You are on page 1of 119

345

BAB IX. SISTEM KELISTRIKAN


A. DASAR DASAR KELISTRIKAN
Listrik merupakan pergerakan elektron di dalam penghantar/konduktor.
Berdasarkan teori atom, atom terdiri dari inti atom bermuatan positif (proton) dan
partikel tidak bermuatan (neutron), dan dikelilingi oleh elektron yang berada di
orbit yang mengelilingi inti. Proton dan elektron mempunyai suatu hal yang mirip
dengan muatan listrik. Muatan listrik pada proton diberi tanda positif (+) dan
elektron ditandai dengan muatan negatif (-). Apabila jumlah muatan proton dan
elektron sama dalam suatu atom, maka atom dikatakan dalam posisi netral.
Akan tetapi apabila muatan proton lebih banyak dari muatan negatif, maka
kondisi ini disebut dengan positive charge. Sebaliknya apabila jumlah muatan
elektron lebih banyak dari jumlah proton, maka kondisi atom disebut dengan
negative charge, hal ini dapat dilihat pada gambar 9.1.

Gambar 9.1. Kondisi Proton dan Elektron

1. Tipe Kelistrikan dan Sifatnya


Listrik ada 2 tipe yaitu: listrik statis dan listrik dinamis. Listrik statis adalah
elektron bebas yang sudah terpisah dari atom-atomnya, akan tetapi tidak
bergerak dan hanya berkumpul di atas permukaan suatu benda. Contohnya:
Sebatang kaca yang digosokkan dengan kain sutera, kedua permukaan batang
kaca dan kain sutera menjadi bermuatan listrik positif dan muatan negatif. Tanpa
menyentuh kedua benda tersebut dan dihubungkan dengan konduktor, maka
kedua muatan listrik tersebut akan tetap berada pada permukaan batang kaca

346
dan kain sutera. Sedangkan listrik dinamis adalah pergerakan partikel
bermuatan di dalam konduktor.
Listrik dinamis dibagi atas dua jenis, yaitu:
1. Arus Searah (Direct Current/ DC)
2. Arus Bolak Balik (Alternative Current/ AC)
Arus Searah adalah pergerakan partikel bermuatan dalam satu arah,
apakah positif saja atau negatif saja, seperti gambar berikut;

Gambar 9.85. Arus Searah Konstan

Gambar 9.2. Arus Searah yang Masih ber-Ripple


(www.kafesec.com)
Arus bolak balik, adalah pergerakan arus yang bisa melewatkan arus dan
tegangan positif dan negatif sekaligus setiap setengah siklus kerjanya.

347

Gambar 9.3. Arus Bolak Balik


(www.kafesec.com)
Pergerakan arus listrik hanya akan terjadi di dalam rangkaian tertutup
(close loop), artinya di dalam rangkaian tersebut akan terjadi pergerakan
elektron (partikel bermuatan), apabila pada rangkaian tersebut ada arus dan
tegangan yang mengalir, hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut ini:

Gambar 9.4. Arus dan Tegangan Mengalir pada Rangkaian

348

Gambar 9.5. Tegangan Ada tetapi Tidak ada Aliran Arus

2. Teori Dasar Sirkuit Kelistrikan


Listrik adalah sejumlah elektron yang dapat mengalir pada suatu
material. Pada teori konvensional listrik merupakan pergerakan partikel
bermuatan dari kutup positif dan kembali ke negatif. Sebaliknya pada teori
elektron dinyatakan bahwa arus listrik mengalir dari negatif ke positif.
Selanjutnya untuk mempermudah pelajaran ini, maka kita gunakan teori
listrik konvensional, yaitu arus listrik mengalir dari positif ke negatif.

Gambar 9.6. Konsep Kelistrikan


Dari gambar 9.6 ditunjukkan sebuah lampu dihubungkan dengan baterai,
sehingga arus listrik akan mengalir dari terminal positif baterai menuju kabel
penghantar, kemudian ke lampu dan dilanjutkan menuju kabel penghantar dan

349
diteruskan ke terminal negatif baterai. Suatu rangkaian di mana arus dan
tegangan listrik dapat mengalir dalam satu lintasan tertutup disebut dengan
rangkaian listrik.
Dalam rangkaian kelistrikan mobil, salah satu ujung kabel dari setiap
beban dihubungkan dengan body kendaraan yang berfungsi sebagai rangka
untuk mengalirkan arus ke baterai. Body atau rangka tersebut dinamakan
dengan massa (bagian dari rangkaian yang mengembalikan arus ke baterai).
Hukum Ohm
Hukum Ohm menyatakan hubungan antara tegangan listrik dengan
tahanan dan arus. Untuk memudahkan pemahaman tentang konsep Hukum
Ohm dapat di pelajari melalui gambar 9.7 berikut ini:

Gambar 9.7. Konsep Hukum Ohm


Gambar di atas menunjukkan dua buah wadah yang terhubung satu
dengan lainnya melalui sebuah pipa. Tegangan dapat diibaratkan beda
ketinggian di antara kedua wadah, yang menyebabkan terjadinya aliran air.
Makin besar perbedaan ketinggian air, makin kuat air mengalir. Arus listrik
diibaratkan jumlah/volume air yang mengalir setiap detiknya melalui pipa.
Resistansi diibaratkan semua hambatan yang dijumpai air saat ia mengalir di
dalam pipa. Makin besar pipa, makin kecil hambatan alirnya, sehingga makin
besar arus air yang mengalir, dan begitu sebaliknya. Air yang mengalir pada
suatu pipa dipengaruhi oleh besarnya dorongan yang menyebabkan air tersebut
mengalir dan besarnya hambatan pada pipa. Besarnya dorongan untuk
mengalir ditimbulkan oleh perbedaan ketinggian air di kedua wadah, dimana
dalam kelistrikan, disebut tegangan atau beda potensial.
Hukum Ohm dapat digunakan untuk menentukan tegangan (V), arus (I)
atau tahanan (R) pada rangkaian listrik, apabila dua faktor dari ketiga faktor
tersebut diketahui.

350

Gambar 9.8. Konsep Hukum Ohm 1


Pada saat variabel resistor diposisikan pada nilai resistansi rendah
(gambar 9.8), arus akan mengalir maksimal. Namun tegangan akan menurun
(mengecil).

Gambar 9.9. Konsep Hukum Ohm 2

351
Pada saat nilai resistansi dinaikkan (R sedang), kuat arus yang mengalir
menurun (I sedang). Tegangan mulai meningkat seperti pada gambar 9.10.

Gambar 9.10. Konsep Hukum Ohm 3


Pada saat nilai resistansi maksimal, kuat arus yang mengalir sangat kecil
namun tegangan meningkat mencapai maksimal. Dari percobaan di atas dapat
disimpulkan bahwa besar tegangan berbanding terbalik dengan kuat arus yang
mengalir. Atau dengan kata lain, makin besar arus yang mengalir, makin
minimum tegangan kerja pada lintasan rangkaian dan makin kecil (makin
menjauhi tegangan baterai/ power supply). Makin kecil arus yang mengalir,
makin maksimal tegangan kerja (makin mendekati tegangan baterai).

a. Hukum Ohm untuk Penentuan Arus Listrik


Arus listrik adalah pergerakan sejumlah elektron dalam tiap detiknya
pada suatu penghantar. Banyaknya elektron yang mengalir ini ditentukan oleh
dorongan yang diberikan pada elektron-elektron dan kondisi konduktor yang
akan dilalui elektron-elektron tersebut. Arus listrik dilambangkan dengan huruf I
dan diukur dalam satuan Ampere. Hukum Ohm menyatakan bahwa I secara
empiris adalah:

I=

V
R

Pada rangkaian seri seperti gambar 9.11, arus listrik total (I) secara
empiris adalah;

352

Itotal = I1 = 12 = 13

Gambar 9.11. Rangkaian Seri untuk Penentuan Arus


Sedangkan pada rangkaian paralel, seperti gambar 9.12, arus listrik total
(I) secara empiris adalah:

Itotal = I1 + 12 + 13

Gambar 9.12. Rangkaian Paralel untuk Penentuan Arus


Untuk rangkaian gabungan seriparalel, seperti gambar 9.13, arus total
yang mengalir pada rangkaian adalah:

353

Itotal = I1 = 12 + 13

Gambar 9.13. Rangkaian Seri-Paralel untuk Penentuan Arus

B. SISTEM KELISTRIKAN MESIN


1. Sistem Pengisian (Charging System)

Gambar 9.14. Posisi Sistem Pengisian


(www.hdabob.com/Charging.htm)
Listrik pada mobil digunakan untuk menghidupkan mesin (starting system),
sistem pengapian, sistem penerangan dan sistem aksesoris. Berbeda dengan
listrik di rumah tangga, sumber daya listrik pada mobil adalah baterai, dengan
kemampuan yang terbatas. Supaya baterai bisa menghasilkan tenaga tanpa

