Professional Documents
Culture Documents
Nama
: Siti Alfiah
NPM
: E1GO14099
TTL
Fakultas : Pertanian
Prodi
Alamat
No. Hp
: 085769569490
http://punyaibang.blogspot.com/
Dampak Globalisasi
1.
1.
Bidang Politik
Politik merupakan salah satu dimensi yang mendapat pengaru besar dari
proses globalisasi. Perkembangan politik dunia dengan adanya globalisasi telah
merujuk pada terbentuknya sistem konglomerasi atau pengelompokan negaranegara di dunia menjadi negara maju, negara berkembang dan negara
terbelakang. Akibatnya negara yang tergolong majuncenderung bersikap
memiliki kekuasaan berlebih dibanding negara lain. Adapun dampak positif dan
negatif globalisasi adalah sebagai berikut:
a.
Dampak Positif
Dampak Negatif
2.
Bidang Ekonomi
Dampak Positif
b.
Dampak Negatif
1) Pengusaha yang memiliki modal besar akan semakin kuat dan pengusaha
yang lemah semakin tersingkir dan terjatuh.
2) Orang menjadi bertambah konsumtif. Bertebarannya iklan lewat media massa
merangsang orang untuk membeli barang atau jasa tersebut walaupun
sebenarnya barang atau jasa tersebut tidak dibutuhkan.
3.
Dampak Positif
Dampak Negatif
b.
Pragmatisme
c.
Hedonisme
d.
4.
Dampak Positif
Dampak Negatif
1) Meningkatnya kejahatan internasional berupa aksi penyelundupan obatobatan terlarang, minuman keras, senjata, dan sejenisnya.
2) Meningkatnya gangguan internasional berupa teroris yang sewaktu-waktu
dapat menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia.
3) Para penjahat telah menggunakan teknologi modern dan jaringan
internasional sehingga tugas aparat semakin berat.
4) Peran masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban berkurang karena
hal tersebut telah menjadi tugas dan kewenangan dari pihak yang berwajib.
5) Semakin banyaknya tuntutan untuk memisahkan diri dari NKRI dan ingin
membentuk negara sendiri. Hal ini merupakan ancaman bagi kedaulatan dan
keutuhan NKRI.
Kesimpulan:
Segala sesuatu pasti ada dampak positif maupun negatifnya. Begitupun juga
dengan globalisasi. Globalisasi telah mendunia, pengaruhnya di berbagai bidang
misalnya: bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang hukum
dan pertahanan dan masih banyak lagi. Kita tidak dapat menutup diri dari dunia
luar atau dari efek globalisasi namun kita dapat menyaring pengaruh globalisasi
misalnya dengan meninjau untung ruginya kita melakukan hal tersebut melihat
efek jangka panjangnya bagi diri kita maupun bagi bangsa dan negara dengan
demikian kita dapat mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia namun
tetap mengikuti perkembangan-perkembangan dunia luar.
Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI
Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri /
regional.
Kesiapan perekonomian rakyat.
Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola
dan bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula
bersifat konvensional berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik),
baik berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu
kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk
menghadapi ancaman atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan
pertahanan tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi juga
untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugastugas internasional. Dari hasil perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai
kepentingan strategis untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan
tradisional dan nontradisional.
Pendidikan dan pelatihan menduduki posisi sentral pada era globalisasi. Tanpa
pendidikan dan pelatihan maka pelaksanaan kehidupan di era globalisasi tidak
terlaksana dengan baik, di kehidupan sosial politik maupun dalam kehidupan
ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan seyogianya
berorientasi pada peningkatan kualitas meskipun segi kuantitas tidak diabaikan.
Terdapat 11 (sebelas) Diklat, baik secara tersirat maupun tersurat, yang memuat
aspek budaya dalam mata pelajaran, seperti diklat yang diselenggarakan di
Pusdiklat Bahasa yaitu bahasa daerah, bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Sayangnya diklat bahasa daerah baru terlaksana KIB Aceh. Dan diklat bahasa
Indonesia dilaksanakan bagi siswa mancanegara. Serta diklat bahasa asing
terdapat 8 bahasa (Arab, Belanda, Inggris, Mandarin, Jepang, Jerman, Prancis dan
Rusia). Program pada diklat bahasa sebaiknya bukan hanya mengajar sebagai
alat komunikasi namun juga ditekankan pada pengetahuan budaya masyarakat
pengguna bahasa tersebut. Misalnya, diklat bahasa Aceh, selain belajar bahasa
Aceh, siswa diberikan juga pengetahuan budaya Aceh (akan lebih baik lagi bila
yang memberikannya orang Aceh sendiri). Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
memahami bagaimana orang/masyarakat pengguna bahasa itu secara utuh
sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman budaya atau bahkan
ketimpangan/kegoncangan budaya. Dengan bekal budaya maka pendekatan
persuasif akan tercapai sehingga untuk mempertahankan kedaulatan NKRI tidak
sampai menggunakan cara kekerasan. Pendekatan personal budaya ternyata
lebih efektif dan lebih mudah diterima oleh masyarakat.
