You are on page 1of 106

BAB I KEKUATAN DAN KEUTAMAAN KARAKTER

Dr. Bagus Takwin dan Dra. Wuri Prasetyawati, M.Psi.

I.1 Pendahuluan

Saat ini masalah karakter marak menjadi persoalan yang banyak dibahas akhir-akhir
ini. Berbagai kejadian yang ada ditinjau dari sudut pandang karakter untuk menilai layak atau
tidaknya fenomena tersebut terjadi. Dengan demikian, masalah karakter diangkat menjadi
masalah utama yang terjadi selama ini. Pendidikan karakter merupakan kegiatan pengajaran
yang membantu mahasiswa untuk mengenali nilai-nilai universal serta nilai yang melandasi
mahasiswa untuk berpikir dan bertindak sesuai dengan prinsip kebaikan yang dianut oleh
lingkungannya. Pendidikan karakter ini harus melingkupi keseluruhan ranah perilaku
mahasiswa baik secara kognisi, afeksi maupun perilaku. Pendidikan karakter yang bersifat
kognitif mengajarkan mahasiswa untuk mengenali nilai moral dan pengaruhnya terhadap
pendidikan. Pendidikan karakter yang bersifat afektif mengajarkan mahasiswa untuk
mengenali emosi dan sikap dalam mengaplikasikan nilai tertentu. Pendidikan karakter yang
bersifat perilaku mengajarkan mahasiswa mengidentifikasi tingkah laku yang tepat dalam
menjalankan nilai tertentu (Goldberg, 2003).
Pembentukan karakter memang menjadi salah satu kunci dari kemajuan dan
pembangunan bangsa (Takwin, 2012). Hal ini dilihat dari pendapat beberapa tokoh Indonesia.
Bung Hatta (dalam Takwin, 2012) sudah menekankan pentingnya pembentukan karakter
bersama dengan pembangunan rasa kebangsaan dan peningkatan pengetahuan serta
keterampilan.. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah
memerdekakan manusia. Manusia yang merdeka adalah manusia dengan karakter yang kuat
(Dewantara dalam Takwin, 2012). Pembentukan karakter juga merupakan isu penting dalam
pendidikan mengingat tujuan pendidikan adalah pembentukan watak atau karakter (Santoso
dalam Takwin, 2012). Dengan demikian, pada dasarnya karakter menjadi bagian penting
dalam membentuk kepribadian bangsa sejak dulu.
Karakter merupakan kumpulan tata nilai yang terwujud dalam suatu sistem daya
dorong yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang dapat ditampilkan secara mantap
(Arief dalam Saifuddin & Karim, 2011). Karakter juga merupakan internalisasi nilai-nilai
yang semula berasal dari lingkungan menjadi bagian dari kepribadiannya. Karakter menjadi

nilai yang ada dalam diri seseorang yang dibentuk melalui pendidikan, pengalaman,
percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan menjadi nilai intrinsik yang melandasi
sikap dari tingkah laku kita. Oleh karena itu, karakter harus dibentuk, dibangun, dan
ditumbuhkembangkan. Dalam bidang psikologi, pembentukan karakter diperhatikan sebagai
hal yang membentuk manusia seutuhnya. Pembahasan mengenai karakter menjadi bagian
dari pembahasan dalam pendekatan psikologi positif yang melihat manusia sebagai makhluk
yang memiliki kekuatan yang dapat dikembangkan dalam menghadapi masalah yang ada di
sekitarnya (Selligman dalam Peterson & Selligman, 2004). Masalah akan selalu ada dalam
kehidupan manusia dan bagaimana manusia menghadapinya dengan menggunakan kekuatan
yang ada pada dirinya menjadi hal yang penting dibandingkan memusatkan perhatian pada
kelemahan yang manusia miliki. Hal ini menekankan pada kekuatan karakter manusia dalam
menjalani hidupnya.
Dalam kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa, karakter didefinisikan
sebagai nilia-nilai yang khas yang terinternalisaasi dalam diri dan ditampilkannya dalam
perilaku. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung
nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan
(Pemerintah Republik Indonesia, 2010). Kemendiknas RI (2011) telah mengidentifikasi 18
nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari agama,
Pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Kedelapan belas nilai tersebut adalah
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/ komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

I.2 Kriteria Karakter yang Kuat

Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan kriteria dari karakter yang kuat
sehingga kita dapat mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini ditampilkan
kriteria karakter yang kuat.
1. Karakter yang memiliki ciri keutamaan memberikan sumbangan terhadap pembentukan
kehidupan yang baik untuk diri sendiri dan sekaligus untuk orang lain.
2. Ciri-ciri atau kekuatan yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang
baik bagi diri sendiri dan orang lain meskipun tidak langsung. Penampilan ciri-ciri itu
tidak mengganggu, membatasi, atau menghambat orang-orang di sekitarnya.

3. Kekuatan karakter tampil dalam rentang tingkah laku individu yang mencakup pikiran,
perasaan, dan tindakan, serta dapat dikenali, dievaluasi, dan diperbandingkan derajat
kuat-lemahnya.
4. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya.
5. Kekuatan karakter diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal.
6. Kekuatan karakter dapat dibedakan dari sifat positif yang lain tetapi yang terkait secara
erat.
7. Dalam konteks dan ruang lingkup tertentu, kekuatan karakter

menjadi ciri yang

mengagumkan bagi orang-orang yang mempersepsinya.


8. Mungkin, tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan
dari ciri-ciri karakter yang kuat tampil pada orang itu.
9. Kekuatan karakter memiliki akar psiko-sosial; potensinya ada dalam diri sendiri; dan
aktualitasnya dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

I.3 Keutamaan dan Kekuatan Karakter yang Membentuknya

Dalam usaha membentuk karakter, diperlukan pemahaman mengenai apa saja


keutamaan dan kekuatan karakter yang sejauh ini sudah dikembangkan oleh manusia. Salah
satu ahli yang melakukan penelitian mengenai karakter adalah Peterson dan Seligman
(2004).Kedua pakar ini berusaha untuk membuat daftar kekuatan karakter pribadi. Daftar ini
masih terus dilengkapi dan tidak tertutup terhadap penambahan. Seperti teori ilmiah lainnya,
teori tentang kekuatan karakter merupakan subjek yang siap untuk diubah sesuai dengan
bukti yang ditemukan dari waktu ke waktu. Berikut ini 24 kekuatan karakter yang tercakup
dalam 6 kategori keutamaan secara universal.

I.3.1 Kebijaksanaan dan Pengetahuan


Kebijaksanaan dan pengetahuan merupakan keutamaan yang berkaitan dengan fungsi
kognisi, yaitu tentang bagaimana mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Ada enam
kekuatan yang tercakup dalam keutamaan ini, yaitu (1) kreativitas, orisinalitas, dan
kecerdasan praktis, (2) rasa ingin tahu atau minat terhadap dunia, (3) cinta akan
pembelajaran, (4) pikiran yang kritis dan terbuka, dan (5) perspektif atau kemampuan
memahami beragam perspektif yang berbeda dan memadukannya secara sinergi dalam
pencapaian hidup yang baik.

a. Kreativitas memberikan kemampuan untuk berpikir dengan cara baru dan produktif
dalam membuat konsep dan menyelesaikan pekerjaan. Bersama dengan kekuatan
orisinalitas dan kecerdasan praktis, kreativitas memungkinkan orang yang
memilikinya untuk dapat menemukan solusi atau produk orisinal serta mampu
menemukan cara-cara yang cerdik untuk untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Keingintahuan mencakup minat, dorongan untuk mencari sesuatu yang baru, dan
keterbukaan terhadap pengalaman. Kekuatan ini menjadikan orang memiliki minat
dalam pengalaman yang sedang berlangsung baik untuk kepentingan diri sendiri
maupun orang lain, serta melakukan penjelajahan dan penemuan.
c. Keterbukaan pikiran mencakup kemampuan membuat penilaian dan berpikir kritis.
Kekuatan ini memungkinkan seseorang untuk berpikir mendalam dan menyeluruh
tentang berbagai hal, memeriksa mereka dari semua sisi, serta menimbang semua
bukti memadai.
d. Cinta pembelajaran memampukan orang yang memilikinya untuk menguasai
keterampilan, topik, dan cabang pengetahuan baru, baik dengan cara belajar sendiri
maupun secara formal dalam lembaga pendidikan. Dengan kekuatan ini, orang mau
belajar dan terus menerus mengembangkan dirinya
e. Kekuatan perspektif menjadikan orang yang memilikinya mampu memberikan nasihat
bijak kepada orang lain serta memiliki cara untuk melihat dunia yang masuk akal bagi
diri sendiri dan orang lain. Dengan keutamaan ini, orang dapat memahami berbagai
perspektif yang ada dan menemukan benang merah di antara berbagai perspektif
tersebut.

I.3.2 Kemanusiaan dan Cinta


Kemanusiaan dan cinta merupakan keutamaan yang mencakup kemampuan
interpersonal dan bagaimana menjalin pertemanan dengan orang lain. Keutamaan ini terdiri
atas kekuatan (1) baik dan murah hati, (2) selalu memiliki waktu dan tenaga untuk membantu
orang lain, mencintai, dan membolehkan diri sendiri untuk dicintai, serta (3) kecerdasan
sosial dan kecerdasan emosional.
a. Kekuatan

Kemanusiaan

adalah

kekuatan

interpersonal

yang

melibatkan

kecenderungan dekat dan berteman dengan orang lain. Kekuatan cinta membuat orang
mampu menjalin hubungan dekat dengan orang lain, khususnya sifat saling berbagi
dan peduli pada orang lain.

b. Kekuatan kebaikan hati mencakup kedermawanan, pemeliharaan, perawatan, kasih


sayang, dan altruistik menjadikan orang mau berbagi kesenangan dan kebaikan
dengan orang lain. Orang dengan kekuatan ini menjadi berbuat baik sebagai bagian
dari pengembangan dirinya.
c. Kecerdasan sosial mencakup kecerdasan emosional dan kecerdasan intrapersonal
memungkinkan orang yang memilikinya memahami motif dan perasaan orang lain,
serta memahami motif dan perasaan diri sendiri. Orang dengan kekuatan ini dapat
menempatkan diri sesuai dengan kebutuhan orang lain tanpa mengorbankan
kebutuhan

diri

sendiri.

Mereka

mengembangkan

dirinya

sekaligus

juga

mengembangkan orang lain.

I.3.3 Kesatriaan
Keutamaan kesatriaan (courage) merupakan kekuatan emosional yang melibatkan
kemauan kuat untuk mencapai suatu tujuan meskipun mendapat halangan atau tentangan,
baik eksternal maupun internal. Keutamaan ini mencakup empat kekuatan, yaitu (1) untuk
menyatakan kebenaran dan mengakui kesalahan, (2) ketabahan atau kegigihan, tegus dan
keras hati, (3) integritas, kejujuran, dan penampilan diri dengan wajar, serta (4) vitalitas,
bersemangat, dan antusias.
a. Kekuatan Keberanian mencakup kekuatan emosional yang melibatkan pelaksanaan
kehendak untuk mencapai tujuan dalam menghadapi oposisi eksternal dan internal
membuat orang tahan menghadapi ancaman dan tantangan. Orang dengan kekuatan
ini kehendaknya tidak menyusut ketika berhadapan dengan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi seperti rasa sakit atau keletihan. Kekuatan ini memampukan orang untuk
bertindak atas keyakinan meskipun tidak populer.
b. Ketabahan atau kegigihan mencakup ketekunan dan kerajinan adalah kekuatan yang
memampukan orang untuk menyelesaikan apa sudah dimulai, bertahan dalam suatu
rangkaian pencapaian tindakan meskipun ada hambatan. Orang dengan kekuatan ini
mampu menyesuaikan kata-kata dan perbuatan, serta berpegang pada prinsip dalam
berbagai situasi, bahkan situasi yang menghambat dan mengancam.
c. Integritas yang mencakup otentisitas (keaslian), kejujuran, dan penampilan diri yang
wajar adalah kekuatan yang membuat orang mampu menampilkan diri secara tulus.
Orang dengan kekuatan ini mengambil tanggung jawab atas perasaan dan

tindakannya. Ia mau bertanggung jawab untuk semua perbuatannya dan menjalankan


tugas-tugas secara jujur.
d. Vitalitas mencakup semangat, antusiasme, semangat, dan penuh energi adalah
kekuatan yang membuat orang dapat menjalani kehidupan penuh dengan
kegembiraan, semangat dan energi. Orang dengan kekuatan ini merasa hidup, aktif,
dan penuh daya juang.

I.3.4 Keadilan
Keutamaan keadilan (justice) mendasari kehidupan yang sehat dalam suatu
masyarakat. Ada tiga kekuatan yang tercakup di sini, yakni 1) kewarganegaraan atau
kemampuan mengemban tugas, dedikasi, dan kesetiaan demi keberhasilan bersama, 2)
kesetaraan (equity dan fairness) perlakuan terhadap orang lain atau tidak membeda-bedakan
perlakuan yang diberikan kepada satu orang dengan yang diberikan kepada orang lain, dan 3)
kepemimpinan. Keadilan adalah kekuatan yang mendasari kehidupan masyarakat yang
sehat.
a. Kewarganegaraan mencakup tanggung jawab sosial, loyalitas, dan kesiapan kerja
dalam tim membuat orang dapat bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok yang
setia kepada kelompok.
b. Kesetaraan adalah kekuatan yang membuat orang memperlakukan semua orang
sama di hadapan keadilan, bukan membiarkan keputusan atau perasaan pribadi yang
bias tentang orang lain. Kekuatan ini menghindarkan orang dari prasangka seperti
rasisme dan stereotipe. Orang dengan kekuatan ini mementingkan kesejahteraan orang
lain seperti kesejahteraannya sendiri.
c. Kepemimpinan adalah kekuatan yang mendorong orang sebagai anggota kelompok
atau sebagai pemimpin untuk menyelesaikan tugas dan pada saat yang sama menjaga
hubungan yang baik dengan orang lain dalam kelompok. Orang dengan kekuatan ini
dapat menempatkan diri dan bekerja secara prima baik sebagai pemimpin maupun
sebagai bawahan.

I.3.5 Pengelolaan Diri


Pengelolaan diri (temperance) adalah keutamaan untuk melindungi diri dari segala
akibat buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari karena perbuatan sendiri. Di dalamnya
tercakup kekuatan (1) pemaaf dan pengampun, (2) pengendalian diri, (3) kerendahan hati,

dan (4) kehati-hatian (prudence). Keutamaan ini melindungi terhadap kemungkinan hidup
berlebihan atau berkurangan, serta menjaga orang berada di situasi yang tepat.
a. Pengampunan dan belas kasihan adalah kekuatan yang memberikan orang
kemampuan untuk mengampuni mereka yang telah berbuat salah, menerima
kekurangan orang lain, memberikan orang kesempatan kedua, dan tidak
pendendam. Kekuatan ini membuat orang percaya kepada kemampuan manusia
untuk berbuat baik dan menghindarkan diri dari berpandangan negatif terhadap
kebaikan manusia.
b. Pengendalian diri adalah kekuatan yang memampukan orang mengetahui apa
yang masuk akal dan tidak masuk akal untuk dilakukan sehingga dapat memilih
hal-hal yang masuk akan untuk dilakukannya. Kekuatan ini membuat orang dapat
disiplin, mengendalikan selera ,dan menguasai emosi mereka. Orang dengan
kekuatan ini dapat menentukan tindakan-tindakan yang tepat bagi dirinya
sehingga tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
c. Kerendahan hati atau kesederhanaan adalah kekuatan yang membuat orang
mengedepankan prestasi daripada pengakuan atas keberhasilan. Orang dengan
kekuatan ini tidak melakukan kebaikan hanya untuk diri mereka sendiri. Prestasi
bagi orang dengan kekuatan ini bukan tentang diri sendiri, melainkan untuk
sebanyak mungkin orang. Mereka tidak menilai diri sendiri sebagai lebih atau
khusus dibandingkan orang lain.
d. Kehati-hatian adalah kekuatan yang membuat orang selalu berhati-hati dalam
memilih seseorang, tidak mengambil risiko yang tidak semestinya, dan tidak
mengatakan atau melakukan hal-hal yang nantinya mungkin akan disesali.

I.3.6 Transendensi
Transendensi merupakan keutamaan yang menghubungkan kehidupan manusia
dengan seluruh alam semesta dan memberi makna kepada kehidupan. Di dalam keutamaan
ini tercakup kekuatan (1) penghargaan terhadap keindahan dan kesempurnaan; (2) rasa
bersyukur (gratitude) atas segala hal yang baik; (3) penuh harapan, optimis, dan berorientasi
ke masa depan, semangat dan gairah besar untuk menyongsong hari demi hari; (4)
spiritualitas: memiliki tujuan yang menuntun kepada kebersatuan dengan alam semesta; serta
(5) menikmati hidup dan selera humor yang memadai. Keutamaan Transendensi adalah
kekuatan yang menempa orang untuk dapat memahami koneksi yang ada di alam semesta,

memahami daya-daya yang lebih besar dari manusia, serta memperoleh dan memberikan
makna.
1. Penghargaan terhadap keindahan dan keunggulan yang mencakup kekaguman,
keheranan, peningkatan kesadaran adalah kekuatan yang membuat orang mampu
menghargai keindahan, keunggulan, keterampilan, dan kinerja yang baik dalam
berbagai ranah kehidupan. Pada diri sendiri, orang dengan kekuatan ini terdorong juga
untuk menghasilkan keindahan, keunggulan, keterampilan, dan kinerja yang baik.
Kekuatan ini juga membuat orang mampu menangkap inspirasi atau gugahan untuk
menampilkan diri lebih baik.
2. Rasa Syukur adalah kekuatan yang membuat orang dapat menyadari dan berterima
kasih atas hal baik yang terjadi, serta meluangkan waktu untuk mengungkapkan terima
kasih. Orang dengan kekuatan ini menerima apa yang ada dalam kehidupan sebagai
anugrah dan berkah sehingga selalu berusaha menampilkan perilaku yang baik sebagai
ungkapan terima kasihnya.
3.Harapan mencakup optimisme, menjalani hidup secara positif dari waktu ke waktu, dan
pikiran yang berorientasi ke masa depan adalah kekuatan yang membuat orang selalu
mengharapkan yang terbaik di masa depan dan bekerja untuk mencapainya. Orang dengan
kekuatan ini selalu optimistik menjalani hidup, berusaha terus- menerus untuk lebih baik, dan
percaya bahwa yang baik selalu dapat dicapai dalam hidup.
4. Spiritualitas mencakup religiusitas, iman, dan adanya tujuan hidup adalah kekuatan
yang membuat orang memiliki keyakinan koheren tentang tujuan yang lebih tinggi,
makna hidup, dan makna alam semesta. Orang dengan kekuatan ini menampilkan
perilaku yang konsisten dan koheren sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan
hidupnya dan berusaha menyesuaikan diri dan aktivitasnya dengan daya-daya yang
lebih besar di alam semesta.
5. Kekuatan menikmati hidup dan humor membuat orang dapat menjalani hidup yang
penuh suka-cita, menyukai tertawa dan menggoda orang untuk menghasilkan
keceriaan, membawa dirinya dan orang lain kepada situasi yang membuat tersenyum,
serta melihat sisi terang dari kehidupan. Orang dengan kekuatan ini menjalani hidup
secara ringan meskipun dalam situasi-situasi yang sulit dan berat.

Tabel: Kekuatan dan Keutamaan Karakter

No.

Kekuatan

1.

Kekuatan

Keutamaan
kognisi: kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran,

Kebijaksanaan

dan mencintai kegiatan belajar, perspektif (memiliki


gambaran besar mengenai kehidupan).

pengetahuan
2.

Kekuatan

interpersonal: cinta kasih, kebaikan hati (murah hati, dermawan,

Kemanusiaan

peduli, sabar, penyayang, menyenangkan dan cinta


altruisitik), serta memiliki kecerdasan sosial.

3.

Kekuatan

emosional: keberanian

Kesatriaan

untuk

menyatakan

kebenaran

dan

mengakui kesalahan, teguh dan keras hati, integritas


(otentisitas, jujur), serta bersemangat dan antusias.

4.

Kekuatan kewarganegaraan citizenship (tanggung jawab sosial, kesetiaan, mampu


(civic): Berkeadilan

bekerjasama), fairness (memperlakukan orang setara


dan adil), serta kepemimpinan.

5.

Kekuatan menghadapi dan pemaaf dan pengampun, kerendahatian, hati-hati dan


mengatasi hal-hal yang tak penuh pertimbangan, serta regulasi-diri.
menyenangkan:
Pengelolaan-diri
(temperance)

6.

Kekuatan

spiritaual: apresiasi keindahan dan kesempurnaan, penuh rasa

Transendensi

terima kasih, harapan (optimis, berorientasi ke masa


depan), spritualitas (religiusitas, keyakinan, tujuan
hidup), serta menikmati hidup dan humor,

Nilai dan Karakter di Universitas Indonesia

Berdasarkan Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia No.004/Peraturan/MWAUI/2015 tentang Anggaran Rumah Tangga Universitas Indonesia pasal 2 tentang Nilai-nilai
Univesitas Indonesia mencakup:
1. Kejujuran,
2. Keadilan,
3. Keterpercayaan,
4. Kemartabatan dan/atau Penghormatan,
5. Tanggungjawab dan Akuntabilitas,

6. Kebersamaan,
7. Keterbukaan,
8. Kebebasan Akademik dan Otonomi Keilmuan, dan
9. Kepatuhan pada Aturan, Prosedur dan Panduan UI serta Panduan lainnya.
Nilai-nilai ini mengacu pada Keputusan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia No.
001/SK/DGB-UI/2014 tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Sivitas Akademika Universitas
Indonesia (Lampiran 1)yang berisi penjelasan mengenai nilai-nilai ini sebagai berikut.

I.4 Nilai-nilai Dasar Universitas Indonesia


Sembilan Nilai-nilai Dasar Universitas Indonesia dijelaskan dalam rincian di bawah
ini.

1. Kejujuran (Honesty)
Sifat lurus, ikhlas hati, berkata dan bertindak benar, tidak berbohong, tidak menipu,
tidak korupsi, tidak curang, yang dalam pelaksanaannya diiringi sikap tulus, arif
bijaksana serta dilandasi keluhuran budi. Kejujuran mencakup keseluruhan sikap
tindak, termasuk tidak melakukan plagiat dalam kegiatan akademik, atau
pengembangan ilmu pengetahuan, tidak menyalahgunakan jabatan, pangkat, gelar
atau fasilitas akademik lainnya.
2. Keadilan (Just and Fair)
Memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama secara adil dan nondiskriminatif
bagi setiap warga dalam melaksanakan tugas masing-masing, termasuk dalam
mengembangkan kegiatan akademik dan kegiatan lainnya tidak didasarkan pada
pertimbangan yang bersifat rasial, etnis, agama, gender, status perkawinan, usia,
difabilitas, dan orientasi seksual.
3. Kepercayaan (Trust)
Bersikap dan berperilaku amanah serta dapat dipercaya dalam menjalankan mandat
maupun dalam melaksanakan setiap kegiatan atau kewajiban yang diembannya, baik
dalam jabatan, fungsi, maupun sebagai warga negara pada umumnya
4. Kemartabatan (Dignity) dan/atau Penghormatan (Respect)
Komitmen memperlakukan setiap orang dengan rasa hormat, manusiawi, ketaatan
pada norma kesusilaan, kepatuhan atau kepantasan dalam situasi apapun.
5. Tanggung Jawab (Accountability)

Bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas jabatan maupun tugas fungsionalnya,


serta menghindarkan diri dari benturan kepentingan (conflict of interest) yang dapat
merugikan kepentingan UI maupun kepentingan warga UI lainnya. Termasuk dalam
upaya menghindarkan diri dari benturan kepentingan adalah tindakan menolak suap
atau sejenisnya yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam jabatan dan
fungsinya, yang dapat mengakibatkan kerugian UI dan Warga UI lainnya.
6. Kebersamaan (Togetherness)
Keragaman/ kemajemukan merupakan karakteristik bangsa Indonesia yang menjadi
kekuatan dan kekayaan Universitas Indonesia. Pengakuan akan kebhinekaan budaya
merupakan dasar dari rasa kebersamaan dan menjadi bagian dari jati diri Warga UI
sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Oleh karenanya, warga UI bertekad untuk
menjunjung tinggi toleransi dan semangat kebersamaan dalam meniti serta
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada setiap Warga UI di
lingkungan kerjanya.
7. Keterbukaan (Transparency)
Keterbukaan nurani dan keterbukaan sikap untuk bersedia mendengarkan dan
mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh pendapat orang lain; keterbukaan
akademik untuk secara kritis menerima semua informasi dan semua hasil temuan
akademik pihak lain; dan bersedia membuka/ membagi semua informasi pengetahuan
yang dimiliki kepada pihak yang berhak mengetahui/ berkepentingan, kecuali yang
bersifat rahasia.
8. Kebebasan Akademik dan Otonomi Keilmuan (Academic Freedom and Scientific
Autonomy)
Menjunjung tinggi kebebasan akademik, yaitu kewajiban untuk memelihara dan
memajukan ilmu pengetahuan, menjunjung tinggi kebebasan mimbar akademik, yaitu
kebebasan menyampaikan pikiran dan pendapat di dalam lingkungan UI maupun
dalam forum akademik lainnya.
9. Kepatuhan pada Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku (Compliance to Laws)
Melaksanakan semua kegiatan di lingkungan UI harus mematuhi semua peraturan
yang berlaku

Kesembilan nilai di atas diharapkan dapat membentuk karakter civitas akademika


Universitas Indonesia yang tercermin melalui perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, nilai tersebut selalu berusaha untuk mewarnai setiap tindakan dan keputusan yang

diambil oleh civitas akademika, termasuk mahasiswa. Bagi mahasiswa, kesembilan nilai ini
akan terkandung dalam matakuliah yang dipelajari dan kegiatan-kegiatan nonakademis yang
dijalankan di luar perkuliahan. Dengan demikian, baik kegiatan kurikuler maupun
ekstrakurikuler yang dijalankan di Universitas Indonesia mengandung kesembilan nilai
tersebut.