354
terputus saat mobil beroperasi, maka baterai perlu dilakukan pengisian.
Pengisian baterai dapat dilakukan dengan pengisian ulang dengan baterai
charger atau dengan cara mengoperasikan kembali mesin mobil.
Komponen-komponen sistem pengisian umumnya terdapat pada bagian
jok depan mobil (Gambar 9.14)
Proses pengisian baterai dilakukan dengan merubah energi mekanik
menjadi energi listrik. Dan hal ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan generator arus searah (DC generator) dan generator arus bolakbalik (AC generator). Generator arus searah terdiri dari beberapa kumparan
(coil) yang saling berhubungan di sekelilingnya, sehingga pada saat generator
berputar pada titik maksimum, akan menghasilkan tegangan yang konstan.
Sementara pada generator arus bolak balik, setiap kali putaran stator akan
menghasilkan arus listrik, dimana pada saat putaran stator 0O sampai dengan
180O maka akan dihasilkan listrik positif, sedangkan pada saat putaran stator
antara 180O sampai dengan 360O akan dihasilkan listrik negatif, kejadian ini
terus berulang-ulang. Perbandingan tegangan yang dihasilkan antara generator
arus searah dengan generator bolak-balik dapat dilihat pada gambar 9.15 dan
gambar 9.16 di bawah ini:

Gambar 9.15. Listrik Generator Arus Searah

Gambar 9.16. Listrik Generator Bolak Balik


Prinsip dasar dari sistem pengisian dapat dilihat pada gambar 9.17 yaitu
sebagai berikut: pada saat mesin (engine) kendaraan dioperasikan, daya bisa
dihasilkan melalui baterai dan mesin yang lagi beroperasi. Daya dari baterai
digunakan untuk mengoperasikan rangkaian-rangkaian kelistrikan yang
membutuhkan sedikit arus dan tegangan, contohnya untuk menghidupkan
sistem penerangan pada mobil. Akan tetapi apabila sistem kelistrikan

355
membutuhkan suplai arus dan tegangan yang cukup besar, maka rangkaian
pengisian akan bekerja untuk mengisi baterai supaya tidak terjadi kekosongan
baterai. Rangkaian pengisian akan terus mengisi baterai sampai suplai
tegangan bagi sistem yang membutuhkan tercukupi dan baterai penuh. Apabila
baterai telah mencapai batas pengisian maksimal, maka rangkaian sistem
pengisian akan OFF, dan rangkaian ini akan bekerja kembali pada saat baterai
mulai mengosongkan kembali muatannya.

Gambar 9.17. Rangkaian Sistem Pengisian


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)
Keterangan terminal pada gambar 9.17:
B adalah kabel output alternator yang mensuplai langsung ke baterai.
IG adalah indikator kontak yang ada di alternator.
S digunakan oleh regulator untuk mengatur strum pengisian ke baterai.
L adalah kabel yang digunakan oleh regulator untuk indikator lampu charger.
Komponen utama dari sistem pengisian dapat dilihat pada bagan berikut ini:
SISTEM PENGISIAN

BATERAI
ALTERNATOR

REGULATOR
Gambar 9.18. Bagan Sistem Pengisian

356
a. Baterai
1) Pengertian Baterai
Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya
berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (dapat berbalikan) dengan
efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel,
adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan kimia menjadi
tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga listrik menjadi
tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-elektroda
yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah (polaritas) yang
berlawanan di dalam sel.
Pada mobil banyak terdapat komponen-komponen kelistrikan yang
digerakkan oleh tenaga listrik. Diwaktu mesin mobil hidup komponen kelistrikan
tersebut dapat digerakkan oleh tenaga listrik yang berasal dari alternator dan
baterai, tetapi saat mesin mobil mati tenaga listrik yang digunakan hanya
berasal dari baterai saja. Contoh untuk pemakaian energi listrik saat mesin mobil
mati adalah pada lampu parkir, lampu ruangan, indikator pada ruangan kemudi,
peralatan audio (tape recorder), peralatan pengaman dan lain-lain.
Jumlah tenaga listrik yang disimpan dalam baterai dapat digunakan
sebagai sumber tenaga listrik tergantung pada kapasitas baterai dalam satuan
amper jam (AH). Jika pada kotak baterai tertulis 12 volt 50 AH, berarti baterai
baterai tersebut mempunyai tegangan 12 volt dimana jika baterai tersebut
digunakan selama 1 jam dengan arus pemakaian 50 amper maka kapasitas
baterai tersebut setelah 1 jam akan kosong. Kapasitas baterai tersebut juga
dapat menjadi kosong setelah 2 jam jika arus pemakaian 25 amper. Disini
terlihat bahwa lamanya pengosongan baterai sangat ditentukan oleh besarnya
pemakaian arus listrik dari baterai. Semakin besar arus yang digunakan semakin
cepat terjadi pengosongan baterai, dan sebaliknya.
Besarnya kapasitas baterai sangat ditentukan oleh luas permukaan plat
atau banyaknya plat baterai. Jadi dengan bertambahnya luas plat atau dengan
bertambahnya jumlah plat baterai maka kapasitas baterai juga akan bertambah.
Sedangkan tegangan baterai ditentukan oleh jumlah sel baterai, dimana satu sel
baterai dapat menghasilkan tegangan 2,1 volt. Tegangan listrik yang terbentuk
sama dengan jumlah tegangan listrik tiap-tiap sel. Jika baterai mempunyai enam
sel, maka tegangan baterai tersebut adalah 12,6 volt.
Biasanya setiap sel
baterai ditandai dengan adanya satu lobang pada kotak baterai bagian atas
untuk mengisi elektrolit baterai.
2) Prinsip Kerja Baterai
Proses discharge pada sel berlangsung menurut skema gambar 9.6 Bila sel
dihubungkan dengan beban, maka elektron mengalir dari anoda melalui beban ke
katoda, kemudian ion-ion negatif mengalir ke anoda dan ion-ion positif mengalir ke
katoda.
Pada proses pengisian menurut skema gambar 9.7 di bawah ini adalah bila
sel dihubungkan dengan power supply maka elektroda positif menjadi anoda dan
elektroda negatif menjadi katoda dan proses kimia yang terjadi adalah sebagai
berikut (a) Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power

357
supply ke katoda, (b) Ion-ion negatif rnengalir dari katoda ke anoda, dan (c) Ion-ion
positif mengalir dari anoda ke katoda. Jadi reaksi kimia pada saat pengisian
(charging) adalah kebalikan dari saat pengosongan (discharging)

Gambar 9.19. Proses Pengosongan


(Discharge)

Gambar 9.20. Proses Pengisian


(Charge)

a) Prinsip Kerja Baterai Asam - Timah.


Bila sel baterai tidak dibebani, maka setiap molekul cairan elektrolit asam
sulfat (H2SO4) dalam sel tersebut pecah menjadi dua yaitu ion hydrogen yang
bermuatan positif (2H+) dan ion sulfat yang bermuatan negatif (SO4 - - )

Proses pengosongan

H2SO4

2H + + SO4- -

Bila baterai dibebani, maka tiap ion negatif sulfat. (SO4- - ) akan bereaksi
dengan plat timah murni (Pb) sebagai katoda menjadi timah sulfat (Pb SO4)
sambil melepaskan dua elektron. Sedangkan sepasang ion hidrogen (2H+ ) akan
bereaksi dengan plat timah peroksida (Pb O2) sebagai anoda menjadi timah
sulfat (Pb SO4) sambil mengambil dua elektron dan bersenyawa dengan satu
atom oksigen untuk membentuk air (H2O). Pengambilan dan pemberian elektron
dalam proses kimia ini akan menyebabkan timbulnya beda potensial listrik
antara kutub-kutub sel baterai.
Proses tersebut terjadi secara simultan dengan reaksinya dapat dinyatakan.

dimana :

Pb O2 + Pb + 2 H2SO4
Pb SO4 + Pb SO4 + 2 H2O
Sebelum Proses
Setelah Proses
Pb O2 = Timah peroksida (katub positif / anoda)
Pb
= Timah murni (kutub negatif/katoda)
2H2SO4 = Asam sulfat (elektrolit)
Pb SO4 = Timah sulfat (kutub positif dan negatif setelah proses
pengosongan)
H2O
= Air yang terjadi setelah pengosongan

358
Jadi pada proses pengosongan baterai akan terbentuk timah sulfat
(PbSO4) pada kutup positif dan negatif, sehingga mengurangi reaktifitas dari
cairan elektrolit karena asamnya menjadi timah, sehingga tegangan baterai
antara kutub-kutubnya menjadi lemah.
Proses Pengisian
Proses ini adalah kebalikan dari proses pengosongan dimana arus listrik
yang di alirkan arahnya berlawanan dengan arus yang terjadi pada saat
pengosongan. Pada proses ini setiap molekul air terurai dan tiap pasang ion
hidrogen (2H +) yang dekat plat negatif bersatu dengan ion negatif sulfat (SO4-)
pada plat negatif untuk membentuk asam sulfat. Sedangkan ion oksigen yang
bebas bersatu dengan tiap atom Pb pada plat positif membentuk timah peroxida
(Pb O2).
Proses reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :

Pb SO4 + Pb SO4 + 2H2O


Setelah pengosongan

PbO2 + Pb + 2H2SO4
Setelah pengisian

b) Prinsip Kerja Baterai Alkali


Baterai Alkali menggunakan potasium Hydroxide sebagai elektrolit,
selama proses pengosongan dan pengisian dari sel baterai alkali secara praktis
tidak ada perubahan berat jenis cairan elektrolit.
Fungsi utama cairan elektrolit pada baterai alkali adalah bertindak
sebagai konduktor untuk memindahkan ion-ion hidroksida dari satu elektroda ke
elektroda lainnya tergantung pada prosesnya, pengosongan atau pengisian,
sedangkan selama proses pengisian dan pengosongan komposisi kimia material
aktif pelat-pelat baterai akan berubah. Proses reaksi kimia saat pengosongan
dan pengisian pada elektroda-elektroda sel baterai alkali sebagai berikut.

