Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang sedang berkembang di Indonesia sangat
beragam macamnya. Rumah sakit, Puskesmas, dokter praktik swasta, balai
pengobatan, dokter keluarga dan lainnya adalah contoh perkembangan
pelayanan kesehatan saat ini. Rumah Sakit adalah institusi yang menyediakan
tempat pelayanan rawat inap, pelayanan medis, dan pelayanan perawatan
terus-menerus untuk diagnosa dan pengobatan oleh staf medis yang
terorganisir (Huffman,1999).
Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah Sakit tidak dapat lagi dikelola dengan
manajemen sederhana, tetapi harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
yang muncul akibat berbagai perubahan. (Hatta, 1991).
Di dalam rumah sakit terdapat bagian-bagian untuk pengobatan,
pelayanan, informasi dan Instalasi
sebagai keterangan baik yang tertulis maupun yang terekam tentang identitas,
anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa serta segala pelayanan
dan tindakan medis yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang
rawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat daruat.
(Departemen Kesehatan RI, 2006).
Rekam medis yang baik akan mencerminkan mutu pelayanan medis
yang diberikan kepada seorang pasien sesuai prosedur. Untuk menjamin
berjalannya prosedur-prosedur dalam suatu Instalasi rekam medis yang meliputi
penyimpanan,
pendistribusian,
pengolahan,
pelaporan,
medicolegal
dan
dengan kerja organisasi disusun berdasarkan tujuan dan fungsi yang ingin
dijalankan oleh organisasi pada tahap perencanannya. Dengan kata lain fungsi
pengorganisasian merupakan elemen motorik dalam suatu organisasi.
Dengan mengetahui struktur organisasi rekam medis, mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui peran operasional administrasi rekam medis,
khususnya tentang tugas, kewajiban, dan wewenang masing-masing personalia
Instalasi rekam medis, mulai dari pimpinan, staf, hingga karyawan di bawahnya.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan ini:
1. Tujuan Umum
Memahami peran operasional administrasi rekam medis melalui
observasi harian, khususnya tentang tugas, kewajiban, dan wewenang
masing masing personalia Instalasi rekam medis, mulai dari pimpinan, staf,
hingga karyawan di bawahnya. Juga untuk mengetahui hubungan kerja
Instalasi rekam medis dengan Instalasi terkait lainnya, selain juga
mengetahui hubungan kerja antara staf medis, administrator rumah sakit dan
tenaga atau profesi kesehatan lainnya di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan struktur organisasi Instalasi rekam medis lengkap
dengan jabatan, sistem penempatan jabatan, syarat dan kualifikasi
masing masing jabatan.
b. Mengidentifikasi struktur organisasi Instalasi rekam medis berikut nama
jabatan, tugas, wewenang, dan tanggungjawab pimpinan, staf dan
masing masing karyawan termasuk job descriptionnya.
c. Menggambarkan cara mengorganisasikan pekerjaan, termasuk distribusi
pekerjaan, pembagian staf beserta fungsi fungsinya dan pengaturan
pekerjaan berdasarkan shift.
d. Mengidentifikasi dan menjelaskan sistem rekam medis dan subsistem
penyimpanan,
pengolahan,
pelaporan,
medicolegal
(SKM)
dan
sebagainya.
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari Praktik Kerja Lapangan II bagi:
1.
sarana
untuk
mempersiapkan
mental
mahasiswa
untuk
1997,
berdasarkan
SK
menteri
Kesehatan
RI
No
a. Visi
Menjadi rumah sakit yang berkualitas dan mandiri dalam pelayanan,
pendidikan, dan penelitian di bidang kesehatan tingkat nasional.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna berkualitas dan
terjangkau.
2) Menyelenggarakan
pendidikan,
pelatihan,
penelitian
dan
Waktu Pelayanan
a) Poliklinik Reguler Pagi
(1) Senin s.d Kamis
(2) Jumat
(3) Sabtu
d) Poliklinik Rosela
Buka setiap hari, selain hari libur dan hari besar 07.30 20.00
WIB
2)
Klinik Bedah
2.
Klinik Orthopedi
3.
Klinik Urologi
4.
5.
6.
Klinik Anak
7.
8.
9.
Klinik THT
b.
