You are on page 1of 7

A.

Latar Belakang
Agama memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa
agama, kehidupan manusia dapat menuju ke arah martabat yang rendah.
Bahkan dapat menuju ke arah martabat binatang apabila telah sampai ke
tingkat tidak mengenal batas antara benar dan salah, baik dan buruk, hak
milik sendiri dan orang lain, halal dan haram dan sebagainya.
Manusia dinilai sesat, bahkan lebih sesat daripada binatang apabila
dia bertindak seperti binatang. Mengapa demikian? Karena

Allah telah

menciptakan manusia dengan memberikan akal pikiran sehingga mampu


berkreasi dan memiliki kesadaran moral. Manusia dengan akalnya seharusnya
dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dan mulia dari pada hewan. Dengan
keadaan yang demikian, manusia dinilai sebagai makhluk yang paling tinggi
martabatnya di dunia ini karena dia mempunyai akal. Potensi inilah yang
memugkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah dan hamba
Allah. Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuanketentuannya. Untuk itu, manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang
selalu harus dirawat, jika manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan
yang rendah.
Dengan demikian, dalam kehidupan manusia sebagai ciptaan
Allah, terdapat dua pola hubungan manusia dengan Allah, yaitu pola yang
didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah Allah dan sebagai
hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara seimbang, lurus, dan teguh,
dengan tidak menjalani yang satu sambil mengabaikan yang lain. Sebab
memilih salah satu pola saja akan membawa manusia kepada kedudukan dan
fungsi kemanusiaan yang tidak sempurna. Sebagai akibatnya, manusia tidak
akan dapat melaksanakan prinsip tauhid secara maksimal. Itulah sebabnya
akal manusia masih memerlukan bimbingan. Dan yang mampu memberikan
bimbingan kepada akal manusia itu adalah agama.
Agama mampu mamberikan norma-norma yang bersifat absolut
tentang baik dan buruk, benar dan salah, mulia dan hina, halal dan haram dan
sebagainya. Yang dibenarkan oleh agama pasti benar yang sesungguhnya,

yang dikatakan mulia pasti mulia yang sebenarnya dan yang diharamkan oleh
agama pasti ada madharatnya bagi manusia, baik disadari maupun tidak.
Oleh karena itu, sebenarnya agama merupakan keperluan utama
manusia, karena agama merupakan pedoman bagi manusia dalam mengatur
kehidupannya agar dapat menjalankan perintah, ketentuan-ketentuan Allah
serta mencapai kebahagiaan lahir dan batin, di dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan manusia dengan Allah.
2. Apa saja tugas dan tanggung jawab manusia terhadap Allah.
C. Tujuan
1. Untuk memahami dan mengerti tentang hubungan manusia dengan Allah.
2. Untuk memahami dan mengerti tugas dan tanggungjawab manusia
terhadap Allah.

D. Pembahasan
1. PENGERTIAN HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH SWT
Hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan adalah suatu
hubungan yang tidak mungkin dipisahkan. Manusia sebagai makhluk yang
diciptakan Allah SWT, mustahil bisa berlepas diri dari keterikatannya
denganNya. Bagaimana pun tidak percayanya manusia dengan Allah, suka
atau tidak suka, sadar atau tidak sadar manusia akan mengikuti sunatullah
yang berlaku di alam semesta ini.
Sesungguhnya hubungan antara Allah dan manusia sudah disadari
oleh sebagian besar manusia sejak dahulu. Mereka sudah mendudukkan
Allah sebagai Rabb (pencipta alam semesta) tapi mereka masih terhalangi,
baik oleh kejahilan atau kesombongan, untuk menempatkan Allah sebagai
Ilah (yang disembah/diabdi), QS 39:67.
Manusia yang demikian belumlah sempurna. Kehidupannya karena
ia telah mengingkari sesuatu yang hak dan telah berlaku dhalim, dengan
menempatkan sesuatu pada tempat yang salah. Mereka telah mempatkan
mahluq (hidup ataupun mati) sebagai ilah mereka.
2. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA TERHADAP ALLAH
a. Tugas Manusia
1.

Manusia mempunyai tugasnya yaitu Beribadah, seperti Sholat,


puasa,

haji,

dan

sebagainya.

Sedangkan

ibadah

adalah

melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara


vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama
manusia untuk memperoleh keridoan Allah sesuai dengan
ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist. Dan tentunya dari
makna ibadah dalam arti luas ini akan terpancarkan pribadi
seorang muslim sejati dimana seorang muslim yang mengerjakan
kelima rukun Islam maka akan bisa memberikan warna yang baik

dalam bermuamalah dengan sesama manusia dan banyak


memberikan manfaat selama bermuamalah itu.
2.

