You are on page 1of 2

SYOK KARDIOGENIK

1.1 Diagnosis
Pada sebagian besar pasien syok kardiogenik, didapatkan sindrom klinis yang
terdiri dari hipotensi seperti yang disebut di atas; tanda-tanda perfusi jaringan yang
buruk, yaitu oliguria (urin<30 ml/jam), sianosis, ekstremitas dingin, perubahan mental,
serta menetapnya syok setelah dilakukan koreksi terhadap faktor-faktor non-miokardial
yang turut berperan memperburuk perfusi jaringan dan disfungsi miokard, yaitu
hipovolemia, aritmia, hipoksia, dan asidosis. Frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi
biasanya > 100 x/menit bila tidak ada blok AV. Sering kali didapatkan tanda-tanda
bendungan paru dan bunyi jantung yang sangat lemah walaupun bunyi jantung III sering
kali dapat terdengar. Pasien dengan disfungsi katup akut dapat memperlihatkan adanya
bising akibat regurgitasi aorta atau mitral. Pulsus paradoksus dapat terjadi akibat adanya
tamponade jantung akut (Mansjoer dkk., 1999).
Syok kardiogenik dapat didiagnosa dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis di dapat pasien mengeluh sesak nafas
dan rasa nyeri daerah torak, dari pemeriksaan fisik didapat adanya tanda-tanda syok
seperti gangguan sirkulasi perifer pucat, ekstremitas dingin, nadi cepat dan halus tekanan
darah rendah, vena perifer kolaps, serta dari pemeriksaan penunjang dijumpainya adanya
penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri
daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat
jantung dan CVP rendah (Lily, 2003; Azrifki, 2008; Anonymous, 2011).
Pemeriksaan penunjang:
a. Electrocardiogram (ECG)
b. Sonogram
c. Scan jantung
d. Kateterisasi jantung
e. Rontgen dada
f. Enzim hepar
g. Elektrolit oksimetri nadi
h. AGD
i. Kreatinin
j. Albumin / transforin serum
k. HSD (Anonymous, 2011)

You might also like