2)
Waktu berkunjung
Pagi-siang
Sore
2)
3)
4)
Kamar Operasi
d. Pelayanan 24 jam
1)
2)
Instalasi Radiologi
3)
Instalasi Laboratorium
4)
Instalasi Farmasi
5)
Ambulance
6)
e. Pelayanan Penunjang
1)
2)
Instalasi Radiologi
3)
4)
Pelayanan Haemodyalisis
5)
6)
7)
8)
9)
Instalasi Sentralisasi
Perawatan Jenazah
2)
3)
Kantin
4)
Transportasi Pasien
5)
Wartel
6)
Pojok Laktasi
7)
8)
Area Pedistrian
9)
Photocopy
10) Minimarket
11) Taman Parkir
12) Bank atau ATM
13) Masjid
5. Performance Rumah Sakit
Tabel 1
Performance RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro tahun 2010-2012
No Indikator
TAHUN 2010
TAHUN 2011
TAHUN 2012
1
BOR (%)
73,82
73,86
76,97
2
LOS (hari)
4,44
4
4
3
TOI (hari)
1,57
2
1
4
GDR ()
52,68
48,057
50,192
5
NDR ()
34,02
36,241
26,830
6
BTO (kali)
60,65
61
64
Sumber : Laporan Rekam MEDIS RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
BAB II
HASIL
Koordinator
10
dan
Tempat
Penerimaan
Pasien
Rawat
Darurat.
11
Direktur Rumah Sakit. Hal tersebut merupakan salah satu kebijakan dari
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang telah disepakati bersama.
Saat ini, kepala Instalasi Rekam Medis di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro memiliki latar belakang pendidikan S2. Kepala Instalasi Rekam
Medis memilki jabatan rangkap baik fungsional maupun struktural karena
disamping beliau menjabat sebagai Kepala Instalasi, beliau juga merangkap
menjadi dokter spesialis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro. Namun beliau
belum cukup mengikuti pelatihan keperekam medisan, sehingga dapat
dikatakan bahwa beliau belum cukup kompeten sebagai kepala rekam
medis.
b. Koordinator Rawat Jalan
Dalam pengangkatan koordinator rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro, dilakukan dengan cara dipilih oleh kepala instalasi yang sudah
diberi kewenangan untuk memilih bawahannya sebagai koordinator rawat
jalan. Pemilihan dilakukan oleh kepala instalasi rekam medis secara
langsung dan dengan pertimbangan kepala instalasi rekam medis itu sendiri.
Saat ini, latar belakang koordinator rawat jalan di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro berpendidikan SMA.
Dari hasil wawancara, koordinator rawat jalan diangkat atau dipilih
berdasarkan pengalaman kerja yang telah dimiliki oleh koordinator tersebut.
c. Koordinator Rawat Inap
Dalam pengangkatan koordinator rawat inap di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro, dilakukan dengan cara dipilih oleh kepala instalasi yang sudah
diberi kewenangan untuk memilih bawahannya sebagai koordinator rawat
jalan. Pemilihan dilakukan oleh kepala instalasi rekam medis secara
langsung dan dengan pertimbangan kepala instalasi rekam medis itu sendiri.
Saat ini, latar belakang koordinator rawat inap di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro berpendidikan D1-Gizi Kesehatan.
Dari hasil wawancara, koordinator rawat inap diangkat atau dipilih
berdasarkan pengalaman kerja yang telah dimiliki oleh koordinator tersebut.
d. Staf/petugas rekam medis
12
kelancaran
perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian,
Administrasi Instalasi
Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
a. Melaksanakan pelayanan pendukung bagi tugas pokok instalasi yang
meliputi pelayanan administrasi, keuangan, logistik, dan pelayanan
umum lainnya.
b. Menkoordinasikan kegiatan PKL di lingkungan Instalasi Rekam Medis
3.
instalasi rekam
medis
13
5.
6.
14
15
8.
16
instalasi rekam
medis
b. Mengkoordinasikan kegiatan rawat inap di lingkungan instalasi rekam
medis
11.
permohonan
surat-surat
(Jasa
Raharja/Visum/surat
keterangan Dokter)
d. Koordinator Rekam Medis Rawat Inap
12.
