Professional Documents
Culture Documents
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Toksikologi
Industri
Oleh:
K3 2012
2014
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
: Industri Cat
Fakultas
Strata Pendidikan
: S1
Program Studi
: Kesehatan Masyarakat
Peminatan
Dengan ini menyatakan bahwa makalah yang kami buat, tidak memuat
bahan-bahan yang sebelumnya telah dipublikasikan atau ditulis oleh
siapapun tanpa mencantumkan sumbernya dalam makalah ini.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya. Apabila
kami terbukti melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pernyataan
ini, kami bersedia menanggung sanksi yang akan diberikan dikemudian
hari sesuai ketentuan yang berlaku.
Tangerang
Selatan,
Desember 2014
20
Pendahuluan
Cat adalah suatu bahan yang dipakai untuk melapisi permukaan
suatu benda dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat
(reinforcing),
atau
melindungi
(protective) benda
tersebut.
Setelah
pekerjaan
laboraturium
berupa
pengecekan
kualitas.
Berikut
Pelarut (Solvent)
Solvent merupakan komponen yang berperan sebagai pelarut untuk
Pigment
Pigment
merupakan
komponen
padat
yang
berfungsi
sebagai
untuk
warna
biru,
lakes
untuk
warna
merah,
Additive
Additive memiliki fungsi mempercepat atau mempermudah proses,
mengurangi dampak buruk selama penyimpanan (mempertahankan
kekentalan cat saat penyimpanan), mengurangi akibat buruk selama
pemakaian (tidak terjadi pemisahan pigment), dan memperbaiki
atau merubah sifat film. Bahan utama yang digunakan dalam
additive adalah plasticizers, untuk menjaga film dan menghindari
efek yang tidak diinginkan seperti keretakan; active agents, untuk
menstabilkan sistem penyebaran; dan digunakan untuk mencegah,
mengurangi,
atau
menghilangkan
pembentukan
busa
selama
mengendap;
pengeringan,
untuk
mempercepat
dan
panas,
bau,
penghambat
nyala
api,
Persiapan bahan
Bahan-bahan yang sudah teruji kualitasnya seperti, tidak kadaluwarsa,
dan tidak cacat atau rusak secara fisik maupun kimia (yang ditandai
dengan adanya perubahan bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada
bahan tersebut) (Azhar, 2012). Pengukuran bahan yang akan digunakan
dengan cara ditimbang atau diukur volumenya terutama additive dan
pigment, sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan tersebut kemudian
diangkut ke area produksi, bisa dilakukan dengan tenaga manusia, forklift
atau melalui sistem pemipaan (untuk bahan cair) (Azhar, 2012).
-
Pencampuran
Pencampuran pigment dengan film pembentuk atau resin, pelarut, dan
aditif
sesuai
dengan
bahan
yang
telah
dipersiapkan
pada
tahap
Dispersi
Dispersi terdiri dari pemisahan agregat partikel individu agar tidak
kecil dengan kehalusan 5-20 mikro, atau sesuai dengan yang dikehendaki.
Keefektifan dari proses penggilingan dipengaruhi oleh kecepatan putar
agitator, kekentalan, kadar padatan, dan waktu tinggal millbase di dalam
mesin. Jika satu tahap proses penggilingan belum mencapai hasil yang
diinginkan, millbase biasanya dikembalikan lagi ke dalam mesin, dilakukan
bisa berkali-kali hingga diperoleh derajat kehalusan yang diinginkan. Lalu,
kualitas cat harus diperiksa oleh pengumpulan sampel dan analisis
laboratorium.
-
spesifikasi
pembelian.
Laboratorium
kontrol
kualitas
untuk
namun
tidak
beracun,
lumpur
atau
sludge
dari
proses
pengolahan air limbah di IPAL pabrik yang bersifat racun dan berbahaya,
lalu sampah domestik yang berasal dari kegiatan kantor dan pabrik.
