You are on page 1of 9

Gigi Tiruan Lengkap atau Penuh

a. Gigi tiruan lengkap merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan
semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan
lengkap memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk merehabilitasi seluruh gigi yang
hilang serta jaringannya sehingga dapat memperbaiki atau mengembalikan fungsi
pengunyahan, bicara, estetis, dan psikis, serta memperbaiki kelainan, gangguan,
dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.
Gigi Tiruan Penuh
Bila seluruh dari gigi geligi hilang, kemudian diganti dengan gigi tiruan.
Indikasi :
o Pasien tak bergigi
o Gigi yang tersisa tidak dapat dipertahankan
o Gigi yang tersisa tidak dapat menyokong gigi tiruan sebagian lepasan dan tidak
ada alternative lain
o Pasien menolak perawatan alternative yang direkomendasikan
Kontraindikasi:
o Adanya alternative perawatan lain yang dapat diterima
o Kelainan mental atau fisik yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk
berkooperasi selama pembuatan atau pemakaian gigi tiruan
o Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan
o Pasien tidak ingin mengganti giginya yang hilang
Pembuatan Gigi Tiruan Lengkap (GTL) akan mencegah pengerutan/atropi processus
alveolaris (residual ridge) dan berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otototot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Tujuan pembuatan gigi
tiruan lengkap adalah untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat
memperbaiki danmengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis serta
memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.

A. Gigi Tiruan Penuh Tunggal


Gigi Tiruan Penuh Tunggal adalah Gigi Tiruan Penuh (GTP) yang dibuat pada
salah satu rahang, sedangkan rahang lainnya masih bergigi. Pertimbangan utama
pembuatan GTP tunggal adalah perlindungan terhadap jaringan yang masih ada, baik
pada rahang yang sudah kehilangan semua giginya, maupun pada rahang lawan yang
masih ada gigi aslinya.

Prosedur diagnosis & evaluasi kasusnya kompleks. Kesulitan yang sering timbul
adalah karena kestabilan GT ini sulit diperoleh. Hal ini disebabkan karena gigi asli
tertanam di tulang rahang dengan posisi yang kadang-kadang tidak beraturan, ekstrud,
atau miring yang dapat menyulitkan pencapaian oklusi & artikulasi yang seimbang,
selain itu penyusunan GTP tunggal harus mengikuti lengkung oklusal gigi asli yang
masih ada. Bila keadaan ini dibiarkan, maka akan timbul rasa sakit yang
mengakibatkan terjadinya perubahan pada mukosa pendukung & menyebabkan
resorpsi tulang alveolar yang cepat & akhirnya GT tidak dapat digunakan. GT yang
berlawanan dengan gigi asli akan menerima beban yang lebih besar bila dibandingkan
dengan yang antagonisnya merupakan GT juga. Gaya-gaya yang jatuh pada GT
sedapat mungkin dikurangi dengan cara mengasah permukaan oklusal atau membuat
restorasi pada gigi asli sehingga didapat lengkung oklusal yang optimal.
Rahang antagonis GTP tunggal dapat berupa :
1. lengkung rahang dengan gigi asli yang lengkap
2. lengkung rahang yang telah kehilangan sebagian gigi yang akan diganti
dengan GTC (Gigi Tiruan Cekat)
3. lengkung rahang yang telah kehilangan sebagian gigi yang akan diganti
dengan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepas)
4. lengkung rahang tidak bergigi, namun sudah dibuatkan GTP yang keadaannya
masih baik
1). GTP tunggal yang berantagonis dengan gigi asli, GTC, atau GTSL
Pemeriksaan untuk memperoleh diagnosis yang tepat :
a. melakukan anamnesa, untuk mengetahui riwayat kesehatan umum serta
kesehatan gigi & mulut
b. melakukan pemeriksaan EO & IO
c. mengevaluasi hasil roentgen foto
d. membuat model diagnostik, serta memasangnya di artikulator pada dimensi
vertikal & relasi sentrik yang benar, sebelum gigi sisa diperbaiki.
e. Mengevaluasi sikap mental pasien

GTP tunggal rahang atas

Antagonisnya: GTC atau GTSL maka harus dibuat pada waktu bersamaan
Supaya bentuk lengkung oklusal gigi antagonis dapat disesuaikan dengan
GTP tunggal, sehingga dapat dicapai oklusi dan artikulasi yang seimbang serta
stabil.

