Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin
keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap
warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam
kemampuan (anak berkebutuhan khusus). Dimana selama ini anak berkebutuhan
khusus diberikan fasilitas berupa Sekolah Luar Biasa (SLB) dan anak yang
memiliki fisik normal memperoleh pendidikan di Sekolah umum, yang
mengakibatkan adanya dinding pemisah yang sangat fleksibel sehingga anak yang
berkebutuhan khusus dan anak yang tidak berkebutuhan khusus tidak saling
interaksi satu sama lain.Hal ini menyebabkan tidak berkembangnya pertumbuhan
anak berkebutuhan khusus secara optimal.
Di dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
anak menyatakan bahwa :
1.
2.
paradigma pendidikan inklusif agaknya bisa menjadi solusi bagi mereka untuk
melanjutkan pendidikan tanpa harus merasa kurang percaya diri ketika harus
berkumpul dengan mereka yang memiliki fisik normal.
BAB II
2
Ibid, hal.8
PEMBAHASAN
dimana
individu
mengalami
ketidakmampuan
dalam
berikan lingkungan yang mana anak yang bermasalah ikut serta dalam kegiatan
dengan anak yang tidak bermasalah dan cara-cara yang bermanfaat satu sama
lainnya sehingga akan terbangun kesan positif bagi siapa saja yang dianggap tidak
normal atau normal sekalipun.
Pendidikan
inklusif
merupakan
konsep
pendidikan
yang
pendidikan
yang
bermutu
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
UU
no.20
Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan
10
11
menemukan lebih banyak calon pemimpin masa depan yang disiapkan untuk
berpartisipasi aktif di masyarakat. Masyarakat melihat bahwa potensi masalah
sosial, seperti: kenakalan dan masalah remaja bisa dikurangi; dan masyarakat
menjadi lebih terlibat di sekolah dalam rangka menciptakan hubungan yang lebih
baik antara sekolah dan masyarakat.12
Salah satu ciri dari sekolah yang ramah (Welcoming School) adalah ketika
komunitas sekolah, seperti guru dan anak-anak bekerja bersama-sama untuk
meminimalkan hambatan yang dihadapi anak dalam belajar dan mempromosikan
keikutsertaan dari seluruh anak di sekolah. Welcoming School ini telah diperkuat
dalam Pernyataan Salamanca (Salamanca Statement 1994) yang ditetapkan pada
konferensi Dunia tentang Pendidikan Kebutuhan Khusus tahun 1994 yang
mengakui bahwa Pendidikan untuk Semua (Education for All) sebagai suatu
institusi. Hal ini bisa dimaknai bahwa setiap anak dapat belajar (all children can
learn), setiap anak berbeda (each children are different) dan perbedaan itu
merupakan kekuatan (difference ist a strength), dengan demikian kualitas proses
belajar perlu ditingkatkan melalui kerjasama dengan siswa, guru, orang tua, dan
masyarakat.Di Sekolah yang Ramah semua komunitas sekolah mengerti bahwa
tujuan pendidikan adalah sama untuk semua, yaitu semua murid mempunyai hak
untuk merasa aman dan nyaman , untuk mengembangkan diri , untuk membuat
pilihan , untuk berkomunikasi , untuk menjadi bagian dari komunitas , untuk
mampu hidup dalam situasi dunia yang terus berubah , untuk menghadapi banyak
transisi dalam hidup, dan untuk memberi kontribusi yang bernilai.
Menurut Budiyanto (2005:157)13 mengemukakan lima profil pembelajaran
di kelas inklusif Ramah untuk ABK yaitu :
a)
12
12
b)
Pendididkan inklusi berarti penerapan kurikulum yang multi level dan multi
modalitas.
c)
d)
e)
belajar mereka
yang
berbeda-beda. Model
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
14
KESIMPULAN
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik
perbedaan interindividual maupun intraindividual yang signifikan dan mengalami
kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga untuk mengembangkan
potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran.
Berkebutuhan
khusus
merupakan
istilah
yang
digunakan
untuk
dalam
kehidupan
normal
masyarakat
atau
sekolah,
atau
15
1) Anak Berkebutuhan Khusus harus dihargai apa adanya dan mereka harus
merasa aman, bisa mengekspresikan pendapatnya dan sukses dalam
belajarnya.
2) Supaya guru kelas atau guru mata pelajaran yang mengajar Anak
Berkebutuhan Khusus
Pembelajaran.
5) Pihak sekolah diharapkan mampu menciptakan lingkungan inklusif ramah
terhadap pembelajaran bagi ABK menyediakan prasarana yang dibutuhkan
ABK dalam mengikuti pendidikan inklusif.
Agar kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran dapat lebih
menciptakan hubungan yang lebih ramah dan hangat kepada semua ABK yang
mengikuti pendidikan inklusif.