You are on page 1of 14

Biodata

Nama

: Siti Alfiah

NPM

: E1GO14099

TTL

: Bengkulu, 26 Januari 1996

Fakultas : Pertanian
Prodi

: Teknologi Industri Pertanian

Alamat

: Kandang Limun Bengkulu.

No. Hp

: 085769569490

http://punyaibang.blogspot.com/
Dampak Globalisasi

1.

1.

Dampak Globalisasi dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Bidang Politik

Politik merupakan salah satu dimensi yang mendapat pengaru besar dari
proses globalisasi. Perkembangan politik dunia dengan adanya globalisasi telah
merujuk pada terbentuknya sistem konglomerasi atau pengelompokan negaranegara di dunia menjadi negara maju, negara berkembang dan negara
terbelakang. Akibatnya negara yang tergolong majuncenderung bersikap
memiliki kekuasaan berlebih dibanding negara lain. Adapun dampak positif dan
negatif globalisasi adalah sebagai berikut:
a.

Dampak Positif

1) Pemerintahan dijalankan secara terbuka (transparan) dan demokratis.


2) Meningkatkan partisipasi rakyat dalam pemerintahan.
3) Meningkatkan legtimasi pemerintah yang sedang berkuasa sehingga setiap
kebijakan yang diambil mendapat dukungan dari rakyat.
4) Mendorong kreativitas rakyat sehingga menjadi alat kontrol dan pengawas
yang efektif untuk mengawasi tindakan pemerintah.
5) Semakin banyaknya organisasi nonpemerintah, partai politik dan LSM yang
menyuarakan HAM dan aspirasi rakyat.
6) Mencegah terjadinya praktek KKN karena rakyat dapat mengawasi secara
langsung apabila terjadi penyelewengan kekuasaan oleh pemerintah.
b.

Dampak Negatif

1) Penyebaran nilai-nilai politik barat baik secara langsung maupun tidak


langsung seperti demonstrasi/unjuk rasa yang anarkis dan tidak mementingkan
kepentingan umum.
2) Semakin lunturnya nilai-nilai politik berdasarkan semangat kekeluargaan,
musyawarah mufakat, dan gotong royong.
3) Semangat menguatnya nilai-nilai politik yang berdasar semangat individual,
kelompok, dan tirani minoritas.
4) Adanya ancaman disintegrasi bangsa dan negara yang akan menggoyahkan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.

Bidang Ekonomi

Bidang ekonomi merupakan dimensi yang paling besar mendapat pengaruh


dari globalisasi. Globalisasi telah menyebabkan pengintegrasian ekonomi secara
global. Akibatnya, antar negara di dunia akan saling ketergantungan. Jumlah
perusahaan-perusahaan terus meningkat dan sangat memungkinkan terjadinya
peleburan antara perusahaan asing dan perusahaan nasional. Adapun dampak
positif dan negatif globalisasi adalah sebagai berikut:
a.

Dampak Positif

1) Semakin mudah mengakses modal investasi dari luar negeri. Apabila


investasinya bersifat langsung, misalnya dengan pendirian pabrik di Indonesia
maka akan membuka lapangan kerja. Hal ini bisa mengatasi kelangkaan modal
di Indonesia.
2) Semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor, dengan catatan
produk ekspor Indonesia mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini
membuka kesempatan bagi pengusaha di Indonesia untuk melahirkan produkproduk berkualitas, kreatif, dan dibutuhkan oleh pasar dunia.
3) Dapat memperoleh banyak modal dan teknologi yang lebih untuk
meningkatkan perekonomian nasional.
4) Kompetisi produk dan harga yang semakin tinggi sejalan dengan tingkat
kebutuhan masyarakat yang selektif.
5) Mendorong kita untuk memproduksi barang-barang berkualitas tinggi
6) Semakin mudah memperoleh barang-barang yang dibutuhkan masyarakat
dan belum bisa diproduksi di Indonesia.
7) Semakin meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan
kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi produk Indonesia
8) Mendorong para pengusaha untuk meningkatkan efesiensi dan
menghilangkan biaya tinggi

b.

