You are on page 1of 6

Kaki adalah bagian tubuh yang sangat penting bagi manusia terutama dengan

fungsinya sebagai penopang tubuh manusia, menempatkan manusia pada posisi


tegak/ berdiri dimana banyak sekali aktivitas manusia yang bergantung pada
kinerja kaki, bahkan untuk mengerjakan pekerjaan yang sederhana sekalipun.
Saya terlahir dengan anggota tubuh lengkap, untuk hal tersebut saya sangat
bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi pada suatu hari yang tak pernah
saya bayangkan, saya harus mengembalikan titipan Tuhan tersebut kembali
kepada-Nya. Tuhan menguji saya dengan hal yang amat tak terduga di usia saya
yang terbilang masih sangat muda, 18 tahun.
Saya adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi terkemuka di
kota Bandar Lampung, provinsi Lampung yaitu Perguruan Tinggi Teknokrat. Saya
tercatat sebagai mahasiswa jurusan Teknik Informatika di kampus tersebut.
Nama lengkap saya adalah Fitra Mohammad Binedo. Nama yang menurut saya
sangat unik dan saya bangga serta bersyukur akan nama tersebut. Tahun 2011
adalah tahun yang menyenangkan karena saya berhasil menyelesaikan
pendidikan SMA saya dan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Menjadi
mahasiswa adalah hal baru yang membuat saya sangat bersemangat untuk
menjalani kehidupan saya seterusnya. Penuh dengan energi dan impian, saya
menjadi sangat aktif di kampus baik dalam hal akademik maupun non-akademik
seperti mengikuti beberapa kegiatan atau organisasi kampus. Awal masa
perkuliahan yang sangat mengagumkan dengan tempat/ lingkungan baru, teman
baru dan kegiatan baru.
Tetapi sinar keceriaan itu pun lenyap seketika dalam tahun yang sama, tahun
2011. Dipenghujung tahun tersebut, tepatnya bulan Desember, dimana waktu
untuk kegembiraan akan akhir tahun dan sekaligus perayaan akan tahun yang
baru mulai berkumandang, di waktu itu pula saya berada dalam masa tersulit.
Malam tanggal 18 Desember 2011 sekitar pukul 11.00 mendekati tengah malam,
ujian maha dahsyat tersebut menghampiri saya. Terpaksa pulang malam sehabis
menyelesaikan tugas kelompok di rumah teman saya, saya pun mengalami
kecelakaan parah, sangat parah di jalan pulang ke rumah malam itu. Saya yang
menuju kearah utara dengan mengendarai sepeda motor saya, ketika sampai di
pertigaan di jalan Zainal Abidin Pagar Alam, Bandar Lampung, ditabrak oleh
mobil minibus Toyota Avanza warna hitam dari arah Timur. Kejadian tersebut
teramat cepat bagi saya untuk menyadari bahwa saya sudah terkapar tak
berdaya di tengah pertigaan tersebut, terlempar bersama motor saya. Yang
dapat saya ketahui hanya bahwa saya tak dapat berdiri sekuat apapun saya
mencoba. Kenyataan bahwa kaki saya terluka sangat parahlah yang membuat
saya sadar bahwa saya tidak dapat berdiri dan hanya dapat berteriak sekuat
mungkin untuk meminta pertolongan. Keadaan saya yang tetap sadarkan diri
dengan kondisi separah itu amat sangat saya syukuri. Alhamdulillah, Allah terus
bersama saya.
Si penabrak pun membawa saya ke rumah sakit terdekat meskipun pada
awalnya dia masih ragu untuk melakukan hal tersebut. Untunglah ada seorang
pengendara sepeda motor yang kebetulan melintas tepat setelah kejadian
tabrakan maut itu terjadi dan melihat kondisi parah yang saya alami. Dia dengan
cepat menolong saya dan meminta si penabrak untuk mengangkat badan saya
yang terkapar di jalan ke dalam mobil si penabrak dan meminta dia untuk
membawa saya ke rumah sakit terdekat secepatnya. Rasa sakit luar biasa yang
menyergap tubuh saya membuat saya tak dapat lagi memikirkan apapun secara