Elemen gigi tiruannya pun sebaiknya dibuat sama


Prosedur diagnostik
-

Ada jumlah gigi yang cukup pada RB, yang meliputi M1 dengan relasi
kelas I atau kelas III

Kondisi jaringan periodontal dapat diterima

Tidak ada missing teeth yang akan digantikan

Denture requirements
-

balanced occlusion saat rahang berada pada relasi terminal dan/atau


relasi eksentrik

bentuk oklusal gigi anatomis sesuai gigi asli sebagai pedoman dalam
pemilihan gigi posterior RA

factor estetik dapat diterima

Tanda-tanda Sindroma kombinasi atau sindroma Kelly :


-

Hilangnya tulang pendukung pada anterior RA (resorpsi) diisi


dengan jaringan ikat lunak (mukosa flabby)

Timbul denture fissuratum di sekitar vestibulum akibat pergerakan gigi


tiruan saat berfungsi

Pembesaran tuberositas maksila

Timbul papillary hyperplasia di tengah palatum

Ekstrusi gigi anterior RB

Hilangnya tulang alveolar di bawah basis GT RB

Cara pencegahan kelainan :


-

Manfaatkan semua kondisi untuk keberhasilan GTP tunggal

Persiapkan jaringan pendukung sebelum pencetakan rahang

Tentukan relasi rahang untuk setiap pasien

Pasang model diagnostik pada artikulator

Perbaikan lengkung oklusal dan kondisi gigi yang tersisa

Penyusunan gigi geligi sampai diperoleh oklusi & artikulasi yang


seimbang beban yang diterima GTP tidak terlalu besar

Lakukan kontrol secara periodik untuk mendeteksi perubahan sedini

mungkin & mencegah kelainan lebih lanjut


GTP tunggal rahang bawah

Tidak dianjurkan
karena rahang bawah akan menerima beban yang besar, dan tekanan yang
besar akan menyebabkan resorpsi tulang

Kasus GTP tunggal RB sangat jarang, biasanya merupakan akibat dari


kecelakaan lalu lintas atau trauma bedah

Faktor yang perlu dipertimbangkan:


1

Mempertahankan sisa tulang alveolar

Mempertahankan gigi asli di rahang atas

Trauma mental

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi rahang dan gigi sisa
yang masih ada di rahang atas:
- RA cukup besar & gigi sisa cukup banyak sebaiknya dipilih alternatif
perawatan lain
- Hanya terdapat gigi sisa di RA & prognosa buruk gigi sisa tersebut
dicabut & dibuatkan GTP penuh
- Ukuran RB normal & RA kecil gigi sisa yg masih ada dipertahankan,
lalu dibuatkan GTP tunggal rahang bawah
- Kasus relasi rahang kelas III & mandibula cukup besar dapat dibuatkan
GTP tunggal rahang bawah (karena ukuran & bentuk jaringan pendukung
diharapkan cukup untuk menerima gaya-gaya dari gigi asli RA)

Yang terpenting memperkecil beban yg diterima GTP tunggal rahang


bawah.
Cara lain untuk mengurangi beban: dgn penggunaan resilient denture liner

Bila pasien tetap menginginkan pembuatan GTP tunggal pada rahang


bawahnya, maka pasien harus diberitahukan segala konsekuensinya.

1. Klasifikasi Applegates Rule


Applegate menyediakan beberapa aturan untuk menentukan aplikasi dari
sistem Kennedy.

a.

klasifikasi harus mengikuti bukan mendahului prosedur ekstraksi yang


mungkin dapat mengubah klasifikasi orisinal.

b.

jika molar 3 hilang dan tidak digantikan. ia tidak dipertimbangkan dalam


klasifikasi.

c.

jika molar 3 ada dan akan digunakan sebagai abutment, ia dipertimbangkan


dalam klasifikasi.

d.

jika molar 2 hilang dan tidak akan diganti (molar antagonis juga hilang dan
tidak akan diganti), ia tidak dipertimbangkan dalam klasifikasi..

e.

edentulous area(s) yang paling posterior selalu menentukan klasifikasi

f.

Edentulous area selain yang ditentukan diklasifikasi merupakan area


modifikasi dan di buat berdasarkan banyaknya.

g.

Perluasan modifikasi tidak dipeetimbangkan, hanya jumlah area edentulous


tambahan yang penting.

h.

