You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah agenda integrasi ekonomi
negara-negara

ASEAN

yang

bertujuan

untuk

menghilangkan,

jika

tidak,

meminimalisasi hambatan-hambatan di dalam melakukan kegiatan ekonomi lintas


kawasan, misalnya dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi.
Hal ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina
dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan
mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan
semakin ketat.
Persaingan tenaga kerja akan semakin ketat menjelang pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Pasar Bebas ASEAN tahun 2016. Indonesia dan
negara-negara di wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang
terintegrasi yang dikenal sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Siapkah Anda
menghadapi persaingan di tahun 2016 ?
Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat menjelang
pemberlakuan pasar bebas Asean pada tahun 2016. Indonesia dan negara-negara di
wilayah Asia Tenggara akan membentuk sebuah kawasan yang terintegrasi yang dikenal
sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Siapkah Anda menghadapi persaingan di
tahun 2016 ?

Apa tujuan diadakannya MEA ?


Page 1

Tujuan utama MEA 2016 yang ingin menghilangkan secara signifikan


hambatan-hambatan kegiatan ekonomi lintas kawasan tersebut, diimplementasikan
melalui 4 pilar utama, yaitu

ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single market and
production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terdidik dan aliran modal yang lebih bebas

ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi (competitive
economic region), dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak
atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;

ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata (equitable


economic development) dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan
prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos,
dan Vietnam); dan

ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian


global (integration into the global economy) dengan elemen pendekatan yang koheren
dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam
jejaring produksi global.
Apakah MEA memberikan peluang untuk Indonesia ?
Bagi Indonesia, keberadaan MEA menjadi babak awal untuk mengembangkan
berbagai kualitas perekonomian di kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan pasar
bebas di tahun 2016. MEA menjadi dua sisi mata uang bagi Indonesia : satu sisi menjadi
kesempatan yang baik untuk menunjukkan kualitas dan kuantitas produk dan sumber
daya manusia (SDM) Indonesia kepada negara-negara lain dengan terbuka, tetapi pada
sisi yang lain dapat menjadi boomerang untuk Indonesia apabila Indonesia tidak dapat
memanfaatkannya dengan baik.
MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan
cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada
peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.

Page 2

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung
masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan
ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan
sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.
Dengan adanya perdagangan bebas, kita mampu meningkatkan ekspor akan
tetapi kita juga harus waspada akan resiko kompetisi (competition risk) yang muncul
dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia
yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negeri
yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca
perdagangan bagi Indonesia sendiri.
Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para
pencari kerja karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan
akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam
rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan
tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk
mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Tapi perlu diingat bahwa hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan
bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas, Indonesia masih kalah
bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta
fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia masih berada pada
peringkat keempat di ASEAN.

Permasalahan yang ada dari sisi tenaga kerja tidak terlepas dari kualitas yang
rendah, seperti tingkat pendidikan dan keahlian yang belum memadai. Dari data yang
dilansir Tempo, jumlah tenaga kerja Indonesia pada Februari 2014 sebesar 125,3 juta
orang dengan jumlah pekerja 11,2 orang. Namun, ini tidak dapat diimbangi dengan
kualitas pendidikan yang dimiliki oleh pekerjanya. Mayoritas tenaga kerja Indonesia
masih berpendidikan sekolah dasar dan lebih banyak bekerja di sektor informal.

Page 3

Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk memperbaiki
kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing, menyediakan pendidikan dan
kesehatan yang memadai, dan memberikan edukasi terhadap pentingnya MEA 2016.
Pemerintah Indonesia harus mampu mendorong dan mengadakan pelatihan
keterampilan karena mayoritas tenaga kerja Indonesia kurang dalam kecerdasan sikap,
kemampuan berbahasa Inggris dan pengoperasian komputer.
Meskipun peran dominan dalam meningkatkan kualitas menjadi milik
pemerintah, bukan berarti seluruh tanggung jawab berada di tangan pemerintah. Justru
sebaliknya, perlu kesadaran bahwa efek dari MEA akan dirasakan langsung oleh
masyarakat dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dan mempersiapkan diri dalam
menghadapi MEA 2016.
Dari latar belakang diatas, maka dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai Hambatan dan Tantangan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai
Hambatan dan Tantangan Indonesia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Masalah ini diambil karena adanya pasar bebas ASEAN di Indonesia. Dalam makalah ini,
penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja hambatan dan tantangan Indonesia menghadapi MEA?
2. Bagaimana Indonesia menghadapi hambatan dan tantangan MEA?
1.3 TUJUAN MAKALAH
Page 4