I.5 Kesimpulan

Pendidikan karakter merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang dibutuhkan


untuk menjawab kecenderungan perilaku negatif yang marak terjadi saat ini. Dengan adanya
pendidikan karakter, usaha untuk memperkuat karakter menjadi lebih memungkinkan perlu
diwujudkan. Pendidikan karakter di Indonesia telah dimulai sejak zaman dulu yang
diterapkan dalam berbagai jenjang pendidikan, termasuk di pendidikan tinggi. Di jenjang
pendidikan tinggi, pendidikan karakter yang bersifat perilaku mengajarkan mahasiswa
mengidentifikasi tingkah laku yang tepat dalam menjalankan nilai tertentu (Goldberg, 2003).
Menurut Peterson and Seligman (2004) karakter terbagi atas kekuatan dan keutamaan
yang membentuknya. Ada 6 keutamaan karakter yang secara universal dimiliki oleh manusia
yang kemudian diuraikan lagi ke dalam 24 kekuatan karakter yang di dalamnya. Keutamaan
karakter menjadi kecenderungan yang dimiliki seseorang dengan berbagai yang
menyusunnya. Kekuatan karakter ini muncul dalam pikiran, perasaan dan tindakan seseorang
yang kemudian dapat dikenali sebagai kekhasan orang tersebut. Kekuatan karakter ini
kemudian membantu seseorang untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Khusus di Universitas Indonesia telah ditetapkan adanya 9 nilai yang dijunjung yang
harus dilibatkan dalam seluruh kehidupan civitas akademika UI, termasuk mahasiswa, pada
kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler. Sembilan nilai tersebut adalah kejujuran,
keadilan, keterpercayaan, kemartabatan dan/atau penghormatan, tanggungjawab dan
akuntabilitas, kebersamaan, keterbukaan, kebebasan akademik ,dan otonomi keilmuan, serta
kepatuhan pada aturan, prosedur dan panduan UI serta panduan lainnya. Dengan adanya
kesembilan nilai yang diharapkan dimiliki oleh civitas akademika UI, dapat membentuk
karakter yang baik yang berguna bagi bangsa dan masyarakat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Goldenberg. 2003.Keputusan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia No. 001/SK/DGBUI/2014 tentang Kode Eti k dan Kode Perilaku Sivitas Akademika Universitas Indonesia
Depok
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character. New York: Bantam Books.
Linley, P Alex & Joseph, Stephen (ed). 2004. Positive Psychology in Practice. Canada: John
Willey & Sons Inc.
Peraturan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia No.004/Peraturan/MWA-UI/2015
tentang Anggaran Rumah Tangga Universitas Indonesia
Peterson, C. dan Seligman, M. E. P. 2004. Character Strengths and Virtues: A Handbook and
Classification. Oxford: Oxford University Press.
Saifuddin, Achmad F & Karim, Mulyawan (ed). 2011. Refleksi Karakter Bangsa. Jakarta:
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI, Ikatan Alumni UI dan Peberbit
Forum Kajian Antropologi Indonesia
Takwin, Bagus. 2012. Kekuatan dan Keutamaan Karakter. Buku I MPKT A. Depok:
Universitas Indonesia

BAB II FILSAFAT
Dr.FristianHadinata

II.1 Pengertian Filsafat


Secaraetimologi,filsafatberasaldariduakataYunaniphiloyangberarticintadansophiayang
berarti kebijaksanaan. Oleh karena itu, filsafat yang berasal dari kata philosophia berarti cinta
kebijaksanaandankatafilsufdapatdiartikanpencintakebijaksanaan.Pertamakalikataitudapatdilihat
dalamtulisansejarawanYunaniKunoHerodotusyanghiduppadamasa484424SM.Diamenggunakan
kata kerja berfilsafat yang merujuk pada aktivitas Solon yang telah melakukan perjalanan melalui
berbagai negeri yang didorong oleh hasrat akan pengetahuan. Dalam konteks itu, berfilsafat
mengindikasikanbahwaSolonmencaripengetahuanuntukpengetahuanitusendiri(Fullerton,1915).
Menurut Socrates, guru dari filsuf Plato, kebijaksanaan yang dimaksud di sini bukan soal
mengetahuibanyakfaktaataumengetahuibagaimanacaranyamelakukansesuatu.Kebijaksanaanyang
dimaksud adalah kemampuan untuk memahami hakikat (true nature) dari semesta (universe) dan
eksistensi manusia. Pemahaman ini dapat dicapai dengan terusmenerus bersedia mengajukan
pertanyaan dan memperdebatkan ide yang kita miliki mengenai keduanya (Donald, 2006). Salah satu
kutipan dari Socrates yang menggambarkan idenya tentang kebijaksanaan adalah hidup hanya pantas
dijalani apabila kita memikirkan apa yang kita kerjakan (The unexamined life is not worth living,
ungkap Sokrates). Akan tetapi, definisi etimologis yang dijelaskan di atas ini terlalu umum untuk
menjelaskanapaitufilsafat.
Olehkarenaitu,diperlukanrumusandefinisifilsafatyanglebihspesifikyangmengacukepada
aktivitasdanmenjernihkanpergertiannyadalamkerangkaakademis.Filsafatseringkalidituduhsebagai
suatustudiyangtidakpunyarelevansidengankehidupanseharihari.Akantetapi,siapapunyangtelah
melakukan studi lebih dalam atas filsafat dapat melihat bahwa filsafat bisa sangat relevan dengan
kehidupan seharihari. Tanpa kita sadari, kita semua memegang kepercayaan filosofis tertentu.
Misalnya,kepercayaankitabahwapengetahuandimasalalucukupbisadiandalkanuntukmemberikan
pentunjuk terhadap masa depan. Kepercayaan kita bahwa Tuhan itu ada. Lebih lanjut, kita mungkin
percayabahwakejujuranharuslahdipertahankantanpamemperhitungkankonsekuensinya.Oranglain
mungkin percaya bahwa berbohong diperbolehkan jika dengan tujuantujuan tertentu seperti untuk
menyelamatkanseseorangdarimalapetakadalamsituasikrisis.
Ada berbagai kepercayaan filosofis yang dianut. Banyak orang yang percaya bahwa persoalan
benardansalahadalahsesuatuyangbersifatindependenterlepasdariapayangdiinginkan.Sementara,
banyakorangyangmengklaimbahwapersoalanbenardansalahtidaklebihdarisebuahpreferensiyang


subjektif. Akan tetapi, orang yang saling bertentangan terkait dengan hal itu dapat bersepakat pada
kepercayaanbahwaduniayangkitalihatdisekitaradalahduniayangriil;danduniaituakantetapada
jika kita tidak mengamatinya. Ringkasnya, kita memoercayai bahwa dunia tidak hilang ketika kita
memejamkanmata. Halini merupakan sebuahkepercayaan filosofisdan objek kajianyang ditelaahdi
dalamfilsafat.
Kepercayaan filosofis dapat mempunyai dampak yang signifikan dalam kehidupan seharihari
kita.Misalnya,seseorangmempercayaibahwamoralitastidaklebihdaripreferensisubjektifdansangat
mungkin berperilaku secara berbeda dibandingkan dengan seseorang yang percaya bahwa kesalahan
dari berbohong adalah suatu fakta yang bersifat objektif. Dalam konteks yang lebih luas, kita dapat
melihat bahwa ada aspek filosofis dalam diskursusdiskursus kontemporer yang terkait dengan
persoalan moralitas ataupun politis. Misalnya, pertanyaan terkait dengan aborsi, hukuman mati,
persamaansebagaikeadilan,kebebasanberbicara,batasankekuasaannegara,danlainlain(Law,2007).
Carayangpalingmudahuntukmemahamiapaitufilsafatdenganmengacukepadaaktivitasnya
dapat dianalogikan para filsuf dengan keingintahuan anakanak. Seperti yang kita ketahui anakanak
punya kecenderungan untuk bertanya Mengapa? terusmenerus. Kegiatan semacam itu secara
sederhana dapatmenyentuhbeberapakepercayaankitayang paling fundamental.Misalnya,jika anak
bertanyaMengapakitamestiada?.Dalamkontekssemacamini,kitadapatmenyatakanbahwapara
filsuf punya tendensi yang sama dengan anakanak, yaitu mempertanyakan pernyataanpertanyaan
fundamental (fundamental questions) dalam kehidupan kita seharihari. Hal tersebut sangat jarang
muncul ke permukaan karena kita menganggapnya sebagai sebuah kebiasaan. Di sini kita dapat
menyatakan bahwa filsafat merupakan sebuah seni untuk bertanya (the art of questioning). Ada dua
karakteristikpertanyaanpertanyaanfilosofisyangselalumunculhampirdalamsetiapdiskursusfilosofis:
1. ApayangAndamaksud?
2. Apaalasanyangtersediauntukpercayabahwaklaiminibenar?
Katakanlah seseorang mengklaim bahwa Tuhan itu ada. Pertama, filsuf akan bertanya: Apa
yangAndamaksuddenganTuhan?.Dalamkonteksini,pengertianakanTuhanyangdimaksudsangat
pentingagarkitamengetahuiapakahklaimtersebutbenaratausalah.Kedua,filsufakanbertanya:Apa
alasan yang tersedia untuk percaya bahwa klaim ini benar?. Hal ini menunjukkan bahwa filsuf
mempertanyakan justifikasi atas suatu klaim tertentu. Oleh sebab itu, filsuf tidak langsung menerima
saja berbagai klaim, khususnya klaimklaim yang kontroversial tanpa justifikasi. Filsuf memeriksa
justifikasi tersebut secara kritis. Di sini terlihat bahwa filsuf mengasumsikan ada hubungan justifikasi


dengankebenaran.Sebuahklaimyangdidukungdenganjustifikasibaikmemangdirasakanlebihbenar
daripadasebuahklaimyangdidukungdenganjustifikasiyangtidakbaik(Emmet,2001).
Berpikir secara filosofis dapat sangat menyenangkan, tetapi hal itu juga dapat sangat
menganggu. Ketika kita mulai berpikir secara filosofis itu berarti kita berpikir tanpa menggunakan
sebuah jaring pengaman dan pijakan kokoh yang biasanya kita injak. Kita tertinggal tanpa pegangan
sama sekali. Menurut Law, perasaan ini disebut sebagai intellectual vertigo memang biasa terjadi di
dalam filsafat (Law, 2007). Hal ini tidaklah mengherankan karena memang sebagian besar dari kita
cenderung untuk tidak berpikir terkait dengan pertanyaanpertanyaan fundamental, bahkan untuk
mempertimbangkannya.Kitacenderunguntuktetapmerasaamandannyaman.
Akan tetapi, risiko itu merupakan sesuatu yang layak untuk diambil. Hal ini dikarenakan
berhadapan dengan pertanyaanpertanyaan fundamental yang dapat berbuah manis. Misalnya,
beberapa perkembangan terbesar dalam ilmu pengetahuan justru terjadi hanya dengan mengajukan
pertanyaanpertanyaanfundamentaltersebut. Einsteinpernahmenyatakan bahwasalah satuinspirasi
terbesarnya datang dari sebuah pembacaan atas karyakarya David Hume seorang filsuf abad ke18.
Menurutnya,Humeyangtelahmendoronguntukmempertanyakanapayangdianggapsebagianbesar
orangpadamasahidupnyadiasumsikanbenar(Law,2007).
Bukan hanya dalam bidang ilmu pengetahuan, kita mendapatkan manfaat dalam
mempertanyakan pertanyaanpertanyaan fundamental. Beberapa perkembangan moral dan politis
paling penting datang dari orangorang yang ingin mempertanyakan apa yang dianggap hampir oleh
semuaorangbenar.Tidakterlalulamadalamsejarahperadabanmanusia,sebagianorangmenganggap
bahwa perbudakan dapat diterima dan peran perempuan haruslah di dalam rumah. Kemajuan moral
danpolitisinijelasdibawaolehmerekayangberhentisejenakdanmempertanyakanapayangdianggap
benardalamkehidupanseharihari.Denganucaplain,peradabansangatberhutangkepadaorangorang
yangbersediauntukberpikirdanmempertanyakanapayangdianggapbenar(Nagel,1987).
Denganucaplain,disadariatautidak,filsafatdigunakanmanusiauntukmenyelesaikanmasalah
yang dihadapinya. Jika orang menyadarinya, lebih banyak lagi manfaat berpikir filosofis yang dapat
diperoleh. Dengan berpikir filosofis orang dapat berpikir mendalam dan mendasar. Orang juga dapat
memperolehkemampuananalisis,berpikirkritisdanlogissehinggaiamampujugaberpikirsecaraluas
danmenyeluruh.Berpikirfilosofisjugamembuatorangdapatberpikirsistematisdalammengumpulkan
pengetahuansebanyakmungkinsecaratertata.Berpikirfilosofisjugamembantuoranguntukmenjajaki
kemungkinan baru sehingga dapat memperoleh pengetahuan baru. Orang dapat terus menerus
menambah pengetahuannya dengan berpikir filosofis. Di sisi lain, berpikir filosofis juga memberikan


kesadarankepadaorangmengenaiketerbatasanpengetahuannya.Kesadaranakanmasihbanyaknyahal
yang tidak diketahui membuat orang menjadi rendah hati, terbuka, dan siap untuk memperbaiki
pengetahuannya. Dengan demikian, berpikir filosofis merupakan satu cara untuk membangun
keutamaan pengetahuan dan kebijaksanaan dengan kekuatankekuatan yang dikandungnya. Berikut
setidaknyamanfaatbelajarfilsafat:
Filsafatmembiasakankitaberargumentasisecaralogisdanberdialogmelalui
pertukaranideiderasional.
Filsafatmembantukitamenghasilkananalisisyangkritis,radikal,dan
reflektif,
Filsafatmenghindarkankitadaripengambilankesimpulanyangterburu
buru.
Filsafatmendorongkitabersikapterbukaterhadapumpanbalikdan
kemungkinankemungkinanperspektiflain.
Filsafatmelatihkitabertindaketisdalampengambilankeputusansehingga
konsekuensiterburukyangmungkinterjadidapatdiminimalkan.

Tidak ada persejutuan universal tentang jawaban yang tepat terhadap pertanyaanpertanyaan
yang dijawab para filsuf . Hal ini menyebabkan pertanyaan itu disebut pertanyaan terbuka (open
question). Jika ada ketidaksetujuan yang substansial terkait dengan jawaban sebuah pertanyaan,
pertanyaanitu merupakan sebuahpertanyaanterbuka.Sebaliknya, jika adajawabanuniversalterkait
dengann jawaban sebuah pertanyaan, pertanyaan itu merupakan sebuah pertanyaan tertutup.
Misalnya, pertanyaan Berapa tinggi Gunung Merapi? atau Siapa presiden RI yang pertama?. Kita
tidak terlalu bersoal tentang jawaban yang tepat atas pertanyaanpertanyaan tersebut. Untuk
memberikanjawabanataspertanyaantertutup,kitahanyabutuhsumberinformasiyangtepercaya.
Lain halnya dengan pertanyaan terbuka, jawaban atasnya tidak memberikan semua orang
kepuasan dan menimbulkan sebuah ketidaksetujuan yang rasional atas jawaban mana yang benar. Di
sini perlu ditekankan bahwa kita tidak mesti mengasumsikan bahwa pertanyaan terbuka tidak
mempunyaijawabanyangtepat.Hanyadikarenakanadaketidaksejutuanterkaitdenganjawabanyang
benar tidak berarti bahwa tidak ada jawaban yang tepat. Apa yang penting dari pertanyaan terbuka
memberikankesempatanuntukkitaberpikirsecaramandiri.Disinilah,kitamelihatbahwapertanyaan


filosofis selalu dirumuskan sebagai pertanyaan terbuka karena tidak mempunyai jawaban yang
disepakti bersama. Itu berarti kita harus berpikir sendiri dan memutuskan apakah jawaban yang kita
pikirkanadalahtepatataudapatditerimasecararasional.
Adaduawilayahyangdapatdikontraskandenganfilsafat,yaitureligidanilmupengetahuan.Hal
ini merujuk pada gagasan Russell dan Law. Russel menjelaskan persoalan tersebut dengan sangat
menarik;diamenyebutfilsafatsebagaitanahtakbertuan(NoMansLand).Berikutkutipanlengkapnya:
All definite knowledge so I should contendbelongs to science; all dogma as to what
surpassesdefiniteknowledgebelongstotheology.Butbetweentheologyandscience,thereisa
No Mans Land, exposed to attack by both sides; this No Mans Land is philosophy. (Russell,
1945)
Banyak pertanyaan fundamental yang diolah dalam filsafat juga diperbincangkan dalam religi.
Dalam konteks ini, religi biasanya berupaya untuk menyediakan sebuah jawaban pertanyaan
fundamental seperti Mengapa semesta ini ada? dan Untuk apa semua ini ada?. Beberapa religi
mengklaim bahwa Tuhan menciptakan segalanya. Di samping itu, religi juga berupaya memberikan
kejelasanterkaitdenganapayangmembuatsesuatumenjadibenardansalahatauapakitamempunyai
jiwa atau tidak. Dalam sejarah, kita dapat melihat banyak pemikir religius besar merupakan seorang
filsuf.Demikiansebaliknya,banyakpulafilsufpentingmerupakanseorangahlireligi.
Dikarenakan tumpangtindihnya antara filsafat dan religi dalam konteks, keduanya berurusan
dengan pertanyaanpernyataan fundamental, kita perlu untuk melihat perbedaan keduanya secara
jernih.MenurutLaw,filsafatdanreligidapatdilihatperbedaannyaterkaitdenganpersoalanperandari
rasio. Hal ini menegaskan bahwa pengakuan rasio mempunyai batasan, yaitu rasio mungkin tidak
mampumenyelesaikansemuapertanyaanpernyataanfundamental.Akantetapi,perbedaanituterlihat
jelasdalamfilsafatyangsangatmemberikandoronganbagikitauntukmempergunakankekuatanrasio
sebaikmungkindansejauhyangkitabisa(Law,2007).Sementara,religimungkinmemberikandorongan
terkait dengan penerapan rasio, tetapi juga menekankan pentingnya jalan lain dalam persoalan
kebenaran,termasukpewahyuandankitabsuci.
Disampingitu,filsafatseringkalimengajukanpertanyaanyangdalambanyakkasusterlihatjauh
dari jangkauan ilmu pengetahuan untuk memberikan sebuah jawaban (Baggini, 2005). Misalnya, Apa
makna kehidupanini?;Mengapasemuanya ada; Bagaiman sayabisamengetahuibahwasaya tidak
sedangterjebakdidalamsebuahrealitasvirtual?;Apakitapunyaruhyangabadi?;Apakitasebagai
manusia punya kehendak bebas? Salah satu alasan mengapa ilmu pengetahuan dapat memberikan


bantuan dalam merumuskan jawaban atas pertanyaanpertanyaan itu dikarenakan ilmu pengetahuan
yangmengasumiskanadajawabanyangjelasterhadaphalhaltersebut.
Kita dapat mengambil contoh pertanyaan: Mengapa semuanya ada? Para ilmuwan
menjelaskan bahwa keberadaan dari semesta dengan mengajukan sebuah gagasan Ledakan Besar
yang terjadi miliaran tahun yang lalu. Peristiwa luar biasa itu bukan hanya menghasilkan materi dan
energi, tetapi waktu dan ruang. Di sini, apa penjelasan ilmiah seperti itu menghilangkan misteri dari
kita? Tidak. Hal ini dikarenakan sekarang kita bertanya: Mengapa ada ledakan daripada tidak ada
ledakan?. Dengan kata lain, misteri terkait dengan mengapa semuanya ada belumlah terpecahkan,
hanyatertunda.Dalamkonteksitu,ilmupengetahuanberfokusterkaitdenganasalmulasemesta.
Filsafat kerap kali didefinisikan sebagai induk dari ilmu pengetahuan (mother of science.)
Keterangan ini merupakan keterangan yang sifatnya historis. Artinya, filsafat disebut demikan karena
kemunculannya mendahului ilmu pengetahuan. Para filsuf tidak bermaksud melahirkan ilmu
pengetahuan dan tidak membayangkan ilmu pengetahuan menjadi semaju hari ini. Ilmu pengetahuan
merupakanperkembanganlanjutdarifilsafat.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, filsafat melihat realitas secara total untuk
menemukan hakikatnya. Ilmu pengetahuan hanya mencoba menerangkan hubungan antara gejala
gejalayangtertangkapolehpengamatanmanusia.Seiringdenganperkembanganyangterjadiditubuh
ilmu penetahuan, ilmu pengetahuan kini semakin beragam dan spesifik. Spesifik berarti setiap cabang
ilmu sebenarnya mempelajari objek yang sama, namun pendekatan atau metode yang digunakan
berbedabeda. Sebagai contoh, biologi mengkaji manusia dari segi fisiologinya, antropologi dari sisi
kebudayaannya,sosiologidarisisicaranyahidupbermasyarakat.Yangperlumenjadiperhatian,cabang
ilmu yang semakin spesifik dengan metode ilmiahnya masingmasing ini seakanakan membuat satu
disiplindengandisiplinyanglaintidaksalingberkaitan.
Pertanyaannyakemudian,dimanaposisifilsafatsetelahilmupengetahuanmenjadisedemikan
spesifik? Filsafat kini berfungsi sebagai disiplin lapis kedua (secondorder discipline) yang tidak lagi
menyelidiki realitas secara menyeluruh melainkan sebagai peralatan analitik untuk memeriksa
penyelidikan rasional ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, pertanyaan yang lebih fundamental seperti
Mengapa semuanya ada? melampaui kemampuan ilmu pengetahuan untuk memberikan sebuah
jawaban.Alasanlainmengapailmupengetahuantidakdapatmemberikanjawabanterkaitdikarenakan
pertanyaan tersebut sangat berhubungan dengan makna dan konsep. Misalnya, jika kita ingin
memberikanjawabanpadapertanyaan,Apakitasebagaimanusiapunyakehendakbebas?Kitamesti
jelastentangapayangdimaksuddengankehendakbebasdankonsepkonsepapasajayangterliputdi


dalamnya. Artinya, sekalipun semua fakta dikumpulkan, pernyataan tersebut akan tetap ada jika kita
tidakmemberikanpenjelasanterkaitdengankehendakbebas.Klarifikasiatasmaknadankonsepadalah
salahsatuaktivitassentralseorangfilsuf.

II.2 Sistematika dan Karakteritik Filsafat


Dalam filsafat, klarifikasi atas makna dan konsep dilakukan pada setiap objek kajian. Kita dapat
melihatfilsafatterbagimenjadicabangcabangyangmemilikiobjekkajiankhusus.Lebihjauhkitadapat
melakukan pembagian filsafat secara garis besar berdasarkan sistematika klasiknya yang terdiri dari
ontologi, epistemology, dan aksiologi. Akan tetapi, perludiingat bahwa pembagian ini lebih bertujuan
untuk mempermudah kita mengenal apa itu filsafat. Hal yang terjadi sesungguhnya adalah setiap
cabangcabang filsafat kaitmengait dengan erat. Oleh karena itu pula, pembagian atas objek kajian
filsafatdapatdilakukansepertifilsafatketuhanan,filsafatsejarah,filsafatbahasa,filsafatpolitikdanlain
lain (Hadinata, Putri, & Takwin, 2015). Di sini, akan difokuskan pembagian filsafat secara garis besar
berdasarkansistematikaklasiknya.Berikutilustrasisederhananya:
Ontologi

Metafisika
FilsafatIlmu
Pengetahuan

Filsafat

Epistemologi

Metodologi
Logika
Etika

Aksiologi
Estetika

II.2.1OntologidanMetafisika
IstilahontologiberasaldariduakatabahasaLatin,yaituontoyangberartiadadanlogosyang
berarti ilmu, kajian, prinsip atau aturan. Secara umum, ontologi dapat didefinisikan sebagai studi
filosofis tentang hakikat ada (being), eksistensi, realitas, serta kategori dasar keberadaan dan
hubungannya.Dalampengertianituontologibisadibagiduamenjadiduakategori,yaituontologi(dalam
arti khusus) dan metafisika. Dalam ontologi kita berfilsafat tentang sesuatu yang keberadaannya
dipersepsisecarafisikdantertangkapolehindera.Sedangkanmetafisikamengkajirealitasyangbersifat
murnikonseptual.


Katametafisikaberasaldarikatatametataphusika.Disini,tametaberartidibalikatausetelah.
Sementarataphusikaberartisesuatuyangbersifatfisikal,dapatditangkapbentuknyaolehindera.Oleh
karena itu, berrdasarkan asal katanya itu metafisika diartikan sebagai kenyataan di balik fisika atau
kenyataan yang bentuknya tak terjangkau oleh indera. Metafisika berhubungan dengan objekobjek
yang tidak dapat dijangkau secara inderawi karena obyek itu melampaui sesuatu yang bersifat fisik.
Secara fisikal, itu tidak tampak namun tetap bisa dijadikan kajian konseptual seperti jiwa, Tuhan, dan
sebagainya.Secaratradisional,metafisikadianggapsebagaicabangutamafilsafat.

II.2.2Epistemologi
Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat pengetahuan yang ditelusuri
melaluiempatpokok,yaitusumberpengetahuan,strukturpengetahuan,keabsahanpengetahuan,dan
batasbataspengetahuan.Pertanyaanyanghendakdijawabdisiniadalahbagaimanaprosesperolehan
pengetahuan pada diri manusia dan sejauh mana ia dapat mengetahui. Dalam epistemologi terdapat
tiga cabang yang lebih spesifik, yaitu filsafat ilmu pengetahuan, metodologi, dan logika. Ketiganya
dijelaskansebagaiberikut.
1. FilsafatIlmuPengetahuan
Filsafat Imu pengetahuan merupakan cabang filsafat yang mengkaji ciriciri dan caracara
memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, yang menjadi objek kajian
adalah pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan (science). Berbeda dengan pengetahuan
seharihari (knowledge), pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sistematis, diperoleh
denganmenggunakanmetodemetodetertentu,logisdanterujikebenarannya.
2. Metodologi
Metodologi adalah cabang filsafat yang mengkaji caracara dan metodemetode ilmu
pengetahuan memperoleh pengetahuan secara sistematis, logis, sahih, dan teruji. Di sini cara
dan metode ilmu pengetahuan dikaji sejauh mana kesahihannya dalam kegiatan menemukan
ilmupengetahuan.Didalamnyatermasukjugakritikdanupayapengujiankeabsahancarakerja
danmetodeilmupengetahuan.Selainmengkajicaracaradanmetodemetodeyangsudahada,
dalam metodologi dikaji pula kemungkinankemungkinan cara dan metode baru dalam ilmu
pengetahuan.
3. Logika
Logikaadalahkajianfilsafatyangmempelajariteknikteknikdankaidahkaidahpenalaranyang
tepat.Satuanpenalarandalamlogikaadalahargumenyangmerupakanungkapandariputusan


(judgment). Penalaran berlangsung lewat argumentasi dalam seperangkat proposisi. Proposisi
adalah pernyataan untuk mengiyakan (afirmasi) atau menyangkal (negasi) sesuatu. Proposisi
terdiri dari pokok yang dibicarakan (subjek), apa yang disangkal atau diiyakan (predikat), dan
hubunganyangsifatnyamenyatukanataumemisahkan(kopula).Argumentasiitutersusundari
premis ke kesimpulan lewat proses penyimpulan (inference). Secara umum ada dua jenis
argumentasi, yaitu deduktif dan induktif. Argumen deduktif bertolak dari premis umum ke
premis atau kesimpulam khusus. Penilaiannya adalah valid atau tidak valid. Argumen induktif
bergerak dari premispremis khusus ke kesimpulan atau premis umum Induksi menghasilkan
pengetahuanyangtidakniscaya,melainkankemungkinan.Kadarkemungkinannyadapatdiukur
penilaian kuat atau lemah. Logika sangat berkaitan erat dengan filsafat ilmu dan metodologi
ilmu.

II.2.3Aksiologi
Secaraetimologis,aksiologiberasaldariduakataYunani,yaituaxiayangberartinilaidanlogos
yang berarti ilmu, kajian, prinsip atau aturan. Oleh karena itu, aksiologi dapat dimaknai sebagai
sebuahstuditentangnilainilai.Padadasarnya,pembahasantentangnilaimenyangkutcabanglaindari
filsafat. Ada tiga nilai yang berbeda namanya dalam filsafat, tetapi mempunya keterkaitan, yaitu
kebaikan,kebenaran,dankeindahan(bonum,veritas,pulcher)kesatuanmakna.Etikaberkaitandengan
masalahkebaikan;epistemolgidenganmasalahkebenaran;danestetikadenganmasalahkeindahan.Di
dalam aksiologi dibahas tentang nilai yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik.
Selain itu juga dibicarakan tentang nilai yang berikaitkan dengan keindahan. Cabang filsafat yang
termasukdalamaxiologiadalahetikadanestetika.

1.Etika
Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan
perilakubaik.Cabanginimeliputiapadanbagaimanahidupyangbaik,orangyangbaik,berbuat
baik,danmenginginkanhalhalyangbaikdalamhidup.Istilahetikamenunjukduahal.Pertama,
disiplin ilmu yang mempelajari nilainilai dan pembenarannya. Kedua, pokok permasalahan
disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilainilai hidup manusia yang sesungguhnya dan hukumhukum
tingkahlakumanusia.Dalametikajugadipelajarialasanalasanyangrasionalmengapamanusia
berbuatdantidakberbuatsesuatu.Olehkarenaitu,etikabukanlahsekedarkumpulanperintah
danlarangan.
2.Estetika


KataestetikaditurunkandarikataYunaniKunoaisthetikosyangberartitosenseperception,juga
diturunkandarikataaisthanomaiyangberartiIperceive,feel,sense.Olehkarenaitu,estetika
mengkaji pengalaman dan penghayatan dalam menanggapi sesuatu, dalam konteks tertentu
bisa indah atau tidak indah. Dengan kata lain, estetika merupaka sebuah disiplin ilmu yang
membahaskaitanpersoalanputusanapakahsesuatuituindahatautidakindahdalamkonteks
persepsinyaatasrealitas.
Jika kita melihat lebih dalam pemikiranpemikiran filosofis dari Yunani Kuno hingga era
kontemporer, filsafat dapat didefinisikan sebagai usaha manusia untuk memahami segala sesuatu
secara kritis, radikal sistematis dan rasional. Di sini, filsafat tidak lain adalah sebuah usaha refleksi.
Sebuah usaha adalah sebuah proses, bukan semata produk. Filsafat sebagai sebuah upaya adalah
sebuah proses yang terus menerus berlangsung, tak ada kata putus, berlangsung terus hingga kini.
Proses itu berisi aktivitasaktivitas untuk memahami segala perwujudan kenyataan atau apa yang ada
(being).Hasratfilsafatadalahmemahamiapayangadadanmungkinada.
Meskipun produk filsafat berupa pemikiran filosofis mencerminkan proses pencariannya dan
merupakanpelajaranpenting,tidaktepatpemahamanfilsafathanyaterfokuspadaproduknya.Sebagai
produk, filsafat dapat terkesan sebagai barang jadi atau sesuatu yang telah selesai. Jika kita hanya
melihat produknya saja, kalimatkalimat dalam filsafat tampil sebagai jargon ataupun resep dalam
mengatasi persoalan kehidupan. Atau sebaliknya kalimatkalimat dalam filsafat tampil sebagai
kerumitanyangsulitdimengerti,membuatoranggentardanberpikirbahwafilsafatbukanurusanorang
kebanyakan. Hal itu terjadi jika kita tidak memahami prosesnya. Jika filsafat hanya dianggap sebagai
sebuah produk yang sudah selesai, akan terjadi kontradiksi dalam pengertian filsafat. Filsafat yang
memiliki sifat kritis tidak mungkin merupakan barang yang jadi. Artinya, produk filsafat adalah
pemikiranyangperludikaji,direfleksikan,dandikritiklagi.Setidaknya,filsafatmempunyaikarakteristik
sebagaiberikut:
Kritis

Radikal

Sistematis

Rasional

Istilah kritis dalam pengertian filsafat berasal dari istilah Latin kritein yang berarti memilah
milah dan kritikos yang berarti kemampuan menilai. Dalam konteks ini, kata itu mengandung dua
pengertian tersebut. Berfilsafat berarti memilahmilah dan memberi penilaian terhadap objek yang
dikaji. Secara lebih khusus lagi kritis disini diartikan sebagai terbuka pada kemungkinankemungkinan
baru dan tidak membakukan dan membekukan pikiranpikiran yang sudah ada. Artinya, berfilsafat
bermakna selalu hatihati dan waspada terhadap berbagai kemungkinan kebekuan pikiran. Berfilsafat


berarti juga berpikir kritis. Lebih khusus lagi, yang dimaksud berpikir kritis di sini adalah usaha yang
dilakukansecaraaktifuntukmemahamidanmengevaluasiinformasidengantujuanmenentukanapakah
informasiituditerima,ditolakataubelumdapatdiputuskanpenerimaannyakarenabelumjelas.
Karakteristikfilsafatyanglainadalahradikal.Istilahradikalberasaldarikataradixyangberarti
akar.Radikalberartimendalam;sampaikeakarakarnya.Pemahamanyangingindiperolehdarikegiatan
filsafat adalah pemahaman yang mendalam. Berpikir kritis memungkinkan kita untuk dapat berpikir
radikal. Dengan berpikir kritis yang sifatnya luas dan mendalam, kita tidak begitu saja menerima apa
yang ada. Dengan ucap lain, kita mencermati dan menemukan masalah, lalu mencari pejelasan baru
yanglebihlengkap.Penjelasanbaruitubisajadimenggantikanpenjelasanterdahuludalampengertian
membongkar dasar dan mencabut akarakar pemikiran sebelumnya. Karakteristik radikal pada filsafat
memungkinkan kita memahami persoalan sampai ke akarakarnya dan mengajukan penjelasan yang
mendalam.
Berfilsafat dilakukan secara sistematis. Asal kata sistematis adalah systema yang berarti
keteraturan, tatanan dan saling keterkaitan. Dalam konteks ini, sistematis memiliki pengertian bahwa
upaya memahami segala sesuatu itu dilakukan menurut suatu aturan tertentu, runut dan bertahap,
serta hasilnya dmengikuti suatu aturan tertentu pula. Karakteristik sistematis dari filsafat ini
mengimplisitkan adanya jaminan langkahlangkah berpikir yang tepat. Dengan kata lain, karakteristik
sistematisdalamfilsafatsekaligusmencakupnilaikevaliditasan.Darisinidapatdipahamibahwafilsafat
mencakuplogika.Artinya,filsafatselalumemegangkeyakinanakandayaargumendanpenalaran.Oleh
sebabitupula,filsafattidakbisadilepaskandarikarakteristikrasional.