Dampak Negatif

1) Pengusaha yang memiliki modal besar akan semakin kuat dan pengusaha
yang lemah semakin tersingkir dan terjatuh.
2) Orang menjadi bertambah konsumtif. Bertebarannya iklan lewat media massa
merangsang orang untuk membeli barang atau jasa tersebut walaupun
sebenarnya barang atau jasa tersebut tidak dibutuhkan.

3) Sektor-sektor ekonomi rakyat yang disubsidi semakin berkurang, koperasi


sulit, modal yang lemah akan tersingkir.
4) Dengan adanya pasar bebas, akan membuka pintu lebar bagi masuknya
produk asing. Hal ini tentu dapat mengancam eksistensi produk dalam negeri.
5) Terjadinya kesenjangan yang tajam antara tingkat perekonomian di negara
maju dengan negara-negara berkembang.
6) Dengan adanya makanan impor maka sebagian besar generasi muda kita
lebih merasa bergengsi dapat menikmati makanan bermerek internasional
tersebut , sehingga tidak mengenal lagi makanan makanan tradisional.

3.

Bidang Sosial Budaya

Salah satu tanda bergulirnya arus globalisasi adalah meningkatnya


perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terutama teknologi komunikasi
pada abad ke-20 mengalami perkembangan pesat, yakni dengan meningkatnya
penggunaan telepon genggam, penciptaan robot yang membantu kegiatan
manusia, dan penggunaan media internet untuk menggali informasi sekaligus
media komunikasi dengan orang lain yang berada di seluruh dunia. Adapun
dampak positif dan negatif globalisasi adalah sebagai berikut:
a.

Dampak Positif

1) Kemajuan teknologi menjadikan orang kian kosmopolit. Orang menjadi


terbuka dan menerima orang lain, orang menerima perbedaan sebagai hal baik.
2) Interaksi antar budaya melalui media elektronik dan bacaan membuat orang
toleran terhadap cara pandang yang berbeda. Dengan demikian saling
pengertian antar warga masyarakat dapat meningkat.
3) Meningkatnya pembelajaran tentang tata nilai sosial budaya dan pola pikir
masyarakat.
4) Pesatnya penggunaan teknologi yang semakin canggih.
5) Meningkatnya etos kerja, disiplin, kerja keras, rasional, dan mempunyai jiwa
kemandirian.
6) Kita dapat mengambil atau belajar dari tata nilai sosial budaya , cara hidup ,
pola berpikir yang baik maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain
yang telah maju untuk kemajuan dan kesejahteraan kita.
b.

Dampak Negatif

1) Masuknya pengaruh asing yang bertentangan dengan budaya, etika, dan


moralitas lokal dapat menyebabkan terjadinya kemerosotan akhlak dan sopan
santun terutama dikalangan remaja.

2) Lunturnya semangat kekeluargaan, solidaritas, kepedulian dan


kesetiakawanan.
3) Semakin memudarnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
4) Semakin memudarnya apresiasi terhadap nilai-nilai budaya lokal yang
melahirkan sifat individualis.
5) Tumbuhnya gaya hidup sbb:
a.

Konsumerisme : pola konsumsi yang berlebihan

b.

Pragmatisme

c.

Hedonisme

d.

Individualistis : mengutamakan kepentingan diri sendiri

: melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat saja


: mengutamakan kepentingan duniawi semata

6) Rasa kekaluargaan yang akan berkurang dengan adanya jiwa individualis


7) Kesenjangan social semakin tajam
8) Budaya-budaya tradisional kita akan tergeger oleh budaya negra lain.

4.

Bidang Hukum Pertahanan dan Keamanan

Di era globalisasi penyelenggaraan pemerintahan dituntut agar berjalan


secara transparan atau terbuka. Demikian juga pelaksanaan hukum harus
ditegakkan agar tercipta keadilan bagi seluruh rakyat. Adapun dampak positif
dan negatif globalisasi adalah sebagai berikut:
a.