jernih selama dalam perjalanan ke rumah sakit. Kepala saya terasa bagaikan
ditarik-tarik dengan sangat kuat secara terus-menerus. Bahkan banyaknya darah
yang keluar dari berbagai luka di tubuh saya, tidak dapat saya rasakan dan
ketahui lagi. Setelah berada di rumah sakit, para petugas UGD dengan cepat dan
sigap mengurus saya dan dokter jaga pun memeriksa keadaan saya,
menganalisa separah apa keadaan saya. Ternyata banyaknya darah yang keluar
tak henti-hentinya tersebut berasal dari kaki kanan saya, ya kaki kanan saya
yang bukan hanya patah tetapi lebih kepada HANCUR, terkena hantaman keras
mobil tersebut. Keadaan semakin kelam ketika dokter memvonis bahwa tidak
ada jalan lain selain mengamputasi kaki kanan saya telah hancur. Dokter
menjelaskan bahwa kaki kanan saya bertahan hanya dengan seonggok daging
dan otot tersisa yang masih tersambung dengan pergelangan kaki saya, yang
artinya tulang betis saya telah lenyap. Tulang tersebut telah berwujud kepingankepingan yang tentu saja tidak dapat disatukan kembali. Keputusan pun telah
final, satu-satunya cara untuk menyelamatkan nyawa saya dari kehabisan darah
adalah mengamputasi kaki kanan saya yang malang secepatnya. Kata
secepatnya tersebut mebawa saya ke meja operasi pada dini hari tanggal 19
Desember 2011. Saya sangat bersyukur kepada Tuhan yang mengizinkan saya
untuk tetap hidup melalu operasi amputasi kaki kanan saya yang berjalan
dengan baik. Tepat saat Adzan subuh berkumandang, operasi tersebut selesai
dan saya selamat. Rasa sakit yang teramat sangat karena efek obat bius mulai
menghilang, mengantarkan saya pada titik kesadaran yang masih samar. Saya
merasa seperti telah tidur dalam malam yang sangat panjang dan kelam serta
ditemani mimpi buruk yang menakutkan. Rasa sakit yang menyengat ke seluruh
tubuh saya menyadarkan saya akan kenyataan pahit yang saya dapatkan.
Pagi itu secara resmi saya telah mengembalikan kaki kanan yang Tuhan berikan
kepada saya kembali kepadaNya. Kenyataan yang teramat sangat berat bagi
remaja berusia 18 tahun seperti saya untuk menyadari bahwa saya seorang
difabel. Beban ini terlampau berat untuk saya tanggung, tidak bisa beraktifitas
seperti sebelumnya dimana saya sedang dalam masa penuh kegembiraan untuk
melakukan banyak hal di kampus, harus bergantung kepada orang lain serta
harus beradaptasi dengan kondisi tubuh yang baru ini. Belum lagi tanggapan
orang-orang terhadap saya, terhadap perubahan permanen pada tubuh saya
serta tatapan penuh belas kasihan yang mereka tujukan kepada saya. Sejujurnya
saya tidak dapat melakukan semua itu, yang jelas hanyalah kehidupan malang
ini sedang bersama saya, melekat sangat erat.
Keluarga dan teman selalu bersama saya untuk membantu dan memotivasi saya
yang sangat jelas terlihat rapuh. Semakin saya melihat teman-teman yang
mengunjungi saya, semakin jelas perbedaan saya dengan mereka yang pada
akhirnya membuat saya semakin tenggelam dalam keadaan menyedihkan ini.
Memikirkan betapa banyak hal yang mereka dapat lakukan dan saya tidak dapat
melakukannya, sungguh membuat saya frustasi. Perbedaan dengan temanteman atau remaja lainnya seusia saya, mencetak saya sebagai orang yang
pesimistis, sensitif dan rendah diri serta selalu emosi dalam menjalani kehidupan
baru saya setelah kejadian tersebut, terlebih karena saya tidak tahu apa yang
akan saya lakukan di hari yang mendatang, masih terlalu gelap.
Selama berada di rumah sakit, tiada hari tanpa kunjungan dari teman-teman dan
keluarga untuk memberi kekuatan serta motivasi kepada saya. Saya belajar
menggunakan kursi roda untuk berkeliling area rumah sakit sambil berlatih