Tidak ada area modifikasi pada lengkung kelas IV. Edentulous area yang
berada di sebelah posterior area single bilateral menentukan klasifikasi.
(Ilustrasinya menggambarkan Kelas III Kennedy, modifikasi 1 lengkung)
Klasifikasi lengkung maksila dan mandibula ditampilkan pada Fig 1-30 sampai 135.

Gambaran Klinis
Menurut Applegate, daerah tak bergigi dibagi atas enam kelas, yang kemudian
dikenal sebagai Klasifikasi Applegate-Kennedy dengan rincian sebagai berikut
(Suryatenggara et al., 1991).
Kelas I : daerah tak bergigi berupa sadel berujung bebas (free end) pada kedua
sisi (Kelas I Kennedy).
Keadaan ini sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa
tahun kehilangan gigi.

Secara klinis, dijumpai keadaan sebagai berikut:


1. derajat resorpsi residual ridge bervariasi
2. tengang waktu pasien tak bergigi akan mempengaruhi stabilitas geligi tiruan
yang akan dipasang
3. jarak antar lengkung rahang bagian posterior sudah biasanya sudah mengecil
4. gigi asli yang masih tinggal sudah migrasi ke dalam berbagai posisi.
5. gigi antagonis sudah ekstrusi dalam berbagai derajat.
6. jumlah gigi yang masih tertinggal bagian anterior umumnya sekitar 6 10 gigi
7. ada kemungkinan dijumpai kelainan sendi temporomandibula.
Indikasi protesa : protesa lepasan, dua sisi dan dengan perluasan basis ke distal.
Kelas II: Daerah tak bergigi sama seperti Kelas II Kennedy.
Kelas ini sering tidak diperhatikan pasien.

Secara klinis dijumpai keadaan :


1. Resorbsi tulang alveolar terlibat lebih banyak.
2. Gigi antagonis relatif lebih ekstrusi dan tidak teratur.
3. Ekstrusi menyebabkan rumitnya pembuatan restorasi pada gigi antagonis.
4. Pada kasus ekstrim karena tertundanya pembuatan gigi tiruan untuk jangka
waktu tertntu karena perlu pencabutan satu atau lebih gigi antagonis.
5.

Karena

pengunyahan

temporomandibula.

satu

sisi,

sering

dijumpai

kelainan

sendi

Indikasi protesa: protesa dengan desain bilateral dan perluasan basis distal.
Kelas III: keadaan tak bergigi paradental dengan dua gigi tetangganya tidak lagi
mamapu memberikan dukungan pada protesa secara keseluruhan.

Secara klinis, dijumpai keadaan:


1. Daerah tidak bergigi sudah panjang.
2. Bentuk dan panjang akar gigi kurang memadai.
3. Tulang pendukung mengalami resorbsi servikal dan atau disertai goyangnya
gigi secara berlebihan.
4. Beban oklusal berlebihan.
Indikasi

protesa: protesa

sebagian

lepasan

dukungan

gigi

dengan

desain bilateral.
Kelas IV: daerah tak bergigi sama dengan Kelas IV Kennedy.

Pada umumnya untuk kelas ini dibuat geligi tiruan sebagian lepasan, jika:
1. Tulang alveolar sudah banyak hilang, seperti pada kasus akibat trauma.
2. Gigi harus disusun dengan overjet besar, sehingga dibutuhkan banyak gigi
pendukung.
3. Dibutuhkan distribusi merata melalui lebih banyak gigi penahan, pada pasien
dengan daya kunyah besar.
4. Diperlukan dukungan danretensi tambahan dari gigi penahan.
5. Mulut pasien depresif, sehingga perlu penebalan sayap untuk memenuhi faktor
estetik
Indikasi protesa:
(a) Geligi tiruan cekat, bila gigi gigi tetangga masih kuat.
(b) Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain bilateral dan dukungan gigi atau
jaringan atau kombinasi.

(c) Pada kasus meragukan sebaiknya dibuat protesa sebagian lepasan.


Kelas V: daerah dengan sadel tertutup dan gigi tetangga bagian depan tidak kuat
menerima dukungan. Indikasi protesanya berupa protesa lepasan dua sisi.

Kelas VI: daerah dengan sadel tertutup dan kedua gigi tetangganya kuat. Indikasi
protesanya berupa protesa cekat atau lepasan, satu sisi dan dukungan dari gigi.

Hickey JC, Zarb GA. 1980. Bouchers Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients.
Missoury: Mosby Company.
Heartwell CM, Rahn AO. Syllabus of Complete Dentures. Lea and Febiger, Philadelphia,
1984

You might also like