17
a. Bagian Assembling
Uraian Tugas :
1) Assembling atau merapikan Rekam Medis
2) Menyerahkan Rekam Medis yang sudah selesai di assembling
3) Bertanggung jawab kebutuhan Kantor (Bon-bonan)
4) Merakit Rekam Medis yang baru.
b. Bagian Coding dan Indexing
Uraian Tugas :
1) Memberi kode penyakit atau tindakan pada Rekam Medis
2) Memasukkan kode penyakit pada komputer
3) Mengagendakan surat Keterangan Kematian
4) Mengumpulkan, mengolah, membuat atau menyajikan data atau
laporan
c. Bagian Filing
Uraian Tugas :
1) Memberi sampul atau latomap, menulis nomor Rekam Medis pada
sampul tersebut
2) Menyimpan Rekam Medis yang sudah selesai diproses ke dalam
Roll Opack
3) Mengambil , mengembalikan, merapikan Rekam Medis di Roll
Opack
13.
Koordinator Reporting
Job Description
Uraian Tugas :
a. Menerima laporan harian dari ruang, untuk diagendakan ke dalam buku
agenda
b. Menerima jumlah pasien (Formulir RP 1)
c. Menerima pengembalian Rekam Medis, meneliti kelengkapannya,
memberi tanda (V) pada buku agenda, dan menaruh Rekam Medis yang
belum lengkap di loker masing-masing dokter atau ruang dokter
18
3. Pembagian Staf
Jumlah total dari staf yang bertugas di IRM RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro adalah 36 orang termasuk kepala IRM dan wakilnya. Adapun
pedistribusian staf di IRM adalah sebagai berikut.
a. TPP Rawat Jalan
: 3 orang
b. IRD
: 10 orang
c.
Filing
: 7 orang
d. Assembling
: 3 orang
e. Coding
: 2 orang
19
f.
Sensus Harian
: 3 orang
g. Indexing
: 2 orang
: 1 orang
i.
Pelaporan
: 4 orang
j.
SKD
: 1 orang
D. Sistem dan Sub Sistem Rekam Medis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
1. Sistem Penyimpanan dan Subsistemnya
Penyimpanan berkas rekam medis di RSUP dr Soeradji Tirtonegoro
menggunakan cara penyimpanan desentralisasi dimana berkas rekam medis
rawat jalan, rawat inap, dan IRD berada diruangan terpisah. Berkas rekam
medis rawat jalan atau IRD disimpan di ruang filing, sedangkan berkas rekam
medis rawat inap disimpan di CM (Catatan Medis) rawat inap.
Bagi pasien yang mendaftar rawat inap akan di cetak formulir rekam
medis baru baik pasien baru maupun pasien lama sehingga tidak ada proses
pengambilan berkas rekam medis dari roll o pack untuk pasien lama yang
akan rawat inap. Jadi pasien yang memerlukan rawat inap tidak selalu
diambilkan berkas rekam medis yang berisi riwayat penyakit sebelumnya.
Berkas rekam medis hanya akan diambilkan ketika dokter meminta riwayat
penyakit terdahulu.
Di tempat penyimpanan inap ini setiap pasien yang telah selesai
dirawat inap, berkas berkasnya diberi sampul. Setelah melewati beberapa
proses kegiatan maka berkas rekam medis disimpan di roll o pack untuk
digabungkan dengan berkas lama.
Sistem penyimpanan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro menggunakan
sistem penyimpanan numerik yaitu Terminal Digit Filing, dimana setiap
penyimpanan dan pengambilan rekam medis memperhatikan dua digit
terakhir, kemudian dua digit tengah, lalu dua digit terdepan.
Berkas rekam medis rawat jalan yang sudah tidak digunakan untuk
berobat minimal 2 tahun dimulai tanggal terakhir pasien berobat maka berkas
rekam medis tersebut dinonaktifkan. Untuk berkas rekam medis rawat inap
20
Assembling
Assembling di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro hanya dilakukan
pada berkas rekam medis rawat inap. Berkas rekam medis rawat jalan
tidak di assembling karena berkas rekam medis rawat jalan hanya berupa
satu lembar kertas.
Langkah pertama dalam kegiatan assembling yaitu mengurutkan
berkas rekam medis rawat inap. Setelah diurutkan, berkas tersebut
diperforator kemudian dimasukkan ke sampul dan pada sampul tersebut
ditulis nomor rekam medis pasien.