Disamping itu, segala aktivitas yang kita lakukan baik itu aktivitas
ibadah maupun aktivitas keseharian kita dimanapun berada di
rumah, di kampus di jalan dan dimanapun haruslah hanya dengan
niat yang baik dan lillahi taala, tanpa ada motivasi lain selain
ALLAH, sebagai misal beribadah dan bersedekah hanya ingin
dipuji oleh orang dengan sebutan alim dan dermawan; ingin
mendapatkan

pujian

dari

orang

lain;

ingin

mendapatkan

kemudahan dan fasilitas dari atasan selama bekerja dan studi


dengan menghalalkan segala cara dan lain sebagainya. Sekali lagi
jika segala aktifitas bedasarkan niatnya karena Allah, dan dilakukan
dengan peraturan yang Allah turunkan maka hal ini disebut sebagai
ibadah yang sesungguhnya. Di dalam Adz Dzariyat 56: Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.
3.

Kita beribadah kepada Allah bukan berarti Allah butuh kepada kita,
Allah sama sekali tidak membutuhkan kita. Bagi Allah walaupun
semua orang di dunia ini menyembah-Nya, melakukan sujud padaNya, taat pada-Nya, tidaklah hal tersebut semakin menyebabkan
meningkatnya kekuasaan Allah. Demikian juga sebaliknya jika
semua orang menentang Allah, maka hal ini tak akan mengurangi
sedikitpun kekuasaan Allah. Jadi sebenarnya yang membutuhkan
Allah ini adalah kita, yang tergantung kepada Allah ini adalah kita,
yang seharusnya mengemis minta belas kasihan Allah ini adalah
kita. Yang seharusnya menjadi hamba yang baik ini adalah kita.
Allah memerintahkan supaya kita beribadah ini sebenarnya adalah
untuk kepentingan kita sendiri, sebagai tanda terimakasih kepadaNya, atas nikmat yang diberikan-Nya, agar kita menjadi orang yang
bertaqwa, Allah SWT berfirman: Hai manusia, sembahlah
4

Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang


sebelummu, agar kamu bertakwa [2 : 21]

b. Tanggung Jawab Manusia Terhadap Tuhan

Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka,


tentu saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggungjawab.
Konsekuensi kepasrahan manusia kepada Allah Swt, dibuktikan dengan
menerima seluruh tanggung jawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya
serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya.
Berbagai tanggung jawab ini, membentuk suatu relasi tanggung
jawab yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut meliputi
antara lain: tanggungjawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab
manusia
sesama,

terhadap
tanggungjawab

manusia

terhadap

alam

semesta

serta

tanggungjawab manusia tehadap dirinya sendiri. Tanggung jawab manusia


terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan.
Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Pengabdian dan Pengorbanan
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan.
Pengabdian dan pegorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan
manusia itu sendiri. Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa
pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta
kasih sayang, norma, atau satu ikatan dari semua itu dilakukan dengan
ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab.
Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencapai kebutuhan, hal
itu berarti mengabdi keapada keluarga.
Manusia tidak ada dengan sendirinya, tetapi merupakan mahluk
ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada
5

Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada uhan, dan


merupakan perwujudan tanggungjawab kepad Tuhan.
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti
persembahan,

sehingga

pengorbanan

berarati

pemberian

untuk

menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat


kebaktian itu mengandung keikhalasan yang tidak mengandung pamrih.
Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas
semata-mata. Perbedaan antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu
jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama
kawan sulit dikatakan pengabdian karena kata pengabdian mengandung
arti lebih rendah tingkatannya, tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga
diterapkan kepada sesama teman.
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan
dapat berupa harta benda, pikiran dan perasaan, bahkan dapat juga berupa
jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada
perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan. Pengabdian lebih
banyak menunjuk pada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak
menunjuk pada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan,
tenaga, biaya. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi
pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian

KESIMPULAN
Hubungan antara Tuhan dan Manusia adalah suatu hubungan yang tidak
mungkin dipisahkan. Manusia mempunyai tugas terhadap Allah SWT, sebagai
berikut :
1. Manusia mempunyai tugasnya yaitu Beribadah
2. segala aktifitas yang kita lakukan haruslah hanya dengan niat yang baik
dan lillahi taala.
3. Kita beribadah kepada Allah bukan berarti Allah butuh kepada kita, Allah
sama sekali tidak membutuhkan kita
Manusia juga mempunyai tanggung jawab. Hal ini meliputi antara lain,
tanggung jawab manusia terhadap Tuhan, tanggungjawab manusia terhadap
sesama, tanggungjawab manusia terhadap alam semesta serta tanggungjawab
manusia tehadap dirinya sendiri.

You might also like