Dari rumusan masalah diatas, maka secara umum tujuan makalah ini adalah untuk
menjelaskan hambatan dan tantangan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN agar masyarakat mampu menghadapi persaingan pasar global. Adapun tujuan dari
makalah ini adalah untuk mengetahui secara jelas mengenai:
1. Hambatan dan tantangan Indonesia menghadapi MEA.
2. Bagaimana Indonesia menghadapi hambatan dan tantangan MEA

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI
Masyarakat Ekonomi Asean adalah integrasi kawasan ASEAN dalam bidang
perekonomian. Pembentukan MEA dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan
ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi
yang kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan
Keempat adalah integrasi ke ekonomi global. Penyatuan ini ditujukan untuk
meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka
Page 5

kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN. Integrasi ini
diharapkan akan membangun perekonomian ASEAN serta mengarahkan ASEAN
sebagai tulang punggung perekonomian Asia. Dengan dimulainya MEA maka setiap
negara anggota ASEAN harus meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA
akan menyatukan pasar setiap negara dalam kawasan menjadi pasar tunggal. Sebagai
pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan sebuah kemestian. Selain itu
negara dalam kawasan juga diharuskan membebaskan arus investasi, modal dan tenaga
terampil.
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa
namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus bebas barang, jasa,
investasi, modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan kekhawatiran
tersendiri bagi beberapa pihak. Dalam hal ini pasar potensial domestik dan lapangan
pekerjaan menjadi taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya saing global Indonesia
tahun 2013-2014 (rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2), Malaysia (24), Brunai
Darussalam (26) dan satu peringkat di bawah Thailand (37). Di sisi lain coba kita lihat
populasi Indonesia yang hampir mencapai 40% populasi ASEAN. Sebuah pasar yang
besar tapi tak didukung daya saing yang maksimal. Jangan sampai Indonesia mengulang
dampak perdagangan bebas ASEAN China. Berharap peningkatan perekonomian malah
kebanjiran produk China.
MEA tidak hanya membuka arus perdagangan barang dan jasa tetapi juga arus
pasar tenaga kerja, sehingga dibutuhkan kesiapan yang matang agar bias bersaing
didalamnya, tetapi ada peluang didalamnya dengan resiko dan tantangan yang juga
harus dihadapi.
Pemerintah sendiri melakukan banyak persiapan dalam mengahadapi MEA,
tetapi tentu saja masayarakat sendiri akan berhadapan langsung mengingat perdagangan
bebas berarti hilangnya campur tangan pemerintah terhadap perlindungan sebuah sistem
ekonomi dalam negeri.
MEA bukan sesuatu yang harus ditakuti, MEA harus menjadi faktor yang
mendorong kita untuk maju.
Dampak MEA
Gambaran karakteristik utama MEA adalah :
1. Kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi.
2. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil.
3. Kawasan yang terintegrasi kedalam ekonomi global.
4. Pasar tunggal dan basis produksi.

Page 6

Dampak terciptanya MEA adalah tercipatanya pasar bebas dibidang permodalan


barang dan jasa, serta tenaga kerja.
Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni :
1.
2.
3.
4.
5.

Dampak aliran bebas barang bagi negara negara ASEAN


Dampak arus bebas jasa
Dampak arus bebas investasi
Dampak arus tenaga kerja terampil
Dampak arus bebas modal

Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang. Pada MEA, pangsa
pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa memiliki kesempatan lebih luas untuk
memasuki pasar yang lebih luas.
Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah. Tenaga
kerja dan negara negara lain di ASEAN bias bebas bekerja di Indonesia. Sebaliknya,
tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di negara negara lain di ASEAN.
Dampak Positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang
investasinya tanpa ada batasan ruang antar negara anggota ASEAN. Begitu pula kita
dapat menarik investasi dari para pemodal-pemodal ASEAN. Para pengusaha akan
semakin kreatif karena persaingan yang ketat dan para professional akan semakin
meningkatakan tingkat skill, kompetansi dan profesionalitas yang dimilikinya.
Namun, selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan
menghadapi

MEA

yang

harus

kita

perhatikan.