Sedangkan limbah cair dari proses pembuatan cat ini berasal dari
pencucian, pembilasan, dan pembersihan tangki serta peralatan proses
produksi cat, yaitu: air pencucian, bahan baku tercecer dari proses
produksi, laboratorium serta bak-bak pencucian, air pendingin dan boiler
atau blow down, pencucian alat-alat transportasi bahan-bahan baku cat,
serta alat pengendali pencemaran udara yang menggunakan air seperti
wet-scrubber maupun kostik panas atau klor dalam kondisi panas.
Timbal
Timbal termasuk kedalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia dan
mempunyai nomor atom (NA) 82. Timbal (Pb) mulanya adalah logam berat terdapat di dalam
kerak bumi. Namun, timbal juga dapat berasal dari kegiatan manusia bahkan mampu
mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Pb alami. (Widowati, dkk, 2008).
Timbal banyak digunakan dalam bidang industri, dimana salah satunya adalah cat.Timbal
(Pb) atau timah hitam dapat terkandung dalam cat jika produsen, untuk berbagai tujuan,
dengan sengaja menambahkan satu atau lebih senyawa timbal ke dalam cat.
Senyawa timbal kadang digunakan dalam cat sebagai (Yuyun, 2013):
Pigmen: untuk memberi warna dan kecerahan yang diinginkan, untuk meningkatkan
daya tutup, untuk melindungi lapisan bawah dari dampak buruk cahaya ultraviolet,
Agen antikorosi, digunakan pada cat dasar logam untuk mencegah karat atau korosi.
Timbal juga kadang-kadang secara tak sengaja hadir sebagai pengotor dalam bahan-bahan cat
yang lain, misalnya pada resin alami, filler dan binder.
I. Sifat Fisika dan Kimia Timbal
Timbal (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah
dimurnikan dari pertambangan. Titik leleh timbal pada suhu 327,43 oC (621,4oF), titik didih
1740oC (3164oF), berat molekul timbal 207,21 g/mol, memiliki gravitasi atau berat jenis
cairan 11,34 serta dengan berat atom 207,20 (MSDS, Science Lab.com).
Lebih dari 95% timbal merupakan anorganik dan umumnya dalam betuk garam timbal
anorganik, kurang larut dalam air, dan selebihnya berbentuk timbal organik. Senyawa timbal
organik ditemukan dalam senyawa TEL (Tetra Ethyl Lead) dan TML (Tetra Methyl Lead).
Jenis senyawa ini hampir tidak larut dalam air, namun dapat larut dalam pelarut organik,
seperti lipid (WHO, 1977). Logam Pb memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa
digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Apabila dicampur dengan
logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya
(Widowati, dkk, 2008)
II. Potensi Bahaya Bagi Kesehatan Dan Keselamatan
Serpihan cat dapat menjadi sangat berbahaya karena kandungan timbalnya bisa jauh lebih
tinggi daripada dalam debu dan tanah pada umumnya.(Yuyun, 2013).
Paparan timbal lebih berbahaya bagi anak daripada bagi orang dewasa. Dampak kesehatannya tak bisa dipulihkan dan dapat berpengaruh seumur hidup. Janin manusia paling rentan
terhadap bahaya timbal. Ibu hamil dapat mentransfer timbal yang terakumulasi dalam
tubuhnya pada anak yang dikandung, sehingga timbal meracuni lebih dari satu generasi dan
bukan hanya satu orang yang terpapar langsung (Yuyun, 2013).
Secara biologis, anak lebih rentan terhadap timbal daripada orang dewasa, karena
berbagai alasan (Yuyun, 2013):
Otak anak sedang tumbuh, berkembang dan terdiferensiasi dengan sangat pesat.
Timbal menghambat proses tersebut. Kerusakan otak akibat paparan kronis timbal
dengan dosis rendah pada usia dini tak bisa pulih.