II..3 Filsafat sebagai Aktivitas Evaluasi Argumentasi


Filsafat adalah sebuah kajian yang bersifat kreatif dan kritis. Kreativitas hadir ketika filsuf
menciptakan teoriteori untuk memberikan jawaban atas pertanyaanpertanyaan filosofis. Kekritisan
terjadiketikafilsufmemutuskanklaimklaimatauteoriteorimanayangtepat.Untukmelakukanhalitu,
kitaharusmelihatlatarbelakangdanpersainganatasklaimklaimatauteoriteoritersebut(Warburton,
2011). Sebenarnya kita melakukan hal tersebut sepanjang waktu di luar filsafat. Misalnya, kita kita
berdiskusitentangsiapapemainsepakbola,aktorataupenyanyiterbaiksepanjangmasa.Bagiankreatif
ketika kita memberikan namanama di dalam diskusi tersebut. Bagian kritis ketika kita memutuskan
jawaban mana yang paling diterima secara rasional. Dalam konteks ini, untuk memutuskan siapa
pemainsepakbola,aktor,danpenyanyiterbaiksepanjangmasa,kitamempunyaialasanuntukmenolak


dan mengusulkan siapa yang terbaik. . Dengan demikian, upaya untuk menyediakan sebuah alasan
adalahsebuahupayauntukmenyediakanargumentasidarisudutpandangkita.
Kita dapat mengilustrasikan proses keputusan apa yang paling dapat diterima secara secara
rasional seperti menimbang berat dua objek tertentu. Kita menempatkan alasanalasan atau
argumentasiargumentasi bagi sebuah keyakinan di satu sisi timbangan dan alasanalasan atau
argumentasiargumentasiyangmenentangkeyakinandisisilain.Kemudian,diputuskansisimanayang
lebihberatataulebihbaik.Perhatikanilustrasiberikut.

Reason
against

Reasonfor

Kita mungkin tergoda untuk menyatakan bahwa apa pun yang dipercaya seseorang adalah
sesuatu yang bersifat rasional setidaknya untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, kebanyakan filsuf
berpendapatbahwaadakeyakinanyangdapatditerimasecararasionaldanadapulayangtidakdapat
diterima secara rasional. Perbedaan keduanya terkait erat dengan argumentasiargumentasi. Seperti
yang telahdijelaskan, kita dapat mengatakan bahwa sebuah keyakinan dapat diterima secara rasional
jika argumentasi untuk hal tersebut lebih kuat daripapada argumentasi yang menentangnya (Emmet,
2001). Sementara, keyakinan yang tidak dapat diterima secara rasional jika agumentasi yang
menentangnya lebih kuat daripada argumentasi untuk hal tersebut. Dalam konteks ini, pertanyaan
seperti apa itu argumentasi dan bagaimana kita memisahkan antara argumentasi yang baik dan
argumentasi yang buruk menjadi sangat relevan untuk diketahui. Oleh karena itu, kita dapat
menyimpulkan bahwa fitur utama dari filsafat adalah mengevaluasi argumentasiargumentasi
(evaluatingarguments).
Argumentasi merupakan unit paling dasar yang lengkap dari sebuah proses penalaran. Lebih
lanjut,sebuahargumentasiadalahinferensidarisatuataulebihtitiktolakyangbiasanyadikenaldengan
premis ke sebuah titik akhir yang biasanya dikenal dengan konklusi atau kesimpulan. Di sini, perlu


dibedakan antara argumentasi dan eksplanasi. Menurut Baggini dan Fosl, aturan umum untuk
membedakan keduanya adalah agumentasi merupakan upayan untuk mendemonstrasikan bahwa
(that)sesuatuitubenar,sedangeksplanasimerupakansebuahupayauntukmenunjukkanbagaimana
(how) sesuatu itu benar. Misalnya, sebuah eksplanasi bagi kematian seorang perempuan pasti akan
menunjukkanbagaimana(how)halituterjadidenganmerujukadanyaairdalamkadartertentudiparu
parunya.,Sebuahargumentasiakanmendemonstrasikanbahwa(that)perempuantersebutmeninggal
dunia,sepertidikarenakanjantungnyaberhentiberdetakdantidakadatandatandavitallainyasehingga
kitadapatmenyimpulanbahwaperempuantersebutmeninggaldunia(Baggini&Fosl,ThePhilosopher's
Toolkit: A Compendium of Philosophical Concepts and Methods, 2010). Ringkasnya, argumentasi
merupakanseperangkatpernyataanyangterdiridarisatuataulebihpremisdansebuahkesimpulan.Di
sini, premispremis tersebut merupakan alasan mengapa sebuah kesimpulan yang dihasilkan benar.
Berikutcontohnya:
1) Semuasapiadalahmamalia.
Semuamamaliapunyaparuparu.
Jadi,semuasapipunyaparuparu.

Dua pernyataan awal di atas adalah premispremisnya, sedang yang pernyataan paling bawah

adalahkonklusiataukesimpulan.Kitamenggunakanargumentasiuntukmendemostrasikansesuatu,di
mana premispremisnya mengkonstitusikan bukti atas kesimpulan yang diambil. Di sini perlu dicatat
bahwa kita harus cermat terkait dengan konsep bukti dikarenakan ada perbedaan standar terkait
dengan apa yang dimaksud hal tersebut. Misalnya, argumentasi di atas merupakan konklusi atau
kesimpulannyayangmenyatakanbahwasemuasapipunyaparuparu,terbuktibahwasapipunyaparu
paru jika di dalamnya mengasumsikan premispremisnya benar. Oleh karena itu, konklusi atau
kesimpulan pastilah benar. Argumentasi yang semacam ini disebut sebagai argumentasi yang valid,
karena konklusi atau kesimpulan tidak mungkin salah bila semua premisnya benar. Perhatikan
argumentasiberikut:
2) OliveritumahasiswajurusanIlmuFilsafatatauKedokteranGigi.
OlvierbukanmahasiswajurusanKedokteranGigi.
Apakonklusiataukesimpulandariduapernyataanini?Jikakeduanyabenar,Oliverpastilahmahasiswa
jurusanIlmuFilsafat.Dengandemikian,argumentasidibawahiniadalahargumentasiyangvalid.
3) OliveritumahasiswajurusanIlmuFilsafatatauKedokteranGigi.
OlvierbukanmahasiswajurusanKedokteranGigi.
Jadi,OliberadalahmahasiswajurusanIlmuFilsafat.

Validitasmerupakansebuahkonsep yangditerapkanketikamengevaluasi sebuahargumentasi

berdasarkan standar deduktif. Argumentasi deduktif berfokus pada bagaimana sebuah argumentasi
valid.Denganargumentasideduktifyangvalid,premispremisnyapastilahmengimplisitkankonklusiatau
kesimpulan. Dalam rumusan formalnya, setiap pernyataanpernyataan (X) selalu mengimplisitkan
sebuah pernyataann (P), jika (X) benar, (P) pastilah benar. Akan tetapi, tidak semua argumentasi
merupakanargumentasi yangvalid.Katakanlahkitamengetahuibahwa semuakucing adalahmamalia
dan semua anjing adalah mamalia. Sekalipun kedua pernyataan itu benar, keduanya tidak
mengimplisitikanbahwasemuaanjingpastilahkucing.Olehkarenaitu,argumentasitersebuttidakvalid
dikarenakan tidaklah konklusi atau kesimpulan yang dihasilkan benar jika semua premispremisnya
benar.Berikutargumentasiyangtidakvalidtersebut:
4) Semuakucingadalahmamalia.
Semuaanjingadalahmamalia.
Jadi,semuaanjingadalahkucing.

Di sini mungkin memunculkan pertanyaan bisakah sebuah argument tetap valid walaupun

premisnyatidakbenar?Perhatikanargumentasiberikut:
5) Semuapenyuadalahmamalia.
Semuamamaliapunyahati.
Jadi,semuapenyupunyahati.

Kita dapat menunjukkan bahwa premis pertama dari argumentasi itu salah, penyu bukanlah

mamalia. Apakah lantas argumentasi ini tidak valid? Tidak demikian. Hal ini dikarenakan validitas
argumentasihanyamemostulatkanjikasemuapremisnyabenar,konklusiataukesimpulannyapastilah
benar. Artinya, sebuah argumentasi yang valid tidak membutuhkan semua premisnya benar.
Perbandingkanlahdenganargumentasiyangtidakvalidberikut:
6) Manusiaadalahmakhlukhidup.
Kucingadalahmakhlukhidup.
Jadi,kucingadalahmanusia.

Disini,kitadapatmenyimpulkanbahwasebuahargumentasiyangvalidtidakmenjaminbahwa

konklusiataukesimpulannyabenar.Dalamkonteksiniyangdibutuhkanadalahargumentasiyangmasuk
akal(soundness).Sebuahargumentasiyangmasukakal apabilaargumentasitersebut validdansemua
premispremisnyabenar.Dalam mengevaluasisebuahargumentasi, kita tidakhanya mempertanyakan
apakah argumentasi tersebut valid, tetapi juga apakah semua premisnya benar. Pertimbangkanlah
argumentasiberikut:


7) HampirsemuamahasiswaFakultasTeknikmendapatkannilaibaikuntukMatematika.
AthayaadalahmahasiswaFakultasTeknik.
Jadi,AthayaadalahmahasiayangmendapatkannilaibaikuntukMatematika.

Jelasbahwapremispremisdariargumentasidiatastidakmemberikanjaminanbahwakonklusi

ataukesimpulannyabenar,karenakesimpulandapatsajasalahsekalipunsemuapremisnyabenar.Akan
tetapi,argumentasi tetapbisadikatakan sebagai argumentasiyangbaik. Halini bila premispremisnya
benar,konklusidankesimpulannyakemungkinanbenar.Denganargumentasiyangkuatsecarainduktif
(inductively strong argument), jika premispremisnya benar, maka konkulsi atau kesimpulan pastilah
kemungkinanbenar.Halinimemangberbedadenganargumentasivalid,dimanabilapremispremisnya
benar, maka pastilah konkulusi atau kesimpulannya benar. Dalam mengevaluasi sebuahargumentasi,
hal yang pertama dilakukan adalah mempertanyakan apakah argumentasi tersebut valid atau kuat
secara induktif. Jika ternyata tidak valid dan lemah secara induktif, maka argumentasi itu bukanlah
argumentasi yang baik. Jika kuat secara induktif, maka yang lebih kuat; lebih baik. Hal ini tentu
mengandaikanpulakitamempertanyakanapakahpremispremisnyabenar.Dalamkonteksargumentasi
deduktif, semua argumentasi yang valid punya kesamaan nilai atas kevaliditasanya. Dengan ucap lain,
kita tidak bisa mengatakan satu argumentasi lebih valid daripada argumentasi yang lainnya. Hal ini
berbedadenganargumentasiinduktif,karenatidaksemuaargumentasiyangkuatsecarainduktifpunya
kesamaankekuatannya.Pertimbangkanlahduaargumentasiberikut.
8) 99%mahasiswaUIadalahorangyangberusiadibawah55tahun.
RayyanadalahmahasiswaUI.
Jadi,Rayyan(kemungkinan)adalahorangyangberusiadibawah55tahun.
9) 90%mahasiswaUIadalahorangyangberusiadibawah55tahun.
RayyanadalahmahasiswaUI.
Jadi,Rayyanadalah(kemungkinan)adalahorangyangberusiadibawah55tahun.
Argumentasi pertama jelas lebih kuat dibandingkan argumentasi kedua dikarenakan premisnya
membuat konklusi atau kesimpulannya lebih mungkin (more probable). Coba juga pertimbangkan
argumentasiyangkuatsecarainduktifberikutini.
10) Tidakadamanusiayangsayakenalhiduplebihdari150tahun.
Sayaadalahmanusia.
Jadi,sayatidakakanhiduplebihdari150tahun.

Argumentasiinitidaklahvalidsecaradeduktif,tetapisecarainduktifsangatlahkuat.Halinitidak

valid dikarenakan fakta bahwa tidak ada manusia yang saya kenal hidup lebih dari 150 tahun tidak


menjamin bahwa saya tidak dapat hidup lebih daripada 150 tahun. Saya dapat saja merupakan
pengecualian atau dapat saja kemajuan dunia medis memungkinkan untuk itu suatu hari nanti. Akan
tetapi,tetapsaja ada kemungkinanbesarjika sayatidakmengenalmanusiayanghidup lebihdari150
tahun, saya juga tidak akan hidup lebih daripada 150 tahun. Dengan ucap lain, premisnya membuat
kesimpulansecarakemungkinanbesarbenar.Olehsebabitu,argumentasitersebutkuatsecarainduktif.
Kekuatan induktif dapat ditingkatkan dengan informasi atau premis tambahan. Katakanlah misalnya,
Sherlock Holmes menginvestigasi kasus pencurian berlian di sebuah toko perhiasan dengan alasan
alasanberikut.
11) SidikjariTonoditemukandalamtokoperhiasan.
12) Tonopunyariwayatpencurianyangsamadengankasusini.
13) Tonoterlihatmengintaitokoperhiasanseharisebelumterjadinyakasuspencurian.
Jadi,Tono(kemungkinan)adalahpencurinya.

Dari bukti yang tersedia kita bisa berpikir bahwa Tono adalah pencurinya, tetapi hal itu tidak

cukup menyakinkan bagi hakim. Namun, dapat saja Sherlock Holmes melanjutkan investigasi dan
menambahkan bukti tambahan yang akan membuat konkulsi atau kesimpulan lebih mungkin benar.
KatakanlahSherlockHolmesbertanyakepadaTonodimanadiapadamalamterjadinyakasuspencurian
dan Tono memberikan alibi yang belakangan terbukti bohong. Kemudian, ada saksi mata yang
menyatakan bahwa Tono memang berada di dekat toko perhiasan ketika malam terjadinya kasus
pencurian.DenganduatambahanduapremistersebutakanmeningkatkankemungkinanbahwaTono
adalahpencurinya.Dengankatalain,argumentasiyangdiberikanlebihkuatdaripadasebelumnya.
14) Tonoberbohongtentangdimanadiaketikamalamterjadinyakasuspencuriandantidakdapat
memberikansebuahalibiyangmemuaskan.
15) Ada saksi mata yang menyatakan melihat Tono berada di dekat toko perhiasan ketika malam
terjadinyakasuspencurian.

Terakhir,katakanlahSherlockHolmesmenemukanberlianyangdicurididalammobilTono.Oleh

karena itu, sekarang kita punya argumentasi yang kuat dalam berhadapan dengan Tono. Berikut
rumusannya:
16) SidikjariTonoditemukandalamtokoperhiasan.
17) Tonopunyariwayatpencurianyangsamadengankasusini.
18) Tonoterlihatmengintaitokoperhiasanseharisebelumterjadinyakasuspencurian.
19) Tonoberbohongtentangdimanadiaketikamalamterjadinyakasuspencuriandantidakdapat
memberikansebuahalibiyangmemuaskan.


20) Ada saksi mata yang menyatakan melihat Tono berada di dekat toko perhiasan ketika malam
terjadinyakasuspencurian.
21) BerlianyangdicuriditemukandimobilTono
Jadi,Tonoadalah(kemungkinan)pencurinya.

Di sini terlihat jelas bahwa argumentasi kedua lebih kuat dibandingkan argumentasi pertama

dikarenakantambahanbuktiataupremisnya.Akantetapi,harusdisadaribahwakekuataninduktifpunya
persoalan lain daripada sekerdar relasi antara premispremis dengan konklusi atau kesimpulannya.
Perhatikanlahargumentasidibawahini:
22)Semuaangsayangtelahdiobservasiberwarnaputih.
Jadi,(kemungkinan)semuaangsaberwarnaputih.

Apakah argumentasi di atas kuat secara induktif? Jika ya seberapa kuat? Hal ini sulit untuk

ditentukankarenajawabankitamempertanyakanseberapabanyakangsayangsudahdiobservasi..Jika
hanya sedikit angsa yang diobservasi, katakanlah 10 atau 20, argumentasitersebut lemah. Jika angsa
yang diobservasi ribuan, dapat dikatakan bahwa argumentasi tersebut cukup kuat. Akan tetapi, kita
perlu juga untuk mempertanyakan di mana observasi atas angsa itu dilakukan. Katakanlah kita hanya
mengobservasi ribuan angsa dan semuanya berwarna putih, tetpai hanya di satu tempat kita
melihatnya, misalnya di Kota Depok. Maka, argumentasi tersebut lemah dikarenakan mungkin ada
angsa berwarna berbeda di tempat lain. Argumentasi tersebut akan lebih kuat jika kita telah
mengobservasi angasa di berbagai tempat yang berbeda dan semuanya berwarna putih. Akan tetapi,
kitajugaperlumeyakinibahwakitatelahmengobservasiangsadarijeniskelaminyangberbedadanfase
tumbuhyangberbeda.Katakanlah,kitahanyamengobservasiribuanangsa,tetapisemuanyabetinadan
fasetumbuhdewasanyasaja.Apayanghendakditunjukkanmerupakankekuataninduktifbukanhanya
sekedar persoalan berapa banyak observasi, melainkan kita mesti memastikan bahwa observasi yang
dilakukancukuprepresentatifatassampleangsa(Emmet,2001).

DAFTARPUSTAKA
Baggini,J.(2005).What'sItAllAbout?:PhilosophyandMeaningofLife.Oxford:OxfordUniversityPress.
Baggini,J.,&Fosl,P.S.(2010).ThePhilosopher'sToolkit:ACompendiumofPhilosophicalConceptsand
Methods.WestSussex:BlackwellPublishing.


Donald,P.(2006).LookingatPhilosophy:TheUnbearableHeavinessofPhilosophyMadeLighter.New
York:MacGrawHill.
Emmet,B.(2001).OpenQuestions:AnIntroductiontoPhilosophy.Belmont:Wadsworth/Thomson
Learning.
Fullerton,G.S.(1915).AnIntroductiontoPhilosophy.NewYork:NorwoodPressJ.S.CushingCo.
Hadinata,F.,Putri,S.,danBagusTakwin..(2015).MPKTABukuAjarIKekuatandanKeutamaan:
Karakter,Filsafat,Logika,danEtika.Depok:UniversitasIndonesia.
Law,S.(2007).EyewitnessCompanions:Philosophy.NewYork:DKPublishing.
Nagel,T.(1987).WhatDoesItAllMean?:AVeryShortIntroductiontoPhilosophy.Oxford:Oxford
UniversityPress.
Russell,B.(1945).AHistoryofWesternPhilosophy.NewYork:SimonandSchuster.
Warburton,N.(2011).ALittleHistoryofPhilosophy.NewHaven;London:YaleUniversityPress.

BAB III LOGIKA


Dr.FristianHadinata

III.1. Apa itu Logika


Logikamerupakansalahsatucabangfilsafat.Secaraetimologis,berasaldarikataYunanilogos
yang digunakan dalam beberapa arti seperti ucapan, kata, pengertian, pikiran dan ilmu pengetahuan
(Luce,1958).DarisejarahfilsafatkitamengenalAristotelessebagaifilsufyangpertamakalimenjelaskan
logika secara komprehensif. Sebelumnya memang ada beberapa filsuf Yunani Kuno yang sudah
mengemukakan prinsipprinsipberpikir danpemerolehan pengetahuan seperti Parmenides, Zeno, dan
Pythagoras.Akantetapi,penjelasankhususdanmenyeluruhtentangbagaimanapikiranmanusiabekerja
dan dapat memperoleh pengetahuan yang benar ditulis secara sistematis oleh Aristoteles (Hadinata,
Putri,&Takwin,2015).
Sebetulnya, Aristoteles sendiri menggunakan istilah analitika untuk merujuk kepada
penyelidikan terhadap argumentasiargumentasi yang bertitik tolak dari putusanputusan yang sudah
dipastikan kebenarannya, serta dialektika untuk penyelidikan terhadap argumentasiargumentasi yang
bertitiktolakdariputusanputusanyangbelumpastikebenarannya(Luce,1958).Pengertianlogikayang
kitakenalhariinilebihmengacukepadaAlexanderAphrodisiassekitarpermulaanabadke3M,karena
diamenyebutnyasebagaimenyebutcabangfilsafatyangmengkajiprinsip,aturan,danmetodeberpikir
yangbenar.
Dalam konteksitu, logika adalah suatu studi tentangmetodemetode danprinsipprinsipyang
digunakan untuk membedakan antara penalaran yang tepat dan penalaran yang keliru (Copi: 1990).
Penalaran merupakan aktivitas pikiran yang bertujuan memperoleh pengetahuan. Aktivitas pikiran itu
melibatkan proses penarikan kesimpulan berdasarkan alasanalasan yang relevan. Dalam logika dikaji
bagaimana berlangsungnya proses penarikan kesimpulan yang meliputi unsurunsur, langkahlangkah,
sertaprinsipprinsipdariprosestersebut.
Pada akhirnya melalui logika kita dapat membedakan antara penalaran yang tepat dengan
penalaran yang keliru. Oleh karena itu, logika sebagai suatu studi bukan hanya tentang pengetahuan,
tetapi juga keterampilan. Dengan mengetahui unsurunsur, langkahlangkah serta prinsipprinsip dari
penalaran yang tepat itu berarti kita sekaligus mengetahui pula bentukbentuk penalaran yang keliru.
Artinya, logika memberikan seseorang pengetahuan dan keterampilan untuk menguji ketepatan dari
suatupenalaransecarakritissertamenghindarimelakukanbentukbentukpenalaranyangkeliru.Dalam


mempelajari logika, khususnya logika deduksi yang difokuskan di sini dibutuhkan sistematika yang
terarah sehingga didapatkan pemahaman yang komprehensif dan konsisten. Berikut alur yang dapat
digunakan:
AlurMempelajariLogika
Term
Klasifikasi

LuasdanSifatTerm

Definisi

Proposisi
KuantitasProposisi

KuantitasdanKualitas
Proposisi

KualitasProposisi

Penalaran
Langsung

TakLangsung(Silogisme)

III.1.1 Logika Deduktif dan Induktif


Penalaranmerupakansuatuproses,yakniakalbudibergerakdarisuatupengetahuanlamayang
sudah dimiliki menuju pengetahuan baru. Proses itu dapat menemuh dua jalan, yaitu deduksi dan
induksi.Dalamkonteksinibisadisebutlogikadeduksidanlogikainduksi(Hayon,2000).Secaraumum,
logikadeduktifterwujuddalamsuatubentuklogisyangdisebutsilogisme.Silogismemerupakansuatu
bentuk argumentasi yang terdiri dari tiga proposisi. Dalam konteks ini, proposisi pertama dan kedua
merupakan landasan penalaran, sedang proposisi ketiga merupakan hasil dari penalaran tersebut.
Hubungan antarproposisi ini adalah hubungan yang tidak terpisahkan. Oleh karena itu, dalam logika
deduktif tepat atau tidak tepatnya hubungan tersebut merupakan hal yang sentral. Perhatikan dua
proposisiberikut.
1) Semuamanusiaadalahmakhlukberakalbudi.
Sokratesadalahmanusia
Dari kedua proposisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa Sokrates adalah makhluk
berakal budi. Kesimpulan itu dihasilkan hanya melalui analisis terhadap dua proposisi tersebut tanpa


bersandar pada observasi empiris terhadap Sokrates. Oleh karena itu dapat dikatakan pengetahuan
yang dihasilkan dari logika deduktif bersifat a priori. Selain itu, kita mengetahui bahwa kesimpulan
Sokrates adalah makluk berakal budi merupakan konsekuensi yang sudah langsung terkandung di
dalam dua proposisi di atas. Dengan demikian, logika deduktif memiliki tiga ciri, yaitu: 1) analitis, di
manakesimpulanhanyaditarikdenganmenganalisisproposisiproposisiyangsudahada;2)tautologis,
dimanakesimpulanyangditariksesungguhnyasecaraimplisitsudahterkandungdaripremispremisnya;
3)apriori,dimanakesimpulanditariktanpabersandarpadaobservasiempirisataupengalamanindera.
Lain halnya dengan logika deduktif, logika induktif sangat bertumpu pada observasi empiris.
Oleh karena itu, pengetahuan yang dihasilkan merupakan generalisasi yang didasarkan pada
pengamatan atas kasuskasus yang dinilai mempunyai persamaan. Dengan begitu, logika induktif
menghasilkan kesimpulan yang bentuk sintetis atau penggabungan dari kasuskasus yang digunakan
sebagaititiktolakpenalaran.Berikutpolaumumlogikadeduktif:
2) X1mempunyaikarateristikP.
X2mempunyaikarateristikP.
X3mempunyaikarakteristikP.
:
XnmempunyaikarateristikP.
Jadi,XmempunyaikarakteristikP
Selainitu,dikarenkantitiktolakpenalarannyamerupakanhasilpengamatanindera,makalogika
induktif bersifat a posteriori. Atas dasar itulah logika induktif memiliki tiga ciri berikut: 1) sintetis, di
manakesimpulanditarikdenganjalanmenggabungkankasuskasusyangdinilaimempunyaipersamaan;
2) general, di mana kesimpuylan yang dihasilkan selalu meliputi kasus yang lebih banyak atau lebih
umumsifatnyadaripadajumlahkasusyangterhimpunsebagaititiktolakpenalaran;3)aposteriori,di
manakesimplandidasarkanpadakasuskasusyangteramatisecarapengalamanindera.Atasdasaritu
pula, logika induktif tidak memberikan suatu kepastian mutlak, tetapidinilaidenganprobabilitas yang
diberikanolehpremispremiskepadakesimpulannya.Berikutsecarasingkattabelperbandinganantara
logikadeduktifdanlogikainduktif.
TabelPerbandinganantaraLogikaDeduktifdanLogikaInduktif

LogikaDeduktif

LogikaInduktif

Analitis

Sintetis

Tautologis

Generalisasi

Apriori

Aposteriori


KepastianMutlak

Probabilitas

III.1.2 Logika Formal dan Material


Dalam logika dibedakan antara bentuk argumentasi dengan konten argumentasi. Apa yang
dimaksud dengan bentuk argumentasi mengacuh pada logika formal, sedang konten argumentasi
merujuk pada logika material. Di sini, logika formal berurusan dengan proses penalarannya terkait
bagaimana dari premispremis ke kesimpulan dalam suatu argumentasi tepat atau tidak tepat. Dalam
konteks ini, bila proses penalarannya tepat, maka kesimpulan yang dihasilkan pastilah tepat pula.
Bentukargumentasidenganprosespenalaranyangtepatitudalamlogikaformaldisebutsahih(valid).
Dengandemikian,suatubentukargumentasidapatdikatakansahihhanyabilaprosespenalarantesebut
tepat. Dalam arti bila kesimpulan yang dihasilkan merupakan implikasi logis dari premispremisnya.
Sebaliknyabilaprosespenalarannyatidaktepat,makadapatdikatakanargumentasitersebuttidaksahih
(invalid).
Bila logika formal berurusan dengan tepat tidaknya suatu proses penalaran, logika material
berurusan dengan benar tidaknya proposisipropsosi yang membangun suatu argumentasi (Hayon,
2000). Artinya, logika material lebih berfokus pada benar tidaknya dari konten suatu arguemntasi. Di
sini, apa yang dimaksud dengan benar tidaknya proposisiproposisi tersebut ditentukan dengan
kesesuaiannya(korespondensinya)dengankenyataan.Olehkarenaitu,suatuargumentasihanyadapat
dikatakanbenar(true),bilasemuaproposisinyabenardalamartisemuaproposisitersebutbersesuaian
dengan kenyataan. Jika salah satu saja dari proposisiproposisi yang membangun dalam suatu
argumentasi salah dalam pengertian tidak bersesuian dengan kenyataan, maka argumentasi itu
dinyatakan salah dari segi kontennya. Untuk memudahkan kita memahami perbedaan antara logika
formaldanlogikamaterial,perhatikantabelberikutini:
TabelPerbandinganLogikaFormaldanMaterial
Nomor LogikaFormal
1

Sahih

Argumentasi
Semuaikanmempunyaiinsang.

LogikaMaterial
Benar

Semuasalmonadalahikan.
Jadi,semuasalmonmempunyaiinsang.
2

TidakSahih

Semuaikanmempunyaiinsang.
Semuasalmonmempunyaiinsang.
Jadi,semuasalmonadalahikan.

Benar

Sahih

Semuaamfibimempunyaitanduk.

Salah

Semuaikanadalahamfibi.
Jadi,semuaikanmempunyaitanduk.
4

TidakSahih

Semuaamfibimempunyaitanduk.