Dampak Positif

1) Semakin menguatnya supremasi hukum, demokratisasi, dan tuntutan


terhadap pelaksanaan hak-hak asasi manusia.
2) Menguatnya regulasi hukum dan pembuatan peraturan perundang-undangan
yang memihak dan bermanfaat untuk kepentingan orang banyak.
3) Mempermudah untuk menjalin kerja sama dengan negara tetangga dalam
rangka menjaga keamanan wilayah bersama.
4) Semakin menguatnya tuntutan pada aparat penegak hukum dan hankam agar
bertindak secara profesional, transparan dan akuntabel.
5) Dengan jaringan komunikasi dan teknologi modern dapat mempermudah
pihak keamanan memantau dan mengatasi berbagai ancaman dan gangguan
terhadap bangsa dan negara.
b.

Dampak Negatif

1) Meningkatnya kejahatan internasional berupa aksi penyelundupan obatobatan terlarang, minuman keras, senjata, dan sejenisnya.
2) Meningkatnya gangguan internasional berupa teroris yang sewaktu-waktu
dapat menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia.
3) Para penjahat telah menggunakan teknologi modern dan jaringan
internasional sehingga tugas aparat semakin berat.
4) Peran masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban berkurang karena
hal tersebut telah menjadi tugas dan kewenangan dari pihak yang berwajib.
5) Semakin banyaknya tuntutan untuk memisahkan diri dari NKRI dan ingin
membentuk negara sendiri. Hal ini merupakan ancaman bagi kedaulatan dan
keutuhan NKRI.

Kesimpulan:
Segala sesuatu pasti ada dampak positif maupun negatifnya. Begitupun juga
dengan globalisasi. Globalisasi telah mendunia, pengaruhnya di berbagai bidang
misalnya: bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang hukum
dan pertahanan dan masih banyak lagi. Kita tidak dapat menutup diri dari dunia
luar atau dari efek globalisasi namun kita dapat menyaring pengaruh globalisasi
misalnya dengan meninjau untung ruginya kita melakukan hal tersebut melihat
efek jangka panjangnya bagi diri kita maupun bagi bangsa dan negara dengan
demikian kita dapat mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia namun
tetap mengikuti perkembangan-perkembangan dunia luar.
Pengetahuan Budaya dalam Mempertahankan NKRI

Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu


pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan
dalam aspek kehidupan manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok,
maupun tingkat nasional. Menurut Michael Haralambos dan Martin Holborn,
Globalisasi adalah suatu proses dimana batas-batas negara luluh dan tidak
penting lagi dalam kehidupan sosial. Untuk menghadapi era globalisasi agar
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita
memerlukan perencanaan yang matang diantaranya adalah sebagai berikut :

Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan


kemampuannya.
Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam
berbagai sektor kehidupan.

Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri /
regional.
Kesiapan perekonomian rakyat.
Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola
dan bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula
bersifat konvensional berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik),
baik berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu
kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk
menghadapi ancaman atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan
pertahanan tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi juga
untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugastugas internasional. Dari hasil perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai
kepentingan strategis untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan
tradisional dan nontradisional.

Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer


negara lain yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan
wilayah NKRI. Dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan kebutuhan
wilayah, kebijakan pertahanan Indonesia tetap mengacu pada prinsip sebagai
bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, yaitu mengutamakan
tindakan pencegahan dengan mengoptimalkan upaya diplomatik dalam
kerangka Confidence Building Measure (CBM) dan Preventive Diplomacy.
Penggunaan kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa
yang harus dilakukan sebagai jalan terakhir apabila cara-cara damai tidak
membuahkan hasil.

Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat dinamika


politik di sejumlah negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar
telah menyebabkan kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan menjalar
melampaui batas-batas negara. Ancaman keamanan non tradisional yang timbul
di dalam negeri dengan motivasi separatisme, akan dihadapi dengan
mengedepankan cara-cara dialogis.