Paparan timbal di usia dini dapat memprogram ulang gen, menyebabkan perubahan
ekspresi gen yang terkait dengan peningkatan risiko terkena penyakit di kemudian
hari.
Tingkat penyerapan timbal lewat pencernaan lebih tinggi pada anak. Tubuh anak
menyerap lebih dari 50% timbal yang tertelan, sementara pada orang dewasa hanya
10%. Wanita hamil dapat menyerap lebih banyak timbal lewat pencernaan daripada
orang dewasa lain. Anak yang kurang gizi juga dapat menyerap lebih banyak timbal
melalui saluran pencernaan.
Rute Pajanan
Pajanan timbal dapat diawali dari tindakan mengonsumsi makanan, minuman (ingesti),
kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat parenteral. Namun yang utama timbal
masuk melalui inhalasi dari udara, debu yang tercemar Pb (Widowati, dkk., 2008).
IV.
a
1%. Absorbsi timbal melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu: deposisi,
pembersihan mukosiliar dan pembersihan alveolar. Deposisi tergantung pada ukuran partikel
timbal, volume nafas dan daya larut. Pembersihan mukosiliar membawa partikel ke faring
lalu ditelan, fungsinya adalah membawa partikel ke eskalator mukosiliar, menembus lapisan
jaringan paru menuju kelenjar limfe dan aliran darah. (Darmono, 1995).
Kurang lebih 5-10% dari timbal yang tertelan diabsorbsi melalui mukosa saluran
pencernaan. Pada orang dewasa timbal diserap melalui usus sekitar 5-10%, tetapi hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya dalam keadaan puasa penyerapan timbal dari usus
lebih besar, yaitu sekitar 15-12% (Darmono, 1995).
b
Distribusi
Timbal yang diabsorpsi diangkut oleh darah ke organ tubuh. Pb dalam darah diikat oleh
eritrosit. Sebagian Pb plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam
keseimbangan dengan pool Pb tubuh lainnya (Darmono, 1995).
c
Metabolisme
Tubuh dapat menyerap timbal kira-kira 40% dari asap timbal oksida yang dihirup dan di
absorpsi disaluran pernafasan. Dalam aliran darah sebagian besar timbal diserap dalam
bentuk ikatan dengan eritrosit. Timbal dapat mengganggu enzim oksidase dan akibatnya
menghambat sistem metabolisme sel, salah satu diantaranya adalah menghambat sintesis Hb
dalam sumsum tulang. Timbal menghambat enzim sulfidril untuk mengikat delta
amnolevulinik acid (ALA) menjadi porprobilinogen serta protoforvirin menjadi Hb. Hal ini
menyebabkan anemia dan adanya basofilik stipling dari eritrosit yang merupakan ciri khas
keracunan timbal. Basofilik stipling retensi dari ribosoma dan sitoplasma eritrosit sehingga
mengganggu sintesis protein. Setelah paparan terhenti, kadar timbal akan menurun secara
perlahan. Waktu paruh timbal dalam darah kurang lebih 2-4 minggu (Palar, 1994).
d
Ekskresi
Ekskresi timbal melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran
cerna. Ekskresi timbal melalui urine sebanyak 75-80%, melalui feces 15% dan lainnya
melalui empedu, keringat, kuku dan rambut (Palar, 1994).
V.
Kadar
Dampak Kesehatan
Pb
(g/dl)
Anak
Dewasa
0 - 10
2.
10 30
Gangguan
metabolisme
vitamin D
Gangguan
3.
30 - 50
haemoglobin
Anemia
4.
50 - 100
Gangguan ginjal
protoporphyrin
eritrosit
sintesa
Kematian
Target Organ
Timbal dapat merusak jaringan saraf, jaringan lunak (hati dan ginjal), dan organ yang
banyak mengandung Ca, seperti tulang dan gigi. Selain itu timbal juga memengaruhi organorgan tubuh, antara lain sistem saraf, ginjal, sistem reproduksi, sistem endokrin, dan jantung.