Hambatan

tersebut

di

antaranya : pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga
Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak
76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di
Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga
mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness
Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan negara
Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. .Ketiga, sektor industri yang
rapuh

karena

ketergantungan

impor

bahan

baku

dan

setengah

jadi. Keempat, keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi


serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia.
Page 7

Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan
menjadi ancaman bagi Indonesia.

2.2 HAMBATAN DAN TANTANGAN INDONESIA MENGHADAPI MEA


2.2.1 Hamabatan Indonesia Menghadapi MEA
Dengan adanya perdagangan bebas, kita mampu meningkatkan ekspor akan
tetapi kita juga harus waspada akan resiko kompetisi (competition risk) yang muncul
dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke
Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produkproduk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Indonesia sendiri.
Dari sisi investasi, Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang
mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar
terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke
Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah
dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi
yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan
regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi
alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
Ada pula hambatan menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan
tersebut di antaranya :
1. Mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014
jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak
Page 8

76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di
Indonesia.
2. Ketersediaan

dan

kualitas

infrastuktur

masih

kurang

sehingga

mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global


Competitiveness Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih
tertinggal dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam
dan Thailand.
3. Sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan
setengah jadi.

4. Keterbatasan pasokan energi.


5. Lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk
impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Apabila hambatanhambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi
ancaman bagi Indonesia.
2.2.2

Tantangan Indonesia Menghadapi MEA

Pemikiran akan pentingnya menjalin kerjasama yang lebih erat lagi dalam
proses integrasi merupakan salah satu upaya merespon tantangan di era globalisasi.
Karena dengan kerjasama yang solid dan intens dibidang ekonomi maka ASEAN akan
mampu memegang kendali kawasan, bukan menjadi marjinal di kawasannya sendiri
dan Asia pada umumnya. Dengan hal ini sepertinya tantangan justru datang
menghampiri Indonesia, berikut ini berbagai tantangan yang mungkin akan dihadapi
Indonesia dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN:
1.

Laju peningkatan ekpor dan impor

Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia memasuki integrasi ekonomi ASEAN


tidak hanya yang bersifat internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan
dengan negara sesama ASEAN dan negara lain di luar ASEAN seperti China dan
India. Kinerja ekspor selama periode 2004 2008 yang berada di urutan ke-4 setelah
Singapura, Malaysia, dan Thailand, dan importer tertinggi ke-3 setelah Singapura dan
Malaysia, merupakan tantangan yang sangat serius ke depan karena telah

Page 9

mengakibatkan neraca perdagangan Indonesia yang defisit terhadap beberapa Negara


ASEAN tersebut.
Ancaman yang diperkirakan lebih serius lagi adalah perdagangan bebas
ASEAN dengan China. Hingga tahun 2007, nilai perdagangan Indonesia dengan China
masih mengalami surplus, akan tetapi pada tahun 2008, Indonesia mengalami defisit
sebesar + US$ 3600 juta. Apabila kondisi daya saing Indonesia tidak segera diperbaiki,
nilai defisit perdagangan dengan China akan semakin meningkat. Akhir-akhir ini para
pelaku usaha khususnya yang bergerak di sektor industri petrokimia hulu, baja, tekstil
dan produk tekstil, alas kaki serta elektronik, menyampaikan kekhawatirannya dengan
masuknya produk-produk sejenis dari China dengan harga yang relative lebih murah
dari produksi dalam negeri (Media Indonesia, 26 Nopember 2009).
2.

Laju inflasi

Tantangan lainnya adalah laju inflasi Indonesia yang masih tergolong tinggi
bila dibandingkan dengan Negara lain di kawasan ASEAN. Stabilitas makro masih
menjadi kendala peningkatan daya saing Indonesia dan tingkat kemakmuran Indonesia
juga masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Populasi Indonesia yang terbesar di
ASEAN membawa konsekuensi tersendiri bagi pemerataan pendapatan, 3 (tiga)
Negara ASEAN yang lebih baik dalam menarik PMA mempunyai pendapatan per
kapita yang lebih tinggi dari Indonesia.
3.

