Professional Documents
Culture Documents
*MAKALAH PENYULUHAN
AUTISME
Disusun Oleh :
Rifhani Atthaya Putri (120100124)
Supervisor:
dr. Sri Sofyani, M.Ked(Ped), SpA(K)
dr. Azwan Hakmi, M.Kes, SpA
dr. Lily Rahmawati, SpA, IBCLC
dr. Monalisa Elizabeth, M.Ked(Ped), SpA
dr. Ika Citra Dewi, M.Ked(Ped), SpA
DAFTAR ISI
SAMPUL........................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................... ii
BAB 1
PENDAHULUAN............................................................. 1
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Anak merupakan sebuah karunia yang besar bagi orang tuanya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Istilah autisme berasal dari kata Autos yang berarti diri sendiri dan
isme yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham
tertarik pada dunianya sendiri. Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner
pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan ini sebagai ketidakmampuan
untuk berinteraksi dengan orang lain, gangguan berbahasa yang ditunjukkan
dengan penguasaan bahasa yang tertunda, echolalia, mutism, pembalikan kalimat,
adanya aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute ingatan yang kuat dan
keinginan obsesif untuk mempertahankan keteraturan di dalam lingkungannya
.4
Autisme merupakan preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau
dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subjektifnya sendiri
daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu
penderita autisme disebut orang yang hidup di alamnya sendiri. Istilah autisme
dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik
dan menonjol yang sering disebut sindrom Kanner yang dicirikan dengan ekspresi
wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit
sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka
berkomunikasi .4
Autism merupakan gangguan perkembangan pervasive /Pervasive
Developmental Disorder(PDD) atau disebut Autism Specrtum Disorder (ASD)
yang ditandai dengan adanya abnormalitas dan / atau hendaya perkembangan
yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan mempunyai fungsi yang abnormal dalam
3 bidang yaitu interaksi : sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas (restriktif)
dan berulang (repetitif) .5
2.2.
Etiologi
Secara pasti penyebab autisme tidak diketahui namun autisme dapat terjadi
dari kombinasi berbagai faktor, termasuk faktor genetik yang dipicu faktor
lingkungan Ada berbagai teori yang menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya autisme yaitu :
a. Teori Biologis
a.1. Faktor Genetik
Keluarga yang terdapat anak autis memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan populasi keluarga normal. Abnormalitas genetik dapat
menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel sel saraf dan sel otak).
a.2. Prenatal, natal dan post natal
Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi yang
terlambat, gangguan pernapasan dan anemia merupakan salah faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya autisme. Kegagalan pertumbuhan otak
karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak mencukupi
karena nutrisi tidak dapat diserap oleh tubuh, hal ini dapat terjadi karena
adanya jamur dalam lambungnya, atau nutrisi tidak terpenuhi karena
faktor ekonomi .6
Infeksi yang terjadi sebelum dan setelah kelahiran dapat merusak otak
seperti virus rubella yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan
kerusakan otak .7
a.3. Neuro Anatomi
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki
kelainan pada hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling
konsisten adalah pada otak kecil. Hampir semua peneliti melaporkan
berkurangnya sel purkinye di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel
purkinye diduga dapat merangsang pertumbuhan akson, gliadan myelin
sehingga terjadi pertumbuhan otak yang abnormal, atau sebaliknya
pertumbuhan akson yang abnormal dapat menimbulkan sel purkinye mati.
Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan motorik, juga
sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan. Jika sirkuit ini
rusak atau terganggu maka akan mengganggu fungsi bagian lain dari
sistem saraf pusat, seperti misalnya sistem limbik yang mengatur emosi
dan perilaku .7
a.4. Ketidakseimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik
berhubungan dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi
terhadap makanan tertentu, seperti bahan-bahan yang mengandung susu,
tepung gandum, daging, gula, bahan pengawet, penyedap rasa, bahan
pewarna, dan ragi .7
b. Teori Psikososial.
Menurut beberapa ahli,autism dianggap sebagai akibat hubungan yang
dingin/tidak akrab antara orang tua ibu dan anak. Demikian juga orang yang
mengasuh dengan emosional kaku, obsesif tidak hangat bahkan dingin dapat
menyebabkan anak asuhnya menjadi autistic. .6
c. Faktor Keracunan Logam Berat
Keracunan logam berat dapat terjadi pada anak yang tinggal dekat
tambang batu bara, emas dsb. Keracunan logam berat pada makanan yang
dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat
yang tinggi. Pada penelitian diketahui dalam tubuh anak-anak penderita autism
terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi .6
2.3. Karakteristik Anak Autis
1. Karakteristik dalam interaksi sosial
a. Menyendiri (aloof): terlihat pada anak yang menarik diri, acuh tak acuh, dan
kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku dan
perhatian yang terbatas (tidak hangat).