Namun organ target yang utama diserang oleh timbal adalah sistem saraf. Kelainan fungsi
otak yang banyak terjadi karena timbal secara kompetitif menggantikan peranan Zn, Cu, dan
Fe dalam mengatur fungsi sistem saraf pusat. Timbal merupakan neurotoksin yang bersifat
akumulatif (Widowati, dkk., 2008).
VII.
a
ekspolisakarida kultur cair Azetobacter yang dilakukan oleh Hindersah R dan Kamaluddin,
N.N. Masing-masing mikroba ditumbuhkan pada media cair yang dikontaminasi Pb sebesar
0,1 mM, dan 1 mM dan diinkubasi pada suhu kamar selama 96 jam. Hasil percobaan
menunjukkan bahwa Azotobacter sp. LKM6, Gram negatif basil, relatif lebih resisten Pb
daripada A. chroococcum,Gram negatif kokus. Meskipun secara statistik tidak nyata, Pb
berpotensi menurunkan kepadatan sel di kultur A. chroococcum sedangkan populasi
Azotobacter sp. LKM6 meningkat nyata pada kultur dengan konsentrasi Pb 0,1 mM maupun
1,0 mM pada 72 dan 96 jam setelah inkubasi. Produksi EPS A. chroococcum tidak
dipengaruhi oleh Pb tetapi 0.1 mM Pb meningkatkan kepadatan sel dan kadar EPS
Azotobacter sp. LKM6 dengan nyata. Resistensi Azotobacter sp. LKM6 terhadap Pb yang
diperlihatkan dengan peningkatan produksi EPS akan bermanfaat untuk pengembangan strain
bakteri ini untuk meningkatkan mobilisasi logam berat dalam fitoremediasi lahan
terkontaminasi logam berat, khususnya Pb (Hindersah dan N.N, Kamaluddin, 2013).
b Studi In Vivo
Studi invivo oleh Israhnanto Isradji tahun 2010 dilakukan pada mencit dengan melihat
pengaruh Pb-Asetat terhadap fertilitas mencit jantan, yang dimonitor melalui jumlah
kehamilan dan jumlah anak dalam satu kali kelahiran. Sampel yang digunakan adalah 80 ekor
mencit jantan berumur 4 minggu dan 80 mencit betina. Mencit jantan dipisahkan menjadi 4
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 20 ekor, diberikan perlakuan Pb asetat 0
ppm (P-I), 400 ppm (P-II), 1000 ppm (P-III), dan 2000 ppm (P-IV). Perlakuan Pb-asetat pada
mencit jantan menyebabkan berkurangnya jumlah mencit betina yang hamil dengan hasil
secara berturut-turut 20, 16, 12,12 jumlah kehamilan. Hal ini diakibatkan oleh keberadaan Pb
dalam tubuh yang menyebabkan timbulkan gangguan pada proses pembentukan sperma
dalam tubulus seminiferus, sehingga sperma fertil yang dihasilkan berkurang (Isradji, 2010).
Formaldehid
Formalin merupakan cairan jernih tidak berwarna dan berbau tajam.
Banyak nama lain dari formalin yaitu Formol, Methylene aldehyde,
Paraforin, Morbicid, Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal,
Formoform, Superlysoform, Formaldehyde, dan Formalith. Formaldehid
merupakan bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bahan baku
industri lem, dan pembuatan plastik (resin fenol formaldehid); pelarut
pada industri cat; disinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang, dan
pakaian; germisida dan fungisida pada tanaman sayuran; serta pembasmi
lalat dan serangga lainnya. Larutan dari formaldehida juga sering
digunakan
untuk
membalsem
atau
mematikan
bakteri
serta
yang
ditambahkan
untuk
mencegah
polimerisasi.