Urutan penataan Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro adalah sebagai berikut :
1) Status Umum
a) Ringkasan Masuk dan Keluar
b) Catatan dokter untuk pengantar pasien di rawat inap
c) Anamnesis dan pemeriksaan jasmani dan dokter yang merawat
d) Catatan dokter
e) Grafik tanda vital
f) Rekam asuhan keperawatan
g) Diagnose dan rencana keperawatan
h) Catatan keperawatan
i) Evaluasi keperawatan
j) Ringkasan keperawatan waktu pasien pulang
k) Penempelan hasil laboratorium radiologi
l) Ringkasan setelah pasien keluar dari rumah sakit
2) Status Obsgyn
a) Ringkasan masuk dan keluar
b) Catatan dokter untuk pengantar pasien di rawat inap
c) Pemeriksaan gynecology
d) Pemeriksaan kebidanan
e) Catatan dokter
f) Grafik tanda vital
21
b.
ICD-9 CM. Koding dilaksanakan pada Instalasi Rekam Medis Rawat Jalan
dan Rekam Medis Rawat Inap. Pada Instalasi Rekam Medis Rawat Jalan,
koding dilakukan dengan menggunakan ICD elektronik. Sedangkan pada
Instalasi Rekam Medis Rawat inap, koding masih dilakukan dengan
c.
3. Sistem Pelaporan
22
23
24
Asuransi
dapat
diambil
oleh
setiap
pasien
yang
25
baik
untuk
menegakkan
diagnosa
maupun
untuk
pasien
yang
sedang
menjalankan
perawatan
dan
menyelamatkan
memberikan
jiwanya,
maka
Instalasi
Rawat
Inap
wajib
26
Diagnosis.
27
2. Consent
Consent adalah persetujuan yang diberikan kepada pasien atau keluarga
untuk memberikan persetujuan non tindakan. Macam-macam consent yang
ada di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro adalah surat persetujuan rawat inap
dan surat persetujuan pembiayaan.
28
pelayanan
medis,
penunjang,
pengobatan
misalnya
29
pemeriksaan
dan
pencatatan
hasil
pemeriksaan,
rekam
medis
oleh
Instalasi
Rekam
Medis
guna
30
31
BAB III
PEMBAHASAN
A. Organisasi Instalasi Rekam Medis Rsup Dr. Soeradji Tirtonegoro
1. Struktur Organisasi
Menurut Azwar (1996) dalam Budi (2011), struktur organisasi jika ditinjau
dari pembagian dan pelaksanaan fungsi serta wewenang yang dimilikinya,
maka struktur organisasi secara umum dapat dibedakan atas tiga macam,
yaitu:
a. Organisasi Lini
Organisasi yang memiliki perbedaaan nyata dalam hal pembagian tugas
serta wewenang antara pimpinan dan pelaksana.
b. Organisasi Staf
Ciri dari struktur organisasi staf ini jika dalam organisasi dikembangkan
satuan organisasi staf yang berperan sebagai pembantu pimpinan.
c. Organisasi Lini dan Staf
Ciri struktur organisasi lini dan staf adalah adanya satuan organisasi
pimpinan dan satuan organisasi staf dalam satu struktur organisasi.
Bentuk Organisasi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro termasuk dalam
tipe organisasi lini dan staf. Hal tersebut dapat dilihat pada aplikasi
lapangan di mana direktur dibantu dengan staf medis yang bertugas untuk
membantu direktur dalam pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai
rumah sakit. Staf medis bertanggung jawab dalam memberi pertimbangan
kepada direktur, dan bertanggung jawab dalam mengatur Instalasi-Instalasi
medis di rumah sakit. Sedangkan peran Satuan Pengawas Intern pada
sistem organisasi ini hanya sebagai pemantau kinerja kerja jajaran direksi.
Untuk struktur organisasi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro telah sesuai
dengan
SK
Direktur
RSUP
Dr.