menggerakkan badan saya yang telah lama terbaring di kasur pasien. Tidak
disangka saya ternyata berbakat dalam menggunakan kursi roda, saya dapat
belajar menggunakannya dengan sangat cepat. Setelah kursi roda, ayah saya
membelikan saya tongkat jalan, saya belajar menggunakannya agar saya dapat
bergerak lebih leluasa. Walau menggunakan tongkat jalan tidak mudah, saya
tetap berusaha.
Setelah melewati masa perawatan pasca operasi yang menghabiskan waktu
berbulan-bulan dan menempatkan rumah sakit sebagai rumah kedua bagi saya,
saya pun kembali kerumah karena kaki saya yang diamputasi telah membaik dan
kering serta kemampuan menggunakan tongkat jalan pun bisa dikatakan baik.
Dokter tetap meminta saya menjalani pemeriksaan rutin. Kondisi baru ini tidak
memungkinkan saya untuk melanjutkan studi saya di kampus. Dengan terpaksa
saya pun mengajukan cuti studi sementara. Walau hal tersebut sangat berat bagi
saya untuk tertinggal dari teman-teman seangkatan saya, saya tidak punya
pilihan lain.
Selama berada di rumah, saya tentu saja masih merasa sedih dan frustasi
dengan segala kesulitan yang saya alami terutama dalam hal bergerak. Akhirnya
ayah saya mendapatkan informasi tentang Yayasan Peduli Tuna Daksa yang
memberikan pengadaan kaki palsu bagi para difabel seperti saya. Kami
mendapatkan informasi dari teman ayah saya yang juga orang tua teman saya.
Teman saya tersebut merupakan difabel seperti saya, dimana dia kehilangan
kakinya juga bertahun-tahun sebelumnya karena kecelakaan motor juga. Saya
diamputasi tepat dibawah lutut kaki kanan saya, dimana saya sangat bersyukur
kepada Allah akan hal ini. Dokter memutuskan demikian karena beliau
memikirkan bahwa akan sangat baik jikalau lutut saya masih tetap ada atau
diselamatkan agar saya dapat menggerakkan kaki saya dengan baik ketika saya
menggunakan kaki palsu/ artificial leg. Sedangkan teman saya tersebut
diamputasi kakinya sebatas pergelangan kaki. Kami berteman sejak kami
bersekolah di Taman Kanak-Kanak, orang tua kami pun berteman baik, ternyata
nasib kami berdua pun sama. Sungguh kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa telah
mengatur jalan hidup kami. Orang tua teman saya tersebut telah 2 kali datang
dan dibantu oleh Yayasan Peduli Tuna Daksa untuk membuat kaki palsu untuk
adi, dimana kaki palsu tersebut sangatlah berguna dan membantu teman saya
untuk melakukan berbagai aktifitas. Betapa berharganya kaki palsu itu bagi
teman saya sehingga dia dapat melanjutkan sekolahnya bahkan hingga kini dia
berkuliah.
Akhirnya pada tahun 2012 dengan petunjuk dari orang tua teman saya tersebut,
saya dan ayah saya pergi ke Jakarta Utara untuk mendatangi Yayasan Peduli
Tuna Daksa. Kami meminta bantuan kepada Yayasan Peduli Tuna Daksa
untuk memberikan kesempatan kepada saya untuk mendapatkan kaki palsu agar
saya dapat bergerak dengan leluasa. Hal ini sangat saya harapkan karena saya
akan kembali berkuliah dalam waktu dekat. Saya berharap, saya dapat
memperoleh kaki palsu dan berlatih menggunakannya dengan sungguh-sungguh
agar impian terbesar saya yaitu berjalan dapat terwujud. Sangat besar keinginan
saya untuk dapat beraktivitas di kampus dan bercengkrama dengan temanteman saya lagi, belajar, masuk kelas, mengerjakan tugas dan semua hal yang
dulu banyak saya lakukan. Saya sangat ingin kembali ke kehidupan saya
sebelumnya, kembali normal dan kembali melakukan segala hal dengan usaha
saya sendiri dan mandiri, tidak bergantung kepada keluarga saya dan orang lain

