You are on page 1of 7

Bulan Wening R.

A
12/344741/PA/14972

PERAN ANALISIS TERMAL DALAM INDUSTRI FARMASI

A. Pendahuluan
Analisis termal merupakan metode analisis yang telah banyak
digunakan dalam berbagai bidang industri, seperti industri semen, industri
pengepakan semikonduktor dan industri farmasi. Pada makalah ini akan
ditinjau lebih jauh bagaimana analisis termal berperan dalam industri
farmasi.
Dalam industri farmasi metode termal analisis yang digunakan ada dua,
yaitu :
1. Differential Scaning Calorimetry (DSC) atau Differential Thermal
Analysis (DTA) dimana parameter yang diuji adalah laju alir panas
yang masuk dan keluar dari sampel
2. Thermogravimetry dimana parameter yang diuji adalah perubahan
berat dari sampel.
B. Prinsip
Prinsip penggunaan DSC
Terdapat wadah sampel dan referensi yang dipanaskan secara linear,
pada awalnya kedua panci akan berada pada suhu yang sama. Jika terjadi
perubahan

pada

sampel,

misal

peleburan,

maka

sampel

akan

membutuhkan energi karena prosesnya endotermik. Karena hal itu


temperatur dalam wadah sampel konstan. Dengan demikian, perbedaan
suhu terjadi antara wadah sampel dan referensi. Pada metode pertama
yang disebut "heat flux DSC" instrumen akan mengukur perbedaan
temperatur antara wadah sampel dan referensi. Perbedaan panas akan
diubah menjadi fungsi laju alir panas dq/dt. Dalam metode kedua, yang
disebut DSC, dua pemanas individu digunakan untuk memonitor laju
pemanasan individu. Sebuah sistem kontrol akan mengatur peredaan suhu
antara sampel dan referensi. Jika perbedaan terdeteksi pemanas individu

akan terkoreksi sehingga suhu tetap sama dikedua wadah. Ketika proses
endotermik

atau

eksotermik

terjadi,

instrumen

memberikan

energi

kompensasi yang harus diberikan untuk mempertahankan suhu yang


sama dikedua wadah.
Prinsip penggunakan Thermogravimetry
Terdapat dua wadah, satu untuk sampel dan lainnya untuk referensi,
yang diletakkan diatas penyeimbang. Wadah sampel dalam keadaan
tertutup, tanpa kontak, di dalam oven. Oven dipanaskan secara linear.
Penyeimbang didinginkan untuk menjaga suhu konstan dalam mekanisme
perubahan berat. Sinyal TG menunjukkan grafik perubahan berat melawan
waktu atau suhu yang telah diprogram. Turunan kurva DTG sangat sering
digunakan untuk membuat langkah-langkah dari penurunan berat sampel
terlihat lebih jelas.
C. Aplikasi
Identifikasi dan penentuan parameter termodinamika
Kemampuan DSC untuk menganalisis proses melelehnya suatu polimer
digunakan untuk mengiidentifikasi kemasan, transisi kaca dari turunan
selulosa amorf yang digunakan dalam lapisan film, polivinilpirolidon dan
pembawa

obat

biodegradable.

Diskriminasi

antara

beberapa

jenis

polivinilpirolidon ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 2 menunjukkan


perilaku pada pembawa obat (drugs carrier), asam L-polylactic. Kurva DSC
menunjukkan pada temperatur berapa sampel mengalami transisi menjadi
kaca (glass transition), lalu sampel berubah menjadi kristal, dan pada
akhirnya meleleh seiring dengan berapa energi yang digunakan
tiap-tiap proses.

pada

Gambar 1

Gambar 2

Studi mengenai polimorfi


Tidak hanya bahan aktif, tetapi juga cukup banyak bahan lain seperti zat
warna, lilin,
gula, gliserida, propylgallate, aspartam, dll yang bermasalah karena
mereka mengalami polimorfisme. Pada suatu penelitian dikatakan bahwa
bentuk-bentuk yang berbeda dari sorbitol memberikan masalah formulasi,
bentuk stabil adalah yang paling sesuai. Dalam hal ini analisis DSC dan
TG dapat digunakan dalam mengontrol kualitas sorbitol. Hal tersebut
ditunjukkan pada Gambar 3. Selanjutnya kemurnian dari produk yang
dihasilkan dapat ditentukan.

Gambar

menunjukkan

bahwa

kurva

84807

batch

adalah bentuk stabil


dari

sorbitol

yang

dapat diterima.