Salah

Semuaikanmempunyaitanduk.
Jadi,semuaikanadalahkatak.
Bila kita perhatikan argumentasi nomor 1 merupakan sebuah contoh argumentasi yang
mempunyai dua nilai sekaligus, yaitukebenaran secara formal dan kebenaran secara material. Di sini,
argumentasi itu dibangun dengan proses penalaran yang tepat dan proposisiproposisinya
berkorespondensi dengan kenyataan yang sebenarnya. Dengan kata lain, argumentasi nomor 1 ini
menunjukkankesahihansecaraformaldankebenaransecarakonten.
Berikutnyakitaperhatikanargumentasinomor2.Semuaproposisibaikpremispremisataupun
kesimpulannya bersesuaian dengan kenyataan. Oleh karena itu, argumentasi ini dari sisi konten atau
logikamaterialdinyatakanbenar.Akantetapi,argumentasiinidarisisiprosespenalaranataubentuknya
tidaklah sahih. Hal ini dikarenakan proposisi kesimpulan Jadi, semua salmon adalah ikan bukan
implikasilogisdari premispremisnya, sekalipun premispremistersebutbenar dikarenkanbersesuaian
dengankenyataan.
Sebaliknya, kita perhatikan argurmentasi nomor 3 yang dari sisi konten atau logika material
dinyatakan salah karena semua proposisi baik premispremis ataupun kesimpulan tidak bersesuian
dengankenyataan.Akantetapi,argumentasitersebutdarisisiprosespenalarannyaataulogikaformal
dinyatakan sahih. Hal ini dikarenakan kalau saja premispremisnya (dalam konteks ini Semua amfibi
mempunyaitandukdanSemuaikanadalahamfibi)bersesuaiandengankenyataan,makakesimpulan
Jadi, semua ikan mempunyai tanduk mestilah benar pula. Dengan kata lain, proses penarikan
kesimpulan dari argumentasi nomor 3 adalah sahih dikarenakan kesimpulannya merupakan implikasi
logisdaripremispremisnya.
Selanjutnya, kita perhatikan argumentasi nomor 4 yang dinyatakan tidak sahih dari sisiproses
penalaran dan salah dari sisi konten dikarenakan semua proposisinya tidak bersesuaian dengan
kenyataan.TidaksahihnyaprosespenalaranitudisebabkankesimpulanJadi,semuaikanadalahkatak
bukanlah implikasi logis atau tidak dapat ditarik dari premis Semua amfibi mempunyai tanduk dan
premisSemuaikanmempunyaitanduk.
Dengan demikian, dalam suatu argumentasi ada dua persoalan yang harus dibedakan yaitu
kesahihanprosespenalaran(logikaformal)dankebenarankontendaripenalaran(logikamaterial).Apa


yangperludiingatadalahsetiapargumentasiyangdibangundalamkonteksakademisdanilmiahharus
memperhatikankeduasisitersebutsecarabersamasama.Ringkasnya,setiapargumentasiakademisdan
ilmiahmensyaratkankesahihanprosespenalarandankebenarankontendaripenalarantersebut.

III.2 Term
Istilahtermdiuraikandalamsubsubbabberikutsehinggaakanjelaskonsepsitermdalam
pengidentifikasiandanpengimplenmentasiannyakedalampemikiranfilsafat.

III.2.1 Perbedaan Kata dan Term


Konsep adalah unsur pembangun pikiran. Setiap hal yang diinderai dan dipersepsi oleh kita
dibentukmenjadikonsep.Konsepmerupakansuatugambaranabstrakyangtidakmerujukkepadaobjek
konkret tertentu. Misalnya, setelah kita memperoleh pengalaman bertemu dengan berbagai individu
denganciriciritertentu,kemudiankitamemilikikonseptentangmanusia.Dalamkonteksini,konsep
manusia tidak hanya merepresentasikan individuindividu yang kita kenal, melainkan pula manusia
padaumumnyatermasukindividuindividuyangbelumkitakenal.Halinidikarenakankonsepyangkita
punyai terkait langsung berhubungan dengan hakekat kemanusiaan. Dengan begitu, kita dapat
menyimpulkan bahwa konsep adalah suatu gambaran abstrak yang tidak merujuk objek konkret
tertentudanmenyentuhsecaralangsunghakekatobjektersebut.Dikarenakankonsepmerupakansuatu
gambaranabstrak,makauntukmewujudkannyadiperlukansuatubentuksimboliklinguistikyaitukata.
Dalam konteks ini, kata dapat dilihat sebagai satuan konsep terkecil yang direpresentasikan melalui
bahasa. Sejauh kata berfungsi sebagai ungkapan lahiriah dari suatu konsep dalam logika, maka
disebutlahsebagaiterm.
Disiniperludiperjelasperbedaankatadanterm.Termselalumerupkanungkapanlahiriahdari
suatukonsep.Dikarenakanhalitu,makatermdapatterdiridarisuatukataataulebih.Olehkarenaitu
apayangdimaksudkandengantermadalahsatukataataulebihyangmerupakanungkapanlahiriahdari
konsep. Misalnya, katakata berikut: mahasiswa; mahasiswa UI; mahasiswa UI yang rajin; dan
mahasiswaUIyangrajinbelajarlogika,masingmasingdisebuttermdikarenakanmerupakanungkapan
lahiriahdarikesatuankonsepkonsepberikut:mahasiswa;mahasiswaUI;mahasiswaUIyangrajin;
dan mahasiswa UI yang rajin belajar logika. Oleh karena itu, term tidaklah sebangun dengan kata
dikarenakan term merupakan ungkapan lahirah dari konsep. Dalam konteks ini, term bisa saja terdiri
darilebihdarisatukata.Jikadilihatdarijumlahkatayangterdapatdalamterm,makatermdibedakan
menjaditermtunggaldantermmajemuk.Termtunggaladalahtermyangterdiridarisatukatasajadan


sudahmempunyaiartitertentu.Termmajemuk adalah termyang terdiridari duakata ataulebihdan
sudahmempunyaiartitertentu.
Setidaknya alasan yang membedakan antara kata dan term. Pertama, setiap term selalu
mengungkapkan konsep tertentu, sedang kata tidak selalu merujuk pada suatu konsep. Memang ada
kata yang mengungkapkan suatu konsep sehingga dapat disebut sebagai term. Kata jenis ini dikenal
sebagai kata kategorimatis, misalnya mahasiswa, kursi, meja dan lainlain. Akan tetapi, ada juga kata
yang tidak memiliki konsep tertentu yang disebut sebagai kata sinkategorimatis, seperti nan, yang,
amboidanlainlain.
Olehsebabitudapatdisimpulkansetiaptermadalahkata,tetapitidaksetiapkataadalahterm.
Kedua, setiap term yang diandaikan mengungkapkan konsep dapat berfungsi sebagai subjek atau
predikat dalam proposisi.Misalnya, proposisi Gajah adalah hewan mamalia. Dalam contohtersebut,
term gajah berfungsi sebagai subjek dan term hewan mamalia berfungsi sebagai predikat. Dari
contoh tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa tem subjek ataupun term predikat dapat saja terdiri
dari satu atau lebih kata; namun keseluruhan kata itu tetap dianggap satu konsep semata. Misalnya,
proposisiGajahyangdinaikiolehpawangmengamukdilingkunganpadatpenduduktetapdinyatakan
memilikiduaterm,yaitutermsubjekGajahyangdinaikiolehpawangdantermpredikatmengamukdi
lingkunganpadatpenduduk.
Dalamproposisitidakdikenalistilahobjek,keteranganataupunhallainnyasebagaimanalazim
ditemukan dalam kajian kebahasaan. Hal ini dikarenakan hubungan antara term subjek dengan term
predikat merupakan syarat mutlak untuk terbentuknya proposisi yang merupakan unsur pembangun
penalaran. Oleh karena itu, pemahaman akan term sebagai unsur terkecil dalam bidang logika sangat
sangatpentingdantidakmungkindilewatkanbilahendakmengertinyasecarautuh.

III.2.2. Luas dan Sifat Term


Termyangmengekspresikansebuahkonsepperludiperhatikan.Halinidikarenakantermterm
yangsamabisasajamenunjukkancakupankonseptualnyaberbeda.Misalnyatermsemuamanusiadan
term beberapa manusia memang samasama merujuk pada cakupan konseptual yang sama, tetapi
dalamluasyangberbeda.Ditinjaudariaspekluasnya,termdiklasifikasikandalamtigajenis,yaituterm
universaltermpartikular,dantermsingular.Perhatikantabelberikut:
TabelLuasTerm
TermUniversal

Term yang merujuk pada keseluruhan luasnya tanpa ada yang dikecualikan.
Misalnya,semuapekerja;seluruhhewan,taksatupundosendanlainlain.


TermPartikular

Term hanya merujuk pada sebagian dari seluruh luasnya, sekurang


kurangnya satu dan tidak tentu. Misalnya, beberapa orang, ada mahasiswa
sebagianpeserta,seorangtentara,dansebuahapel.

TermSingular

Term merujuk dengan tegas pada satu objek, satu individu, ataupun satu
realitas tertentu. Term singular dapat dikenali dengan dua ciri. Pertama,
nama unik yang memberikan identitas berikut keterangan atau penjelasan
utuhterkaitdengansatuobjek,individu,ataupunrealitastertentu.Misalnya,
PresidenRIyangpertama;DekanFakultasIlmuPengetahuanBudayaUIyang
sedang menjabat; Jembatan terpanjang di Indonesia; Orang paling tinggi di
dunia.Dalamkonteksini,termsingularjugadikenakankepadakelompokkata
yangdiberipenunjukiniatauitu.Misalnya,mejaini;kursiitu.Kedua,nama
diriyangdiberikankepadaorangatauobjekuntuktujuanidentifikasi,seperti
Rayyan, Athaya, Hani,; kota Jakart, pegunungan Himalaya, dan gunung
Merapi.

Ada catatan yang perlu ditegaskan di sini terkait dengan tabel di atas, yaitu kita harus

memperhatikanketentuankhususdankontekstualdaritermitusendiri.Dalamkonteksini,ketentuan
khusus berhubungan dengan keterangan kuantitas (semua, seluruh, beberapa, sebagian dan lainlain)
dankatapenunjukituyangmemangbisamempermudahkitauntukmengertiluasterm.Akantetapi,
tidaksetiaptermdidalamsuatuproposisiadaketerangankuantitasnya,makakontekstualdaritermitu
sendiri perlu diperhitungkan. Dalam konteks kebahasaan kita, kata itu dalam suatu proposisi bisa
berfungsi sebagai kopula (penghubung term subjek dan term predikat) yang semakna dengan kata
adalah.Misalnya,Gajahituhewanmamalia.
Dalam proposisi tersebut kata itu berfungsi sebagai kopula dikarenakan maknanya sama
denganSemuagajahadalahhewanmamalia.Olehkarenaitu,luastermnyauniversaldikarenakantidak
merujuk pada gajah tertentu, tetapi pada semua gajah tanpa kecuali. Lain halnya dengan proposisi
Gajahitubergadingpanjang.Dalamproposisiini,kataituberfungsisebagaipenunjuksehinggaluas
termnya singular. Dalam konteks yang lain, misalnya proposisi Orang Indonesia rajin belajar luas
termnya tidak dapat dipahami dalam luas universal, tetapi mestilah dalam luas partikular. Artinya,
proposisi itu lebih semakna dengan Beberapa orang Indonesia rajin belajar. Oleh karena itu,
pemahamankonstekstualdarisuatutermsangatpentinguntukmenentukanluastermtersebut.

Di samping luas term yang sudah dibahas di atas, pengklasifikasian term juga bisa didasarkan

pada sifat term. Sifat dari term dapat digolongkan menjadi term distributif dan term kolektif. Suatu
termbersifatdistributifapabilakonsepyangterkandungdalamtermtersebutdapatdikenakankepada
anggota atau individu yang tercakup di dalamnya, satu demi satu tanpa terkecuali. Misalnya, term
hewan bersifat distributif sejauh term itu dapat diterapkan termterm seperti gajah, jerapah, panda,
danlainlainyangbernaungdidalamlingkupkonseptualdarihewan.
Sedangkan, suatu term bersifat kolektif apabila konsep yang terkandung dalam term tersebut
tidakbisadikenakankepadaanggotaatauindividuyangtercakupdidalamnyasatudemisatu,melainkan
berkelompok sebagai keseluruhan. Misalnya, term keluarga bersifat kolektif dikarenakan konsep
keluargatidaklahmenunjukpadaanggotaatauindividuyangberadadidalamlingkupkonseptersebut,
melainkanpadakeluargaitusendirisebagaisatukesatuankelompok.Adabanyaktermlainyangbersifat
kolektif seperti bangsa, orkes, armada, partai, suku, kesebelasan, tim dan lainlain. Berikut tabel
ringkasanterkaitdengansifatterm:
TabelSifatTerm
TermDistributif

TermKolektif

Konsep yang terkandung dalam term tersebut Konsep yang terkandung dalam term tersebut
dapat dikenakan kepada anggota atau individu tidak dapat dikenakan kepada anggota atau
yang tercakup di dalamnya, satu demi satu individu yang tercakup di dalamnya satu demi
tanpaterkecuali.

satu,

melainkan

berkelompok

sebagai

keseluruhan.

III.2.3 Klasifikasi

Setiap term terkait erat dengan cakupan konseptualnya. Dalam konteks itu, kita perlu
mengetahui persoalan klasifikasi. Klasifikasi merupakan suatu cara seseorang melakukan pembagian
suatu konsep ke dalam bagianbagian yang lebih kecil. Apa yang dimaksudkan dengan klasifikasi
bukanlahpembagianfisik,tetapipembagianlogis.Adaduaalasanyangpembedaanini.Pertama,dalam
pembagian fisik, bagianbagian yang lebih kecil tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan
keseluruhan suatu konsep tertentu. Contonya, bila sebuah mobil yang dilepaslepas ke dalam bagian
bagiannya,makakitatidakbisamengatakanKnalpotadalahmobilatausetiradalahmobil.
Berbeda dengan pembagian logis, bagianbagian yang lebih kecil mempunyai hubuungan
dengankeseluruhansuatukonseptertentu.Olehkarenaitu,keseluruhansuatukonseptertentudapat


berfungsisebagaipredikatuntukbagianbagianyanglebihkeciltersebut.Contohnya,konsepbinatang
dapat diklasifikasikan ke dalam bagianbagian yang lebih kecil atau subkelassubkelas seperti sapi,
kambing,kerbau,danlainlain.Olehkarenaitu,kitamasihbisamengatakanKambingadalahbinantang
ataupun Sapi adalah binantang. Kedua, pembagian fisik terkadang tidak menunjukkan suatu kriteria
tertentuyangjelas.Sedang,pembagianlogisterhadapsuatukonsepkedalambagianbagianyanglebih
kecil atau subkelassubkelasnya selalu didasarkan pada satu kriteria tertentu. Dengan demikian,
klasifikasisebagaipembagianlogisdapatdimengertisebagaipembagiansuatukonsepkedalambagian
bagian yang lebih kecil atau subkelassubkelasnya berdasarkan satu kriteria tertentu (Hayon, 2000).
Berikutcontohklasifikasi:
alattransportasi

alattransportasi
darat

alattransportasi
air

alattransportasi
udara

Di dalam logika, ada sejumlah prinsipprinsi yang digunakan untuk menyusun suatu klasifikasi
yangtepat.Berikutprinsipprinsipklasifikasi:
TabelPrinsipPrinsipKlasifikasi
No
1

PrinsipKlasifikasi
Klasifikasiharuslengkap.

PenjelasandanContoh
Pengklasifikasian dari suatu konsep mengharuskan
semua subkelassubkelasnya yang berada di bawah
lingkup konsep tersebut harus disebutkan secara
lengkap.Artinya,ketikasubkelassubkelasitudisatukan,
hasilnya tidak lebih atau tidak kurang dari lingkup
keseluruhan konsep yang dibagibagi. Misalnya,
klasifikasi terhadap benda tidak lengkap jika hanya
dibagi menjadi subkelas benda padat dan subkelas
benda cair saja. Ketidaklengkapan dalam klasifikasi itu
karenatidakdisebutkansubkelasbendagas.

Klasifikasiharusbenarbenar

Pengklasifikasian batas satu subkelas dengan subkelas

memisahkan(tidaktumpang

yang lain harus benarbenar terpisah dan terbedakan

tindih).

dengan jelas. Artinya, satu subkelas dengan subkelas


yanglaintidaktumpangtindih(overlapping).

Misalnya, mahasiswa UI, diklasifikasi menjadi subkelas


mahasiswa UI yang berusia 18 tahun ke atas dan
mahasiswa UI yang berusia 20 tahun ke bawah.
Klasifikasiinidinyatakantidakbenarbenarmemisahkan
karenasubkelaskeduanyatumpangtindihpadarentang
mahasiswaUIyangberusia18sampaidengan20tahun.
3

Klasifikasiharusmenggunakan

Prinsip ini merupakan penegasan kembali dari definisi

kriteriayangsama.

klasifikasi yang telah dibahas di atas, yaitu pembagian


logis dengan kriteria yang sama atau tertentu.
Penggunaan

kriteria

pengklasifikasian

yang

berbeda
keliru

dapat
dan

membuat

menunjukkan

ketidakkonsistenan.

Misalnya, sepatu diklasifikasikan menjadi subkelas


sepatu kulit, sepatu karet, sepatu hitam, sepatu
olahraga. Klasifikasi ini keliru dikarenakan tidak
menggunakan kriteria yang sama. Dalam klasifikasi itu
adakriteriayangberbedayangdigunakansebagaidasar
klasifikasi. Subkelas sepatu kulit dan sepatu karet
merujukpadabahandarisepatu;subkelassepatuhitam
merujuk pada warna dari sepatu; subkelas sepatu
olahraga merujuk pada peruntukan dari penggunaan
sepatu.
4

Klasifikasiharusteraturdan

Pembagian logis dari suatu konsep ke dalam subkelas

rapi.

subkelasnya dilakukan secara berurutan dan tidak ada


subkelasyangterlangkahisehinggaderetansubkelasdari
kelasinduksampaisubkelaspalingkecilmemperlihatkan
suatukeseluruhanyangutuh.

Misalnya, kelas induk hewan tidak dapat langsung


dibagi ke dalam mamalia, pisces, amfibi, reptil,
aves, tetapi harus dibagi menjadi vertebrata dan
invertebrataterlebihdahulu.
5

Klasifikasiharussesuaidengan

Klasifikasi hendaknya disesuaikan dengan tujuan yang

tujuanyanghendakdicapai.

hendakdicapai.

Misalnya, pengklasifikasian tumbuhan dalam bidang


biologi. Hal itu sangat bergantung pada tujuan teknis
bidang tersebut. Jika hendak memperjelas lingkungan
pada tumbuhan hidup, tujuannya lebih tepat
diklasifikasikan menjadi lingkungan kering (xerofit),
lingkungan air (hidrofit), dan hidup di lingkungan
lembap(higrofit).Akantetapi,jikahendakmemperjelas
tumbuhan terkait dengan manfaatnya, fungsinya lebih
tepat diklasifikasikan menjadi tanaman obatobatan,
tanamanhias,tanamanpangandansebagainya.

Adabeberapacatatanyangperludiperhatikanterkaitdenganprinsipprinsippengklasifikasian,
terutamaterkaitdengankesulitanyangmuncul.Pertama,prinsipprinsippengklasifikasiansecaramurni
dalamprakteksangatsukardikarenakanadanyasejumlahkonsepyangsulitditentukanbatasbatasnya
secara tegas. Misalnya, barang diklasifikasikan menjadi subkelas barang mahal dan barang murah
atau orang diklasifikasikan menjadi subkelas orang tradisional dan orang modern. Dalam contoh
tersebut, subkelas tidak memiliki batas yang jelas dan kriteria yang digunakan untuk pengklasifikasian
tersebut lebih mencerminkan penilaian yang subjektif. Kedua, ada bentuk pengklasifikasian ke dalam
duasubkelassemata.Bentukpengklasifikasiinidikenalsebagaiklasifikasidikotomis.
Istilah dikotomi, secara etimologis dari bahasa Latin dichtomia yang berarti pembagian secara
duadua atau berpasangan. Hal ini dilakukan dengan dua alasan yang berbeda; yaitu dikarenakan
terbatasnyapengetahuan kita akan subkelassubkelas dari kelas induk ataudikarenakan tujuantujuan
tertentudaripengklasifikasian.Jikadidasarkanpadaalasanyangpertama,makadikotomitersebutbisa
nyatakansah.
Akan tetapi, jika didasarkan pada asalan yang kedua, maka dikotomi tersebut terkait erat
dengan teknik hitamputih dan lebih dikenal dengan klasifikasi dikotomi keliru. Hal ini banyak
ditemukandalampropaganda,dimanaklasifikasidikotomiitudilakukandengansengajaterkaittujuan


politis untuk menyederhanakan persoalan menjadi dua pilihan saja. Bentuk pengklasifikasi ini dikenal
sebagai klasifikasi dikotomis. Misalnya, orang Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan
diklasifikasikanmenjadiorangIndonesiaprorevolusidanorangIndonesiakontrarevolusi.

III.2.4. Definisi
Secara etimologis, kata definisi berasal kerja definere yang dalam bahasa Latin mempunyai arti
membatasi atau mengurung dalam batasbatas tertentu (Hayon, 2000). Dalam kegiatan akademis,
definisi selalu berhubungan dengan istilah yang hendak dijelaskan. Artinya, definisi bisa dimengerti
sebagaipenentuanbataskonseptualbagisuatuistilah.Olehkarenaitu,definisimempunyaiduatujuan,
yaitu; memberikan rumusan yang lengkap terkait dengan istilah yang didefinisikan dan mampu
memperlihatkanperbedaanantarasatuistilahdenganistilahyanglainnya.
Pendefinisian suatu konsep dalam kegiatan akademis sangat penting dikarenakan dapat
meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahpahaman terkait dengan konsep tersebut. Kerancuan
pemahamanakansulitdihindaribiladariawalpercakapanakademistidakterlebihdahulumenerangkan
secara definitif apa yang dimaksud dengan sebuah konsep tertentu. Sebuah definisi mengandung dua
unsur,yaituhalyangdidefinisikandisebutdefiniendumdanhalyangmendefinisikanataumenjelaskan
arti difiniendum tersebut disebut definiens. Di sini perlu ditegaskan bahwa definiens bukan arti dari
definiendum, melainkan suatu istilah atau kelompok istilah yang terkait dengan konteks definisi
mempunyaiartiyangsamadengandefiniendum.Lebihjelasnyaperhatiantabelberikut:
TabelDuaUnsurDefinisi
Definiendum

Definiens

Istilahyanghendakdijelaskanartinya

Perumusanataupenjelasanyangdiberikan

Pemahamanterkaitdenganklasifikasiyangtelahdijelaskandiatassangatmembantukitauntuk
menyusunsuatudefinisiyangtepatterkaitdengankonsepataupunistilahtertentu.Misalnyakitaingin
melakukansuatudefinisimengenaisebuahkonsepbukanlahhalyangsulitbilakitamengetahuidengan
baik apa yang merupakan kelas induk (genus proximum) dan ciri spesifik yang dimiliki oleh konsep
tersebut sebagai suatu subkelas yang membedakannya dari subkelassubkelas lainnya (differentia
spesifica).Misalnya,kitainginmendefinsikanapaitumanusia.
Kita tahu bahwa kelas induk dari manusia adalah makhluk hidup (genus proximum) dan ciri
spesifik yang dimiliki oleh konsep manusia sebagai subkelas yang membedakannya dari subkelas
subkelas lainnya (dalam konteks ini, hewandan tumbuhan) adalah berakal budi (differentia spesifica).
Oleh karena itu, manusia dapat didefinisikan secara tepat sebagai makhluk hidup (genus proximum)


yang berakal budi (diffrentia spesifica). Penyusunan suatu definisi yang tepat haruslah mengikuti
ketentuantertentu.Berikutprinsipprinsip yangbisadiaplikasikanuntuk menghasilkansebuahdefinisi
yangtepat:
TabelPrinsipPrinsipDefinisi
No
1

PrinsipDefinisi

PenjelasandanContoh

Definiensharusbisadibolak

Prinsip ini menjelaskan bahwa definies tidak boleh

balikkandefiniendum.

lebih luas atau lebih sempit dari definiendum. Apabila


ada perbedaan dalam luas cakupan konseptual
mengakibatkan kedua unsur definisi tersebut tidak
dapatdipertukarkan.

Contoh 1: Elang adalah burung yang dapat terbang.


Definisiinitidaktepatdikarenakanburungyangdapat
terbang lebih luas cakupan konseptualnya daripada
elang sehingga kalau dibalikkan Burung yang dapat
terbangadalahelangterjadilahkekeliruan.

Contoh2:Kursiadalahtempatdudukyangterbuatdari
kayu. Definisi ini tidak tepat dikarenkaan tempat
duduk yang terbuat dari kayu lebih sempit cakupan
konseptulnya daripada kursi (kursi bisa saja tidak
terbuatdarikayu,tetapibesimisalnya).

Oleh karena itu, jika tidaknya pembalikan posisi


difiniens dan definiendum adalah cara pengujian yang
efektif terkait dengan tepat atau tidaknya sebuah
definisi.

Definiendum tidak boleh masuk Prinsipinimenjelaskanbahwakataataukelompokkata


kedalamdefiniens

yang mendefinisikan tidak boleh menggunakan kata


yang didefinisikan. Jika terjadi, hal itu hanya akan
membentuk definisi yang sirkular atau tautologis
disebutdengancirculusindefienindo.

Contohnya, Logika adalah ilmu yang mempelajari


aturanaturan logika. Dalam konteks ini, definisi ini
tidak tepat dikarenaka istilah logika tetap tidak
terjelaskankarenaistilahitujustrudiulangataumasuk
didalampenjelasanatasnya.
3

Definiens

harus

dirumuskan Prinsip ini menegaskan bahwa definiens tidak boleh

secarajelas.

dinyatakan dalam bahasa yang kabur atau kiasan.


Pelanggaran atas prinsip ini menghasilkan apa yang
disebut dengan obscurum per obscurius yang berarti
menjelaskan sesuatu dengan keterangan yang lebih
tidak jelas atau ignotum per ignotius yang berarti
mendefinisikan sesuatu yang tidak diketahui dengan
sesuatuyanglebihtidakdiketahuilagi.

Contohnya, Kegalauan adalah situasi tidak adanya


konspirasi dan harmonisasi hati dalam kelabilan
ekonomi. Definisi ini bukanlah definisi yang tepat
dikarenakan menggunakan bahasa yang kabur dan
tidak memberikan penjelasan apa pun terkait dengan
definiendum.

Definiens

tidak

boleh Prinsip ini menekankan bahwa tujuan definisi tercapai

dirumuskan

dalam

bentuk jika definiens mengungkapkan apa sebenarnya makna

negatif, sejauh masih dapat dari definiendum. Dalam bentuk negatif tujuan
dirumuskan
afirmatif.

dalam

bentuk tersebutbisatidaktercapai.Contohnya,apelitubukan
mangga, bukan anggur, bukan jeruk, dan seterusnya.
Contoh yanglebih teknis misalnya, Sepak bola adalah
olahragayangdimainkantanpamenggunakantangan.
Definisi ini tidak tepat dikarenakan tidak memberikan
penjelasan yang utuh terkait dengan apa itu sepak
bola.


Akan tetapi, ada istilahistilah tertentu yang tidak
mungkin dirumuskan secara positif dikarenakan jika
dirumuskan positif justru tidak akan mengungkapkan
apa makna sebenarnya dari definiendum. Misalnya,
Buta adalah kondisi yang tidak berfungsinya indera
penglihatan.