Penyelesaian masalah melalui cara cinta damai, diplomatik atau cara-cara


dialogis harus menggunakan pendekatan budaya. Pendekatan budaya dalam
pembangunan dan pembinaan kekuatan pertahanan adalah sebagai fenomena
yang mengelilingi kita setiap saat, yang secara terus menerus terjadi dan
tercipta oleh adanya interaksi dengan orang lain. Ciri utama dari Budaya
adalah sesuatu yang merupakan hasil bersama (shared), atau kesepakatan
kelompok (held in common). Beberapa produk hasil bersama antara lain adalah :
bahasa, tradisi, kebiasaan, norma-norma kelompok, nilai-nilai pendukung, seperti
kualitas produk, filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja, kemampuan

terpendam, cara berpikir, pengertian yang sama serta simbol-simbol yang


mempersatukan mereka. Tanggap akan pengaruh budaya dengan memahami
keragaman dan perbedaan budaya akan mengurangi dampak negatif globalisasi
(kegoncangan budaya dan ketimpangan/ketertinggalan budaya).

Kegoncangan budaya (Culture shock) yaitu goncangan jiwa atau mental


seseorang atau masyarakat sebagai akibat belum adanya kesiapan menerima
kebudayaan asing yang datang secara tiba-tiba. Pada tahap awal, orang atau
masyarakat akan merasa mendapatkan pengalaman baru yang menarik. Tetapi
pada saat ia harus terlibat di dalamnya, ia merasa tertekan, frustasi dan tidak
berdaya. Bila Keadaan ini terus berlanjut dan dibiarkan, akan mengganggu
keseimbangan jiwanya dan berdampak negatif, seperti bunuh diri atau gila.
Sedangkan ketimpangan budaya (Culture lag) adalah ketimpangan salah satu
unsur kebudayaan untuk menyesuaikan diri dengan unsur kebudayaan lain yang
sudah berubah karena adanya kelambanan untuk menyesuaikan diri.

Permasalahannya adalah bagaimana kita mengatasi hal tersebut di atas


terutama dalam melaksanakan tugas operasi militer selain perang baik di dalam
negeri maupun di luar negeri. Hal ini membuat Dephan bertanggungjawab
mengelola sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan dan memiliki
kewenangan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan melalui Badiklat
Dephan yang mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan di
bidang pertahanan.

Pendidikan dan pelatihan menduduki posisi sentral pada era globalisasi. Tanpa
pendidikan dan pelatihan maka pelaksanaan kehidupan di era globalisasi tidak
terlaksana dengan baik, di kehidupan sosial politik maupun dalam kehidupan
ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, pendidikan dan pelatihan seyogianya
berorientasi pada peningkatan kualitas meskipun segi kuantitas tidak diabaikan.

Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya formal pengembangan SDM. Oleh


karena itu, sebagai unsur pengembangan SDM, Badiklat harus berusaha
mengerti dan dapat mengantisipasi kebutuhan nyata Dephan/TNI di bidang
pertahanan serta harus selalu mengikuti perkembangan strategis yang berlaku.
Dengan demikian Badiklat akan senantiasa dapat mempersiapkan programprogram diklat yang dibutuhkan tepat pada waktunya. Pemilihan jenis diklat
disesuaikan dengan kebutuhan Dephan/TNI di lapangan. Saat ini, pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan oleh Badiklat Dephan sebanyak 30 jenis diklat
terdiri dari : diklat teknis fungsional pertahanan, diklat bahasa dan diklat
manajemen pertahanan.

Terdapat 11 (sebelas) Diklat, baik secara tersirat maupun tersurat, yang memuat
aspek budaya dalam mata pelajaran, seperti diklat yang diselenggarakan di
Pusdiklat Bahasa yaitu bahasa daerah, bahasa Indonesia dan bahasa asing.
Sayangnya diklat bahasa daerah baru terlaksana KIB Aceh. Dan diklat bahasa
Indonesia dilaksanakan bagi siswa mancanegara. Serta diklat bahasa asing
terdapat 8 bahasa (Arab, Belanda, Inggris, Mandarin, Jepang, Jerman, Prancis dan
Rusia). Program pada diklat bahasa sebaiknya bukan hanya mengajar sebagai
alat komunikasi namun juga ditekankan pada pengetahuan budaya masyarakat
pengguna bahasa tersebut. Misalnya, diklat bahasa Aceh, selain belajar bahasa
Aceh, siswa diberikan juga pengetahuan budaya Aceh (akan lebih baik lagi bila
yang memberikannya orang Aceh sendiri). Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat
memahami bagaimana orang/masyarakat pengguna bahasa itu secara utuh
sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman budaya atau bahkan
ketimpangan/kegoncangan budaya. Dengan bekal budaya maka pendekatan
persuasif akan tercapai sehingga untuk mempertahankan kedaulatan NKRI tidak
sampai menggunakan cara kekerasan. Pendekatan personal budaya ternyata
lebih efektif dan lebih mudah diterima oleh masyarakat.