Dampak negatif arus modal yang lebih bebas

Arus modal yang lebih bebas untuk mendukung transaksi keuangan yang lebih
efisien, merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan, memfasilitasi
perdagangan internasional, mendukung pengembangan sektor keuangan dan akhirnya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun demikian, proses
liberalisasi arus modal dapat menimbulkan ketidakstabilan melalui dampak
langsungnya pada kemungkinan pembalikan arus modal yang tiba-tiba maupun
dampak tidak langsungnya pada peningkatan permintaaan domestik yang akhirnya
berujung pada tekanan inflasi. Selain itu, aliran modal yang lebih bebas di kawasan
dapat mengakibatkan terjadinya konsetrasi aliran modal ke Negara tertentu yang

Page 10

dianggap memberikan potensi keuntungan lebih menarik. Hal ini kemudian dapat
menimbulkan risiko tersendiri bagi stabilitas makro ekonomi.
4.

Kesamaan produk

Hal lain yang perlu dicermati adalah kesamaan keunggulan komparatif


kawasan ASEAN, khususnya di sektor pertanian, perikanan, produk karet, produk
berbasis kayu, dan elektronik. Kesamaan jenis produk ekspor unggulan ini merupakan
salah satu penyebab pangsa perdagangan intra-ASEAN
yang hanya berkisar 20-25 persen dari total perdagangan ASEAN. Indonesia perlu
melakukan strategi peningkatan nilai tambah bagi produk eskpornya sehingga
mempunyai karakteristik tersendiri dengan produk dari Negara-negara ASEAN
lainnya
5.

Daya saing sektor prioritas integrasi

Tantangan lain yang juga dihadapi oleh Indonesia adalah peningkatan


keunggulan komparatif di sektor prioritas integrasi. Saat ini Indonesia memiliki
keunggulan di sektor/komoditi seperti produk berbasis kayu, pertanian, minyak sawit,
perikanan, produk karet dan elektronik, sedangkan untuk tekstil, elektronik, mineral
(tembaga, batu bara, nikel), mesin-mesin, produk kimia, karet dan kertas masih dengan
tingkat keunggulan yang terbatas.
6.

Daya saing SDM

Kemapuan bersaing SDM tenaga kerja Indonesia harus ditingkatkan baik


secara formal maupun informal. Kemampuan tersebut diharapkan harus minimal
memenuhi ketentuan dalam MRA yang telah disetujui. Pada tahun 2008-2009, Mode 3
pendirian perusahaan (commercial presence) dan Mode 4 berupa mobilitas tenaga
kerja (movement of natural persons) intra ASEAN akan diberlakukan untuk sektor
prioritas integrasi. Untuk itu, Indonesia harus dapat meningkatkan kualitas tenaga
kerjanya sehingga bisa digunakan baik di dalam negeri maupun intra-ASEAN, untuk
mencegah banjirnya tenaga kerja terampil dari luar. Pekerjaan ini tidaklah mudah
karena memerlukan adanya cetak birum sistem pendidikan secara menyeluruh, dan
sertifikasi berbagai profesi terkait.
Page 11

7.

Tingkat perkembangan ekonomi

Tingkat perkembangan ekonomi Negara-negara Anggota ASEAN hingga saat


ini masih beragam. Secara sederhana, penyebutan ASEAN-6 dan ASEAN-4
dimaksudkan selain untuk membedakan tahun bergabungnya dengan ASEAN, juga
menunjukkan perbedaan tingkat ekonomi. Apabila diteliti lebih spesifik lagi, tingkat
kemajuan berikut ini juga terdapat diantara Negara Anggota ASEAN: (i) kelompok
negara maju (Singapura), (ii) kelompok negara dinamis (Thailand dan Malaysia), (iii)
kelompok negara pendapatan menengah (Indonesia, Filipina, dan Brunei), dan (iv)
kelompok negara belum maju (CLMV). Tingkat kesenjangan yang tinggi tersebut
merupakan salah satu masalah di kawasan yang cukup mendesak untuk dipecahkan
agar tidak menghambat percepatan kawasan menuju MEA 2015. Oleh karenanya,
ASEAN dalam menentukan jadwal komitmen liberalisasi mempertimbangkan
perbedaan tingkat ekonomi tersebut. Dalam rangka membangun ekonomi yang merata
di kawasan (region of equitable economic development), ASEAN harus bekerja keras
di dalam negeri masing-masing dan bekerja sama dengan sesama ASEAN.
8.