Analisis

TG

determinasi

untuk

senyawa

volatil
TG hanya menggunakan 1 mg sampel atau kurang dari itu tiap
analisnya, yang merupakan keuntungan besar bagi analisis zat seperti
peptida. Selain itu, penurunan berat yang diakibatkan saat proses
pengeringan (dalam vakum atau pada suhu 105 C) tidak mungkin
dihindari pada suat zat karena efek sublimasi atau dekomposisi, namun
hal itu bisa diselesaikan dengan TG, di mana tidak akan terjadi penurunan
kurva sebelum zat mencair.
Penentuan kemurnian
Perilaku eutektik antara zat obat (atau eksipien) dan kotoran adalah
dasar untuk penentuan kemurnian oleh DSC. Ketidak murnian (pengotor)
mempengaruhi kurva DSC dengan menekan titik leleh dan memperluas
kurva leleh. Jumlah pengotor dapat dihitung dari titik depresi leleh AT = To
Tm.
Gambar

menunjukkan
diagram

fase

eutektik sebuah zat :


kurva

lelehan

sebagai fungsi dari


konsentrasi dari dua
komponen
campuran.

dalam

Penentuan kemurnian enantiomer


90% dari 2 antipoda menghasilkan senyawa rasemat. Setelah jenis
diagram fase diketahui, perbandingan dari fase eutetik dan rasemat
mungkin dilakukan secara kuantitatif menggunakan persamaan Schroeder
van Laar (eutektik) atau persamaan Prigogine Defay (rasemat).
Mendeteksi solvent yang tejebak
Pelarut sangat sering terjebak dalam kristal dan lolos hanya selama
peleburan atau pelarutan. Hasil dari analisis TG lebih cepat didapatkan
dibanding analisis menggunakan kromatografi gas.
Membantu pre-formulasi penentuan obat yang digunakan dalam dunia
medis

Pemilihan garam terbaik adalah prasyarat untuk pengembangan bentuk


dosis. Penggunaan DSC untuk prediksi kompatibilitas telah disarankan,
tetapi hanya dalam beberapa kasus yaitu untuk memprediksi interaksi
kimia yang mungkin. Namun demikian, kurva campuran DSC membantu
seseorang memahami interaksi fisik antara obat substansi dan eksipien.
Perilaku

eutektik

menjelaskan

tidak

kesulitan

berarti
dengan

ketidakcocokan.
komposisi

yang

Tapi

itu

mungkin

diberikan

selama

pemrosesan. Kami mempelajari masalah komposisi yang memberikan


kesulitan selama pentabletan. Alasannya adalah bahwa eksipien dan
senyawa obat memiliki perilaku eutektik dengan depresi kuat dari titik
leleh. Meskipun terdapat obat dengan titik lebur tinggi (kafein), namun
tablet meleleh benar-benar di 60 C.
Gambar 5 menunjukkan bagaimana DSC membantu studi kompatibilitas
setelah penyimpanan.

Kurva DSC bagian awal dari campuran senyawa

obat dan eksipien menunjukkan dalam beberapa kasus terjadi interaksi


antar

keduanya

dan

dalam

kasus

lain

tidak

ada

interaksi

antar

keduanya.

Setelah

penyimpanan
dapat

kita

melihat

degradasi
terjadi

hanya
pada

beberapa eksipien,
terutama

dengan

adanya air. Diagram


fase adalah dasar
untuk
pengembangan
bidang
untuk

galenik
mengontrol

sistem rilis obat dan

kestabilan senyawa obat.

DSC mengambil peran yang banyak dalam

bidang ini.
Perubahan fisik selama penyimpanan dosis
Dalam beberapa kasus ideal, perilaku polimorfisme bahan obat dapat
dipelajari dalam keadaan padat. DSC cukup berguna sebagai dukungan
untuk pengembangan supositoria. Lemak massa supositoria adalah
campuran

kompleks

dengan

modifikasi

kristal

yang

berbeda

dan

mengalami transisi lambat ke dalam bentuk lebur yang lebih tinggi selama
penyimpanan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.
Jika titik leleh meningkat di atas 37 C, ini dapat menyebabkan produk
menjadi tidak efektif pada saat penyimpanan. Pilihan awal massa
supositoria

mudah

dibuat dengan DSC.


Pengecekan
manufaktur
reproduksi
sangat

juga
efisien.

Selanjutnya identitas
dan

distribusi

seragam

senyawa

obat dapat ditentukan. Perubahan fisik lainnya dari eksipien dapat


dideteksi

dengan

DSC.

Sebagai

contoh,

laktosa

anhidrat

bisa

bertransformasi menjadi monohidrat. Kristalisasi dari eksipien dalam


tablet dapat dianalisis dengan DSC.

You might also like