Gas
formaldehid sangat mudah larut dalam air, alkohol dan pelarut polar
lainnya. Larutan formaldehid 37% (formalin) dapat menjadi larutan yang
mudah terbakar jika konsentrasi formaldehid atau metanol tinggi. Pada
kondisi biasa formalin dapat membentuk kabut, terutama pada suhu
dingin.
Sedangkan
pada
suhu
yang
sangat
rendah
berbentuk
paraformaldehid.
B. Potensi bahaya bagi kesehatan dan keselamatan
Efek klinis bila terjadi kontak dengan formaldehid dibedakan menjadi
dua yakni keracunan akut dan keracunan kronik. Keracunan akut akibat
masuknya formaldehid melalui inhalasi (terhirup) menyebabkan iritasi
saluran nafas yang disertai nyeri tenggorokan, batuk, napas pendek, dan
edema paru yang tertunda. Dapat menyebabkan luka bakar pada saluran
napas, mual, muntah, dan sakit kepala; apabila terjadi kontak dengan kulit
maka dapat menyebabkan luka bakar; kontak dengan mata menyebabkan
iritasi mata dan mata berair; sedangkan apabila masuk melalui ingesti
(tertelan) dapat berakibat fatal atau menyebabkan iritasi saluran cerna
berat yang disertai nyeri perut, mual, muntah, diare, serta luka bakar
pada saluran cerna.
Keracunan kronik yang ditimbulkan akibat masuknya formaldehid
kedalam tubuh yaitu kerusakan paru-paru yang disebabkan masuknya
formaldehid melalui inhalasi (terhirup); eksim akibat paparan jangka
panjang atau berulang pada kulit; kerusakan mata akibat paparan
berulang pada mata; serta iritasi saluran cerna, muntah, dan pusing
akibat paparan berulang sejumlah kecil formaldehid. Seseorang yang
menelan formaldehid pada susu selama 15 hari, mengalami nyeri
lambung atau usus, pusinh, rasa terbakar pada kerongkongan, sedikit
penurunan suhu tubuh, serta ruam pada dada.
C. Rute pajanan
pernapasan
(pajanan
inhalasi)
dan
saluran
pencernaan.
4. Ekskresi
Konversi formaldehid yang cepat menjadi format, tampaknya
ekskresi bukanlah menjadi faktor toksisitas formaldehid. Metabolisme
membentuk format berperan di dalam setiap jaringan tubuh sebagai
akibat formasi endogen formaldehid. Sedangkan formaldehid eksogen
masuk jalur tersebut dan di ekskresi dalam bentuk CO2.
E. Hubungan efek dosis dan responnya
Menurut American Conference of Govermental and industrial Hygienist
(ACGIH), ambang batas formaldehid yang masih dapat ditolerir oleh tubuh
manusia adalah sebesar 0,4 ppm. Sedangkan menurut International
Programme on Chemical safety (IPCS) yaitu sebesar 0,1 mg/liter atau 0,2
mg/hr dalam air minum dan 1,5 mg 14 mg perhari dalam makanan.
Berdasarkan rute pajanan maka dosis dan efek yang ditimbulkan
dibedakan menjadi :
Pajana
Konsentrasi
n
Terhiru
0,25 0,45
Efek
Iritasi hidung dan tenggorokan.
ppm
0,4 0,8 ppm
4 ppm
pendek.