Untuk baterai Nickel-Cadmium


Pengosongan
2Ni (OH)2 + Cd (OH)2
2 Ni OOH + Cd + 2H2O
Pengisian

dimana : 2NiOOH
Cd
2Ni (OH)2
Cd (OH)2

=
=
=
=

Incomplate nickelic - hydroxide (Plat positif atau anoda)


Cadmium (Plat negatif atau katoda)
Nickelous hydroxide (Plat positif)
Cadmium hydroxide (Plat negatif)

Untuk Baterai nickle - Iron


Pengosongan
2 Ni OOH + Fe + 2H2O
2Ni (OH)2 + Fe (OH)2
Pengisian

359
dimana :

2NiOOH
Fe
2Ni (OH)2
Fe (OH)2

=
=
=
=

Incomplate nickelic - hydroxide (Plat positif)


Iron (Plat negatif)
Nickelous hydroxide (Plat positif)
Ferrous hydroxide (Plat negatif)

3) Jenis-jenis Baterai
Berdasarkan bahan jenis elektrolitnya, maka baterai dapat dibedakan atas 2
jenis, yaitu baterai asam dan baterai alkali.

a) Baterai Asam (Lead Acid Storage Battery)


Baterai asam bahan elektrolitnya adalah larutan asam belerang (Sulfuric
Acid = HzS04). Di dalam baterai asam, elektroda-elektrodanya terdiri dari plat-plat
timah peroksida Pb02 (Lead Peroxide) sebagai anoda (kutub positif) dan timah
murni Pb (Lead Sponge) sebagai katoda (kutub negatif).
Ciri-ciri umum (tergantung pabrik pembuat) sebagai berikut :
Tegangan nominal per sel 2 volt.
Ukuran baterai per sel lebih besar bila dibandingkan dengan baterai alkali.
Nilai berat jenis elektrolit sebanding dengan kapasitas baterei.
Suhu elektrolit sangat mempengaruhi terhadap nilai berat jenis elektrolit,
semakin tinggi suhu elektrolit semakin rendah berat jenisnya dan sebaliknya.
Nilai standar berat jenis elektrolit tergantung dari pabrik pembuatnya.
Umur baterai tergantung pada operasi dan pemeliharaan, biasanya dapat
mencapai 10 - 15 tahun, dengan syarat suhu baterai tidak lebih dari 20o C.
Tegangan pengisian per sel harus sesuai dengan petunjuk operasi dan
pemeliharaan dari pabrik pembuat. Sebagai contoh adalah :
o Pengisian awal (Initial Charge) : 2,7 volt
o Pengisian secara Floating
: 2,18 volt
o Pengisian secara Equalizing
: 2,25 volt
o Pengisian secara Boosting
: 2,37 volt
o Tegangan pengosongan per sel ( discharge ) : 2,0 1,8 volt

b) Baterai Alkali (Alkaline Storage Battery)


Baterai alkali bahan elektrolitnya adalah larutan alkali (Potassium
Hydroxide) yang terdiri dari :
o Nickel-Iron Alkaline Battery (Ni-Fe battery)
o Nickel-Cadmium Alkaline Battery (Ni-Cd battery)
Pada umumnya yang banyak digunakan di instalasi unit pembangkit adalah
baterai alkali-cadmium ( Ni-Cd ).
Ciri-ciri umum baterai alkali sangat tergantung dari pabrik yang memproduksinya,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Tegangan nominal per sel 1,2 volt.
Nilai berat jenis elektrolit tidak sebanding dengan kapasitas baterai.
Umur baterai tergantung pada operasi dan pemeliharaan, biasanya dapat
mencapai 15 - 20 tahun, dengan syarat suhu baterai tidak lebih dari 20o C.

360
Tegangan pengisian per sel harus sesuai dengan petunjuk operasi dan
pemeliharaan dari pabrik pembuat. Sebagai contoh adalah :
o Pengisian awal (Initial Charge) = 1,6 1,9 volt
o Pengisian secara Floating
= 1,40 1,42 volt
o Pengisian secara Equalizing = 1,45 volt
o Pengisian secara Boosting
= 1,50 1,65 volt
o Tegangan pengosongan per sel ( discharge ) : 1 volt .

4) Konstruksi baterai
a) Kotak dan sel baterai
Kotak baterai terbuat dari ebonik atau damar sintetis, berfungsi untuk
penempatan sel dan menampung elektrolit baterai. Sel-sel baterai tersebut
dihubungkan secara seri, dengan demikian tegangan listrik yang terbentuk sama
dengan jumlah tegangan dari masing-masing sel.

Gambar 9.21. Konstruksi Baterai


(www.autoshop101.com)

b) Plat Baterai
Ada dua macam plat yang digunakan pada baterai, yaitu plat positif dan
plat negatif. Plat-plat ini terbuat dari timah hitam atau campuran timah dengan
antimon. Plat-plat tersebut diselubungi oleh zat-zat aktif yang berfungsi untuk
menyimpan energi listrik. Penyusunan plat ini dibuat secara berselang-seling
diantara plat positif dengan plat negatif. Pada umumnya plat negatif jumlah lebih
banyak dari plat negatif (lebih satu) sehingga pada kedua ujung merupakan plat
negatif.

c) Separator atau pemisah


Separator diletakkan diantara plat positif dengan plat negatif yang
berfungsi untuk mencegah persinggungan langsung antara plat-plat tersebut.

361
Separator ini dibuat dari bahan yang bukan pengantar listrik, seperti kayu, ebonit
dan fiber glass. Pada separator ini terdapat lubang-lubang yang halus untuk
memungkinkan elektrolit-elektrolit mengalir.

d) Elektrolit
Elektrolit merupakan campuran air yang disuling (64%) dan asam sulfat
(36%). Pada temperatur 20 0C berat jenis (BJ) elektrolit baterai yang
berkapasitas penuh adalah 1,27. Plat yang terendam akan membangkitkan
energi listrik karena reaksi kimia antara zat aktif dari plat-plat dan elektrolit.
Batas pengisian elektrolit yang benar adalah diantara batas garis upper dan
lower pada kotak baterai. Selanjutnya dalam pemakaian, apabila tinggi elektrolit
sudah berada di bawah garis lower maka perlu ditambahkan kembali air murni
sebanyak yang dibutuhkan.

Gambar 9.22. Arah Reaksi Pengosongan


(www.autoshop101.com)

Reaksi kimia pada waktu baterai mengeluarkan arus listrik

Gambar 9.23. Perbandingan Campuran Asam Sulfat


dan Air pada Elektrolit Baterai
(www.autoshop101.com)

362
Pada waktu baterai mengeluarkan arus listrik atau pengosongan
(discharging) plat positif maupun plat negatif bereaksi dengan sulfat (H2SO4)
membentuk timbal sulfat (PbSO2). Dengan adanya reaksi tersebut di atas, asam
sulfat (H2SO4) sedikit demi sedikit berubah menjadi air (H2O). Akibatnya berat
jenis elektrolit akan turun karena kosentrasi elektrolit berkurang. Berikut adalah
reaksi kimia saat baterai mengeluarkan arus listrik :
PbO2 + 2H2SO4 + Pb
(Plat +) (Elektrolit) (Plat -)

PbSO4 + 2H2O + PbSO4


(Plat +) (Air)
(Plat -)

Reaksi kimia pada waktu pengisian

ARAH ARUS

Gambar 9.24. Arah Reaksi Pengisian


(www.autoshop101.com)
Selama pengisian kimia (charging) arah arus listrik ke dalam kimia
berlawanan dengan arah arus pengeluaran, sehingga menyebabkan kebalikan
reaksi dari reaksi pengosongan sebelumnya. Asam sulfat akan terpisah dari
timbal sulfat pada tiap-tiap plat, sehingga pada plat positif akan terdapat timbal
sulfat dan pada plat negatif terdapat timbal.
Dalam reaksi ini asam sulfat akan terbentuk kembali ke dalam elektrolit
sehingga berat jenis elektrolit naik kembali. Berikut ini reaksi kimia pengisian
baterai;
PbS04 + 2H20 + PbSO4
(Pelat+) (Air) (Pelat-)

PbO2 + 2H2SO4 + Pb
(Pelat+) (elektrolik) (Plat-)

5) Penyebab Kerusakan Baterai


a) Kerusakan Akibat Pengisian yang Berlebihan
Pengisian arus yang berlebihan (over charging) ke dalam baterai akan
menyebabkan baterai menjadi rusak. Hal ini disebabkan setiap sel baterai pada
bagian pelat positif mendapat tekanan akibat temperatur tinggi selama over
charging. Akibatnya pelat-pelat positif menjadi bengkok atau berubah bentuk
sehingga oksigen bebas masuk ke dalam pelat-pelat positif sampai seluruh