b. Pasif : dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika
pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
c. Aktif tapi aneh: secara spontan akan mendekati anak lain, namun interaksi
ini seringkali tidak sesuai dan sering hanya sepihak. .7
2. Karakteristik dalam komunikasi antara lain adalah :
a. Bergumam
b. Sering mengalami kesukaran dalam memahami arti kata-kata dan kesukaran
dalam mengggunakan bahasa dalam konteks yang sesuai dan benar
c. Sering mengulang kata-kata yang baru saja mereka dengar atau yang pernah
mereka dengar sebelumnya tanpa bermaksud untuk berkomunikasi
d. Bila bertanya sering menggunakan kata ganti orang dengan terbalik, seperti
"saya" menjadi "kamu" dan menyebut diri sendiri sebagai "kamu";
e. Sering berbicara pada diri sendiri dan mengulang potongan kata atau lagu
dari iklan tv dan mengucapkannya di muka orang lain dalam suasana yang
tidak sesuai.
f. Penggunaan kata-kata yang aneh atau dalam arti kiasan, seperti seorang anak
berkata "sembilan" setiap kali ia melihat kereta api.
g. Mengalami kesukaran dalam berkomunikasi walaupun mereka dapat
berbicara dengan baik, karena tidak tahu kapan giliran mereka berbicara,
karakteristik penderita adalah: memilih topik pembicaraan, atau melihat
kepada lawan bicaranya.
h. Bicaranya monoton, kaku, dan menjemukan.
i. Kesukaran dalam mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui nada
suara
j. Tidak menunjukkan atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan
keinginannya, tetapi dengan mengambil tangan orangtuanya untuk
mengambil obyek yang dimaksud
k. Mengalami gangguan dalam komunikasi nonverbal; mereka sering tidak
menggunakan gerakan tubuh dalam berkomunikasi untuk mengekspresikan,
perasaannya atau untuk merabarasakan perasaan orang lain, misalnya
Perbedaan perkembangan anak normal dan anak autis pada masa infant dan
toddler
No
Faktor Pembeda
Perkembangan Normal
.
1.
kontak
Toddler:
gaze
mereka
orang
yang
dewasa
mencegah
menggunakan perkembangan
sebagai
pemenuhan
Pandangan
sosial melewati
melalui tatapan
-
Anak Autis
pola
Affect
orang dewasa
merespon
senyuman ibunya
3.
Vokalisasi
babbling
yang
menghambat
jalan
komunikasi
verbal
selanjutnya.
4.
Imitasi
Sosial: -
berkaitan
dengan
lahir
responsifitas
tapi
sosial,
keanehan
bermain
melalui
dan
sejumlah
respon
mekanikal
yang
mengindikasikan sulitnya
perilaku ini bagi mereka
5.
Inisiatif
Reciprocity
ada
sehingga
reciprocity
dan
berinteraksi
tidak
secara
ktif
dengan mereka
6.
Attachment
diselingi
dengan
karakteristik pengulangan
pergerakan
motorik
mereka
seperti
tepukan
tangan,
goncangan
dan
berputar-putar
7.
Kepatuhan
dan Negativisme
sesuai
kapasitas
mereka,
dengan
intelektual
mereka
dapat
secara
10
2.4.
Diagnosis
Menurut kriteria diagnostik dalam DSM IV, karakteristik penderita adalah:
harus ada sedikitnya 6 gejala dari butir (1), (2), dan (3), dengan minimal 2 gejala
dari butir (1) dan masingmasing 1 gejala dari butir (2) dan (3) dibawah ini.
(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.Tak mampu
menjalin interaksi sosial yang cukup memadai: kontak mata sangat kurang,
ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju.
a. Tak bisa bermain dengan teman sebaya.
b. Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c. Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tidak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)
b. Bila bisa bicara, bicara tidak dipakai untuk komunikasi
c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang
d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru
(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan
kegiatan.
a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan
berlebihlebihan.
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tak ada
gunanya.
c. Ada gerakan aneh yang khas dan diulangulang.
d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda.
Bila gejala autisme dapat dideteksi sejak dini dan kemudian dilakukan
penanganan yang tepat dan intensif, kita dapat membantu anak autis untuk
berkembang secara optimal .8
11
Jenis Gangguan
12
Gejala ini disebut juga non tipikal autisme. Penderita memiliki gejala-gejala
autisme, namun berbeda dengan jenis autisme lainnya. IQ penderita ini rendah.