lagi terutama untuk aktivitas di luar ruangan. Meskipun gerak saya akan
terbatas, hal tersebut tak mengendurkan niat saya untuk memperoleh bantuan
kaki palsu dari Yayasan Peduli Tuna Daksa.
Ketika sampai disana, dengan perjalanan yang terasa panjang dan melelahkan,
saya sangat senang dan tidak sabar untuk mendapatkan kaki palsu. Saya
disambut dengan hangat oleh staff dikantor Yayasan Peduli Tuna Daksa
tersebut. Mereka meminta saya untuk mendaftarkan diri terlebih dahulu dan
melakukan beberapa pemeriksaan dengan dokter yang ada di sana berkaitan
dengan kaki saya terutama ukuran dan kondisi kaki yang diamputasi. Saya
sangat bersyukur kepada Allah atas kesempatan untuk mengetahui dan datang
ke Yayasan Peduli Tuna Daksa ini dan berterima kasih kepada Yayasan Peduli
Tuna Daksa yang sangat mengusahakan pengadaan kaki palsu untuk saya.
Karena saya pasien dari jarak jauh, di luar kota Jakarta, para staff dan pekerja
membantu sekali agar proses pembuatan kaki palsu untuk saya dapat berjalan
cepat dan baik.
Setelah menunggu, akhirnya saya memperoleh kaki palsu yang telah saya
dambakan selama ini. Saya diberikan penjelasan dan pengarahan tentang
penggunaan dan perawatan kaki palsu tersebut. Tak lama kemudian saya
diberikan kesempatan untuk berlatih menggunakan kaki palsu tersebut dan
berlatih melangkah atau berjalan menggunakan kaki palsu tersebut. Karena ini
hal baru, saya sangat canggung dan memerlukan beberapa waktu, usaha keras
dan kesabaran untuk dapat berjalan menggunkan kaki palsu tersebut. Untuk
awal, memang saya tidak dapat berjlan dengan mulus. Para dokter dan staff
disana memotivasi saya untuk terus berlatih dan mengatakan bahwa saya akan
dapat menggunakan kaki palsu ini dengan baik setelah beberapa kali latihan dan
latihannya harus secara teratur dan sungguh-sungguh.
Kala itu, selama dirumah, karena terdesak waktu untuk kembali berkuliah, saya
berlatih menggunakan kaki palsu tersebut dengan sangat giat. Tidak mudah bagi
kaki saya yang diamputasi untuk bergerak dan menerima pertintah dari syaraf
otak untuk berjalan, terlebih berjalan dengan baik tanpa rasa sakit. Setelah
beberapa kali latihan, mulai terlihat luka dan lebam di kaki saya karena gesekan
kaki dengan kaki palsu tersebut selama kaki bergerak. Karena baru berlatih, kaki
dan kulit kaki saya belum terbiasa dengan gesekan dan tekanan sehingga
mudah terluka dan kulitnya terkelupas yang akhirnya memaksa saya untuk rehat
sejenak beberapa hari. Setelah luka dan lebam pulih, saya terus melanjutkan
latihan menggunakan kaki palsu dari Yayasan Peduli Tuna Daksa tersebut.
Proses tidak pernah mengkhianati hasil. Saya akhirnya bisa berjalan dengan baik
dan seimbang, tentunya dengan bantuan kaki palsu dari Yayasan Peduli Tuna
Daksa. Menggunakan kaki palsu untuk bergerak atau berjalan membutuhkan
banyak energi dan kekuatan terutama kekuatan kaki karena adanya gesekan dan
penekanan dari kaki yang diamputasi kepada kaki palsu ketika mengayunkan
langkah dan menapakkan kaki.
Beberapa bulan kemudian saya di pertengahan tahun 2012, saya dapat kembali
berkuliah meneruskan kembali studi saya di kampus dan melanjutkan mimpi
saya untuk menyelesaikan studi saya secepatnya. Ketertinggalan akan materi
dan perbedaan kelas dan teman-teman yang tidak dapat bersama lagi selama
berkuliah harus saya hadapi karena ini adalah kenyataan. Berkat bantuan dari
Yayasan Peduli Tuna Daksa yang memberikan bantuan kaki palsu untuk saya,