363
timbal sulfat (PbSO4) berubah menjadi timbal dioksida (PbO2). Akibat masuknya
oksigen bebas juga akan menimbulkan perubahan struktur kerangka, kisi-kisi
menjadi timbal dioksida (PbO2). PbO2 yang terbentuk memerlukan ruangan yang
lebih besar lagi, sedangkan ruangan pada tiap sel terbatas. Akibatnya plat-plat
menjadi melengkung dan traps plat tertekan ke atas sehingga dapat
mengangkat tutup sel. Dengan demikian kisi-kisi akan remuk dan plat-plat
menjadi rusak atau bengkok. Hal tersebut juga akan mengakibatkan plat positif
terhubung dengan plat negatif, separator menjadi remuk dan rapuh disebabkan
temperatur yang tinggi dan reaksi kimia yang besar. Begitu juga plat negatif
akan menderita kerusakan material organik yang tergabung dalam plat-plat
negatif dan sifat penyerapnya akan rusak.
Kerusakan akibat pengisian yang terlalu besar dapat dicegah dengan
jalan mengatur output alternator agar tegangannya tidak melebihi dari 14 volt.
Begitu juga dalam melakukan penggabungan baterai lemah dengan baterai kuat
pada kendaraan atau yang biasa disebut dengan istilah jumper (memancing).
Perlu diperhatikan bahwa setelah mesin hidup maka alternator yang mempunyai
sifat self limiting current akan mengisi baterai yang lemah atau soak dengan
arus yang besar. Jika hal ini terjadi maka pada baterai akan terjadi arus
pengisian yang berlebihan (over charger) dan ini akan merusak baterai. Jadi
dengan demikian jumper sebenarnya tidak dibolehkan jika tidak dalam keadaan
terpaksa, sebaiknya jumper diperlukan untuk menghidupkan mesin saja dan
setelah itu kabel baterai dari baterai kuat sebagai pemancing harus dilepaskan
dari baterai lemah yang dipakai.
b) Kerusakan Akibat Terbentuknya Kristal Sulfat
Selama baterai mengeluarkan arus (discharging) material-material aktif
dalam pelat-pelat positif dan pelat negatif berubah menjadi timbal sulfat
(PbSO4). Senyawa ini dapat berubah kembali menjadi material aktif selama
baterai diisi kembali (recharging). Oleh karna itu jika baterai dibiarkan dalam
kondisi mengeluarkan arus atau baterai dalam keadaan keseimbangan reaksi
(tidak dapat membangkitkan arus listrik) dalam waktu yang lama, maka PbSO
yang terbentuk akan berubah menjadi keras yang biasa disebut kristal sulfat.
Akibat dari kristal sulfat ini, pelat- pelat menjadi bengkok, kisi-kisi mudah patah
dan sulfat baterai akan menjadi rusak. Selama terjadi pensulfatan, warna dari
pelat-pelat negatif berubah menjadi putih abu-abu dan pelat positif menjadi putih
susu.
Apabila pada baterai terjadi pengkristalan sulfat, kristal sulfat tersebut
dapat diubah kembali menjadi material aktif dengan jalan baterai tersebut diisi
kembali dengan proses normal. Akan tetapi apabila selama proses pengisian,
baterai tetap tidak mengisi (rusak), maka hal ini sebagai indikator telah
pecahnya kisi-kisi pelat baterai akibat dari pengkristalan sulfat. Dengan demikian
kerusakan baterai tidak dapat lagi diatasi.

364
6) Arti Kode pada Baterai
Baterai yang diproduksi negara Jepang, diberi kode pengenal dengan
standar industri Jepang. Kode tersebut menunjukkan kapasitas baterai, ukuran
dan posisi terminal positifnya.
Pada baterai terdapat kode 55 D 23 L
55
D
23
L

: Menunjukkan kapasitas baterai yang dinyatakan (amper)


: Menunjukkan lebar dan tinggi baterai
: Panjang Baterai
: Posisi terminal positif.

Untuk menterjemahkan arti dari kode baterai lebih spesifik dapat


berpedoman pada tabel 9.1 dan tabel 9.2. Sedangkan untuk panjang baterai
umumnya dinyatakan dalam centimeter, contoh angka 23 pada kode pengenal,
mempunyai arti panjang baterainya adalah 23 cm. Untuk posisi terminal positif
baterai ditunjukkan oleh kode R untuk posisi di kanan baterai dan L untuk posisi
di baterai bagian kiri.
Tabel 9.1. Kemampuan Baterai
Kode Kemampuan

Kapasitas (Amper)

28
34
36
38
46
50
55
65
Tabel 9.2. Lebar dan Tinggi Baterai

24
27
28
28
36
36
36
52

Kode Lebar dan Tinggi

Lebar (mm)

Tinggi (mm)

A
B
C
D
E
F
G
H

162
203
207
204
213
213
213
220

127
127 atau 129
135
173
176
182
222
278

7) Perawatan Baterai
Untuk memeriksa kemampuan baterai bisa dilakukan dengan mesin
kendaraan, caranya:

365
a) Sebelum dites, kondisi pengisian baterai diusahakan penuh atau minimal
pengisian baterai adalah 75%.
b) Ukur tegangan baterai saat di-start dan usahakan pada waktu itu mesin
belum hidup.
c) Hubungkan volt meter pada baterai, perhatikan masing-masing terminal volt
meter dengan terminal baterai. Dan lakukan pengetesan dengan cara
menstart mesin selama 15 menit.
d) Bila kondisi baterai baik, maka tegangan baterai pada waktu di-start, minimal
adalah 9V5 (9.5 volt).

Gambar 9.25. Tes Kemampuan Baterai


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)
Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pengisian baterai adalah:
a) Bersihkan terminal baterai dari kotoran, karat dan debu.
b) Lepas sumbat ventilasi
c) Check elektrolit, jangan sampai lebih dari 45oC
d) Bila pengisian dilakukan dalam keadaan terpasang di kendaraan, lepas
kabel dari terminal positif dan negatif agar tidak merusak rectifier dan
komponen yang lainnya.
e) Tentukan amper dan lama pengisian yang diizinkan.
f) Selama pengisian, jangan melepaskan kabel pengisi dari teminal baterai,
akan tetapi matikan terlebih dahulu switch utama pengisi baterai.
g) Setelah proses pengisian berakhir, ukur berat jenis elektrolit, dan sesuaikan
dengan spesifikasi
h) Pasang sumbat ventilasi dan cuci kotak baterai untuk membersihkan kotak
baterai dan bagian lainnya.

366
b. Alternator
Alternator berfungsi menghasilkan arus listrik ketika mesin dihidupkan.
Tegangan yang dihasilkan oleh alternator adalah tegangan bolak balik
(Alternative Current/AC) yang kemudian dikonversikan/ diubah menjadi
tegangan searah (Direct Current/DC).

Gambar 9.26. Alternator


(www.galerimotor.com)
Terminal-terminal yang terdapat pada alternator (Gambar 9.26) adalah:
S Terminal indikator voltase baterai.
IG Terminal indikator strum kontak.
L Terminal lampu indikator.
B Terminal output alternator.
F Terminal tegangan langsung (bypass).

Gambar 9.27. Terminal Alternator


(www.galerimotor.com)

367
Jika bagian atas alternator dibuka (Gambar 9.28), maka akan terlihat
regulator yang mengontrol tegangan output alternator, carbon brush yang
menempel dengan bagian atas rotor (slip ring), rangkaian dioda (rectifier) yang
mengkonversi (mengubah) tegangan AC menjadi tegangan DC dan slip ring
(bagian dari rotor) dihubungkan dengan setiap field winding.

Gambar 9.28. Bagian dalam Alternator


(www.galerimotor.com)
Dua slip ring ditempatkan di setiap bagian atas rotor. Slip ring
dihubungkan dengan field winding dimana carbon brush dapat bergerak, dan
ketika arus mengalir melalui field winding lewat slip ring, maka akan ada arus
magnet di sekitar rotor. Dua buah arang yang diposisikan sejajar yang
akan menempel dengan slip ring. Carbon brush disolder atau diikat dengan baut
(Gambar 9.16).

Gambar 9.29. Carbon Brush


(www.galerimotor.com)
Perhatikan gambar 9.30. Alternator dalam menghasilkan arus listrik
prinsipnya sama dengan sistem elektromagnet. Alternator berfungsi untuk

368
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Arus bolak balik yang
dihasilkan alternator akan diubah menjadi arus searah. Untuk mengubah arus
tersebut pada rangkaian alternator dilengkapi dengan 6 buah dioda, masingmasing dua buah dioda dihubungkan dengan kumparan stator. Energi mekanik
mesin dihubungkan dengan puli sehingga dapat memutarkan rotor dan
membangkitkan arus listrik bolak-balik di dalam stator. Arus bolak-balik inilah
yang akan disearahkan oleh rangkaian rectifier dioda. Arus ini digunakan untuk
mengisi baterai. Sementara medan magnet yang dihasilkan rotor diteruskan
voltage regulator, dan tegangan keluaran voltage regulator digunakan untuk
menyuplai kunci kontak (terminal IG) dan baterai (terminal S). Pada saat
alternator melakukan proses pengisian, arus pengisian ini akan dialirkan ke
kawat konektor yang lebih besar yang terletak antara terminal B dan baterai.
Pada saat yang bersamaan, tegangan dari baterai akan dimonitor oleh MIC
regulator yang terhubung dengan terminal S. Tegangan regulator yang
dihasilkan bisa besar dan kecil tergantung dari koil rotor. Koil rotor terhubung
dengan terminal P. Sementara terminal U berfungsi untuk menghidupkan lampu
indikator sistem pengisian.