Kepentingan nasional

Disadari bahwa dalam rangka integrasi ekonomi, kepentingan nasional


merupakan yang utama yang harus diamankan oleh Negara Anggota ASEAN.
Kepentingan kawasan, apabila tidak sejalan dengan kepentingan nasional, merupakan
prioritas kedua. Hal ini berdampak pada sulitnya mencapai dan melaksanakan
komitmen liberalisasi MEA Blueprint. Dapat dikatakan, kelemahan visi dan mandat
secara politik serta masalah kepemimpinan di kawasan akan menghambat integrasi
kawasan. Selama ini ASEAN selalu menggunakan pendekatan voluntary approach
dalam berbagai inisiatif kerja sama yang terbentuk di ASEAN sehingga group pressure
diantara sesama Negara Anggota lemah. Tentu saja hal ini berkonsekuensi pada
pewujudan integrasi ekonomi kawasan akan dicapai dalam waktu yang lebih lama.
9.

Kedaulatan negara

Integrasi ekonomi ASEAN membatasi kewenangan suatu negara untuk


menggunakan kebijakan fiskal, keuangan dan moneter untuk mendorong kinerja
ekonomi dalam negeri. Hilangnya kedaulatan negara merupakan biaya atau
Page 12

pengorbanan terbesar yang diberikan oleh masing-masing Negara Anggota ASEAN.


Untuk mencapai MEA 2015 dengan sukses, diperlukan kesadaran politik yang tinggi
dari suatu negara untuk memutuskan melepaskan sebagian kedaulatan negaranya.
Kerugian besar lainnya adalah seperti kemungkinan hilangnya peluang kerja di suatu
negara serta kemungkinan menjadi pasar bagi Negara ASEAN lainnya yang lebih
mampu bersaing.
Tantangan lainnya yang akan dihadapi oleh Indonesia adalah bagaimana
mengoptimalkan peluang tersebut. Bila Indonesia tidak melakukan persiapan yang
berarti maka Indonesia akan menjadi Negara tujuan pemasaran bagi ASEAN lainnya.
Rendahnya peringkat Indonesia dalam pelaksanaan usaha di tahun 2010 (Doing
Business 2010, International Finance Corporation, World Bank) yaitu 122 dari 185
Negara, sementara peringkat Negara ASEAN lainnya seperti Thailand (12), Malysia
(23), Vietnam (93), dan Brunei D (96) yang berada jauh di atas Indonesia, merupakan
potensi kehilangan bagi Indonesia karena investor akan lebih memilih negara-negara
tersebut sebagai tujuan investasinya.
2.3 BAGAIMANA INDONESIA MENGHADAPI HAMBATAN DAN TANTANGAN
MEA
Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk
memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis memperoleh
keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risikorisiko yang akan muncul bila MEA telah diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk
professional diharapkan dapat lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat
mengantisipasi risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang apik
antara otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik
dan sosial (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya peningkatan
kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di Indonesia. Jangan sampai
Indonesia hanya menjadi penonton di negara sendiri saat MEA 2016.
Banyak cara sekaligus persiapan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) pada 2016. Hal ini juga merupakan tantangan karena sejatinya pola
pikir dan semangat pemerintah serta para pelaku ekonomi Indonesia masih seperti
biasanya.
1. Menurut ekonom dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Edy
Suandi Hamid, pemerintah dan pelaku ekonomi harus lebih ofensif
Page 13