Budaya bercirikan nilai yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik dan
dirasakan bersama secara luas dalam kelompok atau masyarakat. Pengetahuan
budaya melalui diklat bahasa daerah sangat dibutuhkan terutama untuk
mengatasi permasalahan atau konflik yang ada di daerah karena budaya
terwujud dan tersalurkan dari sikap dan perilaku manusia, misalnya : Masalahmasalah integrasi kebudayaan di Papua. Secara politik Papua sudah terintegrasi
ke dalam NKRI dan lebih disempurnakan dengan adanya Penentuan Pendapat
Rakyat (Pepera) tahun 1968-1969. akan tetapi, secara budaya belum selesai.
Keadaan ini berawal dari sikap prasangka stereotype dari kedua belah pihak.
Berbagai suku bangsa di Papua masih curiga terhadap orang Indonesia lainnya.
Sebaliknya, orang Indonesia lainnya masih menganggap orang Papua masih
terbelakang. Orang Papua, pada dasarnya curiga terhadap orang asing karena
mereka baru satu atau dua generasi bebas dari isolasi budaya, bahkan ada yang
hidup terisolasi sampai sekarang. Sebagai contoh kasus bakti sosial di suku
bangsa Dani, di wilayah lembah Baliem, Papua. Masyarakat Dani diberi pakaian
untuk mengganti pakaian tradisional mereka. Mereka mau memakainya bahkan
sampai berhari-hari sehingga mereka menderita sakit gatal-gatal dan mereka
tidak mau menggunakannya lagi.

Kemudian pemerintah melakukan pendekatan budaya dengan mengirim


Koentjaraningrat, seorang antropolog dari UI, dengan beberapa model yang akan
memperagakan penggunaan dan perawatan pakaian di tempat strategis (banyak
masyarakat Papua yang melewati tempat tersebut) agar orang Papua
memperhatikan mereka. Dan akhirnya masyarakat papua mengerti dan
memahami cara berpakaian.

Begitu juga dengan konflik yang terjadi di Kalimantan antara suku Dayak dan
suku Madura. Konflik yang terus menerus terjadi pada suku bangsa tersebut
karena adanya perbedaan persepsi tentang alam/lingkungan. Contoh konflik
seperti ini akan lebih efektif penyelesaiannya dengan pendekatan budaya bukan
dengan cara kekerasan. Penyelesaian konflik dengan kekerasan tidak
membuahkan hasil yang optimal, tetapi melalui pendekatan budaya, masalah
tersebut dapat didamaikan. Pengetahuan budaya sangat dibutuhkan bagi pihak
ketiga dalam menyelesaikan masalah antar suku. Hal terakhir yang tidak kalah
penting yaitu pengetahuan sejarah/asal usul masyarakat/suku bangsa pengguna
bahasa tersebut untuk meminimalkan kesalahpahaman dalam kehidupan
bermasyarakat.

Pusdiklat Bahasa memiliki peran dalam meningkatkan profesionalisme SDM


dalam kerjasama nasional, regional dan internasional khususnya di bidang
bahasa dan budaya. Untuk mendukung hal tersebut, Pusdiklat Bahasa harus
mempunyai personel yang profesional, berkualitas, mampu menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan tersedianya personel tersebut, Pusdiklat
Bahasa akan mudah untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dalam
menyelenggarakan diklat atau mengembangkan SDM. Untuk menjamin
ketersediaan personel tersebut, Pusdiklat Bahasa harus selalu membina
personelnya untuk terus berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta budaya. Kegiatan tersebut berupa seminar, lokakarya,
penataran, kursus singkat atau Ceramah tentang berbagai pengetahuan yang
baru atau sedang berkembang di masyarakat khususnya budaya sehingga
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh akan selalu diperbaharui.
Pengenalan budaya dapat juga melalui bahan bacaan, video, dan pengalaman
tenaga pendidik.