III.3. Proposisi

Proposisieratkaitannyadengankonsepbahasa,sepertikalimat,sehinggaperludiperjelaskan
posisidanpengertianproposisi.Penjelasandanpengidenmtifikasianproposisiakandijelaskankedalam
subsubbabberikutdantidakmenyulitkanpemahannya.
III.3.1 Perbedaan Kalimat dan Proposisi

Dalam kehidupan seharihari, kita berkomunikasi menggunakan kalimat, baik kalimat berita,

kalimat tanya, maupun kalimat perintah. Perhatikanlah kalimatkalimat berikut: (1) Saya adalah
mahasiswaUI(2)Apakahkamusudahsarapantadipagi?(3)Jawabpertanyaansaya!.Kalimat(1)
adalahkalimatberita,yaitukalimatyangmemberitakanhaltertentu.Kalimat(2)adalahkalimattanya;
isinya merupakan pertanyaan tentang hal tertentu. Kalimat (3) adalah kalimat perintah yang isinya
menyerukanataumemerintahkanuntukmelakukanhaltertentu.Benartidaknyasebuahstruktursuatu
kalimatditentukanberdasarkankaidahtatabahasatertentu(Hadinata,Putri,&Takwin,2015).
Logika berfokus pada jenis kalimat tertentu, yaitu kalimat deklaratif yang pada praktiknya
memangbisadilihatsepertikalimatberita.Akantetapi,kalimatdeklaratifmempunyaipengertianyang
lebih khusus, yaitu kalimat yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan yang menyampaikan
sesuatu yang bisa dinilai benar atau salah. Dengan kata lain, kalimat deklaratif mempunyai nilai
kebenaran.Jeniskalimatinididalamliteraturlogikadisebutproposisi.Dalamkontekspenalaran,dikenal
dua jenis proposisi yaitu proposisi kategoris dan proposisi hipotesis. Suatu proposisi disebut kategoris
apabilatermsubjekdiafirmasiataudinegasitermpredikattanpasyaratatausecaramutlak.Misalnya,
AqilaadalahmahasiswaUI..
Lain halnya dengan proposisi hipotesis, di mana pengafirmasian atau penegasian terhadap
predikat atas dasar syarat atau tidak secara mutlak. Misalnya, Jika Aqila adalah mahasiswa UI, maka
Aqila mempunyai akun SIAKNG dan KTM UI. Dikarenkan mengandung suatu syarat, maka proposisi
hipotesismerupakanperpaduandariduaproposisikategorisyangdi,hubungkandengancaratertentu,


dalamkontekscontohdiatasmelaluijikamaka.Olehkarenaitu,pemahamanyangbaikterkaitdengan
proposisikategorissangatpentingbilahendakmelakukanpenyelidikanterkaitpenalaranyangbersifat
langsung(oposisidanekuivalensi)ataupuntidaklangsung(silogismekategorisdansilogismehipotesis).
Disiniperludiberikancatatanistilahproposisikategorissebangundenganistilahproposisi.Tambahan
kategoris, hanya untuk membedakannya dengan proposisi hipotesis secara pedagogis. Unsurunsur
dalamproposisiyangperludiperhatikansebagaiberikut.
1. Termyangberfungsisebagaisubjek,disimbolkandenganS.
2. Termyangberfungsisebagaipredikat,disimbolkandenganP.
3. Kopulaadalahpenandaadahubunganantaratermsubjekdantermpredikat.Dalamkonteksini,
mengafirmasiataumenegasi;sertamenunjukkankualitasdariproposisi.Misalnya,Tonoadalah
mahasiswa UI. Dalam contoh ini, kualitas proposisinya adalah afirmatif karena term subjek
Tono diafirmasi oleh term predikat mahasiswa UI. Lain halnya dengan Tono bukan
mahasiswaUI.HaliniberartikualitasproposisinyanegatifkarenatermsubjekTonodinegasi
oleh term predikat mahasiswa UI. Dalam pola formal dua hubungan (afirmatif dan negasif)
antaratermsubjekdantermpredikatdapatdinyatakansebagaibeikut:S=PdanSP.
4. Penanda (kata) yang menunjukan banyaknya satuan yang diikat oleh term subjek. Dalam
konteks itu, penanda satuan bisa menunjuk kepada permasalahan universal, partikular dan
singular. Pada universal ditandai seperti kata seluruh, semua, setiap, tidak satu pun dan
lainlain. Pada partikular ditandai seperti kata sebagian, kebanyakan, beberapa, hampir
seluruh,danlainlain.Padasingularbiasanyatidakdinyatakan,tetapimerujukkepadanamadiri
ataunamaunikdidalamtermsingular.
Berikuttabelyangmenunjukancontohunsurunsurdalamproposisiyangperludiperhatikan:
TabelUnsurUnsurProposisi
PenandaSatuan

TermSubjek

Kopula

TermPredikat

Semua

manusia

Adalah

makhlukberakalbudi

Sebagian

mahasiswaUI

Bukan

penyanyi

Hanif

Adalah

seorangdosendiUI

Di sini, perlu ditekankan suatu proposisi bisa saja tidak menyatakan penanda satuan dan
kopulanya(khususnyapadaproposisiyangberkualitasafirmatif)secaraeksplisit(tersurat).Akantetapi,
halitutidakberartisubjekdariproposisitersebuttidakmengandungbanyaknyasatuanyangdiikatnya
ataupun hubungan terkait term subjek dan predikat. Misalnya, proposisi Dosen adalah orang yang
mengajardiperguruantinggi.Dalampropisisitersebut,penandasatuannyamemangtidakdinyatakan


secara eksplisit, tetapi yang dimaksudkan adalah Semua dosen adalah orang yang mengajar di
perguruantinggikarenatidakadasatupundosenyangtidakmengajardiperguruantinggi.
Contohyanglain,proposisiOrangBatakpandaibernyanyi.Dalamhalini,penandasatuandan
kopulatidakdinyatakansecaraeksplisit,tetapiyangdimaksudkanadalahSebagianorangBatakadalah
orang yang pandai bernyanyi. Artinya, pemahaman makna kontekstual terkait dengan term dan
proposisi dibutuhkan untuk menentukan atau melihat penanda satuan, term subjek, kopula, dan
predikatsuatuproposisitertentu.

III. 3.2 Klasifikasi Proposisi


Klasifikasi proposisi diperjelas lagi ke dalam kelompoknya sehingga perlu dijabarkan
ke dalam subsubbab tersendiri berikut.

III.3.2.1 Kuantitas Proposisi
Kuantitasproposisiditentukanolehluastermsubjeknyadanterkaitdenganpenandasatuan.
Kitatelahmengetahuibahwasuatuluaskonsepdapatberupauniversal,singulardansingular.Oleh
karenaitu,klasifikasiproposisiberdasarkankuantitasdibagimenjadiproposisiuniversal,proposisi
partikulardanproposisisingular.Perhatikantabelberikut:
Jenis

ProposisiUniversal

ProposisiPartikular

ProposisiSingular

Proposisi
Pengertian Proposisiyangluasterm

Proposisiyangluasterm

subjeknyauniversal.Term subjeknyapartikular.Term

Proposisiyangluas
termsubjeknya

subjekmengikatsemua

subjektidakmengikatseluruh singular.Termsubjek

anggotanyatanpa

anggotanya,melainkanhanya

merujukhanyapada

terkecuali.

sebagianataupalingkurang

satuhaltertentu.

satuyangtidaktentu.
Contoh

1. Semuakoruptor
adalahpenjahat.
2. Ularadalah

1. Sebagianpenyanyiadalah 1. Tonobukan
pemainfilm.

mahasiswaUI

2. Ularadalahbinatangyang 2. Gedungitu

binantangmelata.

diperdagangkan.(Term

(Termulardalam

ulardalamkonteks

konteksproposisiini

proposisiiniadalah

berlantaiempat.


adalahuniversal

partikulardikarenakan

dikarenakantidakada

tidaksemuaular

ularyangbukan

diperdagangkan.)

binatangmelata.)
3.

III.3.2.2 Kualitas Proposisi


Kualitas proposisi ditentukan oleh kopulanya. Kita telah mengetahui bahwa sebuah proposisi
mesti mengandung kopula sebagai penanda afirmasi atau negasi. Oleh karena itu, klasifikasi proposisi
kategorisberdasarkankualitasdibagimenjadiproposisiafirmatifdanproposisinegatif.Perhatikantabel
berikut:
JenisProposisi
Pengertian

Contoh

ProposisiAfirmatif

ProposisiNegatif

Proposisiafirmatifbilaterm

Proposisinegatifbilaterm

subjekdiafirmasiolehterm

subjekdinegasiolehterm

predikat.

predikat.

ProposisiAthayaadalah

ProposisiRayyanbukan

mahasiswaUIberkualitas

mahasiswaUIberkualitas

afirmatifdikarenakanAthaya negatifdikarenakanRayyan
(termsubjek)diafirmasioleh

(termsubjek)dinegasioleh

mahasiswaUI(term

mahasiswaUI(term

predikat)

predikat)

III. 3.2.3. Kuantitas dan Kualitas Proposisi


Jikakitakombinasikanantaratigajenisproposisiberdasarkankuantitas(universal,partikular
dansingular)danduajeniskualitasproposisi(afirmatifdannegatif),makakitaakanmendapatkanenam
macamproposisisebagaiberikut:
1. ProposisiUniversalAfirmatif,


2. ProposisiPartikularAfirmatif,
3. ProposisiSingularAfirmatif,
4. ProposisiUniversalNegatif,
5. ProposisiPartikularNegatif,dan
6. ProposisiSingularNegatif.
Perludijelaskandisinibahwa(1)proposisiuniversalafirmatifdan(3)proposisisingularafirmatif
mempunyaisifatyangsama.Halinidikarenakantermsubjekpadakeduaproposisitersebutdiafirmasi
secarakeseluruhan;yangmemanghanyapadaproposisisingularterdapatsatudantertentu.Misalnya,
Andi adalah mahasiswa UI. Proposisi itu jelas berkuantitas singular, tetapi bila diafirmasi pastilah
terhadap keseluruhan termAndi. Tidakmungkin terhadapsebagianterm Andi.Dalamkonteks ini,
kitadapatmengatakanbahwatidakadaproposisi(Sebagian)AndiadalahmahasiswaUI.
Hal yang sama juga berlaku untuk (4) proposisi universal negatif dan (6) proposisi singular
negatif;yaitupenegasianberlakusamabaikpadakeseluruhanataupunpadasatudantertentu.Dengan
alasanini,paraahlilogikatidakmembedakanlambangyangdigunakanproposisiyangpunyasifatsama
tersebut. Para ahli logika hanya menggunakan empat lambang saja untuk mewakili keenam macam
proposisi di atas. Empat lambang itu adalah A, E, I dan O. Berikut empat lambang yang
merepresentasikanenammacamproposisidancontohnya:
ProposisiPosisiKategoris

BerdasarkanKualitas

BerdasarkanKuantitas
Universal/Singular

Partikular

Afirmatif

Negatif

1)ProposisiA :ProposisiUniversal/SingularAfirmatif(LambangAdiambildarihurufvokal
pertamadarikataLatin(a)ffirmoyangberartimengakui/mengiyakan)

Semuapenyanyiadalahorangyangmempunyaisuaramerdu

Sherlyadalahseorangdoktergigi

2)ProposisiE

:ProposisiUniversal/SingularNegatif(LambangEdiambildarihurufvokal

pertamadarikataLatinn(e)goyangberartimenolak/mengingkari)
a. Semuaorangyangjujurbukanorangyangmelakukankorupsi
b. Dekabukanseorangpetani


3)ProposisiI

:ProposisiPartikularAfirmatif(LambangIdiambildarihurufvokalkeduadari

kataLatinaff(i)rmoyangberartimengakui/mengiyakan)
c. SebagianmahasiswaUIpandaibermaingitar
d. BeberapakaryawanberasaldariJawaBarat
4)ProposisiO

:ProposisiPartikularNegatif(LambangOdiambildarihurufvokalpertamadari

kataLatinneg(o)yangberartimenolak/mengingkari)
e. Sebagianhewantidakbisaterbang
f.

Beberapamahasiswatidakhadirdalamacarawisuda

III.4 Penalaran Langsung


Dalam logika dibedakan antara penalaran langsung dan penalaran tak langsung. Penjelasan
berikut akan berfokus pada penalaran langsung. Penalaran langsung adalah suatu proses penarikan
kesimpulandari satuproposisi (premis), di mana kesimpulan dihasilkan dengan membandingkan term
subjek dan term predikat. Penalaran langsung dibagi dalam dua bentuk, yaitu oposisi (penalaran
langsung dengan memperlawankan kualitas dan kuantitas proposisi) dan eduksi (penalaran lansung
denganmempersamakanmaknaproposisidalamredaksiyangberbeda).

III.4.1 Oposisi
Penalaran langsung oposisi merupakan sebuah proses penalaran yang membandingkan
antarproposisi terkait kualitas dan kuantitas proposisi dengan term yang sama. Penalaran langsung
oposisi ada empat jenis, yaitu: 1) Kontraris; 2) Subkontraris; 3)Subalterna dan 4) Kontradiktoris.
Perhatikantabelberikut:
TabelJenisOposisi
AspekOposisi
Kualitas

Kuantitas

ProposisiProposisiOpositif

JenisOposisi

ProposisiAdenganProposisiE(AE)

Kontraris

ProposisiIdenganProposisiO(IO)

Subkontraris

ProposisiAdenganProposisiI(AI)

Subalterna

ProposisiEdenganPropsosisiO(EO)
Kualitasdan

ProposisiAdenganProposisiO(AO)

Kualitas

ProposisiEdenganProposisiI(EI)

Kontradiktoris

Lebihjelas,jikajenisoposisitersebutdivisualkandalamsebuahdiagramdengangarishorizontal,
dinyatakanoposisidalamaspekkualitasdangarisvertikalmenyakatanaspekkualitassebagaiberikut:


SegiEmpatOposisi

Kontraris

Subalterna

Kontradiktoris

Subkontraris

Subalterna

Adacatatanyang terkait dengan proposisi AdanproposisiEpadagambarsegiempat opisisi.


Dalam gambar itu yang dimaksudkan adalah propoposi A dan proposisi E yang berlaku bila yang
dimaksukdkanadalahproposisidengankuantitassingular.Dalamkonteksitu,sifatopositifnyabukanlah
kontraris, melainkan kontradiktoris.Sedangkan, kedua jenis oposisi yanglainnyabaik oposisikontraris
dansubalternatidakdapatdilakukanatautidakada.MisalnyaAndiadalahmahasiswaUI(ProposisiA)
hanya mungkin mempunyai relasi opositif Andi bukan mahasiswa UI (Proposisi E). Walau relasi
opositifnyadenganproposisiE,namundalamkonteksinirelasiopositifnyabukanlahberjeniskontraris
melainkankontradiktoris.Berikutdalildalilumumnilaikebenarandaripenalaranoposisi.
1. Kontraris(ProposisiAE)
Daliutamaoposisikontrarisadalahkeduaproposisi(AdanE)itutidakdapaduaduanyabenar
sekaligus;tetapidapatsekaligussalah.Olehkarenaitu,dalilitudapatditurunkansebagai
berikut:
a) Jikasatubenar,proposisiyanglainpastisalah.
b) Jikasatusalah,proposisiyanglaindapatbenar,tetapibisajugasalah(tidakpasti).
Contoh:

JikaproposisiSemuamahasiswaUIadalahorangyangcerdasdinyatakan
benar,propsisiSemuamahasiswaUIbukanorangyangcerdaspastilah
proposisiSemuamahasiswaUIbukanorangyangcerdaspastilahsalah.

JikaproposisiSemuadosenUIadalahorangyangjujurdinyatakansalah,
propososiSemuadosenUIbukanorangyangjujurbisabenar,tetapibisajuga
salah(tidakpasti).

2. Subkontraris(ProposisiIO)
Dalilutamaoposisisubkontrarisadalahkeduaproposisi(IO)tidakdapatduaduanyasalah
sekaligus;tetapidapatsekaligusbenar.Olehkarenaitu,dalilitudapatditurunkansebagai
berikut:

Jikasatusalah,proposisiyanglainpastibenar.

Jikasatubenar;proposisiyanglaianbisabenar,tetapibisajugasalah(tidakpasti).
Contoh:

JikaproposisiSebagianpemainsepakbolaadalahpenyanyiyangandal
dinyatakansalah,proposisiSebagianpemainsepakbolabukanpenyanyiyang
handalpastilahbenar.

JikaproposisiSebagiankaryawanadalahorangyangberpendidikansarjana
dinyatakanbenar,proposisiSebagiankaryawanbukanorangyang
berpendidikansarjanabisabenar,tetapibisajugasalah(tidakpasti)

3. Subalterna(AIdanEO)
Dalilutamaoposisisubalternasebagaiberikut:

Jikaproposisiuniversal(A/E)benar,proposisipartikular(I/O)pastibenar.

Jikaproposisiuniversal(A/E)salah,proposisipartikular(I/O)tidakpasti(bisabenar
atausalah).

Jikaproposisipartikular(I/O)benar,proposisiuniversal(A/E)tidakpasti(bisabenar
atausalah).

Jikaproposisipartikularsalah(I/O),proposisiuniversal(A/E)pastisalah.

Olehkarenaitu,kitadapatmerumuskankesimpulandaridaliltersebutsebagaiberikut:

JikaAbenar,Ipastibenar.

JikaEbenar,Opastibenar.

JikaIbenar,Atidakpasti.

JikaObenar,Etidakpasti.

JikaIsalah,Asalah.

JikaOsalah,Esalah.
Contoh:

JikaproposisiSemuaorangdikelasiniadalahorangyangberasaldarikota
Jakartadinyatakanbenar,proposisiSebagianorangdikelasiniadalahorang
yangberasaldariJakartapastilahbenar.

JikaproposisiSebagianpejabatadalahanggotapartaipolitikdinyatakan
benar.proposisiSemuapejabatadalahanggotapartaipolitikbisabenar,
tetapidapatjugasalah(tidakpasti).

JikaproposisiBeberapapemainbiolaadalahorangyangsenangjalanjalan
dinyatakansalah,proposisiSemuapemainbiolaadalahorangyangsenang
jalanjlanpastilahsalah.

4. Kontradiktoris(AOdanEI)
Daliutamaoposisikontradiktorisadalahkeduaproposisitidakdapatbenarsekaligus;dantidak
dapatpulasalahsekaligus.Olehkarenaitu,dalilinidapatditurunkansebagaiberikut:

Jikasatubenar,yanglainsalah.

Jikasatusalah,yanglainbenar.
Contoh:

JikaproposisiSemuawarganegarawajibmelakukanbelanegaradinyatakan
benar,proposisiSebagianwarganegaratidakwajibmelakukanbelanegara
pastilahsalah.

JikaproposisiBeberapaorangmelakukantindakkejahatandinyatakansalah,
proposisiBeberapaorangtidakmelakuantidakankejahatanpastilahbenar.

Daridalildalilumumkebenaranoposisiyangtelahdijelaskandiatas,dapatdisusunsebuah
tabelsebagaiberikut:
TabelJikaPremisBenar
JikaPremis

Abenar

salah

Benar

salah

Ebenar

salah

Salah

benar

Ibenar

tidakpasti

salah

tidakpasti

Obenar

salah

tidakpasti

tidakpasti

TabelBilaPremisSalah

JikaPremis

Asalah

tidakpasti

tidakpasti

benar

Esalah

tidakpasti

benar

tidakpasti

Isalah

salah

benar

benar

Osalah

benar

salah

benar

III.4.2 Eduksi dan Luas Term Predikat


Penalaranlangsungeduksiadalahsebuahprosespenalaranyangmenarikkesimpulansemakna
dengan proposisi (premis) awalnya, tetapi berbeda di dalam redaksinya. Dengan kata lain, eduksi
merupakancaramengubahsuatuproposisikeproposisilaindenganmaknayangsama.Olehkarenaitu,
eduksijugadapatdigunakanuntukmenyelidikiapakahduaproposisiataulebihmempunyaimaknayang
samaatauberbeda(McCall,1966).Dalamlogika,penalaranlangsungeduksiadatigaempatjenis,yaitu:
1)Konversi;2)Obversi3)Kontraposisi4)Inversi.
Sebelummasuklebihjauhterkaitdenganpenalaranlangsungeduksisangatpentingmemahami
luastermpredikatpadasebuahproposisi.1Luastermpredikatdidalamsebuahproposisiberhubungan
erat dengan kualitas proposisi. Fokus utama terkait luas term predikat adalah apakah term predikat
suatuproposisi terdistribusi(meliputisemuaanggotanyasecara satuper satuatauuniversal) atautak
terdistribusi(hanyapadasebagiananggotanyaataupartikular).Pemahamanakanluastermpredikatini
bukan hanya dibutuhkan pada penalaran langsung eduksi, tetapi juga pada penalaran tak langsung
sepertisilogismekategoris.Adaduadalilterkaitdenganluastermpredikatsebuahproposisi,yaitu:
1. Dalam proposisi yang berkualitas afirmatif (A dan I) luas term predikat selalu tak terdistribusi
(partikular).
2. Dalam propososi yang berkualitas negatif (E dan O) luas term predikat selalu terdistribusi
(universal).

TabelDalilLuasTermPredikat
JenisProposisi

LuasTermPredikat

ProposisiA(univesal/singularafirmatif)

TakTerdistribusi(partikular)

ProposisiE(universal/singularnegatif)

Terdistribusi(universal)

ProposisiI(partikularafirmatif)

TakTerdistribusi(partikular)

ProposisiO(partikularnegatif)

Terdistribusi(universal)

Dalamkontekstabeldiatas,perludijelaskanadatigapengecualianterhadapduadalildiatas.
1. Dalil tidak berlaku pada proposisi A yang memiliki corak definisi, definiens dan difiniendum
memang dapat dibolakbalikkan. Dengan kata lain, proposisi corak defini luas term subjek
universaldantermpredikatnyaterdistribusi(universal).Berikutcontohproposisicorakdefinisi:

Manusiaadalahmakhlukhidupyangberakalbudi.

Penjelasanterkaitdenganluastermsubjektelahdiberikanpada2.1.LuasdanSifatTerm.Kuantitassebuah
proposisiditentukanolehluastermsubjeknya,bukanluastermpredikatnya.

Dudaadalahlelakiyangpernahberistri.

2. DaliltidakberlakupadaproposisiAyangtermsubjekdantermpredikatnyamemang merujuk
padasatuhaltertentu.Dalamkonteksitu,luastermpredikatnyaadalahsingular.Misalnya:

AthayaadalahputrasulungTuanHadinata.

SungaiiniadalahsungaiterpanjangdiIndonesia.

3. Dalil tidak berlaku pada proposisi E yang term subjek dan term predikatnya memang merujuk
padasatuhaltertentu.Dalamkonteksitu,luastermpredikatnyaadalahsingular.

BengkulubukankotaterbesardiIndonesia.

GedunginiadalahgedungtertinggidilingkungankampusUIDepok.

III.4.2.1 Konversi
Konversiadalahjenispenalaranlangsungeduksiyangdilakukandengancaramenukarkanposisi
termsubjekdengantermpredikatproposisitanpamengubahkualitasnya.Jadi,peralihandaritipeSP
ke tipe PS. Agar penalaran eduksi jenis ini tepat atau kesimpulan mempunyai makna yang sama
denganpremisnya,makaperludiperhatikandalilpokokkonversi,yaitu:Luastermsubjekdanpredikat
yangdipertukarkanharussamabesar.Olehkarenaitu,hanyaduaproposisiyangsecarasempurnabisa
dikonversikan, yaitu proposisi Edanproposisi I. PadaproposisiEluas termsubjekdanpredikatsama
sama universal. Pada proposisi I luas term subjek predikat samasama partikular. Artinya, apabila
dipertukarkan,termsubjekdantermpredikatnyatetapakansemakna.Perhatikancontohberikut.

Premis

:Semuagajahbukankijang.(proposisiE)

Kesimpulan:Semuakijangbukangajah.(proposisiE)

Premis

:BeberapamahasiswaUIadalahpemainbiola.(proposisiI)

Kesimpulan:BeberapapemainbiolaadalahmahasiswaUI.(proposisiI)
Konversi sempurna ini tidak bisa dilakukan terhadap proposisi A. Hal ini dikarenakan dalam
proposisi A luas term subjeknya universal, sedang; luas term predikatnya partikular (tak terdistribusi).
Maka,biladikonvesikansecarasempurnaakanberbedamaknanya.Perhatikancontohberikut:

Premis

:Semuaberlianadalahbendaberharga.(ProposisiA)

Kesimpulan:Semuabendaberhargaadalahberlian.(ProposisiA)
Bilakitalihatjelaskesimpulanyangdihasilkantidaktepat.Olehkarenaitu,konversiyangtepatterhadap
proposisi A mensyaratkan pembatasan term predikat dalam kesimpulan. Dengan kata lain, dijadikan


partikular atau secara teknis dijadikan proposisi I. Konversi atas proposisi A disebut sebagai konversi
terbatas.BerikutcontohkonvesiyangtepatterhadapproposisiA:

Premis

:Semuaberlianadalahbendaberharga.(ProposisiA)

Kesimpulan:Sebagianbendaberhargaadalahberlian.(ProposisiI)
ProposisiOtidakdapatdikonversikansamasekali.Halinidikarenakanluastermsubjekdanluas
termpredikatpadaproposisiOberbedabesarnya.Hasilkesimpulansamasekalitidaksemaknadengan
premisnyadanselalukeliru;bahkan,kalaupundiubahmenjadiproposisiE.Perhatikancontohberikut:
Misalnya:

Premis

:Sebagianbinantangbukankucing.(ProposisiO)

Kesimpulan:Sebagiankucingbukanbinatang(ProposisiO)

Premis

:SebagianmahasiswaUIbukanorangyangberasaldariSolo.(ProposisiO)

Kesimpulan:SemuaorangyangberasaldariSolobukanmahasiwaUI(ProposisiE)
Secaraumum,konversiterhadapproposisidapatdilihatpadatabelberikut:
TabelKonversiProposisi
JenisProposisi
A

ProposisiAwal(Premis)

Konversi(Kesimpulan)

SemuaSadalahP

SebagianPadalahS
(konversiterbatas)

SemuaSbukanP

SemuaPbukanS
(konversisempurna)

SebagianSadalahP

SebagianPadalahS
(konversisempurna)

SebagianSbukanP

Tidakdapatdikonversikan

III.4.2.2 Obversi
Obversiadalahpenalaranlangsungeduksiyangmengungkapkankembalisatuproposisike
proposisilainyangsemaknadenganmengubahkualitasproposisiawal(premis).Jadi,kitaberalihdari
proposisitipeSPmenjadiSnonPatauSnonPmenjadiSP.Jikakonversiadaperubahanpada
kuantitastanpaperubahankualitas,padaobversiadaperubahanpadakualitastanpaperubahan
kuantitas.Untukmelakukanobversiterhadapsuatuproposisi,kitaharusmelakukanduahal,yaitu


1. Mengubahkualitas(bukankuantitas)proposisiawal.
2. Menegasikanpredikat.Obversisebetulnyaberpijakpadaprinsipnegasiganda,yaituA
ekuivalendengannegasidarinegasiA.2
Obversidapatdilakukanpadasemuajenisproposisi.Olehsebabitu,adaempatjenisobversisebagai
berikut:
1. ObversiProposisiAmenjadiProposisiE

Premis

:Semuabuayaadalahbinatangbuas(ProposisiA)

Kesimpulan:Semuabuayabukannonbinatangbuas(ProposisiE)
2. ObversiProposisiEmenjadiProposisiA

Premis

:SemuamahasiswaUIbukanorangbutahuruf(ProposisiE)

Kesimpulan:SemuamahasiswaUIadalahnonorangbutahuruf(ProposisiA)
3. ObversiProposisiImenjadiProposisiO

Premis

:Sebagianorangkayaadalahpengusahayanghandal(ProposisiI)

Kesimpulan:Sebagianorangkayabukannonpengusahayanghandal(ProposisiO)
4. ObveresiProposisiOmenjadiProposisiI

Premis

:Sebagiankaryawanbukanperokok(ProposisiO)

Kesimpulan:Sebagiankaryawanadalahnonperokok(ProposisiI)
Secaraumum,obversiterhadapproposisidapatdilihatpadatabelberikut:
TabelObversiProposisi
JenisProposisi
A

ProposisiAwal(Premis)

Konversi(Kesimpulan)

SemuaSadalahP

SemuaSbukannonP
(ProposisiE)

SemuaSbukanP

SemuaSadalahnonP
(ProposisiA)

SebagianSadalahP

SebagianSbukannonP
(ProposisiO)

SebagianSbukanP

SebagianSbukannonP

III.4.2.3 Kontraposisi
Kontraposisiadalahpenalaranlangsungeduksiyangmengungkapkankembalisuatuproposisike
proposisi lain yang semakna dengan cara menukar posisi term subjek dengan term predikat dan

BentukformalnyaadalahA~(~A)


menegasikankeduanya.Dengankatalain,kitaberalihdaritipeproposisiSPketipeproposisinonP
nonS.Caramelakukankontraposisiadalahmenggunakankonversidanobversiyangtelahdijelaskandi
atas.Dalamkontekskontraposisi,langkahlangkahnyasebagaiberikut:
1. Melakukanobversidariproposisiawal;
2. Melakukankonversi;dan
3. Melakukanobeversi3.
Seperti konversi, kontraposisi tidak dapat diterapkan pada semua jenis proposisi. Dalam konteks ini,
hanyaproposisiAdanproposisiOyangbisadilakukanprosedurkontraposisilangsung.Sedang,proposisi
EharusdiubahmenjadiO.Perhatikancontohdibawahini:
1)Premis

:Semuaintanadalahbatumulia.(ProposisiA)

Obversi

:Semuaintanbukannonbatumulia.(Langkah1)

Konversi

:Semuanonbatumuliabukanintan.(Langkah2)

Obversi

:Semuanonbatumuliaadalahnonintan.(Langkah3danKesimpulan)

2)Premis

:Sebagiankucingbukanhewanjinak.(ProposisiO)

Obversi

:Sebagiankucingadalahnonhewanjinak.(Langkah1)

Konversi

:Sebagiannonhewanjinakadalahkucing.(Langkah2)

Obversi

:Sebagiannonhewanjinakbukannonkucing.(Langkah3danKesimpulan)

3)Premis

:Semuatembagabukanbendagas.(ProposisiE)

Obversi

:Semuatembagaadalahnonbendagas.(Langkah1)

Konversi

:Sebagiannonbendagasadalahtembaga.(Langkah2

Obversi

:Sebagiannonbendagasbukannontembaga.(Langkah3danProposisiI)

Berdasarkanproseduritu,sebenarnyakitadapatmelakukankontraposisisecaralangsung
sebagaiberikut:

Premis

:Semuapahlwanadalahorangpemberani.

Kesimpulan:Semuanonorangpemberaniadalahnonpahlawan.

Premis

:Sebagianpejabatbukankoruptor

Kesimpulan:Sebagiannonkoruptorbukannonpejabat.
Secaraumum,kontraposisiterhadapproposisidapatdilihatpadatabelberikut:
TabelKontraposisiProposisi

Prosedursepertimembuatkontraposisidikenalpulasebagaiobversidariobversiyangtelahdikonversi.


JenisProposisi

ProposisiAwal(Premis)

Kontraposisi(Kesimpulan)

SemuaSadalahP

SemuanonPadalahnonS

SemuaSbukanP

SebagiannonPadalahnonS

SebagianSadalahP

Tidakbisadikontraposisikan

SebagianSbukanP

SebagaiannonPbukannonS

III.4.2.4 Inversi
Inversi adalah penalaran langsung eduksi yang mengungkapkan kembali suatu proposisi ke
proposisi lain yang semakna dengan menegasikan kedua term subjek dan term predikat tanpa
mengubah posisinya. Dengan kata lain, kita beralih dari tipe proposisi SP ke tipe proposisi nonS
nonP. Untuk melakukan inversi digunakan obvesi dan konversi secara bergantian sehingga
mendapatkanproposisiyangdimaksud(Mundiri,2015).Dalamkonteksini,hanyaproposisiAdanEyang
bisa dilakukan inversi. Pedoman yang perlu diperhatikan terkait dengan dua proposisi itu sebagai
berikut:
1. BilapremisnyaadalahproposisiA,proposisiyangdihasilkanadalahproposisiI.Bilapremisnya
adalahproposisiE,makaproposisiyangdihasilkanadalahproposisiO.
2. Bila premisnya adalah proposisi A, prosedur inversi harus dimulai dengan obversi. Bila
premisnyaadalahproposisiE,makaprosedurinversiharusdimulaidengankonversi.
Untuklebihjelasnya,perhatikancontohberikut:
1)ProposisiA

Premis

:Semuaperakadalahlogam.