Soeradji
Tirtonegoro
Nomor
32
juga
33
belum adanya sertifikat pelatihan rekam medis yang seharusnya dimiliki oleh
Kepala Instalasi Rekam Medik sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Sedangkan kualifikasi bagi staf perekam medis belum sesuai dengan
Prosedur Tetap Penyelenggaraan Rekam Medis RSUP Dr. Soeradji karena
terbukti dengan belum semua staf perekam medis di RSUP Dr. Soeradji lulusan
DIII Rekam Medis, padahal kualifikasi perekam medis harus dari lulusan DIII
Rekam Medis.
Di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro hanya terdapat
12 staf petugas yang merupakan lulusan DIII Rekam Medis, sedangkan yang
lainnya adalah lulusan SMP, SMA dan lulusan lainnya. Sedangkan untuk
persyaratan, seharusnya staf perekam medis telah mengikuti pelatihan maupun
kursus tentang rekam medis yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat
pelatihan, khususnya bagi staf perekam medis yang bukan lulusan DIII Rekam
Medis. Namun di lapangan yang terjadi adalah belum semua staf perekam
medis pernah
jiwa
kepemimpian
dan
mampu
mengkoordinasikan
bawahan
2. Koordinator Rawat Jalan
a. Lulusan D-III rekam medis
34
35
36
kelompok
kerja
tertentu.
Banyaknya
jumlah
karyawan
yang
37
D. Sistem dan Sub Sistem Rekam Medis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
1. Sistem Penyimpanan dan Subsistemnya
Rekam kesehatan bertujuan untuk mendokumentasikan pelayanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain
yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan
demikian rekaman itu membantu pengambilan keputusan tentang terapi,
tindakan, dan penentuan diagnosa pasien. Rekam kesehatan juga sebagai
sarana komunikasi antar tenaga lain yang sama-sama terlibat dalam
mengangani dan merawat pasien. Rekaman yang rinci dan bermanfaat
menjadi alat penting dalam menilai dan mengelola resiko manajemen.
Selain itu rekam kesehatan setiap pasien juga berfungsi sebagai tanda
bukti sah yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena
itu rekam medis yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi
data/informasi tentang pemberian pelayanan kesehatan secara jelas.
(Hatta, 2008)
Secara teori cara sentralisasi lebih baik dari pada desentralisasi,
tetapi pada pelaksanaannya tergantung pada situasi dan kondisi masing
masing rumah sakit (Depkes, 2006).
Penyimpanan rekam medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
dilakukan
secara
desentralisasi.
Cara
penyimpanan
desentralisasi
38
39
9) Lembar konsultasi
10) Catatan perawat
11) Grafik suhu nadi dan pernafasan
12) Pengawasan khusus
13) Hasil pemeriksaan laboratorium
14) Hasil pemeriksaan radio diagnostic
15) Salinan resep
16) Resume atau laporan kematian
Urutan penataan (assembling) Berkas Rekam Medis Rawat Inap yang
terdapat di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro sebagian besar telah mencakup
atau sesuai dengan aturan yang ada pada Departemen Kesehatan RI tahun
2006.
b. Pengkodean (Coding)
Sejak tahun 1993 WHO mangharuskan negara anggotanya
termasuk Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi 10 (ICD10), Internasional Statistical Classification of Disease and Related
Health Problem Tenth Revision. Namun, di indonesia sendiri ICD-10
baru ditetapkan untuk menggantikan ICD-9 pada tahun 1998 melalui
SK Menkes RI No. 50/MENKES/KES/SK/I/1998. Sedangkan untuk
pengkodean tindakan medis dilakukan menggunak ICD-9 CM (Budi
2011)
Pengkodean
di
RSUP
Dr.
Soeradji
Tirtonegoro
sudah
ICD-9
CM
sesuai
dengan
SK
Menkes
RI
No.
50/MENKES/KES/SK/I/1998.
c. Indexing
Cara penyusunan indeks dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
Indeks secara sederhana dan indeks secara silang. Penyusunan
indeks sederhana yaitu tata cara penyimpanan berdasarkan pada kode
diagnosis utama atau kode jenis tindakan utama dengan berpatokan
urut abjad atau kodenya tanpa menunjuk silang penyakit yang
menyertai dan tindakan medis lain yang di8lajukan pada pasien
bersamaan dengan operasi utamanya. Sedangkan penyusunan indeks
40
g. Kegiatan persalinan
h. Kegiatan pembedahan dan tindakan medik lain
i.