memberikan saya harapan dan kekuatan untuk tetap berpegang teguh terhadap
impian saya dan memberikan saya kesempatan untuk kembali berjalan, kembali
beraktifitas, kembali mandiri dan kembali kepada diri saya yang dulu. Dengan
kaki palsu dari Yayasan Peduli Tuna Daksa ini, saya sangat terbantu dalam
beraktivitas terutama studi saya di kampus. Saya memiliki banyak mata kuliah
yang harus saya kejar karena ketertinggalan sebelumnya dan jadwal kuliah yang
padat. Saya juga sangat ingin kembali ke kehidupan normal saya sebagai
remaja dimana saya dapat bepergian dengan mandiri, berkendara, berkumpul
dengan teman-teman dan melakukan banyak hal lainnya. Semua keinginan
tersebut dapat terwujud berkat bantuan kaki palsu dari Yayasan Peduli Tuna
Daksa ini. Dengan kaki palsu ini, saya dapat melakukan aktifitas sehari-hari
dengan mandiri, saya bahkan dapat mencuci pakaian saya sendiri, saya
merapikan kamar saya sendiri, saya berangkat ke kampus menggunakan motor
matic saya, saya masuk ke kelas di kampus yang setiap hari berbeda ruangan
bahkan berbeda gedung dimana setiap kelas membutuhkan usaha dan kekuatan
saya untuk menaiki tangga yang tidak mudah untuk dilalui (di kampus saya
belum ada escalator ataupun elevator/ lift), saya bersosialisasi/ berkumpul
dengan teman-teman, saya pergi bahkan melakukan perjalanan bersama temanteman ke beberapa tempat selama waktu liburan, saya pun dengan usaha yang
kuat dapat mendaki bukit atau tempat tinggi.
Untuk studi saya di kampus, saya harus melaksanakan tugas PKL (Praktek Kerja
Lapangan). Saya mendapatkan tempat PKL di instansi pemerintah yang sesuai
dengan skill yang saya miliki. Saya dapat melaksankan tugas tersebut dengan
baik dimana untuk tugas tersebut saya harus banyak bergerak, bekerja layaknya
petugas lainnya, mengendarai motor ke dan dari tempat PKL. Alhamdulillah
semua aktifitas selama PKL tersebut dapat saya laksanakan dengan baik dengan
bantuan kaki palsu ini yang memungkinkan saya untuk bergerak dan berjalan.
Saya juga dihargai oleh para petugas di instansi tersebut karena usaha saya
untuk menjalankan tugas sebaik-baiknya walau dengan keterbatasan yang saya
miliki.
Kaki palsu ini sangat membantu dan berharga bagi saya layaknya kunci
pembuka pintu, dimana dengan kaki palsu ini, saya dapat kembali ke kehidupan
saya, kembali berjalan dan melangkah untuk menjalani hidup saya dan menatap
masa depan yang sebelumnya kelam, sekarang menjadi jelas. Saya menjadi
semangat untuk berkuliah kembali. Tidak lupa pula saya katakan bahwa dengan
kaki palsu ini, saya dapat meraih rasa kepercayaan diri saya kembali sehingga
saya dapat keluar dari keterpurukan pikiran negatif, pesimis dan rendah diri yang
selama ini melanda saya dan berani melangkah, menjalani hidup dan bermimpi
kembali untuk masa depan saya. Saya sudah 2 kali menggunakan kaki palsu
Yayasan Peduli Tuna Daksa. Yayasan Peduli Tuna Daksa telah membantu
saya dari tahun 2012 hingga kini (2015). Saya tetap berkuliah dengan semangat
dan baru saja menyelesaikan PKL dan seminar PKL saya. Setelah itu saya akan
(dengan seizin Allah) akan melanjutkan ke proses penyusunan skripsi untuk
mendapatkan gelar sarjana. Saya tahu akan keterbatasan saya yang
membutuhkan kesabaran, tetapi saya lebih tahu lagi kalau kehidupan ini terus
berjalan dan berdiam diri atau menyerah pada keadaan atau keterbatasan
bukanlah pilihan yang tepat. Semoga dengan kaki palsu dari Yayasan Peduli
Tuna Daksa, saya dapat terus bergerak dan melanjutkan hidup saya dengan
optimis. Saya sangat berterima kasih atas bantuan dan kesediaan para dokter,
staff dan pekerja Yayasan Peduli Tuna Daksa untuk terus bekerja dalam

pengadaan kaki palsu untuk kami para difabel. Bantuan kalian, kaki palsu ini
adalah nyawa kedua bagi kami untuk bangkit dari keterpurukan akan
keterbatasan kami dan memberikan kesempatan kepada kami untuk menjalani
kehidupan kembali.

You might also like