Obversi

:Semuaperakbukannonlogam.

Konversi

:Semuayangnonlogambukanperak.

Obversi

:Semuayangnonlogamadalahnonperak.

Konversi

:Sebagianyangnonperakadalahnonlogam.(Kesimpulan)

2)ProposisiE

Premis

:Semuaayambukanamfibi.

Konversi

:Semuaamfibibukanayam.

Obversi

:Semuaamfibiadalahnonayam.

Konversi

:Sebagianyangnonayamadalahamfibi.

Obversi

:Sebagianyangnonayambukannonamfibi.(Kesimpulan)


Berdasarkan prosedur itu, sebenarnya kita dapat melakukan inversi secara langsung sebagai
berikut:

Premis

:SemuamahasiswaUIadalahorangyangrajinbelajar.

Kesimpulan:SebagianyangnonmahasiswaUIadalahnonorangyangrajinbelajar.

Premis

:Semuasapibukanhewankarnivora.

Kesimpulan:Sebagianyangnonsapibukannonhewankarnivora.

Adacatatankhususterkaitinversiini,yaituinversibisadilakukansecaralangsungpadaproposisi
Ayangmengandungtermsubjeksingulardantermpredikatsingular.Halyangsamajugaberlakupada
proposisiAyangbercorakdefinisi.Perhatikancontohberikut:

Premis

:Ir.SoekarnoadalahPresidenRIyangpertama.

Kesimpulan:NonSoekarnoadalahNonPresidenRIyangpertama.

Premis

:Manusiaadalahmakhlukhidupyangberakalbudi.

Kesimpulan:Nonmanusiaadalahnonmakhlukhidupyangberakalbudi.
Secaraumum,kontraposisiterhadapproposisidapatdilihatpadatabelberikut:
TabelInversiProposisi
JenisProposisi

ProposisiAwal(Premis)

Inversi(Kesimpulan)

SemuaSadalahP

SebagiannonSadalahnonP

SemuaSbukanP

SebagiannonSbukannonP

SebagianSadalahP

Tidakbisadiinversikan

SebagianSbukanP

Tidakbisadiinversikan

III.5 Penalaran Tak Langsung (Silogisme)


Dalam penalaran langsung (immediate inference), kesimpulan dihasilkan hanya dengan satu
premis.Lainhalnyadenganpenalarantaklangsuang(mediateinference),dimanakesimpulandihasilkan
dariduaproposisiyangdihubungkandengancara tertentu.Carainitidakterjadididalalampenalaran
langsung. Hal ini dikenal sebagai silogisme. Kata silogisme berasal dari kata Yunani syllogismos yang
berartikesimpulanataukonklusi(Hadinata,Putri,&Takwin,2015).Aristotelesmenyatakanmemberikan
batasanpadasilogisme sebagai argumentasiyangkonklusinyadiambilsecara pastidaripremispremsi


yangmenyatakanhalyangberbeda(Angel,1964).Dalamkonteksini,silogismedibagimenjadisilogisme
kategoris dan silogisme hipotesis. Perlu ditekankan bahwa penilaian terhadap silogisme adalah
persoalan sahih (valid) atau tidak sahih (invalid). Artinya, yang difokuskan pada logika formal
(bentuknya),bukanpadalogikamaterial(kontennya).4

III.5.1 Silogisme Kategoris


Silogisme kategoris adalah suatu bentuk logika deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu
kesimpulan, yang semuanya merupakan proposisiproposisi kategoris (A, E, I atau O). Dalam silogisme
kategoris selalu berisikan tiga term yang masingmasingnya hanya boleh muncul dua kali. Kesimpulan
dalamsilogismekategorismengandungduadaritigatermyangadadidalamnya,yaitutermsubjek(S)
dantermpredikat(P).Termpredikatdarikesimpulandikenalsebagaitermmayor,sedangtermsubjek
dikenalsebagaitermminor.Perhatikancontohsilogismekategorisdibawahini:

Semuaorangbaikadalahorangbahagia
BeberapaorangIndonesiaadalahorangbaik
Jadi,beberapaorangbahagiaadalahorangIndonesia

Dalam konteks silogisme kategoris di atas, kita mendapatkan unsurunsur silogisme


berdasarkantermnyasebagaiberikut:
1. Termyangmenjadisubjek(S)kesimpulanyangdisebuttermminor(orangbahagia).
2. Termyangmenjadipredikat(P)kesimpulanyangdisebuttermmayor(orangIndonesia).
3. Termyangtidakterdapatpadakesimpulan,tetapitermuatdalamduapremisawal(orang
baik)disebutterminusmediusatautermpenghubungyangdisingkatdengan(M).
Term mayor dan term minor dari sebuah silogisme kategoris selalu terkandung dalam salah satu dari
keduapremissilogismetersebut.Olehkarenaituketentuannyasebagaiberiku:
1. Premis yang memuat term mayor disebut premis mayor. Proposisi pertama pada baris
pertama.
2. Premisyangmemuattermminordisebutpremisminor.Proposisikeduapadabariskedua
3. Kesimpulan atau konklusi diturunkan dengan memperhatikan hubungan antara premis
mayordanpremisminor.Proposisiketigapadabarisketiga.
Contohdiatasbisadilihatsebagaiberikut:

PremisMayor:Semuaorangbaik(termM)adalahorangbahagia.(termP)

PremisMinor:BeberapaorangIndonesia(termS)adalaahorangbaik.(termM)

PerbedaanlogikaformaldenganlogikamaterialdibahaspadaSubbab1.1LogikaFormaldanMaterial.


Kesimpulan:BeberapaorangIndonesia(termS)adalahorangbahagia.(termP)

III.5.1.1 Prinsip Dasar Silogisme Kategoris


Dalamsilogismekategorisadaduaprinsipyangutamaharusdiperhatikan,yaitu
1. Principiumdictideomni(prinsippengakuantentangsemua)
Prinsip ini menyatakan bahwa Apa yang berlaku (diakui atau diafirmasi) bagi semua anggota
suatu term secara universal, hal yang sama juga berlaku (diakui atau diafirmasi) pula oleh
anggotanyasecarapartikularatausingular.Perhatikancontohberikut:

SemuaTNIadalahorangyangterhormat.
BadrunadalahTNI.
Jadi,Badrunadalahorangyangterhormat.

Dalamkonteksini,padapremismayororangyangterhormatberlaku(diafirmasi)bagisemua
TNI, sedang pada premis minor Badrun adalah anggota dari TNI, maka otomatis orang
terhormatberlaku(diafirmasi)pulabagiBadrunsecarasingular.

2. Principiumdictidenullo(prinsippengingkarantentangsemua)
PrinsipinimennyatakanbahwaApayangtidakberlaku(dingkariataudinegasi)bagisemua
anggotasuatutermsecarauniversal,halyangsamajugatidakberlaku(diingkariataudinegasi
pula)olehanggotanyasecarapartikularatausingular.Perhatikancontohberikut:

Semuakoruptorbukanorangyangjujur.
Sebagianpejabatadalahkoruptor.
Jadi,sebagianpejabatbukanorangyangjujur.

Dalamkonteksini,padapremismayororangyangjujurtidakberlaku(diingkariataudinegasi)
bagisemuakoruptor,sedangpadapremisminorsebagianpejabatadalahanggotadari
koruptor,makaotomatisorangyangjujurtidakberlaku(diingkariataudinegasi)pulabagi
pejabatsecarapartikular.

III.5.1.2 Delapan DalilSilogismeKategoris


Dalamsilogismekatagoristerdapatdelapandalilyangterdiridariduabagian,yaitubagian
pertamaterkaitdengantermdanbagiankeduaterkaitdenganproposisi.Untukmemahamipenjelasan


terkaitdengandelapandalilsilogismekategoris,kitaperlumemahamipenggunaansimbolsimbol
berikut:
Simbol

Keterangan

Subjek/termminor

Predikat/termmayor

Termpengubung(terminusmedius)

Universal

Partikular

Afirmatif

Negatif

1. Silogismeharusterdiridaritigaterm,yaitutermsubjek,termpredikat,dantermpenghubung.
Apabilalebihataukurangdaritigaterm,tidakdapatditarikkesimpulan,sepertiberikut:

Semuatanaman(1)adalahmakhlukhidup(2).
Semuabatu(3)adalahmineral(4).
Jadi,...(?)(Kesimpulantidakdapatditarikkarenatermlebihdaritiga)

Semuakerbau(1)adalahhewanmamalia(2).
Beberapahewanmamalia(2)adalahkerbau(1).
Jadi,...(?)(Kesimpulantidakdapatditarikkarenatermkurangdaritiga)

2. Termsubjekdan/atautermperdikattidakbolehmenjadiuniversaldalamkesimpulanjikadi
dalam premis hanya berluas pertikular. Berikut contoh silogisme kategoris yang tidak tepat
karenamelanggardalilini:

uM+pP

Semuakambingadalahhewanherbivora

uSuM

Semuasingabukankambing

uSuP

Jadi,semuasingabukanhewanherbivora

Dari silogisme kategoris di atas terlihat bahwa luas term predikat sebagai term mayor
(hewan herbivora) dalam kesimpulan (universal) lebih luas daripada luas term tersebut
dalampremismayor(partikular).Kesalahanjenisinidisebutdenganistilahillicitmayor.

uMuP

Burungburungbukanhewanmamalia.

uM+pS

Semuaburungadalahhewanberkakidua.


uSuP

Semuahewanberkakiduabukanmamalia.

Darisilogismekategorisdiatasterlihatbahwaluastermsubjeksebagaitermminor(hewan
berkaki dua) dalam kesimpulan (universal) lebih luas daripada luas term tersebut dalam
premisminor(partikular).Kesalahanjenisinidisebutdenganistilahillicitminor.

3. Term penghubung (term M) tidak boleh munculdalam kesimpulan. Berikut contoh silogisme
kategorisyangtidaktepatkarenamelanggardalilini:

M+P

Semuapelajaradalahorangyanggiat.

M+S

Semuapelajaradalahorangyangcerdas.

M+S

Jadi,semuapelajaradalahoranggiat.

Dalam silogisme di atas term M berfungsi sebagai pembanding, melainkan menjadi salah
satu bagian dari kesimpulan. Dengan demikian, kesimpulan yang terjadi bukanlah
merupakanputusanbaru.

4. Salahtermpenghubung(termM)setidaknyaharusterdistribusi(berluasuniversal)didalam
premismayordan/ataupremisminor.Berikutcontohsilogismekategorisyangmelanggardalil
ini:

uP+pM

Semuaburungadalahhewanyangbersayap.

uS+pM

Semuabeoadalahhewanyangbersayap.

uS+pP

Jadi,semuabeoadalahburung.

Kesalahan silogisme kategoris di atas dikarenakan luas term yang berfungsi sebagai term
penghubung (term M) baik di premis mayor ataupun premis minor adalah partikular.
Luasnya partikular dikarenakan keduanya digunakan sebagai predikat pada proposisi
afirmatifpadapremismayordanpremisminor.Dengandemikian,termpenghubung(term
M) tidak terdistribusi. Oleh karena itu, masingmasing term penghubung (term M) dapat
merujukpadaanggotayangberbeda.KesimpulanSemuabeoadalahburungadalahbenar
secaramaterial,tetapisecaraformalkesimpulanitutidaksahih.Pelanggarandalilsemacam
inidisebutundistributedmiddleterm.

5. Jikakeduapremisafirmatif,kesimpulanharusberkualitasafirmatif.Berikutcontohnya:

M+P

Semuamamaliaadalahhewanmenyusui.

S+M

Beberapakudaadalahmamalia.


S+P

Jadi,beberapakudaadalahhewanmenyusui.

(Kesimpulantidakboleh:Beberapakudabukanhewanmenyusui.)

6. Keduapremistidakbolehberkualitasnegatif.Premismayordanpremisminoryangkeduanya
berkualitas negatif tidak dapat melahirkan kesimpulan yang valid. Hal ini dikarenakan tidak
adanya mata rantai yang bisa menghubungkan kedua premis tersebut. Contohnya sebagai
berikut:

MP

Semuaayambukankerbau.

SM

Semuabebekbukanayam.

SP

Jadi,semuabebekbukanayam.(Kesimpulantidakvalid)

7. Kedua premis tidak boleh berkuantitas partikular. Premis mayor dan premis minor yang
berkuantitaspartikulartidakdapatmelahirkankesimpulanyangvalid.

pM+pP

Beberapapolitikusadalahpejabat.

pS+pM

Beberapaorangbaikadalahpolitikus.

pS+pP

Jadi,beberapaorangbaikadalahpolitikus.(Kesimpulantidakvalid)

8. Dalilkedelapandibagimenjadiduabagian,yaitu:
a. Kalausalahsatupremisnegatifdidalamsiologismekategoris,makakesimpulanharus
negatif.Contohnya:

PM

Semuaperokokbukanorangbebasnikotin.

S+M

Tonoadalahperokok.

SP

Jadi,Tonobukanorangbebasnikotin

(Kesimpulantidakboleh:Tonoadalahorangbebasnikotin.)

b. Kalau salah satu premis partikular di dalam siologisme kategoris, kesimpulan harus
partikular.Contohnya:

M+P

Semuamahasiswaadalahorangbaik.

pS+M

Sebagianmanusiaadalahmahasiswa.

pS+P

Jadi,sebagianmanusiaadalahorangbaik.

(Kesimpulantidakboleh:semuamanusiaadalahorangbaik)

III.5.2. Silogisme Hipotesis dan Disjungtif

Subsubbabinimasihterbagikedalamtigabagiansebagaisubsubbabberikutnyaagar
memudahkanpemahamantentangsilogismebagimahasiswa.

III.5.2.1. Proposisi Hipotesis dan Disjungtif


Silogisme hipotesis dan disjuntif menampilkan kondisi tertentu pada premis mayor, yaitu
kesimpulan ditarik melalui premis minor dengan pengakuan (afirmasi) atau (negasi). Dalam konteks
silogismehipotesisdandisjungtif,premismayorselaluberbentukproposisikompleks.Artinya,proposisi
dimanatermpredikatdiafirmasiataudinegasiterkaitdengantermsubjekdengansuatusyarattertentu.
Dengan kata lain, hubungannya tidak mutlak seperti proposisi kategoris. Karena selalu mengandung
syarat,proposisihipotesisataudisjungtifterdiridariduaproposisikategorisyangdihubungandengan
suatuoperatortertentu.Operatortertentuiniyangakanmencirikanjenisproposisinya.
1. ProposisiHipotesis
Proposisihipotesisadalahproposisiyangmengandungsyarattertentu,dimanapengakuanatau
pengingkaranatassyarattersebuttergantungkebenaranproposisilain.Contohnya:

Jikahujanturun,makajalanbasah.
Proposisikondisionaliniterdiridariduaproposisikategoris,yaituHujanturundan
Jalanbasah.Keduaproposisiinidigabungkandenganoperatorkondisional
Jika....,maka....ataupun

2. ProposisiDisjungtif
Proposisidisjungtifadalahproposisiyangterdiridariduaproposisikategorisyangdigabungan
denganoperator....atau.....Contohnya:

Hadinataadalahdosenataumahasiswa.
Proposisidisjungtifiniterdiridariduaproposisikategoris,yaituHadinataadalah
dosendanHadinataadalahmahasiswa.

III.5.2.2. Silogisme Hipotesis


Silogismehipotesisadalahsilogismeyangpremismayornyaberjenisproposisihipotesis.Dengan
kata lain, premis mayor terdiri dari dua bagian, yaitu anteseden (dimulai dengan kata Jika...,) dan


konsekuen (dimulai dengan kata maka...). Di dalam logika, premis mayor ini tersusun dalam empat
pola,yaitu:
1. JikaA,makaB
2. JikaA,makabukanB
3. JikabukanA,makaB
4. JikabukanA,makabukanB
Ada dua dalil yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan kesimpulan yang sahih dalam silogisme
kondisionalini,yaitumodusponensdanmodustollens.
1. ModusPonens
Prosespenyimpulanyangbergerakdaripembenaran(pengafirmasian)terhadapanteseden
(premisminor)kepadapembenaran(pengafirmasian)terhadapkonsekuen(kesimpulan).
Contohnya:

Jikabanyaksampahyangtidakterurus,makakualitaskesehatanmenurun.
Ternyatabanyaksampahyangtidakterurus.
Jadi,kualitaskesehatanmenurun.

JikaSitibelajar,makakamuakanlulusujian.
Ternyata,Sitibelajar.
Jadi,Sitiakanlulusujian.

2. ModusTollens
Prosespenyimpulanyangbergerakdaripengingkaran(penegasian)konsekuen(premisminor)
kepadapengingkaran(penegasian)anteseden(kesimpulan).Contohnya:

Jikahujanterlalulebat,makaterjadibanjir.
Ternyatatidakterjadibanjir.
Jadi,hujantidakterlalulebat.

III.5.2.3. Silogisme Disjungtif


Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya berupa proposisi disjungtif yang
menawarkan dua kemungkinan. Dalam konteks itu, premis minornya bersifat menegasi atau
mengafirmasi salah satu kemungkinan yang ditawarkan, sedangkan kesimpulan mengandung
kemungkinanyanglain.Denganbegitu,silogismedisjungtifmemilikiempatbentuksebagaiberikut:
TabelEmpatBentukSilogismeDisjungtif
1. PatauQ

2. PatauQ


TernyatabukanP

TernyatabukanQ

Jadi,Q

Jadi,P
4. PatauQ

3. PatauQ
TernyataP

TernyataQ

Jadi,bukanQ

Jadi,bukanP

Silogisme disjungtif dikenal dengan dua jenis, yaitu silogisme disjungtif dalam arti luas dan
silogismedisjungtifdaamartisempit.Silogismedisjungtifdalamartiluasmempunyaikemungkinanyang
tidakbersifatkontradiktif.Contohnyasebagaiberikut:

Tinamemakaikalungatauanting.
TernyataTinatidakmemakaikalung.
Jadi,Tinamemakaianting.

Dalam silogisme disjungtif dalam arti luas hanya dapat sahih apabila proses penyimpulan
bergerak dari penegasian terhadap satu kemungkinan, kemudian pengafirmasian terhadap
kemungkinan yang lain. Hal ini dilakukan karena dalam silogisme disjungtif dalam arti luas, di mana
kemungkinannya tidak bersifat kontradiktif mengakibatkan ada kemungkinan ketiga, yaitu dua
kemungkinan terjadi sekaligus. Dalam konteks contoh diatas, Tina bisa memakai kalung dan anting
bersamaan.Olehkarenaituhanyaadaduabentukyangsahihdalamsilogismedisjungtifsebagaiberikut:
TabelBentukSahihSilogismeDisjungtifdalamArtiLuas
1. PatauQ

2. PatauQ

TernyatabukanP

TernyatabukanQ

Jadi,Q

Jadi,P

Sedang, silogisme disjungtif dalam arti sempit mempunyai kemungkinan yang bersifat
kontradiktif. silogisme disjungtif dalam arti luas dan silogisme dalam arti sempit. Contohnya sebagai
berikut:

Hasanberadadidalamataudiluarruangan.
TernyataHasantidakberadadidalam.
Jadi,Hasanberadadiluarruangan.

Dalamkonteksini,keduakemungkinanterhubungsedemikianrupasehinggatidakadalagikemungkinan
ketiga.Olehkarenaitu,keempatbentuksilogismedisjungtifnyabersifatsahih.

III.6 Kekeliruan Berpikir (Fallacies)


Logika tidak hanya terkait dengan penalaran yang tepat tetapi juga terkait dengan bentuk
bentuk kekeliruan berpikir. Kekeliruan berpikir ini dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu: 1)
Kekeliruanformal,dimanakesimpulankesimpulanyangdihasilkantidaksahihdikarenakandilanggarnya
dalildalil logika terkait term dan proposisi pada sebuah argumentasi. 2) Kekeliruan nonformal, yaitu
kesimpulankesimpulan yang dihasilkan tidak tepat dikarenakan faktor bahasa ataupun dikarenakan
relevasiantarapremisdankesimpulannya.
Halpentingyangpatutdicatatadalahkekeliruanberpikir(khususnyanonformal)banyakterjadi
dalam kehidupan kita seharihari. Hal tersebut terjadi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan atau
karena kebiasaan yang sudah diterima secara umum. Dalam konteks tertentu, kekeliruan berpikir
sengaja disusun untuk memperdaya orang lain ataupun lawan bicara. Jenis kekeliruan berpikir ini
dikenal dengan kekeliruan berpikir sofistik. Istilah sofistik merujuk pada suatu kelompok orang (yang
mahir berpidato pada zaman Yunani Kuno (kaum sofis), di mana mereka mempengaruhi khalayak
denganargumentasiargumentasiyangkeliru,walauterdengartepat.Dizamansekarang,fenomenaini
masih bisa kita saksikan. Misalnya, seorang motivator menasihati seorang bujangan terkait dengan
gundahnyadiatidakmempunyaipasangandengankalimatkalimatberikut:

Jodohtidakperludicari.Diaakandatangdengansendirinya.Andahanyaperlumenunggu
saatyangtepat.Diluarsana,pastiadajodohuntukAnda!

Apabila diperhatikan, jelas bahwa kalimatkalimat itu sekedar untuk menenangkan semata; tetapi
mengandungkekeliruanberpikiryangnyata:1)KalimatJodohtidakperludicarijustrukontraproduktif
dengan situasi seorang bujangan tersebut, yaitu dicari saja jodoh belum tentu bertemu, apalagi tidak
dicari; 2) Kalimat Dia akan datang dengan sendirinya dan Anda hanya perlu menunggu saat yang
tepathanyamerupakanpenegasanJodohtidakperludicari,tetapitidakmemberikanpenjelasanapa
apa terkait dengan mengapa jodoh tidak perlu dicari; 3) Kalimat Di luar sana, pasti ada jodoh untuk
Anda! justru lebih menegaskan bahwa jodoh perlu dicari karena ia ada diluar sana. Artinya, secara
implisitkalimatitubertentangandengankalimatawalbahwajodohtidakperludicari.Olehkarenaitu,
kitadapatmengatakanbahwakeliruanberpikiradalahperbincanganyangmungkinterasatepat,tetapi
yangsetelahdiujiterbuktitidaktepat(Copi,1990).Lebihjelasnya,perhatikanlahcontohberikut:

Jikahujanturun,makatanahbasah.
Ternyata,tanahbasah.
Jadi,hujanturun.


Argumentasi ini merupakan kekeliruan berpikir dikarenakan hujan turun sebagai anteseden
merupakan kondisi yang mencukupi (sufficient condition), bukan kondisi niscaya (necessary condition)
untukterjadinyakonsekuentanahbasah.Dengankatalain,adahubunganasimetris.Hujanmemang
menyebabkan tanah basah, tetapi tanah basah belum tentu karena hujan turun. Akan berbeda, bila
argumentasitersebutdisusunsebagaiberikut:

Jikadanhanyajikahujanturun,makatanahbasah.
Ternyata,tanahbasah
Jadi,hujanturun.

Argumentasiinimerupakanargumentasiyangtepatdikarenakanhujanturunmerupakansatusatunya
anteseden (jika danhanyajika) ataukondisi niscaya(necessary condition) untukterjadinya konsekuen
tanahbasah.Ringkasnya,adahubungantimbalbaliklangsungantaraantesedendankonsekuen.

III.6.1 Kekeliruan Berpikir Formal


Kekeliruanberpikirformalmerupakansebuahpenalaranyangprosesnyaataubentuknyatidak
sesuaidengandalildalillogika.Jikakitatelahmemahamidenganbaikdalildalillogikaformalyangtelah
dijelaskan sebelumnya, dengan mudah dapat mengenali bentukbentuk kekeliruan berpikir formal ini.
Secaraumum,berikutjeniskekeliruanberpikirformal:
1. EmpatTerm(FourTerms)
Sepertinamanya,kekeliruanberpikirformaljenisempattermterjadijikaadaempatterm
yangdiikutsertakandalamsilogismekategorsis,padahalyangsahihhanyamempunyaitigaterm.
Contohnya:

Rumahmempunyaihalaman.
Bukumempunyaihalaman.
Bukuadalahrumah.

Kekeliruan terletak pada kata halamanyang mempunyai makna ganda (ekuivok) sehingga ada
tambahanterm.Disini,halamanrumahdanhalamanbukuberbedamaknanyakarenamerujuk
kepada dua realitas yang berbeda. Jadi, terdapat empat term dalam silogisme di atas, yang
seharusnyahanyatiga.

2. TermPenghubungTidakTerdistribusikan(UndistributedMiddleTerm)


Kekeliruanberpikirformaliniterjadididalamsilogismekategorisyangtermpenghubungnya
tidak terdistribusikan pada premisnya baik dalam premis mayor dan/atau premis term minor.
Hal ini dikarenakan term pengubunngnya (term M) berkuantitas partikular duaduanya.
Contohnya:

Semuaburungadalahhewanyangberkembangbiakdengancarabertelur.
Semuamerpatiadalahhewanyangberkembangbiakdengancarabertelur.
Jadi,semuamerpatiadalahburung.

3. ProsesIlisit(IllicitProcess)
Perubahankuantitastermmayordan/atautermminoryanglebihkecilpadapremismenjadi
lebihluaspadakesimpulandidalamsilogismekategoris.Contohnya:

BeberapaorangIndonesiaadalahpemalas.
Semuapemalasadalahorangyangtakbisamaju.
Jadi,semuaorangIndonesiaadalahorangyangtakbisamaju.

Kesalahan berpikir formal ini terletak pada peralihan dari beberapa orang Indonesia yang
merujukkepadasebagianorangIndonesia(partikular)kesemuaorangIndonesiayangmerujuk
kepadakeseluruhanorangIndonesia(universal).

4. PremispremisAfirmatif,KesimpulanNegatif
Kekeliruanberpikirformaliniterjadijikadalamsilogismekategorisdigunakanpremismayor
dan minornya proposisi afirmatif, tetapi dalam kesimpulan digunakan proposisi negatif.
Contohnya:

SemuaorangIndonesiaadalahorangyanggiatbelajar.
BeberapaorangIndonesiaadalahahlilogika.
Sebagianahlilogikabukanorangyanggiatbelajar.

5. SalahSatuPremisNegatif,KesimpulanAfirmatif
Kekeliruan berpikir formal ini terjadi jika dalam silogisme kategoris digunakan salah satu
premis mengunakan proposisi negati, tetapi kesimpulan yang dihasilkan berupa proposisi
afirmatif.Contohnya:

Semuakerbaubukanhewanberkakitiga.
Semuakerbauadalahhewanmamalia.


Jadi,semuahewanmamaliaadalahhewanberkakitiga.

6. DuaPremisNegatif
Kekeliruanberpikirformal initerjadijikadalamsilogismekategorisbaikpremismayordan
premis minornya menggunakan proposisi negatif yang menyebabkan kesimpulan tidak tepat.
Contohnya:

Semuaayambukanhewanberkakiempat.
Semuahewanberkakiempatbukanbebek.
Jadi,semuabebekbukanayam.

Meskipunterkesantepat(semuabebekbukanayam),tetapisilogismekategorisinitidaksahih
karenatidakadakesimpulanyangdapatditurunkandariduaproposisinegatif.

7. AfirmasiKonsekuen
Kekeliruanberpikirformaliniterjadijikadalamsilogismehipotesismengafirmasikonsekuen
dalam pembuatan kesimpulan. Kesimpulan itu diturunkan dari pernyataan yang hubungan
antara anteseden dan konsekuennya tidak niscaya, tetapi diperlakukan seolaholah hubungan
itusuatukeniscayaan.Contohnya:

Kalaulampudimatikan,ayahsedangtidur.
Ternyataayahsedangtidur.
Jadi,lampudimatikan.

Bentuk silogisme hipotesis ini keliru dikarenakan konsekuen ayah sedang tidur tidak hanya
dapat disimpulkan dari lampu dimatikan, melainkan dapat juga karena hal lain. Misalnya,
minum obat tidur dan lainlain. Kekeliruan berpikir formal afirmasi konsekuen merupakan
bentuktidaksahihyangmenyerupaimodusponens.5

8. NegasiAnteseden
Kekeliruanberpikir formalini terjadi dalamsilogisme hipotesis menegasiantesedendalam
pembuatan kesimpulan. Kesimpulan itu diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara
antesedendankonsekuennyatidakniscaya,tetapidiperlakukanseolaholahhubunganitusuatu
keniscayaan.Contohnya:
Jikagurupandai,makamuridpandai.

Penjelasanterkaitdenganmodusponensbisadilihatpadapembahasansilogismehipotesis.


Ternyatagurutidakpandai.
Jadi,muridtidakpandai.
Bentuksilogismehipotesisinikelirudikarenakanantesendenyangtidakterjadi(Ternyataguru
tidak pandai) tidak berarti konsekuen (murid pandai) tidak terjadi. Artinya, murid bisa saja
pandai, kendati guru tidak pandai. Kekeliruan berpikir formal negasi anteseden merupakan
bentuktidaksahihyangmenyerupaimodustollens.6

9. KekeliruanDisjungsi
Kekeliruanberpikirformaliniterjadidalamsilogismedisjungsiyangmengafirmasisalahsatu
pilihan,kemudianmenyimpulkanbahwapilihanlainnyatidakterjadi.Contohnya:

Animemakaikalungataugelang.
TernyataAnimemakaikalung.
Jadi,Anitidakmemakaigelang.