41
j.
dengan teori tang terdapat dalam Departemen Kesehatan RI 2006. Hal ini
dibuktikan denga adanya pelaporan tiap bulannya.
4. Sistem SKM
Kegiatan yang menjadi tanggung jawab bagian statistik di unit rekam
medis yaitu pembuatan surat keterangan medis. Berdasarkan Soegandhi
(2006) ada dua macam surat keteranga medis, yaitu surat keterangan
medis untuk pengadilan dan non pengadilan. Menurut Departemen
Kesehatan RI (1997) surat keterangan medis di pengadilan sebagai bukti
dalam suatu sidang pengadilan. Contoh surat keterangan medis yang
dibuat untuk keperluan pengadilan berupa visum at repertum. Syarat
pembuatan visum at repertum harus dengan disertakan surat pengantar
dari kepolisian. Untuk contoh surat keterangan medis non pengadilan
diantaranya surat keterangan medis untuk asuransi, surat kelahiran, surat
kematian, surat keterangan dirawat dan surat keterangan sehat (Budi,
2011).
Berdasarkan prosedur tetap administrasi RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro tentang pembuatan SKM menerangkan bahwa pengaturan
pembuatan SKM secara benar dan lengkap dalam rangka menunjang tertib
administrasi
dan
dapat
digunakan
untuk
kepentingan
pelayanan,
42
pendidikan, dan penelitian. SKM akan dibuat setiap ada permintaan dari
pasien yang membutuhkan, dengan syarat SKM harus diajukan secara
resmi dan tertulis oleh pemohon / yang berwenang / yang berwajib, yang
ditujukan kepada pimpinan rumah sakit tempat pasien tersebut dirawat atau
diperiksa secara langsung.
Pelaksanaan pembuatan SKM di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro.
E. Penggunaan Informed Consent dan Consent
1. Informed Consent
Berdasarkan prosedur tetap administrasi RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro tentang informed consent bertujuan untuk mengatur tata cara
pelaksanaan informed consent agar informasi tentang tindakan medik yang
akan disampaikan oleh dokter dan atau para medis dapat diterima efektif
oleh pasien kemudian dituangkan dalam bentuk formulir.
Prosedur penggunaan informed consent berdasar prosedur tetap
administrasi RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro:
a. Setelah pasien dinyatakan operasi atau tindakan medik, dokter, dokter
bedah,
dokter
gigi,
dokter
operator
maupun
dokter
anestesi
43
e. Saksi
baik
dari
keluarga
pasien
maupun
petugas
rumah
MEDIS
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Edisi IV (2011) karena masih ada dari
pihak dokter yang belum memberikan penjelasan secara detail kepada
pasien atau keluarga pasien, sehingga masih ada formulir informed
concent yang persetujuan atau tanda tangannya belum lengkap.
2. Consent
Sebenarnya, consent atau persetujuan dapat diberikan dalam bentuk:
a. Dinyatakan (expressed):
1) Secara lisan
2) Secara tertulis
b. Tidak dinyatakan (implied) pasien tidak menyatakannya baik secara
lisan maupun tertulis, namun melakukan tingkah laku (gerakan) yang
menunjukkan jawabannya., misalnya menggulung lengan baju ketika
akan diambil darahnya. (Hatta, 2008)
Pelaksanaan consent di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro secara
keseluruhan telah sesuai dengan teori yang terdapat dalam Hatta (2008).
F. Hubungan Instalasi Terkait Instalasi Rekam Medis
1. Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah salah satu bentuk dari
pelayanan kedokteran, menurut Feste secara sederhana yang dimaksud
dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang
44
rawat
inap
adalah
pelayanan
nonstruktural
yang
45
Sebenarnya
pelayanan
gawat
darurat
bertujuan
untuk
Instalasi Rawat
46
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bentuk struktur organisasi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro adalah lini dan
staf. Karena adanya satuan organisasi pimpinan dan satuan organisasi staf
dalam satu struktur organisasi.
