You are on page 1of 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

REMATIK
Kegiatan : Penyuluhan kesehatan tentang penyakit rematik
I. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan peserta mengerti dan mengenal
tentang penyakit rematik
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat :
a. Mengerti dan memahami pengertian penyakit rematik
b. Mengerti dan memahami penyebab penyakit rematik
c. Mengerti dan memahami tanda dan gejala penyakit rematik
d. Mengerti dan memahami penanganan pada penyakit rematik
e. Mengerti dan memahami pencegahan penyakit rematik

II. Sasaran
Lansia yang mengikuti senam lansia

III. Metode

Ceramah

Tanya jawab

IV. Media dan Alat

Poster

Leaflet

V. Waktu

Hari/Tanggal

: Sabtu 29 Oktober 2016

Waktu

: 09.00 wib 09.30 wib

Tempat

: Aula PSTW Budi Luhur

VI. Pelaksanaan
No
1.

Tahap
Pembukaan

2.

Kegiatan Penyuluh
Memberi salam

Kegiatan lansia
Menjawab salam

Menjelaskan tujuan

Mendengarkan

dan

Menjelaskan

memperhatikan
Mendengarkan

dan

pengertian

penyakit remathoid arthritis

Menjelaskan

penyebab

Menjelaskan tanda dan gejala

Menjelaskan penanganan pada

3.
Penutup

Menjelaskan

pencegahan

penyakit remathoid arthritis


Tanya jawab

Menyimpulkan Materi

Menutup dan mengucapkan

Mendengarkan

dan

Mendengarkan

15 menit

dan

memperhatikan

Mendengarkan

dan

memperhatikan
Bertanya

dan

menjawab

salam

Mmendengarkan
memperhatikan

VII.

dan

memperhatikan

penyakit remathoid arthritis

Mendengarkan
memperhatikan

penyakit remathoid arthritis

5 menit

memperhatikan

penyakit remathoid arthritis


Kegiatan inti

Waktu

Menjawab salam

Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Standar

Kesiapan peserta mengikuti penyuluhan tentang penyakit rematik

Media dan alat dipahami.

Tempat sesuai dengan kegiatan.

dan

10
menit

2. Evaluasi Proses

Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Perawat dan peserta kooperatif dan aktif dalam mengikuti penyuluhan.

3. Evaluasi Akhir
Setelah mengikuti penyuluhan maka peserta akan dapat:

80 % Lansia mampu mengerti dan memahami materi yang disampaikan Penyeluh

80 % Lansia menyimpulkan materi yang disampaikan Penyuluh

Lampiran Materi
A. Pengertian

Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta
melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu
penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang
walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ
tubuh lainnya Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang
hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan
persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas
bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur telah
diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini hingga
.

etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.


B. Klasifikasi Rheumatoid Arthritis :
a. Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan
gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu
3 bulan.
b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

C. Etiologi
Penyebab Artritis Reumatoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit
ini.Hal

ini terbukti

histokompatibilitas

dari terdapatnya
utama

kelas

II,

hubungan antara produk kompleks


khususnya

HLA-DR

dengan

AR

seropositif.Pengemban HLA-DR memiliki resiko relatif 4:1 untuk menderita


4

penyakit ini.
Kecenderungan wanita untuk menderita AR dan sering dijumpainya remisi
pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit
ini.Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah
menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil
dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan
faktor infeksi sebagai penyebab AR juga timbul karena umumnya onset penyakit ini
terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang
mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu
mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan
bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang
dapat mencetuskan terjadinya AR. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab
AR antara lain adalah bakteri, mikoplasma atau virus.
Heat shock protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60
sampai 90 kDa) yang dibentuk oleh sel seluruh spesies sebagai respons terhadap
stress.Walaupun telah diketahui terdapat hubungan antara HSP dan sel T pada pasien
AR, mekanisme ini belum diketahui dengan jelas.
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah

2-3:1.
Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid

juvenil)
Riwayat Keluarga.

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid

maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.


Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

D. Patofisiologi
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan
syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF- untuk
mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan
CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-
dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF- merupakan kunci
terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara
langsung dan ikatan dengan integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi
1

immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid


faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti,
tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen
melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan
osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi.
Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga
terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid
artritis.
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzimenzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan
turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.

Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian
kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang
terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
E. Tanda dan gejala
Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Rheumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemic
F. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli ; Tromboemboli adalah adanya
sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang
membeku.
d. Terjadi splenomegali ; Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika limfa
membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah

putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah
akan meningkat.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
4. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produkproduk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
5. Biopsi membran sinovial :

menunjukkan

perubahan

inflamasi

dan

perkembangan panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.
H. Penatalaksanaan
1. Medic
Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :
a. Termoterapi
b. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat
c. Pemberian Obat-obatan :
Anti Inflamasi non steroid (NSAID) contoh:aspirin yang diberikan pada

dosis yang telah ditentukan.


Obat-obat untuk Reumatoid Artitis : Acetyl salicylic acid, Cholyn

salicylate (Analgetik, Antipyretik, Anty Inflamatory).


2. Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil
mencegah

dan

memperlambat

kerusakan

sendi.

Pembedahan

dapat

mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat
dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.
a. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi

tertentu,

untuk

mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali


inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
3. Keperawatan
a. Pendidikan

meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab, dan

prognosis penyakit ini


b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang,
ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.
I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi

apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia


merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma.

Analisa Data
No

Symptom
Keluhan
ketidaknyamanan,

1.

nyeri,

Etiologi
Distensi jaringan akibat akumulasi

kelelahan,

cairan/proses inflamasi, destruksi

berfokus pada diri sendiri,


Perilaku

distraksi/

sendi

Problem

Nyeri

respons

autonomic
2.

Keengganan untuk mencoba

deformitas

skeletal,

nyeri,

Gangguan

bergerak/

ketidakmampuan

penurunan kekuatan otot

mobilitas fisik

untuk dengan sendiri bergerak

berhubungan

dalam lingkungan fisik.


3.

Perubahan fungsi dari bagian-

deformitas

bagian yang sakit.

penurunan kekuatan otot

Ketidakmampuan
4.

dengan.

untuk

mengatur kegiatan sehari-hari.

kerusakan

skeletal,

nyeri,

Citra Tubuh

musculoskeletal,

penurunan kekuatan, daya tahan,


nyeri pada waktu bergerak, depresi

Sering
5.

terjatuh

menggunakan

alat

Aktifitas
bantu.

Penurunan aktifitas motorik

Gangguan

Defisit
perawatan diri

Hilangnya kekuatan otot dan sendi,


penurunan

kekuatan,

Penurunan Resiko Infeksi

fungsi sensorik dan motorik.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6


volume II. ECG. Jakarta : 2006
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran

Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius


Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc.Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).
America : Mosby

You might also like