Budaya bercirikan nilai yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik dan
dirasakan bersama secara luas dalam kelompok atau masyarakat. Pengetahuan
budaya melalui diklat bahasa daerah sangat dibutuhkan terutama untuk
mengatasi permasalahan atau konflik yang ada di daerah karena budaya
terwujud dan tersalurkan dari sikap dan perilaku manusia, misalnya : Masalahmasalah integrasi kebudayaan di Papua. Secara politik Papua sudah terintegrasi
ke dalam NKRI dan lebih disempurnakan dengan adanya Penentuan Pendapat
Rakyat (Pepera) tahun 1968-1969. akan tetapi, secara budaya belum selesai.
Keadaan ini berawal dari sikap prasangka stereotype dari kedua belah pihak.
Berbagai suku bangsa di Papua masih curiga terhadap orang Indonesia lainnya.
Sebaliknya, orang Indonesia lainnya masih menganggap orang Papua masih
terbelakang. Orang Papua, pada dasarnya curiga terhadap orang asing karena
mereka baru satu atau dua generasi bebas dari isolasi budaya, bahkan ada yang
hidup terisolasi sampai sekarang. Sebagai contoh kasus bakti sosial di suku
bangsa Dani, di wilayah lembah Baliem, Papua. Masyarakat Dani diberi pakaian
untuk mengganti pakaian tradisional mereka. Mereka mau memakainya bahkan
sampai berhari-hari sehingga mereka menderita sakit gatal-gatal dan mereka
tidak mau menggunakannya lagi.
Begitu juga dengan konflik yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dan
suku Madura. Konflik yang terus menerus terjadi pada suku bangsa tersebut
karena adanya perbedaan persepsi tentang alam/lingkungan. Contoh konflik
seperti ini akan lebih efektif penyelesaiannya dengan pendekatan budaya bukan
dengan cara kekerasan. Penyelesaian konflik dengan kekerasan tidak
membuahkan hasil yang optimal, tetapi melalui pendekatan budaya, masalah
tersebut dapat didamaikan. Pengetahuan budaya sangat dibutuhkan bagi pihak
ketiga dalam menyelesaikan masalah antar suku. Hal terakhir yang tidak kalah
penting yaitu pengetahuan sejarah/asal usul masyarakat/suku bangsa pengguna
bahasa tersebut untuk meminimalkan kesalahpahaman dalam kehidupan
bermasyarakat.
Daftar Pustaka
Buku Putih Pertahanan Negara : Mempertahankan Tanah air Memasuki Abad 21,
Indonesia Dephan, 2003, Jakarta.
Marsekal Muda TNI Pieter L.D. Wattimena, S.IP., Pointer Ceramah Dirjen Ranahan
pada Peserta Training of Trainer : Minimum Essential Force (MEF), 27 September
2005, Jakarta.
Maas D.P., Buku Materi Pokok : Antropologi Budaya, Depdikbud, UT, Jakarta 1985.
Sumber: Drs. R. Okta Kurniawan, MM. pada Majalah WIRA Media Informasi
Dephan Vol. 19 No. 3 September Oktober 2007
http://cenya95.wordpress.com/2008/10/05/pengetahuan-budaya-dalammempertahankan-nkri/
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang budaya
yang berbeda-beda. Perbedaan suku bangsa ini bias menjadi sumber konflik
yang dapat menyebabkan perpecahan di tubuh NKRI. Keanekaragaman itu
seharusnya dapat menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat untuk menangkal
semua gangguan atau ancaman yang ingin memecah belah persatan bangsa.
Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga
keutuhan, kedaulatan Negara dan mempererat persatuan bangsa.
Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang
ada akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah
kebanggaan karena merupakan salah satu kekayaan bangsa.
Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa,
bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat
diwujudkan dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat
mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik
alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat.
Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
keadilan, solidaritas, kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama.
Memiliki wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang
harus dipatuhi, ditaati dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat.
Ketentuan-ketentuan itu antara lain pancasila sebagai landasan idiil, dan UUD
1945 sebagai landasan konstitusional. Ketentuan lainnya dapat berupa
peraturan-peraturan yang berlaku di daerah yang mengatur kehidupan
bermasyarakat.
Mentaati peraturan agar kehidupan berbangsa dang bernegara berjalan dengan
tertib dan aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang
dapat menimbulkan perpecahan.
http://diekzvhelof.wordpress.com/2013/05/01/strategi-menjaga-keutuhan-nkri/