Gambar 9.30. Prinsip kerja Alternator


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)
Komponen utama dari alternator ada dua, yaitu stator (Gambar 9.31)
yang berfungsi menghasilkan kemagnetan listrik, dan rotor (Gambar 9.32) yang
berfungsi menghasilkan arus listrik.

369

Gambar 9.31. Alternator Stator


(www.galerimotor.com)

Gambar 9.32. Alternator Rotor


(www.autoshop.com)
Selain dari rotor dan stator, alternator juga dilengkapi dengan dioda
(rectifier) untuk mengubah arus dari arus bolak balik menjadi arus searah. Dioda
penyearah dipasang sebanyak 6 buah pada alternator. Dioda penyearah ini
berbeda konstruksinya dengan dioda yang biasa dipakai di rangkaian elektronik
(Gambar 9.33). Karena dalam satu konstruksi dioda ini hanya memiliki satu
terminal. Dioda terminal positif disebut dengan dioda penyearah positif, dan
dioda dengan terminal negatif disebut dengan dioda penyearah negatif.

370

Gambar 9.33. Bagian Bagian Alternator Rotor


(www.galerimotor.com)

Gambar 9.34a. Dioda Penyearah Alternator


(www.galerimotor.com)

371

Gambar 9.34b. Dioda Penyearah Alternator


(www.galerimotor.com)
Untuk menetukan dioda positif dan dioda negatif, dapat dibantu dengan
menggunakan multimeter pada posisi selektor pada ohm meter x10 (Gambar
9.35). Hal ini dapat dilakukan apabila kondisi dari dioda masih bagus, caranya
adalah sebagai berikut: hubungkan salah satu terminal dioda dengan salah satu
probe (kabel penunjukan) multimeter dan probe multimeter yang lain
dihubungkan dengan housing, apabila jarum bergerak, maka probe yang
menempel pada kaki dioda terminalnya berbeda dengan polaritas baterai dari
multimeter. Contohnya apabila probe warna hitam multimeter menempel pada
kaki dioda dan probe warna merah ditempatkan pada housing dioda, dan jarum
multimeter bergerak dari posisi tak hingga menuju nol, maka jenis dioda tersebut
adalah dioda positif. Begitupun sebaliknya untuk menentukan jenis dioda
negatif.

372

Gambar 9.35. Cara Menentukan Terminal Dioda


Berdasarkan dari konstruksinya maka alternator dapat dibedakan
menjadi dua tipe yaitu, alternator konvensional dan alternator dengan kecepatan
tinggi. Alternator kecepatan tinggi (high speed) konstruksinya menggunakan IC
pada rangkaian regulatornya. Alternator jenis ini mulai diminati masyarakat pada
tahun 1983. Perbedaan kedua konstruksi ini dapat dilihat pada gambar 9.36
dan gambar 9.37

373

Gambar 9.36. Konstruksi Altenator Konvensional


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)

Gambar 9.37. Konstruksi Altenator High Speed


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)

374
Pada regulator konvensional (tipe kontak) diupayakan agar alternator
mempertahankan agar tegangan tetap konstan, dengan menghalangi arus yang
masuk ke rotor dengan menggunakan cara mekanis. Akan tetapi pada alternator
high speed yang menggunakan IC (Integrated Circuit, dimana IC regulator
terbentuk menjadi satu dengan alternator dan dipasangkan pada jaringan
kelistrikan diantara kumparan medan (field coil) dan massa bodi yang berfungsi
mengontrol arus ke kumparan medan sehingga tegangan yang dihasilkan
alternator konstan. Di dalam kemasan IC regulator sudah terakit komponen aktif
dan pasif secara langsung contohnya transistor, dioda zener, dan resistor.

Gambar 9.38. IC Regulator


(www.galerimotor.com)
Alternator dilengkapi dengan terminal-terminal untuk memudahkan
memahami prinsip kerjanya (Gambar 9.39).

Gambar 9.39. Terminal Alternator


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)

375
Prinsip kerja dari alternator dapat dilihat dari 3 kondisi, yaitu:
1) Saat Kunci Kontak ON dan Mesin Mati
Saat kunci kontak ON (Gambar 9.40), arus dari baterai disuplai dari
regulator, yang dihubungkan dengan sebuah konektor yang terletak antara
saklar dengan terminal IG. Arus dari terminal IG akan mengaktifkan
transistor Tr1, akibatnya Tr2 juga akan bekerja. Arus dari Tr2 digunakan
untuk menghidupkan indikator lampu pengisian, sedangkan arus dari Tr1
berfungsi untuk menyuplai arus pada rotor coil, sehingga akan terjadi fluks
magnet pada rotor koil.

Gambar 9.40. Rangkaian Alternator Saat Kunci Kontak ON dan Mesin Mati
(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)
2) Saat Alternator di Bawah Titik Kerja
Saat alternator belum bekerja maksimal (Gambar 9.41) arus disuplai dari
terminal P, MIC akan mendeteksi sinyal dari output terminal P, dan arus ini
akan diteruskan ke transistor sehingga Tr1 dan Tr2 menjadi ON, sedangkan
Tr3 tetap OFF. Arus dari Tr1 diteruskan ke rotor coil, saat arus listrik yang
besar dibangkitkan oleh rotor, pengisian baterai mulai berlangsung.
Sedangkan arus dari Tr2 hanya digunakan untuk menyuplai arus pada
lampu indikator pengisian.

376

Gambar 9.41. Rangkaian Alternator Saat di bawah Titik Kerja


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)
3) Pada Saat Alternator Beroperasi

Gambar 9.42. Rangkaian Alternator Saat Alternator Beroperasi


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)

377
Saat putaran alternator naik di atas 14 volt (14.5 volt) (Gambar 9.42), maka
tegangan yang keluar dari alternator melebihi dari tegangan baterai. Hal ini
dideteksi oleh MIC, dan memberikan feedback ke rangkaian alternator untuk
langsung melewatkan arus menuju terminal S, dan hal ini menyebabkan Tr1
menjadi OFF sehingga proses pengisian baterai tidak terjadi. Akan tetapi
apabila tegangan output rotor di bawah 14.5 volt, MIC akan memberikan
sinyal supaya Tr1 menjadi ON kembali. Dengan ON-nya Tr1 maka proses
pengisian akan berlangsung kembali. Kejadian ini akan terus berulang
seperti skema pada gambar 9.42.

c. Regulator
Regulator biasa juga disebut dengan voltage regulator, berfungsi untuk
mengatur besar kecilnya jumlah arus yan diperlukan oleh rotor (Gambar 9.43).
Regulator tersusun dari titiktitik kontak, kumparan magnet dan resistor
(Gambar 9.44).

Gambar 9.43. Terminal Regulator


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)

378

Gambar 9.44. Regulator Mekanik (Konvensional)


Pada rangkaian regulator saat ini sudah dilengkapi dengan IC regulator.
Salah satu jenis IC regulator dapat dilihat pada gambar 9.44. Keuntungan
menggunakan IC ini adalah ukurannya kecil, tidak diperlukan penyetelan
tegangan dan mempunyai sifat kompensasi temperatur untuk mengontrol
tegangan pengisian dan suplai arus ke lampu.

379

Gambar 9.45. IC Regulator Jenis L78S40


(http://semiconductors.globalspec.com)
Sebelum menggunakan IC regulator, dulu digunakan regulator sistem
satu titik kontak, dua titik kontak dan regulator voltage relay. Prinsip kerja dari
ketiga jenis alternator ini adalah sebagai berikut:
1)

Regulator Satu Titik Kontak


Regulator tipe satu kontak mempunyai tahanan yang dihubungkan
langsung ke titik kontak pada waktu mesin berputar pada putaran rendah.
Tahanan ini dipasang seri dengan kumparan rotor. Bila tegangan alternator
rendah, gaya magnet dari kumparan magnet juga lemah sehingga titik kontak
menutup dan arus yang mengalir ke kumparan rotor melewati titik titik kontak.
Bila tegangan alternator bertambah tinggi, gaya magnet bertambah kuat, maka
titik kontak akan membuka. Karena tegangan baterai yang dibutuhkan maksimal
12 volt, sementara tegangan dari alternator cenderung bertambah naik, maka
akan mengakibatkan baterai over charge. Untuk mencengah baterai over charge
(kelebihan pengisian), maka alternator dilengkapi dengan voltage regulator.
voltage regulator akan mengatur output rotor tetap stabil pada tegangan 13.8
volt s/d 14.8 volt. Untuk mengurangi dan menambah arus ke baterai, maka
pada voltage regulator kontak-kontaknya akan menutup dan membuka. Apabila
kecepatan alternator tinggi, maka akan diperlukan resistansi yang tinggi pula.
Akan tetapi pemakaian resistansi yang tinggi akan menyebabkan loncatan
bunga api pada saat kontak membuka dan menutup.

