You are on page 1of 2

Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB)

Menurut R.Subekti Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) adalah perjanjian antar pihak
penjual dan pihak pembeli sebelum dilaksanakannya jual beli dikarenakan adanya unsur-unsur
yang harus dipenuhi untuk jual beli tersebut antara lain adalah sertifikat belum ada karena masih
dalam proses atau belum terjadinya pelunasan harga.
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) pada umumnya adalah sebuah penjanjian
pendahuluan yang dibuat oleh para pihak penjual dan pembeli dihadapan notaris sesuai dengan
kesepakatan para pihak mengenai hak dan kewajiban sehingga memberikan kepastian hukum
bagi para pihak sebelum dilaksanakannya perjanjian utama atau perjanjian pokoknya.
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) termasuk kedalam hukum perjanjian, yaitu
perjanjian bersyarat yaitu pada pasal 1253 KUHperdata yang berbunyi: suatu perikatan adalah
bersyarat jika digantungkan pada suatu peristiwa yang mungkin terjadi dan memang belum
terjadi, baik dengan cara menangguhkan berlakunya perikatan itu sampai terjadinya peristiwa itu,
maupun dengan cara membatalkan perikatan itu, tergantung pada terjadi tidaknya peristiwa itu
Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) berfungsi sebagai perjanjian pendahuluan/awal untuk
mempersiapkan /memperkuat perjanjian utama/pokok yang akan dilakukan karena perjanjian
pengikatan merupakan awal dari lahirnya perjanjian pokok.
Judul PPJB menandakan bahwa para pihak sepakat untuk mengikat diri sesuai dengan
ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata
Isi dari Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB):
Pihak penjual memindahkan objek perjanjian kepada pihak pembeli sebagaimana pihak pembeli
telah berjanji dan mengikatkan diri untuk membeli/memindahkan dan penyerahan dari pihak
penjual
Isi dari Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) berupa janji-janji dari para pihak yang
mengandung ketentuan-ketentuan tentang syarat-syarat yang telah disepakati untuk sah nya
melakukan perjanjian pokok/utama.
Adanya kewajiban menyerahkan uang dari harga barang
PPJB diatur berdasarkan Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9 Tahun 1995.
Perjanjian ini merupakan salah satu kekuatan hukum sekaligus jaminan hukum pada saat
membeli rumah. Pada umumnya isi PPJB, yaitu:
- Pihak yang melakukan kesepakatan
- Kewajiban bagi penjual
- Uraian obyek pengikatan jual beli
- Jaminan penjual
- Waktu serah terima obyek perjanjian
- Pemeliharaan obyek
- Penggunaan obyek

- Pengalihan hak
- Pembatalan pengikatan
- Penyelesaian Perselisihan

Akta Jual Beli


Akta jual beli adalah dokumen yang membuktikan adanya peralihan ha katas tanah dari pemilik
sebagai penjual kepada pembeli sebagai pemilik baru.
Fungsi Akta Jual Beli merupakan bukti autentik secara hukum bahwa pembeli sudah membeli
tanah atau bangunan dari pihak penjual secara lunas. Selain itu, AJB berfungsi untuk mengurus
surat-surat peralihan dari pemilik lama ke pemilik baru. Sebab dalam penerbitan sertifikat untuk
pemilik baru, AJB harus turut disertakan. Pihak Kantor Pertanahan selaku pihak yang
menerbitkan sertifikat akan menanyakan AJB yang disyaratkan dalam pendaftaran.
Ketentuan proses akta jual beli:
-

Pembuatan akta harus dihadiri oleh penjual dan calon pembeli atau orang yang diberi
kuasa dengan surat kuasa tertulis jika dikuasakan.
Pembuatan akta harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi biasanya dari
perangkat desa jika melalui PPAT Sementara (camat) dan kedua pegawai Notaris jika
melalui NOTARIS PPAT.
Pejabat pembuat Akta Tanah membacakan akta dan menjelaskan mengenai isi dan
maksud pembuatan akta, termasuk juga sudah lunas atau belum untuk transaksinya
Bila isi akta telah disetujui oleh penjual dan calon pembeli maka akta ditandatangani oleh
penjual, calon pembeli, saksi-saksi dan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Akta dibuat 2 lembar asli, satu lembar disimpan di Kantor PPAT dan satu lembar lainnya
disampaikan ke Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran (balik nama)

You might also like