Professional Documents
Culture Documents
72
masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan sebagai bagian dari program lingkungan sehat.
Program lingkungan sehat ini juga terkait dengan komitmen global bahwa dalam mewujudkan MDGs
(Milllenium Development Goals) dibidang lingkungan sehat. Target dari MDGs sendiri adalah
mengurangi separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi
dasar.
Sanitasi dapat dikatakan sebagai urusan pribadi. Namun, sanitasi juga menjadi urusan bersama
jika lingkungan kotor sehingga menjadi sumber penyakit. Berbicara tentang sanitasi berarti kita lebih
jauh membicarakan kesehatan lingkungan. Keadaan lingkungan bergantung pada penghuninya,
jelasnya bergantung pada kesadaran orang-orang yang menghuni lingkungan tersebut. Kesadaran
terhadap lingkungan ditentukan oleh berbagai faktor, misalnya tingkat ekonomi masyarakat, tingkat
pendidikan masyarakat, pemimpin masyarakat yang mampu menanamkan kesadaran arti pentingnya
lingkungan yang dihuninya dan contoh-contoh nyata dari tokoh-tokoh masyarakat untuk hidup bersih,
hidup sehat, hidup rukun dan damai.
Satu hal yang menyedihkan, bahwa masih banyak masyarakat yang belum sadar akan
pentingnya saluran air atau got. Sehingga masih banyak masyarakat yang mengabaikan masalah
saluran air tesebut, seperti masih membuang sampah ditempat tersebut. Ada juga yang dengan sengaja
menutup saluran air dengan alasan terciumnya bau yang kurang sedap. Kebiasaan seperti inilah yang
menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit, seperti diare dan demam berdarah. Ditambah lagi
kesadaran penduduk yang masih rendah terhadap arti penting lingkungan. Peningkatan kemampuan
berproduksi dan perbaikan kesejahteraan tersebut membawa perubahan dalam kehidupan, baik
kehidupan ekonomi, sosial, maupun lingkungan.Keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sosial
dan ekonomi yang terus berkembang tersebut menyebabkan terjadinya perubahan terhadap
lingkungan fisik.
Keinginan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang terus berkembang
tersebut menurut Rene Dubos seperti dikutip Chiras (2008: 187) adalah karena sifat dasar manusia
adalah sama dengan sifat dasar makhluk biologis lainnya yang mau makan sebanyak mungkin bagi
dirinya sendiri dan keturunannya. Untuk mengatasi masalah lingkungan yang terus meningkat
tersebut dilakukan berbagai usaha, bagi yang bersifat global, nasional, dan regional.
Selain faktor pendidikan, tingkat sosial ekonomi masyarakat juga berpengaruh terhadap
pembangunan masyarakat. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat akan sangat mempengaruhi
pola pikir dan tingkah laku terhadap lingkungannya. Pada tahun 1992 misalnya, PBB mengadakan
konferensi di Rio de Janeiro, yang bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan dan pembangunan
yang dihadapi oleh negara-negara di dunia.Indonesia merupakan bagian dari dunia. Karenanya,
diharapkan dapat berpartisipasi dalam mengatasi masalah lingkungan tersebut. Hal ini dapat dilihat
dengan diberlakukannya UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan
pokok pengelolaan lingkungan hidup dalam kegiatan pembangunan. Bertolak dari uraian diatas maka
perilaku yang cenderungmenyebabkan merosotnya kualitas lingkungan mungkin berhubungan dengan
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
73
tingkat pengetahuan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut maka timbul dugaan sementara bahwa
pengetahuan tentang lingkungan hidup seseorang ada hubungannya dengan perilaku lingkungannya.
Begitupun juga keinovatifan yang dimiliki seseorang berhubungan pula dengan derajat perilakuperilaku lingkungannya. Dengan demikian diupayakan agar lingkungan tetap dapat mendukung
kehidupan yang berlanjut melalui pengembangan perilaku baru yakni perilaku masyarakat yang
berwawasan lingkungan. Kegiatan pemeliharaan lingkungan dapat dimulai dari lingkungan terkecil
yakni lingkungan tempat tinggal keluarga.