Iritasi pada paru-paru dan tenggorokan yang
Lebih dari 10
Mata
Tertela
ppm
50 ppm
0,05 2,0 ppm
1 ons
n
Penelitian yang dilakukan oleh Evi (2004) pada pekerja tekstil
menghasilkan tabel studi efek klinik dari pemajanan Formaldehid :
Kadar ppm
Lama
Efek
0,85
terpajan
5 jam/hari
4 hari
5 menit
lebih cepat
Ingin meninggalkan ruangan karena merasa
0,042
5 jam/hari
4 hari
tidak nyaman
Iritasi sedang pada mata
Rasa tidak nyaman di ruangan, iritasi pada
0,250
5 jam/hari
1,6000
0,03 0,500
F. Organ target
Organ sasaran dari formaldehid adalah sistem saraf pusat, ginjal, hati,
kulit, jantung, limpa, sistem pernapasan, sistem pencernaan, mata, dan
saraf mata. Bahaya utama formaldehid terhadap kesehatan terutama
terhadap organ targetnya yaitu dapat menimbulkan iritasi atau luka bakar
pada kulit, mata, dan membran mukosa, lakrimasi (mata berair), mual,
muntah (kemungkinan berdarah), nyeri perut dan diare, kesulitan
bernapas, batuk, pneumonia, edema paru, reaksi asmatik pada individu
yang
sensitif,
kardiovaskuler,
hipotensi
dan
hipotemia
sebelum
terjadinya
kolaps
Efek dari formalin dapat memicu terjadinya kerusakan hepar karena zat
tersebut sangat toksik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Niendya,
Arief, dkk (2011) bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian
formalin, diazepam dan minuman beralkohol pada rasio bobot hepartubuh mencit. Mencit (Mus musculus) digunakan sebagai hewan uji untuk
mengetahui dampak dosis berlebih dari pemberian diazepam, formalin,
dan minuman beralkohol pada rasio bobot hepar-tubuh mencit.
Percobaan dilakukan dengan rancangan acak lengkap yang terdiri atas
tiga kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol dengan masingmasing empat ulangan. Kelompok P0 (aquades sebagai kontrol) P1
(diazepam 0.04mg), P2 (formalin 0,01%), P3 (minuman beralkohol
kandungan 4.8%). Penelitian dilakukan selama 1 bulan dengan 6 hari
masa aklimatisasi dan 24 hari masa perlakuan. Hasil analisis data dengan
anova menunjukkan bahwa ketiga zat tersebut menimbulkan efek yang
berbeda tidak nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Hal tersebut terjadi
diduga kemampuan hepar dalam memetabolisme ketiga zat tersebut
secara sempurna, sehingga tidak menimbulkan efek pada rasio bobot
hepar-tubuh. Simpulan dari penelitian ini adalah pemberian diazepam,
formalin dan minuman beralkohol tidak berpengaruh pada rasio bobot
hepar-tubuh yang digunakan untuk menggambarkan proses fisiologis
tubuh mencit terkait dengan proses metabolisme dalam menghasilkan
cadangan makanan.
REFERENSI
NIOSH. 1984. Manufacture of Paint and Allied Coating Products. U.S.: U.S.
Department of Helath and Human Services. National Institute for
Occupational Safety and Health
Anonim. 2011. Mengetahui Formulasi dan Proses Produksi Cat, [online]
http://www.edupaint.com/cat/pengetahuan-dasar/463-read110615-mengetahui-formulasi-dan-proses-produksi-cat.html
diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Azhar, Rofa Yulia. 2012. Proses Pembuatan Cat dan Bahaya yang
Ditimbulkannya,
[online]
Heri.
2009.
Tentang
Cat,
[online]
Fitri
Arlia.
2013.
Efek
Toksikologi
Formaldehid.
Isradji, Israhnanto. 2010. Pengaruh Pemberian Pb-Asetat Terhadap Fertilitas Mencit Jantan,
dimonitor Melalui Jumlah Kebuntingan dan Jumlah Anak Sekelahiran. Fakultas
Kedokteran. Universitas Islam Sultan Agung. Semarang. Vol. 2 No. 2
Material Safety Data Sheet. Lead MSDS. Chemical and Laboratory Equipment. Diakses
tanggal 17 Oktober 2014. Pukul 01.30 WIB. Tersedia www.sciencelab.com/msds.php?
msdsId=9927204
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta
Shilu Tong, Yasmin E. Von Schirnding, Taippawan Propamontol. 2000. Bulletin of The World
Health Organization Environmental Lead Exposure, a Public Health Problem of
Global Dimension
Widowati, Wahyu dkk. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta