Professional Documents
Culture Documents
Peralatan merupakan alat-alat yang diperlukan untuk menguji dan menyalakan rangkaian peledakan
sehingga alat tersebut dapat dipakai berulang-ulang. Peralatan peledakan antara lain :
1. Blasting Detonator
Mechanical Device; Blasting Detonator, Reliable, No 3, Plunger Type, 16 inch. Digunakan untuk
memicu terjadinya ledakan, dioprasikan secara manual oleh juru peledakan diluar areal radius
peledakan, terhubung langsung dengan bahan peledak melalui kabel.
2. Blasting Wire
Specification:0.15mm-6.0mmTensilestrength:340-500N/mm, Elongation:>15%zinc coating:30366g/m2packing:1kg-800kg,both spool-type Digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari switch
detonator ke bahan peledak.
PERLENGKAPAN PELEDAKAN
Perlengkapan peledakan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan, namun penggunaannya
hanya bias digunakan untuk satu kali kegiatan peledakan, biasanya perlengkapan ini akan
hancur/diledakkan :
1. Bulk Anfo
Merupakan campuran AN (ammonium nitrat) dan FO (solar) sebesar 94,3% AN dan 5,7% FO akan
menghasilkan zero oxygen balanced dengan energi panas sekitar 3800 joules/gr handak . Overfueled
dengan 92% AN dan 8% FO akan menurunkan energi 6% dan menghasilkan gas CO yang berbahaya.
Under fueled dengan 96% AN dan 4% FO menurunkan energi 18% dan menghasilkan gas NO2.
Memiliki Ukuran partikel AN antara 1 2 mm.
2. Anfo
a. Densitas:
Poured (gr/cc) 0,80 0,85
Blow Loaded (gr/cc) 0,85 0,95
b. Energi (MJ/kg): 3,7
c. RWS (%): 100 (373 kj/gr)
d. RBS:
Poured (%) 100 (317 kj/cc)
Blow Loaded (%) 116
e. Diameter lubang ledak min.:
Poured (mm) 75
Blow Loaded (mm) 25
f. Ketahanan terhadap. Air :buruk
g. Shelf Life:
Maks. 6 bulan tergantung temperatur dan kelembaban gudang
Gudang yang bersuhu dan kelembaban tinggi akan ANFO rusak, ditandai dgn pengerasan atau caking
yg akan mengurangi kinerja peledakan
h. Waktu Tidur (Sleep Time) :
Dalam kondisi normal kering dengan lubang tertutup stemming yang baik, ANFO dapat ditidurkan
sampai 6 bulan
Kehadiran air dalam lubang akan menurunkan secara dramatis waktu tidur
3. Detonator
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya dan diidentifikasi sbb: (dari
ICI Explosive)
. detonator No. 6 = 0,22 gr PETN
Energi getaran yang dikirim kedalam bumi mengalami proses konvolusi (filtering) bumi bersikap
sebagai filter terhadap energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk energi seismik
(wavelet) yang tadinya tajam dan tinggi amplitudonya di dalam kawasan waktu (time domain). Kalau
ditinjau dalam kawasan frekuensi, tampak bahwa spektrum amplitudonya menjadi lebih sempit karena
amplitudonya frekuensi tinggi diredam oleh bumi dan spektrum fasenya berubah tidak rata.
Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi, berarti di dalam kawasan waktu
bentuk wavelet dipertajam kembali, atau di dalam kawasan frekuensi spektrum amplitudonya diratakan
dan spektrum fase dinolkan atau diminimumkan.
Analisa Kecepatan
Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang dipakai untuk mendapatkan stacking velocity
dari data seismik yang dilakukan dengan menggunakan Interactive Velocity Analisis diperoleh dari
kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO adalah hiperbolik. Analisa kecepatan ini sangat
penting, karena dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat untuk
menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan dari suatu reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan
dalam CDP gather, harga kontur semblance analisis sebagai fungsi dari kecepatan NMO dan CDP
gather stack dengan kecepatan NMO yang akan diperoleh pada waktu analisa kecepatan. Didalam CDP
gather titik reflektor pada offset yang berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).
Residual static
Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman pada weathering layer saat melakukan
koreksi statik dan adanya sisa deviasi static pada data seismik serta Data Uphole dan First break yang
sangat buruk juga dapat mempengaruhi kelurusan reflektor pada CDP gather sehingga saat stacking
akan menghasilkan data yang buruk. Pada prinsipnya perhitungan residual static didasarkan pada
korelasi data seismik yang telah terkoreksi NMO dengan suatu model. Dimana model ini diperoleh
melalui suatu Picking Autostatic Horizon yang mendefinisikan besar pergeseran time shift yang
dinyatakan sebagai statik sisa yang akan diproses.
Stacking
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam suatu CDP gather, seluruh trace
dengan koordinat midpoint yang sama dijumlahkan menjadi satu trace. Setelah semua trace dikoreksi
statik dan dinamik, maka di dalam format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noisenoisenya tidak horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi dinamik
hanya untuk reflektor-reflektornya saja. Dengan demikian apabila trace-trace refleksi yang datar
tersebut disuperposisikan (distack) dalam setiap CDP-nya, maka diperoleh sinyal refleksi yang akan
saling memperkuat dan noise akan saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan yang dipakai
dalam proses stacking ini adalah stacking velocity. Stacking velocity adalah kecepatan yang diukur
oleh hiperbola NMO.
Migrasi
Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi merupakan tahap akhir dalam metode Post Stack
Time Migration yang bertujuan untuk memindahkan event-event data pada section seismic ke posisi
yang sebenarnya. Dengan kata lain migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pemantulan pada
CMP yang diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila lapisannya miring maka letak titiktitik CMP / reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan titik-titik reflektor tersebut keposisi
yang sebenarnya dilakukan proses migrasi.