380
2)

Regulator Dua Titik Kontak


Untuk mengatasi kelemahan pada regulator satu titik kontak, maka
digunakan regulator dua titik kontak. Prinsipnya sama dengan regulator satu titik
kontak. Hanya saja pada putaran rendah putaran kontak yang bekerja adalah
kontak putaran rendah (P1) dan pada saat diperlukan tegangan tinggi maka
kontak yang menutup dan membuka adalah kontak putaran tinggi (P2).
Kelemahan dari regulator dua titik kontak ini adalah terjadinya penurunan
tegangan pada saat perubahan posisi alternator dari kecepatan tinggi ke
kecepatan rendah.
3)

Regulator voltage Relay


Sistem pengisian pada regulator voltage relay menggunakan dua
regulator, yakni regulator tegangan dan regulator voltage relay. voltage relay
menjamin pengaturan tegangan menjadi baik. Kumparan magnet dari tegangan
regulator bekerja tergantung dari tegangan yang dibangkitkan oleh alternator.
Voltage regulator relay berfungsi mencegah terjadinya penurunan tegangan dari
output alternator.

2. Sistem Pengapian (Ignition System)


Sistem pengapian pada mobil berfungsi untuk menaikkan tegangan
baterai menjadi 10 kV atau lebih dengan menggunakan koil pengapian, dan
mendistribusikan tegangan tersebut ke masing-masing busi melalui distributor
dan kabel tegangan tinggi. Sistem pengapian terbagi atas dua sistem yaitu
sistem konvensional (menggunakan koil) dan sistem elektronik (menggunakan
capasitor atau transistor). Untuk pengapian sistem elektronik terbagi atas tiga
yaitu CDI, semi transistor dan full transistor (TCI).

a. Prinsip Kerja Sistem Pengapian


1) Prinsip Kerja Sistem Pengapian Konvensional
Prinsip kerja dari sistem pengapian konvensional untuk mesin 6 silinder
(Gambar 9.46) adalah sebagai berikut: apabila kunci kontak ON, arus listrik akan
mengalir dari baterai melalui kunci kontak menuju kumparan primer, dilanjutkan
ke platina dan ke massa. Akibat arus listrik mengalir ke kumparan primer maka
inti besi akan menjadi magnet. Pada saat inti besi menjadi magnet, arus pada
breaker poin dibuka maka arus yang mengalir ke kumparan primer akan
terputus dan akibatnya kemagnetan pada inti besi akan segera hilang.
Hilangnya kemagnetan ini mengakibatkan terjadinya tegangan induksi antara
kumparan primer dan kumparan sekunder. Karena jumlah gulungan koil lebih
banyak pada kumparan sekunder dibandingkan dengan kumparan primer, maka
tegangan yang dihasilkan pada kumparan sekunder juga tinggi. Tegangan tinggi
ini di teruskan ke rotor distributor untuk didistribusikan ke busi-busi tiap silinder
yang mengakhiri langkah kompresinya. Selanjutnya tegangan pada busi diubah
menjadi percikan api guna pembakaran gas pada ruang bakar. Terjadinya
tegangan tinggi pada kumparan sekunder ini untuk satu kali putaran rotor adalah

381
6 kali, karena 6 kali pemutusan arus pada kumparan primer yang artinya 6 kali
terjadi tegangan tinggi pada kumparan sekunder.

Gambar 9.46. Rangkaian Sistem Pengapian Konvensional


(www.procarcare.com/icarumba/resourcecenter)
Kelemahan utama sistem pengapian induksi mobil standar konvensional
adalah terletak pada dua fungsi yang dilakukan secara sekaligus oleh koil.
Pertama koil berfungsi seperti trafo step up untuk meningkatkan tegangan
masuk dari baterai. Sedang tugas yang kedua adalah menyimpan energi listrik
ini untuk beberapa saat (charging) sebelum dilepaskan sesuai dengan perintah
sulut (trigger) dari ignitor atau platina. Tetapi sebanding dengan meningkatnya
RPM mesin, di sisi lain ternyata tidaklah cukup waktu untuk menjalankan fungsi
menaikkan tegangan, sehingga energi spark (spark energy) atau energi percikan
bunga api yang terjadi di busi setelah koil disulut menjadi lemah. Lemahnya
loncatan bunga api ini menyebabkan kegagalan proses pembakaran campuran
bahan bakar dan bisa mengakibat terjadinya misfire (kegagalan pengapian)
sehingga mesin kehilangan sebagian tenaganya karena bahan bakar tidak bisa
terbakar sempurna. Untuk mengatasi kelemahan tersebut digunakan sistem
pengapian elektronik.

382
2) Prinsip Kerja Sistem Pengapian Capactive Discharge Ignition
(CDI)
CDI (Capacitive Discharge Ignition) umumnya diartikan sebagai
pengapian tanpa platina. Pengertian seperti ini tidak seratus persen salah tetapi
juga tidak benar sepenuhnya. Platina dalam sistem pengapian standar mobil
merupakan kontak poin (contact point) yang berfungsi sebagai penyulut koil.
Fungsi ini dalam perkembangan selanjutnya diganti oleh rangkaian elektronik
yang bekerja sama dengan ignitor, yang kemudian kerap dianggap sebagai CDI.
Padahal rangkaian elektronik yang secara umum disebut pengapian ini
mempunyai fungsi sama persis seperti platina tetapi mempunyai prinsip kerja
secara elektronik bukan mekanikal, sehingga tidak mengalami keausan seperti
platina. CDI secara umum adalah sebuah alat yang mampu menghasilkan
loncatan bunga api yang sangat kuat di seluruh rentang RPM, mulai dari RPM
rendah pada saat starting sampai sangat tinggi pada saat mobil berakselerasi
kencang. Alat ini menghasilkan output energi spark yang besar langsung dari
baterai mobil dengan melalui transformator penaik tegangan yang dibuat secara
khusus di dalamnya, sehingga mampu menghasilkan tegangan secara konstan
dan stabil sebesar 400 volt atau lebih, dengan melipat gandakan tegangan
baterai (Gambar 9.47).

Gambar 9.47. Rangkaian Sistem Pengapian CDI


Selanjutnya energi tegangan listrik ini disimpan dalam sebuah kapasitor
(charging process) yang kemudian dilepaskan (discharge process) saat
mendapat trigger. Pada peristiwa ini, tegangan listrik sebesar itu disalurkan ke
koil sehingga berlipat ganda menjadi sekitar 30 - 50 ribu volt bahkan lebih,
tergantung dari tipe koil yang dipakai. Kemudian dialirkan ke distributor dan
berakhir di busi menjadi energi spark yang besar. Kemampuannya untuk
menyediakan tegangan yang besar dan stabil di seluruh rentang RPM inilah
yang menjadikan alasan mengapa kita membutuhkan sebuah sistem pengapian

383
CDI. Dengan CDI yang mampu menghasilkan loncatan bunga api yang besar
sesuai dengan penjelasan di atas.
Di pasaran, banyak yang mengklaim barang dagangannya sebagai CDI
pengganti platina, padahal kenyataannya tidak lebih adalah sejenis kontak poin
elektronik yang memang menggantikan fungsi platina tapi dengan output yang
sama dengan platina, yaitu 12 volt DC sesuai dengan tegangan baterai.
Memang, kontak poin jenis elektronik ini lebih awet dan tidak aus karena
gesekan mekanikal dan bisa bertahan bertahun-tahun tanpa perlu menggantinya
seperti platina. Kontak poin yang memakai prinsip kerja elektronik ini banyak
ditemui pada mobil-mobil keluaran tahun 90-an dalam berbagai jenis, seperti
pick-up coil, magnetic pick up, hall efect, dan lain-lain. yang dipadu dengan
ignitor sebagai pembangkit pulsa untuk menyulut koil. Kesimpulannya sistem
pengapian tanpa platina bukan berarti selalu adalah CDI. Tetapi sistem kontak
poin dengan menggunakan platina ini bisa digunakan bersama dengan sistem
CDI seperti halnya sistem pengapian yang memakai platina. Karena platina atau
ignitor hanya dipakai sebagai trigger yang berguna untuk menyulut rangkaian
CDI agar bekerja menghantar loncatan bunga api ke koil dan selanjutnya diterus
ke busi. Dalam perkembangan selanjutnya, sistem CDI konvensional mengalami
kemajuan yang cukup signifikan, dengan ditemukannya prinsip penggandaan
spark (multiple spark) yang mampu menghasilkan loncatan bunga api lebih
besar dan lebih banyak, serta waktu pengapian yang jauh lebih lama (20o
crankshaft duration) sehingga mampu membakar sempurna bahan bakar yang
masuk ke ruang bakar. Sistem ini kemudian dikenal dengan sebutan multiple
spark CDI atau biasa disingkat Multiple CDI.