Dalam proses belajar mengajar, widyaiswara dituntut untuk memiliki


kemampuan mengajar :

Pengetahuan bahasa sebagai alat komunikasi yang utama.


Pengetahuan budaya mencakup nilai, norma, adat istiadat, kebiasaan.
Pengetahuan sejarah/asal usul daerah tersebut yang menyangkut legenda
maupun kepercayaan.
Pembekalan bagi TNI dalam melaksanakan OMSP tidak hanya membutuhkan
keterampilan dan keahlian tetapi juga membutuhkan ketiga pengetahuan
tersebut di atas dimana mereka akan ditempatkan. Dengan demikian mereka
diharapkan dapat menyelesaikan tugasnya dengan optimal.

Daftar Pustaka

Buku Putih Pertahanan Negara : Mempertahankan Tanah air Memasuki Abad 21,
Indonesia Dephan, 2003, Jakarta.

Juwono Sudarsono, Mengembangkan Pertahanan Nir-militer Indonesia,


Ceramah Menhan RI pada Peserta Training of Trainer (TOT) anggota Badiklat
Dephan, 30 September 2005, Jakarta.

Koentjaraninggrat, Sejarah Teori Antropologi II, cetakan pertama, UI-Press,


Jakarta, 1990.

Marsekal Muda TNI Pieter L.D. Wattimena, S.IP., Pointer Ceramah Dirjen Ranahan
pada Peserta Training of Trainer : Minimum Essential Force (MEF), 27 September
2005, Jakarta.

Maas D.P., Buku Materi Pokok : Antropologi Budaya, Depdikbud, UT, Jakarta 1985.

Peraturan Menteri Pertahanan Nomor : PER/01/M/VIII/2005 tanggal 25 Agustus


2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dephan.

Studi Pertahanan Nomor : 1 Monographe : Pokok-Pokok Pikiran tentang


Hankamneg, Badiklat Dephan, Agustus 2005, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan


Negara, Biro Hukum Setjen Dephan, 2002, Jakarta.

Sumber: Drs. R. Okta Kurniawan, MM. pada Majalah WIRA Media Informasi
Dephan Vol. 19 No. 3 September Oktober 2007
http://cenya95.wordpress.com/2008/10/05/pengetahuan-budaya-dalammempertahankan-nkri/

STRATEGI MENJAGA KEUTUHAN NKRI


Posted on May 1, 2013 by diekzvhelof Standard
Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan
dalam aspek kehidupan manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok,
maupun tingkat nasional. Menurut Michael Haralambos dan Martin Holborn,
Globalisasi adalah suatu proses dimana batas-batas negara luluh dan tidak
penting lagi dalam kehidupan sosial. Untuk menghadapi era globalisasi agar
dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita
memerlukan perencanaan yang matang diantaranya adalah sebagai berikut :

Kesiapan SDM, terutama kesiapan dengan pengetahuan yang dimiliki dan


kemampuannya.
Kesiapan sosial budaya untuk terciptanya suasana yang kompetitif dalam
berbagai sektor kehidupan.
Kesiapan keamanan, baik stabilitas politik dalam negeri maupun luar negeri /
regional.
Kesiapan perekonomian rakyat.
Di bidang Pertahanan Negara, kemajuan tersebut sangat mempengaruhi pola
dan bentuk ancaman. Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula
bersifat konvensional berkembang menjadi multidimensional (fisik dan nonfisik),
baik berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Oleh karena itu
kebijakan strategis penggunaan kekuatan pertahanan diarahkan untuk
menghadapi ancaman atau gangguan terhadap keamanah nasional. Kekuatan
pertahanan tidak hanya digunakan untuk menghadapi ancaman tetapi juga
untuk membantu pemerintah dalam upaya pembangunan nasional dan tugastugas internasional. Dari hasil perkiraan ancaman, Indonesia mempunyai
kepentingan strategis untuk mencegah dan mengatasi ancaman keamanan
tradisional dan nontradisional.

