Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
Menurut International Association for The Study of Pain (IASP),
(1979, dalam Price dan Wilson, 2005), mendefinisikan nyeri sebagai
suatu
sensori
subjektif
dan
pengalaman
emosional
yang
tidak
nyeri
adalah
mengalaminya,
apapun
mencakup
yang
ungkapan
dikatakan
oleh
verbal
maupun
orang
yang
nonverbal.
2. Klasifikasi nyeri
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang
menetap sepanjang suatu periode waktu, berlangsung lama,
intensitas yang bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari 6
bulan (McCaffery, (1986 dalam Potter dan Perry, 2005).
2) Nyeri Neuropatik
Karakteristik
dari
nyeri
berlangsung
sebentar
dan
2) Viseral dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi
akibat stimulasi organ-organ internal. Karakteristik nyeri bersifat
difus dan dapat menyebar ke beberapa arah. Durasinya bervariasi
tetapi biasanya berlangsung lebih lama daripada nyeri superficial.
Nyeri dapat terasa tajam, tumpul, atau unik tergantung organ yang
terlibat.
4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensasi nyeri yang meluas dari
tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Karakteristik nyeri
seakan terasa menyebar kebagian tubuh bawah atau sepanjang
bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermiten atau konstan.
Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskus intravertebral
yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari
iritasi saraf skiatik.
3. Fisiologi Nyeri
Menurut Price & Wilson (2005) stimulus cedera jaringan dan
pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri: transduksi,
transmisi, modulasi, persepsi. 1) Transduksi nyeri adalah proses
rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik
direseptor nyeri. 2) Transmisi nyeri melibatkan proses penyaluran impuls
nyeri dari tempat transduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di
mekanisme
gerbang
yang
dijelaskan
dalam
teori
2) Jalur desendens
Daerah-daerah tertentu diotak itu sendiri mengendalikan
atau memengaruhi persepsi nyeri: hipotalamus dan struktur limbik
berfungsi sebagai pusat emosional persepsi nyeri, dan korteks
frontalis menghasilkan interpretasi dan respon rasional terhadap
nyeri. Jalur-jalur desendens serat eferen yang berjalan dari
korteks serebrum ke bawah medula spinalis dapat menghambat
atau memodifikasi rangsangan nyeri yang datang melalui suatu
mekanisme umpan balik yang melibatkan substansia gelatinosa
dan lapisan lain di kornu dorsalis sehingga jalur-jalur desendens
dapat memengaruhi impuls nyeri ditingkat spinal (Price & Wilson,
2005).
4. Teori-teori nyeri
a. Teori Spesivitas
bahwa
rangsangan
yang
kuat
mengakibatkan
2005). Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965 dalam
Andarmoyo, 2013), menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur
atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf
pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat
sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan
dasar teori menghilangkan nyeri.
kembali
sewaktu
otak
menganalisis
dan
bekerja
ini
disebut
endorphine,
yang
berasal
dari
kata
a. Respon Fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medula spinalis menuju ke
batang otak dan talamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi
sebagai bagian dari respon nyeri (Potter dan Perry, 2005). Respon
fisiologis yang mengindikasikan nyeri, antara lain adalah kulit
kemerahan,
peningkatan
keringat,
tekanan
darah.
nadi,
dan
b. Respon Perilaku
Pada saat nyeri dirasakan pada saat itu mulai suatu siklus
yang apabila tidak diobati atau tidak dilakukan upaya untuk
menghilangkannya dapat mengubah kualitas kehidupan secara
bermakna (Potter dan Perry, 2005). Perubahan perilaku merupakan
indikator umum nyeri dan sangat bermanfaat dalam mengkaji nyeri
pada anak-anak nonverbal. Respon prilaku pada bayi muda
ditunjukkan dengan respon umum terhadap rigiditas atau memukulmukul, kemungkinan refleks lokal menarik diri dari area yang
terstimulasi, menangis dengan keras, ekspresi pada wajah (alis
menurun dan berkerut bersamaan, mata tertutup rapat, dan mulut
terbuka serta membentuk bujur sangkar). Pada bayi yang lebih tua
menunjukkan respon tubuh terlokalisasi dengan secara sengaja
menarik diri dari area yang terstimulasi, menangis dengan keras,
ekspresi wajah menunjukkan nyeri, resistensi fisik (terutama
a. Pengalaman Nyeri
Pada bayi pengalaman nyeri ini dapat ditanyakan pada orang
tua misalnya bagaimana anak mengekspresikan rasa sakit baik
secara verbal dan perilaku, pengalaman dan reaksi sebelumnya
tentang situasi yang menyakitkan, upaya anak mengatasi rasa sakit,
upaya yang dilakukan untuk mengurangi rasa sakit (Ball dan Bindler,
2009).
anak-anak
dan
pembelajaran
sosial
memiliki
Karakteristik
Ekspresi wajah
0 = otot relaks; 1 = meringis
Kriteria Skor
0. Wajah
tenang
dengan
eksprei natural
1. Otot-otot wajah kaku dan
dahi, dagu, rahang berkerut
Tangisan
0 = tidak menangis; 1 = merengek; 2 =
tangisan kuat
Pola pernapasan
0 = relak; 1 = perubahan pernafasan
Tangan
0 = relak; 1 = fleksi/ ekstensi
0. Relak
1. tegang, lengan lurus, kaku,
atau ekstensi dan/ atau
fleksi
Kaki
0 = relak
1 = fleksi/ ekstensi
0. Relak
1. Tegang, kaki lurus, kaku,
atau ekstensi dan/ atau
fleksi
2. Tenang, tidur
3. Gelisah/ meronta-ronta
Sumber: Wong, D.L. dan Baker, C.M. (1988, dalam Ball dan Bindler, 2008).