Sistem penempatan jabatan, persyaratan, dan kualifikasi Jabatan Kepala
Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro belum sesuai dengan
Buku Pedoman Pengelolaan Rekam Medik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
karena Kepala Instalasi Rekam Medis saat ini selain memiliki jabatan yang
rangkap baik secara struktural dan fungsional, beliau belum memiliki
kompetensi sebagai perekam medis sebagai syarat dari Standar Akreditasi
Rumah Sakit. Selain itu Koordinator pada bagian Rekam Medis Rawat
Jalan dan Rawat Inap juga belum sesuai dengan Buku Pedoman
Pengelolaan Rekam Medik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro karena masing
masing koordinator memiliki latar belakang pendidikan SMA, bukan lulusan
D-III Rekam Medis sebagai syarat dari Standar Akreditasi Rumah Sakit.
2. Pengaturan tugas, wewenang, tanggungjawab, dan job description dari
masing masing kelompok kerja di bidang Rekam Medis diatur dalam
Prosedur Tetap Instalasi Rekam Medis pada Buku Pedoman Pengelolaan
Rekam Medik RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Edisi IV (2011).
3. Sistem pendistribusian pekerjaan di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
disesuaikan pada kebutuhannya, seperti di TPP Rawat Darurat dibagi
menjadi tiga shift. Sedangkan untuk pendistribusian pekerjaan masingmasing petugas sudah sesuai dengan job description masing-masing.
4. Penyimpanan berkas rekam medis di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
menggunakan
cara
penyimpanan
desentralisasi,
namun
tidak
ada
kesinambungan antara satu berkas dengan berkas yang lain karena apabila
pasien mendaftar akan selalu diambilkan berkas yang baru, khususnya di
bagian rawat inap. Assembling hanya dilakukan pada berkas sekam medis
47
rawat inap, karena pada berkas rekam medis rawat jalan hanya berupa satu
lembar kertas saja. Pengkodean penyakit dan tidakan mengacu pada ICD-10
dan ICD-9CM, koding dilaksanakan pada instalasi rekam medis rawat jalan
dan rawat inap. Indexing dapat dilakukan setelah melalui proses crosscheck
pada tiap polinya, dan harus diperhatikan antara kasus lama dengan kasus
baru. Pelaporan dibagi menjadi dua yaitu internal (proses jalannya pelayanan
kesehatan) dan eksternal (memenuhi kebutuhan pelaporan dari pihak luar).
SKM atau Visum Et Repertum dibagi menjadi dua, yaitu : pengadilan (Visum :
perkosaan, penganiayaan, kecelakaan, KDRT) dan non pengadilan (claim
asuransi dan SKD)
5. Penggunaan Informed Consent di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro belum
sesuai dengan Buku Pedoman Pengelolaan Rekam Medik RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Edisi IV (2011). Karena masih banyak IC yang belum
memuat tanda tangan lengkap dari pihak pasien, keluarga, atau saksi
lainnya.
6. Keterkaitan Instalasi Rekam Medis dengan Instalasi Instalasi terkait seperti
Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Darurat terlihat pada kontribusi
masing-masing Instalasi kepada Instalasi Rekam Medis juga sebaliknya.
Namun, pada hubungan dengan Instalasi Rawat Inap tidak terjadi
kesinambungan informasi dari berkas rekam medis pasien karena hilangnya
TPPRI digantikan dengan TURP (Tata Usaha Ruang Perawatan).
B. SARAN
1. Agar kompetensi sebagai kepala instalasi rekam medis terpenuhi, sebaiknya
kepala rekam medis meningkatkan kompetensinya dengan aktif mengikuti
kegiatan pelatihan tentang pengelolaan rekam medis, dan atau sistem
informasi rekam medis.
2. Sebaiknya dalam sistem penyimpanan walaupun menggunakan sistem
desentralisasi namun harus ada kesinambungan antara berkas rekam medis
rawat jalan dengan berkas rekam medis rawat inap.
48
49
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Savitri Citra. 2011. Manajemen Instalasi Kerja Rekam Medis. Yogyakarta:
Quantum Sinergis Media.
Hatta, Gemala. R .2011. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana
Kesehatan.Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Huffman, Edna. K. 1999. Health Information Management.Berwyn, Illinois:
Physicians Record Company.
Menkes RI. 2007. Kepmenkes Nomor 377 tahun 2007 tentang Standar Profesi
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Indonesia
Menkes RI. 2008. Permenkes RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis. Jakarta: Indonesia.
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro. 2011. Buku Pedoman Pengelolaan Rekam Medik
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Edisi IV. Klaten. Yogyakarta.
50