Ancaman keamanan tradisional yaitu ancaman yang berbentuk kekuatan militer


negara lain yang membahayakan kemerdekaan, kedaulatan dan kebutuhan
wilayah NKRI. Dalam menghadapi ancaman terhadap kedaulatan dan kebutuhan
wilayah, kebijakan pertahanan Indonesia tetap mengacu pada prinsip sebagai
bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, yaitu mengutamakan
tindakan pencegahan dengan mengoptimalkan upaya diplomatik dalam
kerangka Confidence Building Measure (CBM) dan Preventive Diplomacy.
Penggunaan kekuatan militer untuk tujuan perang merupakan tindakan terpaksa
yang harus dilakukan sebagai jalan terakhir apabila cara-cara damai tidak
membuahkan hasil.

Ancaman Keamanan Non-Tradisional yaitu ancaman yang terjadi akibat dinamika


politik di sejumlah negara serta kesenjangan ekonomi dunia yang makin lebar
telah menyebabkan kondisi timpang yang lambat laun berkembang dan menjalar
melampaui batas-batas negara. Ancaman keamanan non tradisional yang timbul
di dalam negeri dengan motivasi separatisme, akan dihadapi dengan
mengedepankan cara-cara dialogis.

Penyelesaian masalah melalui cara cinta damai, diplomatik atau cara-cara


dialogis harus menggunakan pendekatan budaya. Pendekatan budaya dalam
pembangunan dan pembinaan kekuatan pertahanan adalah sebagai fenomena
yang mengelilingi kita setiap saat, yang secara terus menerus terjadi dan
tercipta oleh adanya interaksi dengan orang lain. Ciri utama dari Budaya
adalah sesuatu yang merupakan hasil bersama (shared), atau kesepakatan
kelompok (held in common). Beberapa produk hasil bersama antara lain adalah :
bahasa, tradisi, kebiasaan, norma-norma kelompok, nilai-nilai pendukung, seperti
kualitas produk, filosofi kelompok, aturan main, iklim kerja, kemampuan
terpendam, cara berpikir, pengertian yang sama serta simbol-simbol yang
mempersatukan mereka. Tanggap akan pengaruh budaya dengan memahami
keragaman dan perbedaan budaya akan mengurangi dampak negatif globalisasi
(kegoncangan budaya dan ketimpangan/ketertinggalan budaya).

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang budaya
yang berbeda-beda. Perbedaan suku bangsa ini bias menjadi sumber konflik
yang dapat menyebabkan perpecahan di tubuh NKRI. Keanekaragaman itu
seharusnya dapat menjadi sebuah kekuatan yang dahsyat untuk menangkal
semua gangguan atau ancaman yang ingin memecah belah persatan bangsa.

Berikut beberapa sikap dan perilaku mempertahankan NKRI :

Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga
keutuhan, kedaulatan Negara dan mempererat persatuan bangsa.
Menghormati perbedaan suku, budaya, agama dan warna kulit. Perbedaan yang
ada akan menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah
kebanggaan karena merupakan salah satu kekayaan bangsa.
Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa,
bahasa persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-

Undang Dasar 1945, dan Sang saka merah putih. Kebersamaan dapat
diwujudkan dalam bentuk mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat
mewujudkan persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik
alamiah maupun aspek sosial yang menyangkut kehidupan bermasyarakat.
Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang sama, tujuan yang sama,
keadilan, solidaritas, kerja sama, kesetiakawanan terhadap ikrar bersama.
Memiliki wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang
harus dipatuhi, ditaati dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat.
Ketentuan-ketentuan itu antara lain pancasila sebagai landasan idiil, dan UUD
1945 sebagai landasan konstitusional. Ketentuan lainnya dapat berupa
peraturan-peraturan yang berlaku di daerah yang mengatur kehidupan
bermasyarakat.
Mentaati peraturan agar kehidupan berbangsa dang bernegara berjalan dengan
tertib dan aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang
dapat menimbulkan perpecahan.
http://diekzvhelof.wordpress.com/2013/05/01/strategi-menjaga-keutuhan-nkri/

You might also like