laku,
iritabel,
menghentak
lengan/
tungkai,
wajah
Face
muka
Legs
kaki)
Tidak
menangisMerintih
(terjaga atau tidur) merengek,
kadangkala
mengeluh
atauMenangis
terus
menerus, berteriak
atau terisak-isak,
sering mengeluh
Consolability
(kemampuan
dihibur)
Senang, rileks
Sumber: Merkel. Voepel-lewis, Shayevitz, et al (1997) dalam glasper & richardson, 2006;
hockenberry & willson (2009). The flacc is a behavioral pain assesment scale university of
michigan health system (can be reproduced for clinical or research use) telah diolah kembali
8. Dampak Nyeri
Menurut Wong. et al, (2008: ), nyeri yang tidak diterapi pada bayi
akan mengakibatkan akibat yang akut dan akibat potensial jangka
panjang. Akibat akut dari nyeri yang tidak ditangani antara lain
perdarahan periventrikuler/ intraventrikular, peningkatan pelepasan kimia
dan hormon, pemecahan cadangan lemak dan kabohidrat, hiperglikemia
berkepanjangan, peningkatan morbiditas pasien NICU, memori kejadian
nyeri, hipersensitivitas terhadap nyeri, respon terhadap nyeri memanjang,
inervasi korda spinalis yang tidak tepat, respon terhadap rangsang tidak
berbahaya yang tidak tepat, penurunan ambang nyeri. Akibat potensial
jangka panjang dari nyeri yang tidak di terapi antara lain peningkatan
keluhan somatik tanpa sebab yang jelas, peningkatan respon fisiologis
dan
tingkah
laku
terhadap
nyeri,
peningkatan
prevalensi
defisit
9. Penatalaksanaan Nyeri
Dalam dunia keperawatan manajemen nyeri dilakukan dengan
tujuan mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri, mengurangi
kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang
persisten, mengurangi penderitaan dan atau ketidakmampuan akibat
nyeri, meminimalkan reaksi tak di inginkan atau intoleransi terhadap
terapi nyeri, meningkatkan kualitas hidup dan mengoptimalkan kemapuan
pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari (Andarmoyo, 2013).
Ball dan Bindler (2008), menjelaskan bahwa pemilihan terapi yang
tepat sangat penting untuk membantu pasien dalam mengurang nyeri,
sehingga efek samping dan terapi tersebut dapat dihindarkan. Tindakan
dalam mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam dua kelompok utama yaitu
tindakan
farmakologis
farmakologis
dan
menggunakan
nonfarmakologis.
Tindakan
opioid,
(Nonsteroidal
NSAIDs
intervensi
Anti-
Academy
of
Pediatric/
AAP
(2006)
juga
telah
pada
bayi.
Protokol
perawatan
ini
termasuk
penggunaan
1)
2)
Pengaturan Posisi
3)
menjadi
analgesik
yang
efektif
bagi
bayi
prematur
4)
Menyusui
Menyusui juga menjadi metode yang efektif untuk mengurangi
rasa sakit untuk bayi. Leite, et al. (2009), dalam penelitiannya
mengenai pengaruh menyusui pada respon nyeri pada bayi cukup
bulan menjelaskan bahwa bayi cukup bulan yang diberi ASI selama
jantung
pada
kelompok
intervensi
lebih
lambat
5)
6)
Distraksi
Distraksi
berbagai
merupakan
kegiatan
untuk
kegiatan
membantu
melibatkan
dia
atau
anak
dalam
memokuskan
7)
memijat
kulit
dengan
lembut,
menahan
atau
8)
Tehnik Relaksasi
9)
Imaginasi Terpimpin
Imajinasi adalah proses kognitif yang mendorong anak untuk
memusatkan konsentrasi pada suatu peristiwa atau tempat yang
tidak terkait dengan proses nyeri. Fokusnya dapat mengeksplorasi
tempat favorit, melakukan kegiatan favorit, mengingat cerita lucu,
atau menjadi superhero. Metode ini paling efektif pada anak di atas
usia 6 tahun (Ball & Bindler, 2008).
10) Hipnosis
Hipnosis dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui
pengaruh sugesti positif. Hipnosis menggunakan sugesti dan kesan
tentang perasaan rileks dan damai (Potter dan Perry, 2005). Anakanak yang berespon terhadap hipnosis merasa lebih santai dan
mengalami penurunan rasa sakit (Ball & Bindler, 2008).
12)
oral
menyebabkan
nyeri
alami
berkurang
dengan
mengaktifkan opioid endogen (Morash & Fowler (2004 dalam Ball &
Bindler, 2008)). Efek analgesik dari sukrosa berlangsung sekitar 3
sampai 5 menit, dengan puncak dalam 2 menit. Dot dapat dicelupkan
ke dalam larutan atau dibasahi kemudian dapat dicelupkan ke dalam
paket gula (Greenberg, (2002 dalam Ball & Bindler, 2008)).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Stevens, Yamada, &
Ohlsson, (2010), menemukan bahwa sukrosa oral dapat mengurangi
respon nyeri yang menerima prosedur penusukan tumit. Sistematik
review dan meta analisi pada 44 penelitian yang dilakukan oleh
Harrison, Beggs and Stevens (2012), menunjukkan bahwa efek
sukrosa secara konsisten dapat mengurangi respon perilaku (durasi
menangis, wajah, dan skor nyeri pada prosedur invasif dibandingkan
dengan pemberian plasebo. Penelitian yang dilakukan oleh Shiiba. et