3) Prinsip Kerja Sistem Pengapian Semi Transistor


Banyak masyarakat awam yang salah mengartikan sistem pengapian
elektronik sebagai CDI (Capacitive Discharge Ignition). Padahal ada satu lagi
teknologi pengapian tanpa platina, yaitu TCI (Transistorized Controlled Ignition).
Pengapian dengan sistem semi transistor diciptakan untuk mengatasi loncatan
bunga api pada breaker point. Akibat dari loncatan bunga api pada breaker
point adalah (1) breaker point akan terbakar; (2) terjadinya penurunan
kecepatan pemutusan arus pada kumparan primer, sehingga arus tegangan
tinggi yang dihasilkan oleh kumparan sekunder juga mengalami penurunan.
Prinsip kerja dari pengapian semi transistor dapat di lihat pada gambar
9.35 adalah sebagai berikut: saat kunci kontak ON dan breaker point dalam
posisi tertutup, maka arus akan mengalir dari terminal E pada TR1 ke terminal
B, dan selanjutnya melalui R1 arus dari breaker poin akan mengalir ke massa.
Hal ini menyebabkan arus listrik yang mengalir dari B ke E pada Tr2 yang
diteruskan ke massa sehingga arus akan mengalir dari kunci kontak ke
kumparan primer, terminal C, E dan Tr2. Apabila platina terbuka maka Tr1 dan
Tr2 akan OFF, sehingga menimbulkan induksi pada kumparan koil pengapian
dan tegangan tinggi pada kumparan sekunder.

384

Gambar 9.48. Pengapian Semi Transistor


(Toyota 2000)
Untuk mencegah terbakarnya breaker point, arus listrik yang mengalir
pada platina diusahakan tidak berhubungan langsung dengan kumparan primer
supaya tidak mengalir arus induksi pada platina pada saat posisi membuka. Hal
ini dapat dilakukan dengan menambahkan dua buah transistor pada rangkaian
sistem pengapian (Gambar 9.48)

Gambar 9.49. Prinsip Kerja Tahanan R3 dan R4 pada Sistem Pengapian

385
Prinsip kerja tahanan R3 dan R4 pada sistem pengisian (Gambar 9.49 )
adalah sebagai berikut: pada saat breaker point menutup, maka arus listrik yang
mengalir ke breaker point datangnya dari 2 arah yaitu dari R3-R1 dan terminal
B-R1. Pada saat breaker point mulai terbuka, arus listrik dari B ke R1 ditahan
oleh R3, sehingga Tr1 dan Tr2 menjadi OFF. Akibat OFF-nya Tr1 dan Tr2
menyebabkan timbulnya induksi tegangan tinggi sekitar 300 volt
pada
kumparan primer.

4) Prinsip Kerja Sistem Pengapian Full Transistor Ignition (TCI)


Sistem pengapian elektronik masih mengadopsi prinsip kerja yang sama
dengan sistem pengapian konvensional. Rata-rata kendaraan roda empat
keluaran tahun 1990-an mengadopsi sistem TCI. Alasannya, selain lebih
canggih dari sistem mekanik juga lebih murah harganya dibandingkan sistem
CDI. Pada sistem TCI, fungsi platina digantikan oleh pick-up koil berbasis
transistor. Komponen yang juga sering disebut LED-photo transistor ini berada
dalam distributor. Pulsa pengapian yang diciptakan alat ini dikirimkan ke modul
pengapian. Dari modul ini, selanjutnya sinyal elektronik dikirim ke koil. Proses
pengolahan sinyal pengapian ini dalam koil sama dengan model platina.

Gambar 9.50. Pengapian Full Transistor


(Toyota 2000)
Untuk lebih jelasnya prinsip kerja dari pengapian full transistor (Gambar
9.50) adalah sebagai berikut: sinyal generator dipasangkan sebagai pengganti
cam (nok) dan breaker point pada distributor. Sinyal generator akan
menghasilkan tegangan yang berguna untuk menyalakan transistor di dalam
igniter. Tegangan ini digunakan untuk memutuskan arus primer pada koil

386
pengapian. Karena transistor yang digunakan untuk memutuskan arus primer
tidak melibatkan bagian-bagian yang bergerak yang saling bersinggungan, maka
keausan dan penurunan tegangan sekunder tidak akan terjadi.

b. Komponen Sistem Pengapian


Komponen-komponen dari sistem pengapian terdiri dari baterai, koil
pengapian, distributor, kabel tegangan tinggi dan busi.

1) Baterai
Baterai 12 volt digunakan untuk menyuplai tegangan ke koil pengapian.

2) Koil Pengapian (Ignition Coil)


Koil pengapian berfungsi untuk menaikkan tegangan tinggi yang
dibutuhkan pada saat pengapian. Pada koil pengapian tegangan 12 volt akan
dinaikkan menjadi 10.000 volt bahkan lebih. Tegangan tinggi ini digunakan
untuk menghasilkan loncatan bunga api yang kuat pada celah busi. Koil
pengapian terdiri dari kumparan primer (Gambar 9.51) dan kumparan sekunder
(Gambar 9.52). Kumparan primer dan sekunder akan menaikkan tegangan dari
baterai melalui induksi elektromaget/ induksi magnet listrik.

Gambar 9.51. Pengapian dengan Koil (Kumparan Primer)


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)

387

Gambar 9.52. Pengapian dengan Koil (Kumparan Sekunder)


(http://www.autoshop101.com/forms/h8.pdf)
Dari segi konstruksi, koil pengapian terdiri dari inti besi (core) yang
dikelilingi oleh kumparan yang terbuat dari baja silikon yang tipis yang digulung
ketat. Kumparan sekunder terbuat dari kawat tembaga tipis dengan diameter
0.05 mm s/d 0.1 mm, yang digulung 15.000 s/d 30.000 kali lilitan pada inti besi.
Sedangkan kumparan primer terbuat dari kawat tembaga dengan diameter 0.5
mm s/d 1.00 mm, dan digulung sebanyak 150 kali s/d 300 kali lilitan mengelilingi
kumparan sekunder. Untuk mencegah terjadinya hubungan singkat (short
circuit) antara lapisan kumparan yang berdekatan, maka antara lapisan satu
dengan lapisan yang lain disekat dengan kertas yang mempunyai tahanan sekat
yang tinggi. Ruangan yang kosong dalam tabung kumparan diisi dengan minyak
atau campuran penyekat untuk menambah daya tahan terhadap panas. Salah
satu ujung dari kumparan primer dihubungkan dengan terminal negatif primer
dan ujung yang lain dihubungkan dengan terminal positif primer. Kumparan
sekunder dihubungkan dengan cara yang sama, dimana salah satu ujungnya
dihubungkan dengan kumparan primer pada terminal positif sedangkan ujung
yang lain dihubungkan dengan terminal negatif tinggi melalui sebuah pegas.

3) Distributor
Distributor berfungsi sebagai pemutus arus, mendistribusikan arus
tegangan tinggi, memajukan atau memundurkan timing/ waktu pengapian saat
mesin berputar dan saat beban mesin bertambah atau berkurang.

388

Gambar 9.53. Konstruksi Distributor


(http://www.familycar.com/Classroom/battery.htm)
Berdasarkan fungsinya, maka distributor terbagi atas:

a) Bagian Pemutus Arus

Gambar 9.54. Pemutus Arus Distributor.


(Toyota 2000)

389
Bagian pemutus arus (Gambar 9.55) terdiri dari breaker point, camlobe,
dan kondenser. Breaker point berfungsi untuk memutuskan arus listrik dan
menghubungkannya dari koil kumparan primer ke massa agar terjadi induksi
pada koil kumparan sekunder. Camlobe befungsi untuk mengubah posisi
breaker point agar dapat memutus dan menghubungkan arus listrik pada koil
kumparan primer. Sedangkan kondenser (Gambar 9.56) berfungsi untuk
menghilangkan dan mencegah terjadinya loncatan bunga api pada breaker
point.

Gambar 9.55. Konstruksi Kondenser


(Toyota 2000)

b) Bagian Distributor

Gambar 9.56. Bagian Distributor


(Toyota 2000)

390
Bagian distributor berfungsi untuk mendistribusikan arus tegangan tinggi
yang dibangkitkan oleh kumparan sekunder pada koil pengapian ke busi pada
tiap-tiap silinder sesuai dengan urutan pengapian. Distributor terdiri dari tutup
distributor dan rotor (Gambar 9.56).

c) Bagian Governor Advancer


Governor advancer berfungsi untuk memajukan timing pengapian sesuai
dengan bertambahnya putaran kecepatan mesin. Bagian ini terdiri dari governor
weight dan governor spring/pegas governor (Gambar 9.57)

Gambar 9.57. Konstruksi Governor Advancer Sebelum Kerja


(Toyota 2000)

Gambar 9.58. Konstruksi Governor Advancer Saat Kerja


(Toyota 2000)

391
d) Bagian Vakum Advancer
Vakum advancer berfungsi untuk memundurkan atau memajukan timing
pengapian pada saat beban bertambah atau berkurang. Vakum advancer terdiri
dari breaker plate dan vakum advancer (Gambar 9.59)

Gambar 9.59. Konstruksi Vakum Advancer Sebelum Kerja


(Toyota 2000)

4) Kabel Tegangan Tinggi


Kabel tegangan tinggi (high tension core) harus mampu mengalirkan arus
listrik tegangan tinggi ke busi-busi melalui distributor tanpa ada kebocoran.
Untuk itu kabel tegangan tinggi dibungkus dengan isolator karet yang tebal
(Gambar 9.60). Isolator karet kemudian dilapisi dengan pembungkus (sheat).