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 dengan memperluas pasar


barang, jasa, modal, investasi, dan pasar tenaga kerja. Adanya MEA harus
dipandang sebagai bertambahnya pasar Indonesia menjadi lebih dari dua kali
lipat, yakni dari 250 juta menjadi 600 juta," katanya. Dengan pola pikir dan
semangat seperti itu, dia berharap Indonesia dapat memetik manfaat optimal
dari MEA. Perekonomian harus didorong lebih cepat tumbuh, ekspansif, dan
berdaya saing, bukan sebaliknya.
2. Menurut diplomat senior Makarin Wibisono juga mengingatkan bahwa dalam

menghadapi MEA 2015, Indonesia perlu memperhatikan pertumbuhan dan


perkembangan sektor jasa. "Liberalisasi pasar jasa akan menguntungkan bagi
Indonesia dalam dinamika MEA," kata Makarim dalam seminar Perhimpunan
Persahabatan Indonesia-Tiongkok di Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut
dia, liberalisasi pasar jasa menguntungkan karena meningkatkan kualitas serta
menentukan biaya kewajaran bagi tenaga kerja sehingga kemudian
meningkatkan daya saing di sektor industri. Pasar jasa yang efisien, menurut
Makarim, akan meningkatkan pilihan konsumen, produktivitas, kompetisi, dan
kesempatan untuk pembangunan sektor jasa baru. "Jika terjadi inefisiensi,
dampak negatifnya pada produktivitas, inovasi, distribusi teknologi, dan
menghalangi tercapainya pertumbuhan optimal," kata Duta Besar Indonesia
untuk PBB (2004--2007) ini.
3. Menurut rektor Universitas Sebelas Maret (Solo) Ravik Karsidi salah satu

persiapan UNS adalah dengan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM)


dengan hard skill dan soft skill.Dari segi hard skill, UNS mempersiapkan
kurikulum agar mahasiswanya mampu bersaing dengan lulusan perguruan
tinggi luar negeri. Sementara itu, dari segi soft skill, UNS membekali
mahasiswanya
pelatihan spiritual

dengan

persiapan

quotient (SQ).

spiritual

Program

ini

dan

mental

ditindaklanjuti

melalui
dengan

pelatihan soft skill di tingkat fakultas. Di antara pelatihan itu adalah tentang
kepemimpinan, komunikasi dan kemampuan bahasa. Jadi dapat penulis
simpulkan, untuk mengatasi tantangan serta resiko yang mungkin akan muncul
dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN dapat dilakukan dengan membekali diri
Page 14

dengan ilmu pengetahuan, menanamkan rasa cinta terhadap produk dalam


negeri, serta mempertajam soft skill dan hard skill masyarak
Ada 6 Cara Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) :
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM dituntut untuk lebih kratif,inovatif, cepat dan mampu bersaing. Sumber daya
manusia Indonesia ditantanguntuk lebih kompeten dalam menghadapi pasar bebas MEA.
2. Infrastruktur
Poin ini perlu disiapkan untuk mendukung SDM yang kompeten. Tanpa infrastruktur
yang baik dan memadahi, kinerja SDM akan terganjal.
3. Bahasa
Alat untuk menyampaikan informasi adalah bahasa. Karena itu, kita dituntut untuk bias
berbahasa asing, paling tidak bahasa inggris.
4. Kualitas Produk
Tak dipungkiri, produk yang berkualitas akan menjadi banyak incaran. Tanpa produk
yang baik, sepertinya akan sulit untuk berkompetisi. Dalam MEA, kompetisi sudah
dipastikan sangat ketat.
5. Kuantitas Produk
Jika kualitas produk sudah terpenuhi, tinggal memikirkan kuantitas produk. Seberapa
banyak produk yang bias dihasilkan, itu juga harus dipersiapkan dalam mengahapi pasar
bebas MEA.
6. Produk Berkelanjutan
Jika syarat kualitas dan kuantitas produk sudah terpenuhi, tugas selnjutnya adalah
bagaimana produk itu bias berkesinambungan atau continue. Kenapa? Karena tanpa
adanya kontinyuitas, kita akan gulung tikar karena konsumen segera beralih ke pedagang
lain.