Bentuksilogismedisjungsiinikelirudikarenakanadakemungkinanketiga,yaituduapilihan
terjadibersamaan(Animemakaikalungdangelang).Dalamkonteksini,silogismedisjungsiyang
sahihadalahmenegasikansalahsatupilihan,kemudianmenyimpulanpilihanlainnyaterjadi.
Contohnya:

Tonomemakaisepatuatausandal.
TernyataTonotidakmemakaisepatu.
Jadi,Tonomemamakaisandal.

III.6.2 Kekeliruan Berpikir Nonformal

Kekeliruanberpikirnonformalperludiperjelaskedalambagianbagiannyayangdisertaicontoh
contohyanglogisdalamberlogika.

III.6.2.1 Kekeliruan Berpikir Nonformal Relevansi


Kekeliruan berpikir nonforma relevesi terjadi apabila kesimpulan yang ditarik tidak memiliki
relevansi dengan premispremisnya atau sebaliknya. Dengan kata, lain tidak adanya hubungan logis
antara premispremis dengan kesimpulan, walaupun bisa saja secara psikologis menampakkan adanya

Penjelasanterkaitdenganmodustollensbisadilihatpadapembahasansilogismehipotesis.


hubungan. Kesan akan adanya hubungan secara psikologis ini yang biasanya banyak terjadi pada
kekeliruanberpikirnonformalrelevansi.Berikutbeberapajeniskekeliruanberpikirnonformalrelevansi
yangsecaraumumterjadidalamkehidupanseharihari:
1. Argumentumadmisericordiam
DalambahasaLatinmiseriordiaberartibelaskasihan.Olehkarenaitu,argumentumad
misericordiam dapat diartikan kekeliruan berpikir nonformal relevansi yang dilakukan ketika
menyampaikan suatu penalaran dengan tujuan untuk memperoleh belas kasihan untuk
mendukungkesimpulan.Artinya,argumentasitidakdisusunberdasarkankesahihanbentukdan
kebenarankontennya.Kekeliruanberpikirnonformalrelevansiinibanyakterjadidipengadilan.
Misalnya, dalam pembelaan terdakwa atau penasihat hukum menggunakan argumentum ad
misericordiamdengantujuanagarhakimberbelaskasihkepadaterdakwa.Berikutcontohnya:

Sayamencuribukanlahsematamatademisayasendiri.Akantetapi,demianaksayayang
sedangsakit.Ibunyatelahtiada.Sayabarubangkrut.Semuahartabendayangkumpulkan
bertahuntahun,lenyapsemua.Sanakkeluargatidakadayangpeduli.Kalausayaditahan,
makasiapayangakanmenjagaanaksaya?Olehkarenaitu,bebaskanlahsaya.

2. Argumentumadpopulum
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi apabila argumentasi yang diajukan
didasarkankepadaorangbanyak.DalambahasaLatin,populusberartiorangbanyak,rakyatatau
massa.Dalamkonteksini,seolaholahjustifikasiatasargumentasitidakdiperlukandikarenakan
dijaminkan kepada kepercayaan orang banyak. Dalam sejarah ilmu pengetahuan, kita bisa
melihat contohnya ketika pertama kali dicetuskan bahwa heliosentris, bukan geosentris.
Penolakan atas heliosentris didasarkan hanya karena orang banyak pada masa itu percaya
bahwabumiadalahpusatdarialamsemesta.Berikutcontohlainnya:

Semua orang sudah tahu bahwa kamu adalah pencuri. Oleh karena itu, pastilah pencuri
dalamkejadianini.

Kamusalah.Cobalihatberapabanyakorangyangtidaksepakatdenganmu!Hampir75%
darisemuapendudukdidaerahini.

3. Argumentumadhominem
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi apabila dalam sebuah perbincangan
yang argumentatif yang dinilai bukan kesahihan bentuk atau kebenaran konten, melainkan


alasanalasanyangberhubungandengansifatpribadidariorangyangmengajukanargumentasi
tersebut.Artinya,apayangdinilaiadalahorangnya,bukanargumentasinya.Berikutcontohnya:

Tuduhannyaterkaitdengankorupsiyangterjadipastilahsalah.Diabukanorangyangsopan
dalamberbicara.Apaitubagusbuatpendidikananakanakyangmenyaksikanhalitu?

Tidakmungkindiamelakukankorupsi.Diaselalubaikkepadasayadantemantemanyang
lainnya. Tutur katanya halus dan sikapnya pun santun kepada yang lebih tua. Pastilah dia
dijebakolehorangyangtidakbertanggungjawab.

4. Argumentumadauctoritatis
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini cukup mirip dengan argumentum ad
hominem, tetapi lebih khusus pada nilai suatu argumentasi didasarkan oleh keahlian atau
kewibawaan seseorang. Oleh karena itu, argumentum ad auctoritatis terjadi bila suatu
argumentasi dinyatakan sahih atau benar hanya karena dikemukakan atau mengutip dari
seseorangyangsudahterkenaldibidangkeahliannya.Berikutcontohnya:

Internetberbahayabagigenerasimuda.HalinidisampaikanolehProf.Badudansaya
mendengarnyasendiri.Apayangdikatakanseorangprofesorpastilahbenarkarenadia
ahli.Jadi,internetmemangberbahayabagigenerasimuda.

Kamu pasti salah. Kamu hanya mahasiswa. Saya adalah dosen. Oleh karena itu, saya
pastilebihtahudaripadakamu.

5. Argumentumadbaculum
Dalam bahasa Latin baculum berarti tongkat atau pentungan. Dalam konteks ini,
argumentum ad baculum bisa diartikan argumentasi yang didasarkan pada ancaman. Dalam
kehidupan seharihari biasanya argumentum ad baculum muncul bila seseorang menolak
pendapat seseorang dengan ancaman bukan dengan pembuktian yang didasarkan tidak sahih
atausalahnyasebuahargumentasi.Berikutcontohnya:

Kalau kamu berpendapat seperti itu, maka kamu harus memikirkan nilainilaimu
semester ini yang sangat bergantung pada saya. Oleh karena itu, saya ingin kamu
mencabutpendapattersebut.


6. Argumentumadignorantiam
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi bila menyimpulkan bahwa suatu
penyataan tertentu adalah benar dikarenakan penyangkalan terhadapnya tidak dapat
dibuktikan atau sebaliknya. Contohnya ketika seseorang menyatakan hantu itu ada dengan
dasarpernyataanhantuitutidakadatidakbisadibuktikan.Olehkarenaitu,argumentumad
ignorantiam dinyatakan sebagai berargumentasi dengan dasar ketidaktahuan. Dalam bentuk
yang lebih umum, argumentum ad ignorantiam bisa berarti ketika seseorang membenarkan
sebuahkeputusanyangsalahhanyadenganalasaniatidaktahu.Berikutcontohnya:

Sayamenyuruhdiasebagairekananmeskipundiabelummemenuhisyaratkarenasaya
tidak tahu bahwa dia tak memenuhi syarat saat itu. Jadi saya tak bisa dipersalahkan
dalamkasusini.Sayatidaktahu.

7. Ignoratioelenchi
Kekeliruanberpikirnonformalrelevansiinimerujukpadasebuahloncatansembarangan
darisuatupremiskekesimpulanyangsamasekalitidakadakaitannyatdenganpremistersebut.
Oleh karena itu, ignoratio elenchi dapat disebut non sequitur dalam pengertian kesimpulan
tidak mengikuti premis. Dengan kata lain, hubungan antara premis dan kesimpulan bersifat
semu.Dalamkonteksini,ignoratioelenchiterjadidalamkehidupansehariharidikarenakanoleh
prasangkadanperasaansubjektif.Berikutcontohnya:

AndilahirdibawahbintangLibra.Olehkarenaitu,diacocokjadihakim.

Orangituramahpadaorangorang.Pastidiatidakpernahkorupsi.

Sayaditabrakojeksoreini.Pastikarenasayamelihatkucinghitammelintastadipagi.

Rumahdiujungjalanituseringkemalingankarenawarnacatnyahijau.

Orang tua lebih tahu dan lebih pintar dari anakanaknya karena anakanak itu
dilahirkanorangtuanya.

8. PetitioPrincipii
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi karena menjadikan kesimpulan sebagai
premis dan sebaliknya. Dengan ucap lain, premis yang digunakan secara substansial tidak
berbedadengankeseimpulan.Apabila,petitioprincipiiberbentuklingkaransepertiAdibuktikan
B;BdibuktikanC;danCdibuktikanolehAdisebutcirculusvitiosus. Dalamkonteksyangagak


berbeda,petitioprincipiijugadapatmunculdalamargumentasiyangmenggunakanpremisyang
masihharusdibuktikankebenarannya.Berikutcontohnya:

Petugas hukum dapat disogok karena penghasilannya rendah. Penghasilan hakim


rendah karena ekonomi buruk. Ekonomi buruk karena hukum tidak berfungsi. Hukum
tidakberfungsikarenapetugashukumdapatdisogok.

Yafizadalahorangyangjujur.Ituterbuktidariucapanucapannyasendirikemarin.

9. KekeliruanKomposisi(FallacyofComposition)
Kekeliruan berpikir nonformal relevansi ini terjadi bila argumentasi yang memperlakukan
kebenaran partikular juga pasti berlaku pada kebenaran keseluruhannya. Dengan kata lain,
kekeliruan komposisi ini dikarenkan menetapkan sifat pada bagian untuk merujuk pada sifat
padakeseluruhan.Berikutcontohnya:

MahasiswaUIramahramah.PastilahorangIndonesiaramahramah.

Lelakiitujahatpadaku.Memangsepertiitulahsifatparalelaki.


III.6.2.2Kekeliruan Berpikir Nonformal Bahasa

Kekeliruanberpikirnonformalbahasaseringdilanggardalamberkomunikasisehinggaperlu
dicermatipenggunaanbahasadalamprosesberpikirnya.Berikutiniakandijelaskanmacamkekeliruan
tersebutkedalamsubsubabnya.
1. KekeliruanEkuivokasi
Kekeliruan berpikir nonformal bahasa inidikarenakan argumentasi yang menggunakan
termyangbermaknagandasehinggakesimpulannyatidakjelasatauterjadinyapergantianarti
darisebuahtermyangsama.Berikutcontohnya.

BulanadalahsatelitplanetBumi.
Januariadalahbulan
Jadi,JanuariadalahsatelitBumi.

2. KekeliruanAmfiboli
Kekeliruanberpikirnonformalbahasainiterjadikarenaargumentasiyangdikemukakan
menggunakan susunan katakata yang bermakna ganda jika dilihat dari tata bahasa. Artinya,


kekeliruan amfiboli terjadi apabila makna tidak jelas dikarenakan letak sebuah kata dalam
konteks kalimat. Hal ini berakibat timbul lebih dari satu penafsiran mengenai makna makna
manayangdirujuksebenarnya.Berikutcontohnya.

AnakibuyangcantikituberkuliahdijurusanIlmuFilsafat

Kalimatdiatasmengandungambiguitasataubermaknaganda.Haliniterjadikarenaketerangan
yang cantik ditujukan untuk siapa tidaklah jelas. Dalam konteks kalimat itu, bisa saja yang
berkuliahadalahsanganakatausangibunya.

3. KekeliruanAksentuasi
Kekeliruan berpikir nonformal bahasa ini terjadi dalam pengucapan katakata tertentu
dalamargumentasisehinggamenimbulkanmaknayangberbedapula.Ketidakwaspadaandalam
penekananucapandapatmenimbulkankekeliruanberpikir.Berikutcontohnya.

Semuaapeladalahbuah.

Apeladalahupacara.

Jadi,beberapaupacaraadalahbuah.

4. KekeliruanMetaforis
Kekeliruan berpikir nonformal bahasa ini terjadi dikarenakan suatu argumentasi
menggunakan makna kiasan yang disamakan dengan arti sebenarnya. Oleh karena itu,
kekeliruan metaforis terjadi akibat mencampuradukan makna kiasan dengan arti sebenarnya.
Dalam konteks tertentu, kekeliruan metaforis juga bisa terjadi karena menganalogikan dua
permasalahan yang kelihatannya mirip, tetapi sebenarnya berbeda secara mendasar. Berikut
contohnya.

Kalau kita kehilangan pemimpin, maka kita seperti kehilangan kepala. Tanpa kepala
tubuh tidak berguna sama sekali. Oleh karena itu, kita juga tidak berguna tanpa
pemimpin.

Dalam diri manusia ada hati yang bisa membedakan kebaikan dan kejahatan. Oleh
karenaitu,bilahatinyasakitmakaperluuntukdiobati.Organhatisangatpentingdijaga
kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA
Angel,R.B.(1964).ReasoningandLogic.NewYork:AppletonCenturyCraft.
Copi,I.M.(1990).IntroductiontoLogic.NewYork:MacmillanPublishingCompany.
Hadinata,F.,Putri,S.,&Takwin,B.(2015).MPKTABukuAjarIKekuatandanKeutamaan:Karakter,
Filsafat,Logika,danEtika.Depok:UniversitasIndonesia.
Hayon,Y.P.(2000).Logika:PrinsipPrinsipBernalarTepat,Lurus,danTeratur.Jakarta:ISTN.
Luce,A.A.(1958).Logic.London:TheEnglishUniversitiesPressLtd.
McCall,R.J.(1966).BasicLogic.NewYork:Barnes&NobleInc.
Mundiri.(2015).Logika.Depok:RajawaliPress.

BAB IV PEMAHAMAN ETIKA


Dr.L.G.SaraswatiPutri

IV. 1 Etiket, Kode Etik, Nilai, Norma, dan Moral


Etika tampaknya bukan istilah yang asing dalam kehidupan keseharian. Namun,
pemahamanatasnyaseringkaliterbilangkaburataukurangjelas.Etikakadangdianggapserupa
dengan etiket. Moral pun turut dinilai sebagai etika. Bahkan, istilah kode etik yang banyak
digaungkan para anggota dewan, dan pekerja di instansi tertentu banyak menyamakannya
dengan etika. Begitupun dengan nilai dan norma yang masih dianggap sama pengertiannya
denganetika.
Pertanyaan selanjutnya tentu, apa itu etika? Sebelum menerangkan definisi atau
pengertian lengkapnya, mari sepakat etika bukan etiket, kode etik, moral, nilai, dan norma.
Bahkan, etis dalam pengertian umum pun
cenderung tertuju pada etiket, dibanding
etika. Misalnya saja, suatu waktu seorang
artis berlaku yang tidak sesuai tata krama,
lalu ada komentar, dia tidak etis!
Ungkapanetisitulebihmerujukpadaetiket,
daripada etika yang akan dibahas dalam
tulisanini.
Jika sudah sepakat, tampaknya perlu
diperjelas pengertian dari etiket, kode etik,
nilai, norma, dan moral. Pertama, etiket
merupakan serapan dari bahasa Perancis dan
Inggris,

etiquette,

yaitu

ketentuan

yang

Gambar1.ContohetikettablemannerdiDenmark
Sumber:http://mashable.com/wp
content/uploads/2016/01/TableEtiquette03.jpg

mengatursikapsopandansantun.Aturanitudisepakatisekelompokmasyarakat,dibuatuntuk
mengatur tingkah laku individu dalam relasi dengan sesamanya dalam kehidupan keseharian.
Dalam kalimat lain, etiket merupakan seperangkat aturan yang menunjukkan perilaku yang
disepakatimasyarakat.

Ketentuanitudilakukandalamkehidupankeseharian,mulaidarimenulisstatusdisosial
media seperti twitter, atau saat melansir foto di instagram, tentu pada saat menulis surat
elektronik/email.Etiketjugaditemukanpadatablemanner,yaitutatacaramakandanminum
saatperjamuan.Pengetahuanmengenaietiketdapatditurunkanmelaluikebiasaan,tradisi,dan
pendidikan. Artinya, etiket dalam satu komunitas tertentu dapat berbeda dengan kelompok
masyarakat lain. Dengan demikian, etiket sebagai perangkat aturan ditentukan oleh
kesepakatanmasyarakatnya.

Sementaraitu,bagaimanadengankodeetik?Ungkapanpelanggarankodeetiksering

ditemui dalam pemberitaan media, misalnya saja saat ada pejabat negara yang menerima
gratifikasi.Pengertiankodeetiksebenarnyatidakjauhberbedadenganetiket.Namun,cakupan
kode etik lebih khusus ke komunitas profesional tertentu, misalnya saja lembaga, instansi
pemerintah, perusahaan, universitas, sekolah, dan tempat lain yang memperkerjakan para
tenaga ahli dan profesional. Kode etik atau code of conduct (CoC) merupakan pedoman
menjagaprinsipprofesionalitasdalambekerja.Artinya,kodeetikitutidakhanyamenjadiacuan
dalam mengerjakan tugas sesuai standar yang ditetapkan, tetapi turut mengatur sikap saat
berelasidengansesamapekerjajugapihaklainyangterkait.
Misalnya saja, kode etik jurnalistik mengharuskan para pewarta berita untuk
independen, berimbang, dan memiliki itikad baik dalam menuliskan berita. Seorang jurnalis
juga harus menerapkan sikap profesional dalam tugas jurnalistiknya. Sikap profesional itu
diantaranya: 1. Menunjukkan identitas ke narasumber; 2. Menghormati hak privasi; 3. Tidak
menyuap; 3. Menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; 4. Tidak merekayasa
berita,tidakmelakukanplagiat;5.Menghormatipengalamantraumatiknarasumber.
Perlu dipahami, kode etik tidak berlaku umum atau universal. Namun, pedoman itu
bergantung pada jenis profesi dan bidang pekerjaannya. Tentunya, kode etik seorang jurnalis
berbeda denganpedomanyangmestiditaatidosendanmahasiswadilingkunganuniversitas.
Contohnyasaja,kodeetikdosenUniversitasIndonesiadisusunmencakupempatbidang,yaitu
terkait profesionalisme, universitas, mahasiswa, dan masyarakat. Kode etik dosen terkait
profesionalisme, diantaranya, jujur, disiplin, objektif dan adil saat menjaga hubungan
profesional,apresiatifterhadapkolega,jujur,dantidakmelakukanplagiat.Sementaraitu,kode

etik dosen terkait mahasiswa, yaitu menghargai mahasiswa secara personal dan mitra
intelektual (Pedoman Mutu Akademik Universitas Indonesia, 2007). Pelanggaran kode etik,
dengan begitu, tidak melibatkan hukum negara, atau sanksi sosial dari seluruh masyarakat.
Sanksi pelanggaran kode etik diberikan pihak lembaga atau instansi tempat bekerja tersebut,
biasanyamelaluisidangdanputusandariDewanKehormatan(DK)lembaga.

Konsep lain yang pemahamannya sering disamakan dengan etika adalah nilai dan
norma. Kedua konsep itu sebenarnya juga sering dipergunakan dalam pengertian yang
dianggap serupa. Namun, nilai dan norma merupakan konsep yang memiliki pengertian
berbeda. Nilai atau value merupakan standar universal dalam bersikap dan bertindak.
Maksudnya,nilaitidakdibatasi olehbatasgeografis,atau komunitastertentu.Nilai jugatidak
dibatasi oleh waktu. Nilai dari masa Yunani Kuno, hingga Abad Kontemporer dipahami dalam
pengertian yang sama. Contoh nilai diantaranya, keadilan, kejujuran, kebaikan, kebenaran,
keindahan,kebebasan,dankepedulian.
Sisi lain, norma atau norms merupakan arahan (guidelines) bertindak yang disepakati
oleh komunitas tertentu. Dengan begitu, norma berbeda dengan nilai. Norma tidak bernilai
universal, melainkan partikular. Norma bergantung pada konteks waktu, sejarah, tradisi,
kebudayaan,wilayah geografisdarikomunitas tertentu. Normamemberipanduanbagaimana

individu bertindak, yaitu apa yang harus dilakukan dan tidak. Norma memang terhubung
dengan nilai, misalnya saja, larangan tidak boleh mencontek. Nilai yang terkandung dalam
normaitumisalnya,kejujuran,kebenaran,dankeadilan.Sekilas,normatampakserupadengan
etiket. Namun, keduanya berbeda terutama dalam cakupan aturannya. Etiket mengarahkan
agar individu bersikap sopan dan santun. Sementara itu, norma tidak sebatas mengatur cara
bersikap,tetapilebihjauhkepedomanbertindak.
Konsep terakhir yang sering disamakan pengertiannya dengan etika adalah moral.
Dalamkonteksini,moralmemangterkaiteratdenganetika.Walau,moralbukanetika.Moral
merupakanpanduanyangmengarahkanindividumemutuskanmanatindakanbaikdanburuk.
Tentunya, putusan baik dan buruk itu dilandasi beragam faktor dan sumber. Ada yang
mendasari moral pada teks suci agama, nilai, atau norma yang berkembang di masyarakat.
Dalam moralitas, sering ditemui istilah immoral dan amoral. Keduanya punya pengertian
berbeda. Individu yang bertindak tidak sesuai dengan aturan moral disebut immoral, tetapi
perbuatanseseorangyangtidakmemuatdimensimoralitasdisebutamoral.
Contoh terkait moral, membunuh itu salah, sementara memberi makan orang
kelaparan itu baik. Pembenaran atau justifikasi terhadap putusan baik dan buruk itu dapat
melihatpadakonsepnilaiataudariaturanagama.Maksudnya,pembunuhanituburukkarena
melanggarnilaikebebasandankehidupandariindividulain.Begitupunhalnyadenganmemberi
makankeorangkelaparandianggapbaikkarenasesuaidengannilaikebaikan.Justifikasimoral
jugadapatdiberikantekssucidariagama.Misalnya,membunuhituburukkarenadalamaturan
agama pembunuhan itu dilarang. Moralitas berhenti pada satu putusan baik dan buruk.
Kebenarannyadianggapfinaldantidakdapatdiperdebatkan.
Persoalannyakemudian,seseorangbanyakdihadapkanpadaputusanyangtidakmudah
ditentukanbaikdanburuknya.Duniakeseharianyangdijalanitiaporangseringkalitidakbernilai
hitamatauputih,benaratausalah.Adasemacamkeraguandalammenentukanapakahsuatu
tindakanitubaikatauburuk.Kondisisemacamituyangdinamakansebagaidilemamoral(moral
dilemma),yaitukondisidilematisdalammenentukanputusanmoral.

Gambar4:.DilemaMoral
Sumber:www.ausomeawestin.wordpress.com

Dalam kebuntuan itu, etika hadir sebagai alat atau perangkat memahami, mengkaji,
atau menganalisa suatu putusan moral. Etika berupaya membantu seseorang memahami
alasan, sumber, justifikasi,akar, danstatusdari suatuputusanmoral.Dengandemikian, etika
seringdisebutsebagaifilsafatmoral.Dalamkonteksini,sederhananya,filsafatadalahaktivitas
atau perangkat untuk mengkaji secara analitis, radikal, dan komprehensif suatu fenomena.
Etika disebut sebagai filsafat moral karena objek kajiannya adalah moralitas, misalnya saja
mengapa suatu putusan dianggap baik atau buruk? Apa pembenaran atau justifikasinya?
Bagaimanaseseorangmemahaminilaibaikdanburuktersebut?
Beranjak dari ulasan tersebut, tulisan selanjutnya akan membahas etika lebih
mandalam. Ada tiga bagian utama dalam tulisan ini. Bagian pertama akan mengulas definisi
etika, penempatannya dalam filsafat, dan ruang lingkupnya. Bagian kedua akan memetakan
sejarahpemikirandarietika.Bagianketigamemuatduaaliranetikayangcukupdominan,yaitu
Deontologi dan Utilitarian, serta bagaimana keduanya mengatasi dilema moral dalam
menentukansuatutindakan.

IV.2 Definisi dan Ruang Lingkup Etika

Etika merupakan bagian dari filsafat.


Sebelumnya, filsafat memiliki tiga sistematika atau
pembagian pemikiran, yaitu ontologi, epistemologi,
danaksiologi.Sederhananya, ontologi berbicara
mengenai status keberadaan suatu fenomena (the
existence of being), sementara epistemologi
mempersoalkan pengetahuan (knowledge), ilmu
pengetahuan (science), kebenaran (truth), dan
pembenarannya (justification). Sistematika terakhir
adalah aksiologi, yaitu bagian dari filsafat yang
Gambar5:SistematikaFilsafat
Sumber:www.educarepk.com

mempersoalkannilai.Aksiologiterdiriatasduakajian,
yaitu estetika dan etika. Kedunya mempersoalkan

nilai, tetapi estetika fokus pada satu nilai tertentu, yaitu keindahan (beauty). Dengan begitu,
pembahasan dalam estetika terkait dengan seni, karya seni, dan putusan estetis (asthetical
judgment).Estetikatidakmembahasmengenainilaiterkaittindakanatauperbuatanseseorang.
Problemnilaidalamtindakanituyangmenjadiranahetika.
Istilah etika sendiri berakar dari kata bahasa Yunani, ethikos dan (h) thik
(tekhn), berarti ilmu mengenai moralitas (science of morality). Sebagai bagian dari filsafat,
etika hadir dengan mengajukan pertanyaan mengenai moralitas. Pertanyaan itu diantaranya,
bagaimana seharusnya seseorang menjalani kehidupannya?; tindakan mana yang baik dan
buruk dalam situasi dan kondisi tertentu?; bagaimana seseorang dapat memahami suatu
tindakan itu baik dan buruk?; apa yang dimaksud dengan kebaikan?; mengapa seseorang
harus berlaku baik? Pertanyaan semacam itu yang berusaha dijawab sejumlah pemikiran
dalam etika. Singkatnya, etika merupakan bagian dari penyelidikan filsafat (philosophical
inquiry), yaitu kapasitas untuk berpikir kritis, radikal atau mendalam, dan analitis mengenai
putusanmoraldannilaidaritindakanindividu.
Pembahasanmengenaietikasendirisebenarnyadapatdibagimenjaditigabagian,yaitu
metaetika, etika normatif, dan etika terapan. Metaetika merupakan bagian yang melacak
asumsi dasar dari suatu pemikiran etika, konsep etika, dan justifikasi dari konsep tersebut.

Sederhananya,metaetikamengkajiteoriyangadadidalametika.Wilayahkeduaadalahetika
normatif. Etika normatif adalah bagian berisi teori mengenai justifikasi atau pembenaran dari
suatu putusan moral. Umumnya, teori dalam etika normatif akan menjelaskan suatu putusan
moral itu berlandaskan pada kewajiban yang harus dipatuhi atau konsekuensi dari suatu
tindakan. Terakhir, etika terapan mempersoalkan sejumlah isu kontroversial yang
membutuhkan analisis mendalam menggunakan perangkat teori etika. Isu kontroversial dan
dilematis itu misalnya saja, aborsi, pengayaan nuklir, hukuman mati, atau hak animal dan
lingkungan.Dalampembahasannya,etikaterapanmenunjukkanbagaimanapenggunaansuatu
teorietissifatnyakasuistik,ataubergantungpadakasustertentuyangdihadapi.
PeterSinger(1946)dalambukunyaPracticalEthicsmenjelaskanurgensietikaterletak
padakompleksitasdalamkehidupankeseharian(Singer,2011).Maksudnya,seseorangterbiasa
dihadapkan pada situasi yang tidak lantas mudah menentukan, bahkan membedakan mana
tindakanyangbaikdanburuk.Misalnyasaja,mencuriituburuk.Namun,bagaimanadengan
mencuridariseorangkoruptor?ataumencuridariseorangpencuri?Contohlain,membunuh
itu buruk. Akan tetapi, persoalannya bagaimana saat pembunuhan itu dilakukan untuk
mempertahankanhidupdirisendiri(selfdefense)?Samahalnyadengankasus,berbohongitu
buruk!Namun,bagaimanajikasituasinya,seseorangituberbohongagartidakdibunuh.Tentu
ragam posisi dilematis itu yang menjadi urgensi atau dorongan etika dibutuhkan untuk
mengkajisuatuputusanmoral.

IV.3 Sejarah Pemikiran Etika


Sebagai bagian darifilsafat, pembahasan mengenai pemikiran etika dapat pula dirujuk
dari sejarahnya. Pembahasan mengenai etika telah dimulai dari masa Yunani Kuno dan
berkembanghinggaerakontemporeratausaatini.Bagianiniakanmembahaskajianetikapada
triadik SokratikPlatoAristoteles dan pemikir masa Helenistik lainnya, yaitu Epikurus, Kaum
Stoa, dan Diogenes dari kaum Sinis (Cynics). Pembahasan awal mengenai etika dimulai dari
sejumlahkonsepkunci,yaituvirtueatauarte,danhappinessataueudaimonia.Keduakonsep
ituberusahamenunjukkanalasanseseorangmestiberbuatbaik.Pengertianvirtuesecaraliteral
adalah keutamaan. Maksud dari keutamaan adalah tindakan yang harus dilakukan seseorang

dalam kehidupannya. Tujuan dari tindakan itu adalah kebahagiaan. Bagi para pemikir triadik
SokratesPlatoAristoteles,kebahagiaanmerupakantujuandariperbuatanbaik.
SokratesmerupakanseorangfilosofyangadadalamtulisanPlato.Iamenunjukkansuatu
putusan moral harus dipertanyakan lagi
keabsahannya. Baginya, tindakan yang harus
dilakukan

manusia

merupakan

bentuk

pengetahuan rasional. Dalam pandangannya,


rasionalitas merupakan instrumen atau alat
mencapai kebahagiaan. Murid Sokrates, Plato,
seorangfilosofdanpendiriuniversitaspertama,
Akademia, punya pandangan tidak jauh
Gambar6:KarikaturSokrates
Sumber:DonaldPalmer,LookingatPhilosophy,
2006

berbeda. Baginya, keutamaan (virtue) hanya


mungkin tampak saat ada tindakan riilnya.
Dalam pandangannya, kebijaksanaan (wisdom)

merupakanbagiandarikeutamaan.Kebijaksanaanitumerupakanpengetahuanhasilkapasitas
rasional manusia. Terakhir, Aristoteles murid dari Plato. Ia memperkenalkan Nichomacean
Ethics (NE)

sebagai

teori

etika yang

berbeda

dari

para

pendahulunya.

Gambar7:AristotelesNichomaceanEthics
Sumber:DonaldPalmer,LookingatPhilosophy,2006

Aristoteles menerangkan tujuan dari perbuatan


baik tidak sebatas kebahagiaan. Ia menjelaskan,
bahwa suatu tindakan yang termasuk dalam virtue,
dapat dianggap sebagai tujuan itu sendiri. Misalnya,
seorang hakim yang berlaku adil hendak mencapai
keadilan itu sendiri. Begitupun halnya dengan
seseorang yang berlaku baik untuk kebaikan itu
sendiri.

Aristoteles

lebih

menyetujui

suatu

keutamaan merupakan disposisi dari tindakan.


Artinya, seseorang memiliki kecendrungan untuk
memahami dan menentukan tindakan mana yang baik
tepat bagi dirinya. Namun, kecenderungan itu harus

Gambar8: KarikaturAristoteles
Sumber:DonaldPalmer,Looking
atPhilosophy,2006

dan

memenuhi syarat rasional atau keutamaan intelektual


(intellectual virtues), yaitu pengetahuan ilmiah atau saintifik, intuisi, dan kebijaksanaan, yaitu
hasil dari pemikiran kontemplatif dan reflektif, dan kemampuan penalaran secara kalkulatif
(calculative reasoning). Bagi Aristoteles, kebaikan tertinggi (highest good) merupakan suatu
tindakanyangdihasilkandarikontemplasirasional(Aristotle,2004).
Dua tradisi pemikiran lain juga disumbang pada masa helenistik. Ada dua pemikiran etika
yangcukupdominanpadamasaitu,yaituEpikureanismedanStoisime.Pertama,Epikurus(341
270 SM) pendiri Epikureanisme. Berbeda dengan para pendahulunya yang mengedepankan
rasio sebagai instrumen menentukan putusan moral, Epikurus menekankan pada faktor yang
lebih sederhana, yaitu kesenangan (pleasure). Jawaban Epikurus mengenai bagaimana
seseorang menjalani kehidupan adalah mencapai kebahagiaan. Epikurus menyederhanakan
kebahagiaan menjadi kesenangan. Seluruh tindakan dianggap baik jika ditujukan untuk
mencapaikesenangan,sementaratindakanyangharusdihindarisaathanyamenimbulkanrasa
sakit(pain)(Donald,2006).

Epikurus membuat dua jenis dari kesenangan, yaitu kesenangan alamiah (natural
pleasure), kesenangan yang siasia (vain pleasure). Kesenangan alamiah pun memiliki dua
pemilahan,yaitukesenanganyangdiperlukan(necessary),dantidakdiperlukan(unnecessary).
Kesenangan yang mesti dipenuhi, diantaranya kehendak (desire) untuk memenuhi kebutuhan
alamia manusia, yaitu makan dan tidur. Sementara itu, kesenangan yang tidak diperlukan,
misalnyaberhubunganbadanataukoitus.BagiEpikurus,kesenanganalamiahyangdiperlukan
harus dipenuhi. Alasannya, kebutuhan macam itu yang mendatangkan kesenangan dengan
sedikit risiko yang menyakitkan. Sementara itu, kesenangan alamiah yang tidak diperlukan
dapat dipenuhi, tetapi tidak wajib. Pasalnya, kebutuhan itu, misalnya seks berpotensi

Gambar9:IlustrasiEpikurusterhadapPatahHati
Sumber:DonaldPalmer,LookingatPhilosophy,2006

mendatangkan

kesenanganyangterlaluintens.

Epikurus menjelaskan seluruh kondisi emosi yang intens berbahaya (Donald, 2006).
Risikolain,seseorangyangberhubunganbadancenderungmenjalanirelasiintim(inaromatic
relationship). Relasi semacam itu justru perlu dihidari karena dianggap lebih banyak
mendatangkanrasasakitdibandingkesenangan(LihatGambar6).
Pemikir helenistik lainnya adalah stoisisme. Figur sentral dalam aliran itu adalah Zeno
dari Siprus (334262 SM). Stoisisme banyak mendalami kajian etika pada perbuatan manusia.
Para pemikir Stoa sepakat dengan triadik SokratesPlatoAristoteles bahwa putusan moral
manusiamerupakanbentukpengetahuan.TigapemikirStoa,yaituSeneca(465M),Epictetus,
dan Marcus Aaurelius (121180 M) meyakini manusia dapat menjalani hidup yang baik (an
excellencelife)saatdirinyatelahmendapatpencerahanpengetahuan(Donald,2006).

Gambar10:IlustrasiZenodariStoa

Sumber:DonaldPalmer,LookingatPhilosophy,2006

Berbeda dengan para Epikurean, pemikir Stoa meyakini bahwa pencerahan hanya
mungkin didapat jika manusia melepaskan keterikatan duniawi, misalnya saja segala yang
berhubungandenganemosidankesenangan.ParapemikirStoaberkeyakinankehidupanyang
baik dimulai dari menghentikan keinginan untuk bahagia, sedih, harapan, dan ketakutan.

Artinya, seorang individu cukup menjalani hidup sesuai kondisi alamiahnya. Maksudnya,
kehendak (desire) hanya akan menuntun manusia pada kesengsaraan. Suatu tindakan yang
disebut baik itu bukan sesuatu yang dikehendaki atau diinginkan. Alasannya, keinginan dan
kehendakmerupakantandaseorangindividuyangtidakbebasdanbahagia.Bagiparapemikir
stoisisme, individu semacam itu telah terkungkung pada keinginan yang egostik. Nantinya,
pemikiran etika pada Masa Yunani Kuno akan mempengaruhi dua figur cukup dominan pada
masa modernpencerahan. Para pemikir TriadikSokratesPlato dan Stoisisme akan
mempengaruhi kajian yang disebut Deontologi, sementara Epikureanisme akan berpengaruh
padaterbentuknyaaliranUtilitarianisme.
Pascahelenistik,pemikiranfilsafattermasuketikamemasukierayangdinamakanAbad
Pertengahan(TheMiddleAge),atauadapulayangmenamakannyasebagaiTheDarkAge.Pada
periode itu, seluruh pemikiran filsafat menjadi alat membenarkan ajaran dalam teks suci,
khususnya pada agama Kristiani. Putusan moral, yaitu mengenai pengetahuan atas tindakan
baik dan buruk bersandar pada penafsiran terhadap perintah dan larangan teks suci agama.
Dalammasaitu,kajianetikakurangbegituberkembangmengingatkondisinyaotoritasagama
menentukan seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk daya kritis individu untuk
mempertanyakankeabsahandanpembenarantindakanyangbaikdanburuk.

Kajian terhadap etika mulai berkembang lagi saat peradaban memasuki masa

Renaissance,secaraliteralartinyaKebangkitanKembali.Periodeituterjadisekitar14501600.
MasaitumencapaipuncaknyapadaEraPencerahan(TheEnlightment),yaitusaatrasionalitas
manusia menjadi ukuran dalam seluruh aspek kehidupan. Segala bentuk pemikiran, termasuk
kajian filsafat dan begitupun etika tidak lagi tunduk pada otoritas teks suci agama. Pemikiran
dalam teks suci itu dianggap dogmatis dan ditempatkan pada urusan personal tiap individu.
Dalammasamodernpencerahanitu,sejumlahpemikirEtikayangcukupterkenaladalahDavid
Hume(17111776),ImmanuelKant(17241804),JeremyBentham(17481832),danJohnStuart
Mill(18061873).

DavidHumemerupakanseorangfilosofberkebangsaanSkotlandia,Inggris.Iatermasuk

perintis empirisisme, yaitu aliran pemikiran yang menjelaskan seluruh pengetahuan manusia
didapat dari pengalaman. Hume memulai kajian etikanya dengan mempertanyakan,

bagaimana manusia memiliki pengetahuan atas yang secara moral baik, buruk? Hume
menolakpengetahuanatasyangbaikitudidapatdarikerjarasio,melainkandidapatdarikondisi
emosiataupsikologisdariindividutersebut.Iamemperkenalkanistilahsentimen,yaitukondisi
saat manusia merasa terapresiasi saat tindakannya disepakati oleh pihak lain (thepleasure of
approval), dan merasa kecewa saat tindakanya tidak disenangi yang lain (the uneasiness of
disapproval).

Gamba11:KarikaturDavidHume
Sumber:DonaldPalmer,LookingatPhilosophy,2006

Hume mengajukan gagasan bahwa analisis mengenai moral tidak terhubung dengan
proposisiyangdibentukolehkognisiataukapasitasrasionalmanusia.Iamenyampaikananalisis
terhadap putusan moral merupakan pandangan nonkognitif. Alasannya, analisis itu tidak
memberikan argumen yang sifatnya definitif (atau dalam kata kerja bahasa Inggris ditandai
dengan is). Sebaliknya, proposisi yang dibuat bersifat normatif, yaitu memberikan penjelasan
bagaimanayangseharusnya(Rachel,2016).Contohnyasaja,perbuatanbaik,bagiHume,tidak
dijelaskandengankopula(katapenghubung)adalah,tetapiseharusnyaatausemestinya.
Pada masa selanjutnya, Hume dianggap menempati pemikiran etika emotivisme. Pandangan
itu, sederhananya, menyandarkan penjelasan mengenai putusan moral pada kapasitas emosi
ataukondisipsikologimanusia.

Pandangan Hume yang meminggirkan akal budi manusia


pada kajian etika mendapat reaksi penolakan dari
Immanuel Kant. Karya Kant mengenai etika tertulis dalam
bukunya berjudul A Critique of Practical Reason.
Pemikiran etika Kant banyak dikenal dengan sebutan
Deontologi Kantian. Deontologi merupakan istilah yang
terdiri dari kata deon, berarti kewajiban atau keharusan.
Sederhananya, suatu tindakan yang baik atau buruk
ditentukan dari kesesuaiannya dengan kewajiban seorang
individu dalam menjalani hidup. Berbeda dengan Hume,
Kantjustrumenerangkansuatuputusanmoralmerupakan
pengetahuanyangdidapatsecaraapriori7dalamakalbudi
manusia.

Kant berpendapat manusia memiliki akal

praktis yang memungkinkan dirinya memiliki pengetahuan atas moral. Pengetahuan yang
didapat dari akal praktis itu
tuntutan melakukan tindakan
kewajiban. Maksim juga dapat

disebut maksim, yaitu


Gamba12:KarikaturKant

Sumber:DonaldPalmer,Lookingat
Philosophy,2006

untuk
dipahami

menunaikan
sebagai

dorongan melakukan suatu tindakan secara moral baik karena tindakan itu sendiri. Artinya,
perbuatan yang secara moral baik tidak dinilai dari konsekuensi atau hasil tindakan (ends),
melainkandariprosesmelakukantindakantersebut(means).DeontologiKantianmenekankan
bahwasuatutindakansecaramoralbaikjikadilakkandemikewajibanitusendiri,bukandidasari
atasdoronganemosionalmanusia.Kewajiban(deon)itumerupakanpengetahuanatastindakan
tanpapamrihdantanpasyarat(Hardiman,2012).

Kewajiban itu diketahui melalui sejumlah kategori imperatif, yaitu kondisi yang secara

inheren atau terberi ada pada kognisi manusia. Kategori imperatif itu sifatnya universal, atau
bernilai sama pada seluruh akal budi manusia. Salah satu bentuk pengetahuan semacam itu

Pengetahuanapriorimaksudnyapemahamanyangdidapatsebelumadapengalaman,maksudnyamanusia
diandaikantelahmengetahuiterlebihdahulu.Artinya,pengetahuanaprioriitudiandaikanterberi(given)pada
kapasitasrasionalmanusia.

adalahprinsipGoldenRule,yaituperlakukanoranglainsebagaimanakamuingindiperlakukan
olehnya.

Contoh dari Deontologi Kantian dapat dilihat dari narasi Kadiroen dalam Hikayat

KadiroenkaryaSemaun.Dalamceritaitu,Kadiroenmerupakanseorangpegawaiadmininstratif
pemerintahKolonialBelanda.Suatu hari, iamendapatiseorangibu yangmencurimakanan di
pasar. Saat hendak membawanya ke petugas kepolisian, Kadiroen bertanya, mengapa Ibu
harus mencuri? Ibu itu menjawab dengan jujur bahwa dirinya sangat miskin, kedua anaknya
membutuhkan makanan. Jika tidak makan, dirinya dan kedua anaknya akan mati kelaparan.
Kadiroententumirismendengarkisahpiluibuitu.Namun,Kadiroentetapmembawaibuituke
penjara, karena mencuri tetap perbuatan buruk. Singkat cerita, Kadiroen merupakan contoh
seorang penganut Deontologi Kantian saat dihadapkan pada dilema moral semacam itu.
Mencuri tidak sesuai dengan kewajiban manusia melakukan tindakan yang baik, sehingga
seorang pencuri harus dihukum apapun kondisinya. Dalam cerita itu memang Kadiroen
memenjarakanibuitu,tetapiiapunmemberimakandiadankeduaanaknya.

Deontologi Kantian pun mendapat pertentangan dari Utilitarianisme. Aliran itu juga

dianggapbagiandari Konsekuensionalisme.Alasannya,pemikiranitumeyakinisuatutindakan
secara moral baik atau buruk bergantung pada konsekuensi atas perbuatannya terlepas
bagaimanapun prosesnya. Pandangan itu tentunya berbeda dengan Deontologi Kantian yang
abaiterhadap konsekuensisuatutindakan.FigursentraldalamUtilitarianKlasik,yaitu Jeremy
Bentham (17481832) dan John Stuart Mill (18081873). Pemikiran utilitarian ini nantinya
mendapatpengembangandariparapemikirkontemporer,salahsatunyaPeterSinger.

Bentham menegaskan analisis mengenai moral mesti bersandar pada fenomena

empiris, yaitu kondisi bahwa tindakan manusia merupakan kehendak mencapai kesenangan,
dan menghindari rasa sakit (Donald, 2006). Bentham melanjutkan pandangan hedonistik,
bahwa kesenangan merupakan nilai yang utama dalam hidup. Ia memiliki rumusan tersendiri
mengenai kesenangan itu, yaitu nilai hedonistik yang sosial. Rumusan itu dapat dilihat dari
maksim atau prinsip terkenalnya, perbuatan benar atau salah diukur dari kebahagianan
terbesar untuk banyak orang, (the greatest happiness for greatest number). Dalam konteks
pikiran Bentham, kebahagiaan disamakan dengan kesenangan. Prinsip itu yang menjadi

landasan dari Utilitarianisme. Bentham melanjutkan studinya terhadap kesenangan sebagai


ukuran tindakan yang baik. Ia membuat tujuh indikator yang dinamakan the calculus of
felicity atau kalkulus kebahagiaan. Indikator itu terdiri atas, intensitas, durasi, kepastian,
perkiraan atas waktu kejadian (proximity), pengaruh terhadap kesenangan lain (fecundity),
kemurnian,dandampaknya.
Rumusan Bentham dapat disimak dari contoh saat seseorang bertemu penjahat
bersenjataapi.Orangituditanyaolehpenjahatmengenaikeberadaansalahseorangtemannya.
Jika ia menjawab tidak tahu, maka orang itu akan ditembak mati. Kondisinya saat itu, orang
tersebutmemangtidakmengetahuikeberadaantemannya.JikamengikutiDeontologiKantian,
tentu dia tidak akan berbohong karena menyalahi kewajiban berkata jujur. Namun, orang itu
mengikutipandanganUtilitarian, bahwaberbohongdiperbolehkankarenasejumlahalasan:1.
Menyelamatkandirisendiri;2.Kesempatanuntukmemberitahutemanorangituatasbahaya
yang akan menimpanya; 3. Memanggil pihak
polisi atau yang berwajib untuk menangkap
penjahat tersebut. Akhirnya, orang itu pun
memilih

berbohong

dengan

menyebut

sembarang posisi mengenai keberadaan


temannya.
PemikiranUtilitarianberlanjutkeJohn
Stuart Mill. Dalam pandangannya mengenai
kesenangan,

Mill

merevisi

pandangan

Benthambahwakondisiitu mestidiukurdari
kualitasnya. Dalam pandangan Mill ada

hirearki dalam subjek moral. Strata itu


ditentukan oleh kapasitas rasional dan

Gambar13:IlustrasiPemikiranMill

Sumber:DonaldPalmer,LookingatPhilosophy,
2006

pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian, kesenangan seorang manusia dianggap lebih
bernilai dibanding kesenangan seekor kambing dan babi. Bahkan kesenangan seorang pelajar
pun dianggap lebih dikedepankan daripada kebahagiaan seorang pengemis. Artinya, suatu

putusan moral hanya dapat ditentukan oleh pihak yang memiliki pengetahuan atas hal
tersebut. Ia menyebut bahwa, beberapa jenis kesenangan lebih dikehendaki dan bernilai
daripada yang lain (Donald, 2006). Dengan demikian, Mill membawa penilaian kualitatif
terhadapkonsekuensiatastindakanpadaUtilitarianisme.
Utilitarianisme terus berkembang hingga era kontemporer ini. Figur yang cukup
berpengaruh adalah Peter Singer. Ia merupakan filosof yang kini mengajar Bioethics di
PrincetonUniversity,danmengampumatakuliahFilsafatTerapandanEtikaPublikdiUniversity
of Melbourne. Peter Singer merupakan filosof etika yang cukup aktif dan produktif. Ia pun
dapatditemuiditwitterviaakunnya@PeterSinger.Sejumlahkaryanyayangcukupfenomenal,
antaralainPracticalEthics(1980),AnimalLiberations(1975),TheExpandingCircle:Ethicsand
Sociobiology (1981), How Are We To Live? Ethics in An Age of Self Interest (1993), Ethics into
Action(1998),OneWorld:TheEthicsofGlobalisation(2002),ShouldtheBabyLive?(1985),dan
ThePointofViewoftheUniverse:SidgwickandContemporaryEthics(2014).
Peter Singer banyak fokus pada ranah etika terapan, yaitu penggunaan perangkat
Utilitariankepersoalandilemamoralyangkompleks danditemuidalamkeseharian,misalnya
kasus aborsi dan euthanasia. Singer mengajukan teori yang dinamakan Utilitarian
Preferensional (Preference Utilitarianism). Dalam teorinya itu, preferensi tidak hanya diukur
darikapasitasrasionalseorangindividu,melainkantertujupadaseluruhmahlukhidupsebagai
pihak yang berkesadaran (sentient being). Misalnya saja, ia mencontohkan, Utilitarian
Preferensionalmenegaskansegalatindakanyangbertentangandenganpreferensidarimahluk
hidup tertentu merupakan perbuatan yang buruk. Misalnya saja, membunuh seseorang yang
masih ingin melanjutkan hidupnya dianggap salah atau buruk (Singer, 2011). Namun
putusannya menjadi berbeda saat seorang pembunuh menembak mati orang yang meminta
untukdibunuh.
Dalampemikirannya,Singerberpendapatmembunuhseorangmanusiaakanberdampak
buruk dari mencabut nyawa mahluk hidup lainnya. Alasannya, manusia bernilai dari
kapasitanya mengarah pada masa depan. Tiap mahluk hidup yang memiliki kemampuan
memproyeksikandirinyadimasadepan,memikirkanapayangbaikbagidirinya,danmemiliki

harapan juga keinginan, memiliki derajat lebih tinggi dibanding pihak yang tidak. Pemikiran
Singeriniakantampaklebihjelassaatdihadapkanpadadilemamorallebihriil.

Dalam satu sesi kuliahnya, Peter Singer pernah melempar dilema kolam dangkal

(shallow pond). Dilema itu terjadi saat seseorang, sebut saja mahasiswa yang hendak kuliah
melewati kolam dangkal, dan melihat seorang anak kecil tampak akan tenggelam. Jika
mahasiswa itu menolong anak kecil itu, ia harus masuk ke dalam kolam, dan bajunya basah.
Denganbegitu,iamestikembalikerumahdanketinggalansatusesiperkuliahan.Namun,anak
kecilituselamat.Sebagianbesarmahasiswanyasaatditanyaakanmemilihmenolonganakkecil
itu. Bahkan banyak mahasiswanya mengakui ada kewajiban menyelamatkan anak tersebut.
Singermenerangkantiapharinya,seseorangdihadapkanpadakondisikolamdangkaltersebut.
Namun, banyak orang memilih abai atau tidak merasa memiliki kewajiban membantu
menyelamatkan anak yang akan mati kelaparan, misalnya. Contoh sederhananya, seseorang
banyaklebihmemilihmembelibajubaru,makandirestauranmahal,ataumembeligadgetbaru
tiap tiga bulan daripada berdonasi atau membantu langsung anakanak yang busung lapar,
sebutsajadiBantarGebang.Persoalannyasebenarnyatidakbegituberbeda,adakemampuan
dan kewajiban untuk menolong pihak yang sengsara, tetapi banyak yang justru tidak memilih
berbuatdemikian.

IV.4 Dilema Moral


Urgensi etika dimulai saat seseorang dihadapkan pada kondisi dilematis memutuskan
tindakannya dan menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan. Bagian ini merupakan
sejumlahdilemamoralyangdapatditemukandalamkehidupankeseharian.Penyelesaianatas
dilemainipundapatbersandarpadasejumlahteorietikayangtelahdipaparkandalamulasan
sebelumnya.

Dilemamoralyangdimaksud,diantaranyaadalahsebagaiberikut.
1. Dilema moral ini cukup terkenal, sering disebut a sinking boat dilemma. Anda
sedangberadadiataskapalberisi20orang.Kapalituhanyapunyasatusekociyang
mampu mengangkut 15 orang. Artinya, lima orang harus tetap di kapal agar 15
orangitutetapselamat.Namunartinya,limaorangituharusdikorbankandanmati
tenggelam. Dalam kondisi genting itu, para penumpang terpecahbelah, ada yang

merasa tidak boleh ada satu nyawa pun yang dikorbankan. Namun, pihak lainnya
berkeyakinanjumlahkorbanyanglebihsedikitsetimpaldenganbanyakpihakyang
selamat. Para penumpang di kapal itu terdiri atas banyak jenis orang, misalnya
akademisi,anakkecil,bayi,residivis,narapidana,penyandangdifabilitas,pedagang,
ibu hamil, pelajar, pekerja bangunan, buruh, wartawan, nahkoda kapal, dan anak
buah kapal. Bagaimana anda membuat pilihan? Apakah memilih salah satu
kelompokpenumpangtersebutataudiamtidakmembuatpilihan?
2. Dilema ini dapat disebut sebagai robinhood dilemma. Sebut saja anda merupakan
saksimataseorangpencuridisuatubank.Namun,andamengetahuipencuriitudan
kehidupan lain yang ia jalani. Anda mengerti bahwa pencuri itu melakukan
kejahatannya demi membantu hidup para anak yatim piatu, para kaum fakir dan
miskin di pemukiman kumuh untuk mendapatkan kebutuhan dasarnya, misalnya
makanan.Akantetapi,apakahandatetapmemilihdiamdanmembiarkanpencuriitu
terus melakukan kejahatannya? Atau, anda dapat melapor dan berkata jujur ke
polisisehinggauangmasyarakatyangdicuridapatdikembalikan?
3. Dilema ini terkait dengan seorang koruptor. Anda mengenal seorang teman yang
bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Direktorat Pajak. Teman anda suatu
waktu mendirikan Mesjid dan Klinik yang memberi layanan kesehatan gratis. Anda
memahami fasilitas tersebut memiliki manfaat bagi orang banyak. Namun, suatu
ketika, anda mengetahui bahwa teman anda mendapat sogokan dari para
pengusaha pengemplang pajak. Apakah anda akan melapor ke instansinya dan
KomisiPemberantasanKorupsi(KPK)ataupihakkepolisianmengenaitindakkorupsi
dari teman anda? Persoalannya jika anda melapor, seluruh fasilitas yang dibangun
dan berguna untuk masyarakat itu akan disita dan disegel sehingga tidak dapat
digunakan.Denganbegitu,apakahandaakanmemilihdiam?
4. Dilema ini mungkin sering ditemukan dalam keseharian. Anda tengah menjalani
ujian tertulis. Sebelum ujian anda telah belajar keras dan giat agar mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan. Dalam proses ujian, anda mendapati
beberapa teman tengah mencontek dan bertukar jawaban. Beberapa teman lain

juga terlihat sedang mencari jawaban di telepon genggamnya. Pertanyaannya,


apakah anda akan diam dan mengabaikan itu semua? Pilihan lain, anda akan
menyelesaikanujiandanmelaporkepengawasataupengampumatakuliahbahwa
beberapa teman anda tidak jujur dalam menjalani ujian? Namun, konsekuensi
pilihan kedua, anda akan dibenci sebagian besar teman, dianggap pengadu, dan
dikucilkan.
Empatkasusinimerupakancontohdilemamoralyangtidakmudahditentukannilaibaik
dan buruknya. Etika dalam mengatasi situasi itu tentu penting karena berfungsi sebagai
perangkatmencaripemecahanmasalah.

IV.5 Kesimpulan

Pemikiranmengenaietikaterusberlanjutdanmemilikibanyakpercabanganhinggasaat
ini. Nyaris di seluruh profesi dan disiplin keilmuan memiliki dimensi etika, misalnya saja Etika
Kedokteran, Etika Jurnalistik, juga Etika Dunia Virtual (Cyberethics). Percabangan pemikiran
etikaituterjadikarenakemajuanteknologidanrelasiantaramanusiadanmakhlukhiduplain
semakinkompleks.Satuhalyangdapatdisadaridalamkajianetika,duniayangdihadapitidak
bersifatnetraldanbebasnilai(valuefree).Segalasesuatuyangmelibatkantindakkanmemiliki
dimensinilaiyangdapatdipertanyakankondisibaikatauburuknya.

DAFTAR PUSTAKA

Aristotle.(2004).NichomaceanEthics.Cambrigde:CambrigdeUniversityPress.
Donald,P.(2006).LookingatPhilosophy:TheUnbearableHeavinessofPhilosophyMadeLighter.New
York:MacGrawHill.
Hardiman,F.B.(2012).PemikiranPemikiranyangMembentukDuniaModern.Jakarta:Erlangga.
Palmer,D.(2006).LookingatPhilosophy.NewYork:McGrawHill.


Rachel,C.(2016,Maret21).Hume'sMoralPhilosophy.RetrievedfromTheStanfordEncyclopediaof
Philosophy:http://plato.stanford.edu/archives/fall2010/entries/humemoral/
Singer,P.(2011).PracticalEthics.NewYork:CambridgeUniversityPress.
Singer,P.(2015,Maret23).TheDrowingChildandtheExpandingCircle.RetrievedfromNew
Internationalist:http://www.utilitarian.net/singer/by/199704.htm

DAFTARISI
BABIKEKUATANDANKEUTAMAANKARAKTER
I.1Pendahuluan
1.2KriteriaKarakteryangKuat
I.3KeutamaandanKekuatanKarakter
1.3.1KebijaksanaandanPengetahuan
I.3.2KemanusiaandanCinta
I.3.3Kesatriaan
I.3.4Keadilan
I.3.5PengelolaanDiri
I.3.6Transedental
I.4NilainilaiDasarUniversitasIndonesia
I.5Kesimpulan
DAFTARPUSTAKA
BABIIFILSAFAT
II.1PengartianFilsafat
II.2SistematikadanKarakteristikFilsafat


II.2.1OntologidanMetafisika
II.2.2Epistemologi
II.2.3Aksiologi
II.3FilsafatsebagaiAktivitasEvaluasiArgumentasi
DAFTARPUSTAKA
III.LOGIKA
III.1ApaituLogika
III.1.1LogikaDeduktifdanLogikaInduktif
III.1.2LogikaFormaldanLogikaMatrial
III.2Term
III.2.1PerbedaanKatadanTerm
III.2.2LuasdanSifatTerm
III.2.3Klasifikasi
III.2.4Definisi
III.3Proposisi
III.3.1PerbedaanKalimatdanProposisi
III.3.2KlasifikasiProposisi
III.3.2.1KuantitasProposisi
III.3.2.2KualitasProposisi
III.3.2.3KuantitasdanKualitasProposisi
III.4PenalaranLangsung
III.4.1Oposisi


III.4.2EduksidanLuasTermPredikat
III.4.2.1Konvesi
III.4.2.2Obversi
III.4.2.3Kontraposisi
III.4.2.4Inversi
III.5PenalaranTakLangsung(Silogisme)
III.5.1SilogismeKategoris
III.5.1.1PrinsipDasarSilogismeKategoris
III.5.1.2DelapanDalilSilogismeKategoris
III.5.2SilogismeHipotesisdanDisjungtif
III.5.2.1ProposisiHipotesisdanDisjungtif
III.5.2.2SilogismeHipotesis
III.5.2.3SilogismeDisjungtif
III.6KekeliruanBerpikir(Fallacies)
III.6.1KekeliruanBerpikirFormal
III.6.2KekeliruanBerpikirNonformal
III.6.2.1KekeliruanBerpikirNonformalRelevansi
III.6.2.2KekeliruanBerpikirNonformalBahasa
DAFTARPUSTAKA
BABIVPEMAHAMANETIKA
IV.1Etiket,KodeEtik,Nilai,Norma,danMoral
IV.2DefinisidanRuangLingkupEtika


IV.3SejarahPemikiranEtika
IV.4DilemaMoral
IV.5Kesimpulan
DAFTARPUSTAKA

You might also like