4. Sindrom Rett
Sindrom ini terjadi hanya pada anak perempuan. Mulanya anak tumbuh
normal. Pada usia satu hingga empat tahun, terjadi perubahan pola komunikasi,
dengan pengulangan gerakan tangan dan pergantian gerakan tangan.
5. Gangguan Disintegrasi Anak
Pada gejala autisme ini, anak tumbuh normal hingga tahun kedua. Selanjutnya
anak akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan
keterampilan sosialnya .1
Dibawah ini menggambarkan perbedaan secara klinis dari lima jenis
gangguan perkembangan pervasif tersebut diatas.
2.6.
terjadi pada diri orangtua. Orangtua biasanya stres, kecewa, patah semangat,
mencari pengobatan keman-mana, serba khawatir terhadap masa depan anaknya
dan lain-lain. Keluarga akan melalui serangkaian emosi saat dikatakan anak
mereka autis. Ini bervariasi pada setiap keluarga, dan setiap keluarga punya
perjalanan emosionalnya sendiri. Pada beberapa anak, diagnosis lebih mudah
13
dibuat pada saat anak berusia dini dan pada beberapa, diagnosisnya sulit karena
masalahnya lebih ringan. Semua ini dapat mempengaruhi bagaimana orangtua
akan memikirkan langkah ke depan apa yang harus mereka lakukan .10
Semua orangtua memiliki respon dan perasaan berbeda saat anak mereka
didagnosa menderita autisme. Beberapa reaksinya adalah sebagai berikut:
a. Lega, jika orangtua memahami mengenai autisme dan mengetahui bagaimana
mencari bantuan ahli.
b. Rasa bersalah, adalah perasaan orangtua yang khawatir jika mereka melakukan
hal yang salah selama kehamilan atau pengasuhannya.
c. Kehilangan, jika mimpi dan cita-cita bagi anak mereka sebelum lahir dan saat
mereka masih kecil tidak terpenuhi.
d. Ketakutan akan masa depan, disebabkan keluarga sangat takut akan masa depan
anak-anak mereka dan harus mengubah harapan akan masa depan anaknya.
e. Mencari informasi, keluarga ingin mengumpulkan informasi sebanyak mungkin
dan mencari keluarga lain untuk berbagi pengalaman. Walaupun ada beberapa
keluarga yang mungkin menghindar dari informasi dan mencoba tidak
memperdulikannya.
2.7.
Prinsip-Prinsip Penanganan
Dalam melakukan penanganan terhadap para penyandang autis baik oleh
terapis, guru maupun keluarga harus memperhatikan prinsip secara umum sebagai
berikut:
a) Semua hak azasi manusia khususnya anak juga berlaku pada kelompok anak
autis seperti berhak mendapat pendidikan, bermain, kasih sayang dll.
b) Anak autis tidak persis sama satu sama lainnya, masing masing mempunyai
keunikan dan tingkat gangguannya sendiri-sendiri, oleh karena itu perlu
diperhatikan kebutuhannya serta kekhususan masing-masing.
c) Gangguan spektrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan,
sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama.
Terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi
yang berbeda.
14
15
BAB 3
KESIMPULAN
Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang
berhubungan dengan komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi.
Gejalanya tampak pada sebelum usia tiga tahun. Bahkan apabila autis infantil
gejalanya sudah ada sejak bayi. Autis juga merupakan suatu konsekuensi dalam
kehidupan mental dari kesulitan perkembangan otak yang kompleks yang
mempengaruhi banyak fungsifungsi: persepsi (perceiving), intending, imajinasi
(imagining) dan perasaan (feeling). Autis juga dapat dinyatakan sebagai suatu
kegagalan dalam penalaran sistematis (systematic reasoning), yang terjadi
sebelum umur tiga tahun dengan dicirikan oleh adanya hambatan kualitatif dalam
interaksi sosial, komunikasi dan terobsesi pada satu kegiatan atau obyek yang
mana mereka memerlukan layanan pedidikan khusus untuk mengembangkan
potensinya.
Orang tua dan guru harus mampu melakukan deteksi Autisme
secarasederhana apakah anak mengalami autis atau tidak. Begitu pula intervensi
sejak dini terhadap anak berkebutuhan khusus mutlak diperlukan. Intervensi
tersebut diberikan dalam bentuk terapi dan pendidikan yang efektif. Ada
bermacam-macam jenis pendidikan bagi anak autis karena anak autis mempunyai
kemampuan serta hambatan yang berbeda-beda saat belajar.
16
REFERENSI
1. YPAC. Buku Pedoman Penanganan dan Pendidikan Autisme. YPAC Press.
2006
2. Autism Spectrum Disorder: Pervasive Developmental Disordes. Departement
3.