Moran (2000: 112) menyatakan bahwa penduduk dalam lingkungan terkecil perlu memahami
dan menganalisis kondisi lingkungannya. Perilaku berwawasan lingkungan dalam pembangunan
berkelanjutan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat pendidikan, status sosial, keinovatifan,
pengetahuan tentang lingkungan, sikap terhadap kebersihan lingkungan, dan sebagainya. Hal ini yang
mendorong peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Hubungan Antara Tingkat
Sosial Ekonomi Dengan Sanitasi Lingkungan di Asrama Polisi Sendangmulyo Kelurahan
Sendangmulyo Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Sosial Ekonomi
Secara umum, bisa dikatakan bahwa ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan
sumber daya material individu, masyarakat, dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihanpilihan kegiatan produksi, konsumsi dan atau distribusi.
Sekilas Sosial dan Ekonomi seperti dua hal dan cabang ilmu yang berbeda, namun diantara
keduanya sebenarnya terdapat kaitan yang erat. Salah satu kaitan yang erat tersebut adalah, jika
keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan terdapat dampak sosial yang terjadi di masyarakat
kita.Jadi bisa dijadikan kesimpulan adalah bahwa sosial ekonomi mengandung pengertian sebagai
segala sesuatu hal yang berhubungan dengan tindakan ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat seperti sandang, pangan dan papan.
Pengertian Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yangmencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya. Sanitasi lingkungan dapat pula di artikan
sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan standar kondisi
lingkungan yang mendasar yang mempengaruhi kesejahteraan manusia. Kondisi tersebut
mencangkup: pasokan air yang bersih dan aman, pembuangan limbah, perlindungan makanan dari
kontaminasi biologis dan kimia, udara yang bersih dan aman, rumah yang bersih dan aman.
Dari definisi tersebut, tampak bahwa sanitasi lingkungan ditujukan untuk memenuhi
persyaratan lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat menjadi
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
74
sumber berbagai penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Pada akhirnya jika kesehatan
terganggu, maka kesejahteraanya juga berkurang. Karena itu, upaya sanitasi lingkungan menjadi
bagian penting dalam meningkatkan kesejahteraan.
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu ditetapkan langkah-langkah pendekatan
penelitian. Langkah pendekatan penelitian ini ditetapkan sebagai acuan atau pedoman dalam
pelaksanaan di lapangan, sehingga data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian
yang dipilih dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu pendekatan penelitian yang mendasarkan
pada paradigma struktural fungsional yang memandang komponen variabel dapat dikaji secara
terpisah-pisah. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, yaitu pendekatan yang
mendasarkan pada perhitungan angka-angka atau statistik yang memandang komponen suatu variabel
dapat dikaji secara terpisah kemudian dihubungkan untuk dicari ada atau tidaknya hubungan dari
variabel tersebut.
Lokasi Penelitian
Lokasi yang menjadi obyek penelitianadalah Asrama Polisi Sendangmulyo Kelurahan
Rukun Tetangga
RT I
RT II
RT III
RT IV
RT V
RT VI
Jumlah
Jumlah Populasi
43 KK
43 KK
36 KK
48 KK
48 KK
24 KK
242KK
75
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi subyek penelitian dan paling sedikit
memiliki sifat yang sama. Kaitannya dengan pengambilan populasi, Sugiyono (2001: 11)
menyatakan sebagai berikut:
Sampel yang baik adalah sampel yang representatif mewakili populasi. Berapa jumlah
anggota sampel yang akan digunakan sebagai data tergantung pada tingkat kepercayaan yang
dikehendaki. Bila di kehendaki sampel dipercaya 100% mewakili populasi, maka jumlah anggota
sampel sama dengan anggota populasi. Bila tingkat kepercayaan 95%, maka jumlah anggota
sampel akan lebih kecil dari anggota populasi.
Senada dengan pendapat sugiyono, Suharsimi Arikunto (1992: 107) mengemukakan
pendapat sebagai berikut: untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 ,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sedangkan jika
jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 5-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan kedua
pendapat tersebut, pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebesar 25%.
3. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel agar mencerminkan sifat populasi, maka teknik yang digunakan
disesuaikan dengan kondisi atau karakteristik populasi. Adapun teknik pengambilan sampel yang
sesui adalah proposional sampling, random sampling dan cluster sampling.
Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang bervariasi dalam suatu objek penelitian, baik dipandang dari segi
jenis maupun bentuk. Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi perhatian suatu
penelitian. Penelitian ini mengkaji dua variabel, yaitu sosial ekonomi sebagai variabel (X) atau
variabel bebas, dan sanitasi lingkungan sebagai variabel (Y) atau variabel terikat .
Selanjutnya untuk melengkapi pengertian operasional dari variabel yang digunakan dalam
judul penelitian ini, diuraikan pula definisi dari variabel tersebut sebagai berikut :
1. Sosial ekonomi
Untuk mengukur tingkat sosial ekonomi, maka dalam hal ini akan ditentukan indikatorindikator sebagai berikut :
a. Jenjang pendidikan
b. Pekerjaan
c. Tingkat pendapatan
d. Tingkat kesejahteraan keluarga
2. Sanitasi lingkungan
Adapaun indikator-indikator sanitasi lingkungan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Lingkungan dalam rumah
b. Kesehatan
c. Sarana penyediaan air bersih
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
76
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
34
55,74
Sangat tiggi
26
40,98
Tinggi
3,28
Cukup
0,00
Rendah
61
100
Jumlah
77
55.74%
60.00%
50.00%
40.98%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
3.28%
0.00%
0.00%
Sangat Tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
33
54,10
Sangat tiggi
27
44,26
Tinggi
1,64
Cukup
0,00
rendah
61
100
Jumlah
78
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
36
59,02
Sangat tiggi
23
37,70
Tinggi
3,28
Cukup
0,00
Rendah
61
100
Jumlah
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
22
36,07
Sangat tiggi
31
50,82
Tinggi
13,11
Cukup
0,00
Rendah
61
100
Jumlah
79
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
30
49,18
Sangat tiggi
29
47,54
Tinggi
3,28
Cukup
0,00
Rendah
61
100
Jumlah
50.00%
45.00%
40.00%
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
49.18%
47.54%
3.28%
Sangat
Tinggi
Tinggi
Cukup
0.00%
Rendah
80
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
39
63,93
Sangat tiggi
19
31,15
Tinggi
4,92
Cukup
0,00
Rendah
61
100
Jumlah
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
50
81,97
Sangat tiggi
13,11
Tinggi
4,92
Cukup
0,00
rendah
61
100
Jumlah
81
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
43
70,49
Sangat tiggi
15
24,59
Tinggi
3,28
Cukup
1,64
rendah
61
100
Jumlah
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
36
59,02
Sangat tiggi
22
36,07
Tinggi
4,92
Cukup
0,00
rendah
61
100
Jumlah
82
Interval
Frekuensi
Persentase
Kriteria
23
37,70
Sangat tiggi
27
44,26
Tinggi
14,75
Cukup
3,28
Rendah
61
100
Jumlah
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta
Andriani, Dine. 2007.1001 Masalah Sanitasi. Bandung: Pikiran Rakyat.
Anonim.2007. Sanitasi Memadai Tingkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat. D-infokom-Jatim.
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta. Erlangga.
http://carapedia.com/pengertian_definisi_ekonomi_menurut_para_ahli_info501.html.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
83
Hufschmidt, M. Maynard. 1996. Lingkungan Sistem Alami dan Pembangunan Pedoman Penilaian
Ekonomi. (Edisi terjemahan oleh Sukanto Reksohadiprojo). Yogyakarta: UGM Press.
Soekanto, Soerjono. 1983. Pribadi dan Masyarakat. Bandung : Alumni Offset
Sudjana. 1992. Metode Statistik. Bandung : Tarsito
Winarsih. 2007. Pengetahuan Sanitasi dan Aplikasinya. Semarang: Aneka Ilmu
Winarno Surachmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Transito
84