ventilation Engineers, vol. 38, pp.
181-189. 1970.
7. ISO, International Standard 7730-1994, Moderate Thermal EnvironmentsDetermination of the PMV and PPD Indices and Specification of the Conditions
forThermal Comfort, ISO, Geneva, 1994.
8. Karyono, T.H, Penelitian Kenyamanan Termis di Jakarta sebagai acuan suhu nyaman
manusia Indonesia, dalam Jurnal Arsitektur , Universitas Indonesia
9. Karyono, T.H., Termal Comfort and Energy Studies in Multi Storey Office Buildings in
Jakarta-Indonesia, PhD Thesis, school of Architecture Studies, University of Sheffield,
UK. 1996.
10. Karyono, T.H.(2001),Teori dan acuan kenyamanan termis dalam Arsitektur, Jakarta,
Catur libra utama.
11. Movalino,Acerry (2013), analisis tingkat kenyamanan belajar siswa si ruang
laboratorium computer SMKN 2 Garut berdasarkan Standar kenyaman termal ruang
dan persepsi siswa, dalam skipsi Arsitektur Universitas Pendidikan Indonesia
12. Sri ,Elita (2014), Pengaruh Fasad Gereja Katedral Jakarta Terhadap Tingkat
Kenyamanan Termal Umat, dalam skripsi Arsitektur Universitas Mercu buana.
13. Sulisetiawan,jevi ganda (2014), Pengaruh Bukaan Pada Bangunan Museum Bank
Mandiri Terhadap Kenyamanan Termal Pengunjung Museum, dalam skripsi Arsitektur
Universitas Mercu buana.