Page 15

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik
karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak
ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya
akan meningkatkan GDP Indonesia. Di sisi lain, muncul tantangan baru bagi
Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan,
contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang
elektronik (Santoso, 2008). Dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN
ini Indonesia memiliki peluang yang besar untuk dapat bersaing dengan Negara
ASEAN lainnya. Akan tetapi perlu diingat bahwa selain peluang Indonesia
juga akan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan juga ancaman yang
mungkin bisa menghambat Indonesia untuk dapat bersaing dengan Negara
ASEAN lainnya. Untuk dapat memanfaatkan peluang serta mengantisispasi
terjadinya ancaman itu maka pemerintah harus memersiapkan diri untuk
menghadapi

Masyarakat

Ekonomi

Asean

ini

dengan mempercepat

pembangunan di berbagai infrastruktur, jaringan logistik, ketersediaan energi


dan konektivitas untuk meningkatkan daya saing pengusaha domestik. Selain
itu pemerintah harus mampu merancang skema yang dianggap paling
menguntungkan bagi perekonomian nasional. Pemerintah harus segera
menyusun langkah yang strategis yang dapat diimplementasikan secara spesifik
agar peluang pasar yang terbuka dapat dimanfaatkan secara optimal. Jika tidak,
Indonesia hanya akan jadi pasar bagi produk-produk Thailand, Malaysia, dan
Singapura serta negara ASEAN lainnya.

4.2 Saran

Page 16

1. Dalam menghadapi setiap hambatan dan tantangan MEA, Indonesia harus


tetap siap dan siaga dalam setiap aspek yang akan menjadi sasaran
hambatan dan tantangan tersebut.
2. Untuk menghadapi hambatan dan tantangan MEA, Indonesia harus terus
melatih skill dan menggali skill kemampuan setiap masyarakat Indonesia
agar mampu bersaing dengan negara ASEAN lainnya.
3. Skill dan keterampilan tidak bisa hanya dibuktikan dengan bermod kan
surat pengalaman kerja yang dikeluarkan oleh perusahaan tempat
bekerja,tetapi harus memiliki sertifikat keahlian, sertifikat profesi yang
dikeluarkan oleh instansi terkait, apakah itu lembaga pemerintah maupun
swasta, yang sertifikat tersebut diakui di dunia kerja.
4. Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk
memperbaiki kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing,
menyediakan pendidikan dan kesehatan yang memadai, dan memberikan
edukasi terhadap pentingnya MEA 2016.
5. Pemerintah Indonesia harus mampu mendorong dan mengadakan pelatihan
keterampilan karena mayoritas tenaga kerja Indonesia kurang dalam
kecerdasan sikap, kemampuan berbahasa Inggris dan pengoperasian
komputer.

DAFTAR ISI

Page 17

Yusuf, Fathuddin Muh. 2016. Peluang dan Tantangan dalam Menghadapi

Masyarakat

Asean. https://www.linkedin.com/pulse/peluang-dan-tantangan-dalam-menghadapimasyarakat-asean-muh-yusuf (12 Januari. 2016)


Sya'bani, Ahmad. 2016. Permasalahan Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
https://amdbani.wordpress.com/2016/01/31/permasalahan-dalam-menghadapi-masyarakatekonomi-asean-mea/ (31 Januari. 2016)
Rohman, Muhamad Miftakhur. 2013. Peluang, Tantangan dan Ancaman Indonesia Dalam Era
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. http://mumiro29.blogspot.co.id/2013/05/peluangtantangan-dan-ancaman-indonesia.html?m=1 (30 Mei. 2013)
Baskoro, Arya. Peluang, Tantangan, Dan Risiko Bagi Indonesia Dengan Adanya Masyarakat
Ekonomi Asean. http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/peluang-tantangan-danrisiko-bagi-indonesia-dengan-adanya-masyarakat-ekonomi
St, Mustafa. Tantangan, Hambatan dan Peluang MEA 2015.
https://www.academia.edu/13169267/Tantangan_Hambatan_dan_Peluang_MEA_2015
Fertiwi, Diyanti. 2016. Ekonomi Internasional Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Dan Sistem
Ekonomi Amecia Dalam Perekonomian Dunia.
https://ragilmujiono.blogspot.co.id/2016/03/makalah-mea-masyarakat-ekonomi-asean.html
(2 Maret. 2016)

Page 18

You might also like