Gambar 9.60. Kabel Tegangan Tinggi

392
5) Busi
Busi pada sistem pengapian harus dapat membakar gas dengan
sempurna baik pada saat mesin masih dingin ataupun saat mesin sudah panas.
Busi juga harus bisa mengatur percikan bunga api di elektroda agar selalu baik
walaupun mengalami perubahan temperatur dan tekanan yang tinggi.
Temperatur elektroda busi pada saat pembakaran bisa mencapai 2000oC, akan
tetapi temperaturnya akan turun drastis saat langkah hisap, karena busi
didinginkan oleh campuran udara dan bahan bakar.

Gambar 9.61. Busi


Busi terdiri dari komponen utama (Gambar 9.48) yaitu insulator, casing
dan elektroda tengah.

Gambar 9.62. Konstruksi Busi


(www.autoshop.com )

393
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing bagian busi tersebut:

1) Insulator Keramik
Insulator keramik berfungsi untuk memegang elektroda tengah dan juga
berfungsi sebagai isolator antara elektroda tengah dengan casing. Bagian
isolator keramik dibuat bergelombang dengan tujuan untuk memperpanjang
jarak permukaan antara terminal dan casing untuk mencegah terjadinya
loncatan bunga api tegangan tinggi. Insulator terbuat dari porselen aluminium
murni yang mempunyai daya tahan panas yang sangat baik, kekuatan
mekanikal, kekuatan dielektrikum pada temperatur tinggi dan penghantar panas.
2)

Casing

Casing berfungsi untuk menyangga insulator keramik dan sebagai


mounting besi terhadap mesin.

3) Elektroda Tengah
Elektroda tengah busi terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
a) Sumbu pusat (center shaft), berfungsi untuk mengalirkan arus dan
meradiasikan panas yang ditimbulkan oleh elektroda.
b) Kaca (seal glass), fungsinya untuk membuat kerapatan agar tidak terjadi
kebocoran udara antara center shaft dan insulator keramik, serta mengikat
antara center shaft dengan elektroda tengah.
c) Resistor, berfungsi untuk mengurangi suara pengapian agar tidak terjadi
interferensi dengan frekwensi radio.
d) Inti tembaga (copper core), fungsinya untuk merambatkan panas dari
elektroda dan ujung insulator agar cepat dingin.
e) Elektroda tengah, berfungsi untuk membangkitkan loncatan bunga api ke
elektroda massa.

4) Elektroda Massa
Elektroda massa dibuat sama dengan elektroda tengah. Alur U (Ugroove) dan alur V (V-groove) dan bentuk khusus dari elektroda yang lain dibuat
untuk memudahkan loncatan api agar menaikkan kemampuan pengapian.
Kemampuan busi untuk meradiasikan sejumlah panas disebut dengan
nilai panas. Busi yang meradiasikan panas lebih banyak disebut dengan busi
panas, artinya busi menjadi dingin akibat panas yang terlalu besar diradiasikan.
Sedangkan busi yang meradiasikan panas sedikit disebut dengan busi dingin,
karena busi berusaha menahan panasnya.
Busi yang beroperasi pada temperatur rendah disebut dengan self
cleaning temperature, dan apabila busi bekerja pada temperatur tinggi disebut
dengan pre ignition temperature. Perbedaan kedua kondisi tersebut adalah pada
self cleaning temperature, temperatur elektroda tengah kurang dari 450oC, maka
pada carbon akan terbentuk pembakaran yang tidak sempurna dan menempel
pada permukaan insulator porselen. Kondisi ini akan mengurangi tahanan
penyekat antara insulator dan casing. Akibatnya tegangan yang diberikan ke

394
elektroda akan langsung ke massa tanpa terjadinya loncatan bunga api pada
celah busi. Temperatur 450oC atau lebih digunakan untuk menyempurnakan
terhadap endapan carbon pada insulator nose. Temperatur ini disebut dengan
self cleaning temperature. Sedangkan pre ignition temperature terjadi saat
temperatur elektroda tengah lebih dari 950oC maka elektroda merupakan
sumber panas yang dapat menimbulkan penyalaan sebelum busi bekerja.
Untuk menentukan kondisi busi baik tidaknya, kita harus berpedoman
kepada karakteristik busi yang baik, yaitu:
a) Busi dapat merubah tegangan tinggi menjadi loncatan bunga api pada
elektrodanya, dan bunga api ini meloncat pada celah antara elektroda positif
dan elektroda negatif.
b) Busi harus tahan terhadap suhu pembakaran gas yang tinggi sehingga
elektroda busi tidak terbakar
c) Busi tidak terjadi deposit carbon artinya busi harus bersih.

c. Prosedur Perbaikan dan Perawatan pada Sistem Pengapian


Apabila terjadi gangguan pada sistem pengapian, maka hal pertama
yang dilakukan adalah mencari penyebab gangguannya. Gangguan pada sistem
pengapian, biasanya disebabkan oleh misfiring (campuran udara dengan bahan
bakar komposisinya tidak tepat) pada saat terjadinya pengapian. Pemeriksaan
sistem pengapian apabila terjadi gangguan dapat dilakukan dengan hal sebagai
berikut ini:
1) Tes loncatan api listrik
Tes loncatan bunga api dilakukan dengan melihat tegangan dari
distributor ke tiap busi, dengan cara putarkan mesin dan lihat apakah lampu
timing light menyala apabila dihubungkan dengan sebuah busi. Apabila timing
light tidak menyala, periksa sambungan kabel, ignition coil, igniter dan
distributor.
2)

Pemeriksaan kabel tegangan tinggi


Pemeriksaan kabel tegangan tinggi dapat dilakukan dengan melepaskan
kabel tegangan tinggi dengan tutup distributor, periksa tahanannya tidak
melebihi harga maksimum (harus dibawah 25 K ohm)/kabel. Bila tahanannya
melebihi dari harga di atas maka periksa terminalnya dan ganti kabel tegangan
tingginya.
3)

Pemeriksaan busi
Pemeriksaan busi dapat dilakukan dengan cara (1) lepaskan semua busi
dan periksa keausan elektroda busi, kerusakan ulir dan kerusakan isolasinya.
Bila ditemukan masalah ganti businya; dan (2) periksa celah elektroda, bila tidak
tepat bengkokkan elektroda luarnya dengan hati-hati untuk memperoleh celah
yang tepat (0.7 0.8mm), kemudian pasangkan kembali busi dengan momen
180kg.cm.

395
Prosedur pemeliharaan busi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a) Bersihkan lobang sekitar busi sebelum busi dilepaskan dari ulirnya dengan
menggunakan udara kompressor.
b) Lepaskan busi dengan menggunakan kunci busi
c) Perhatikan tingkatan panas melalui hasil pembakaran masing-masing busi
d) Bersihkan busi dengan menggunakan spark plug cleaner
e) Tes loncatan api busi dengan menggunakan alat tes loncatan api, dan
sesuaikan renggang busi dan tekanan angin pada waktu melakukan tes.
f) Bila busi tidak memenuhi standart maka gantilah busi dengan yang baru.
4)

Pemeriksaan ignition koil


Pemeriksaan ignition koil dapat dilakukan dengan melepaskan kabel
tegangan tinggi tersebut dan konektor kabel distributor, kemudian periksa
tahanan kumparan primer dengan menggunakan ohm meter, ukurlah tahanan
antara terminal positif dan terminal negatif. Kumparan primer saat dingin adalah
1.3 1.6 ohm. Kemudian ukur juga tahanan kumparan sekunder antara terminal
positif dan negatifnya (1.3 1.5 ohm).
5)

Pemeriksaan tahanan resistor


Dengan menggunakan ohm meter ukurlah tahanan resistor, dalam
keadaan dingin 1.3 1.5 ohm. Sambungkan kembali konektor kabel distributor.
6)

Pemeriksaan sumber tenaga


Pemeriksaan sumber tenaga dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
a) ON-kan kunci kontak, hubungkan probe positif voltmeter ke terminal resistor
(kabel hitam dan merah) dan probe negatif ke massa bodi, lihat
tegangannya, normalnya adalah 12 volt.
b) Dengan kunci kontak pada posisi START, hubungkan probe positif voltmeter
ke terminal positif ignition koil dan probe negatif negatif ke massa bodi, lihat
tegangannya, biasanya 12 volt.
c) Bila ditemukan masalah, periksa kunci kontak dan wire harnes.

7)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
8)

Pemeriksaan Igniter
Pemeriksaan igniter dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:
Putar kunci kontak pada posisi ON
Periksa sumber tegangan apakah mencukupi 12 volt
Periksa tegangan transistor dalam igniter apakah mencapai 12 volt
Dengan menggunakan baterai kering 1.5 volt, hubungkan kutup positif
dengan terminal kabel merah dan kutub negatif ke kabel putih.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan transistor di dalam igniter, jangan
mengalirkan tegangan lebih dari 5 detik
Dengan menggunakan voltmeter periksa tegangan ignition koil apakah
berada range 0 3 volt.
Putar kunci kontak pada posisi OFF.
Pemeriksaan distributor

396
Distibutor konvensional dapat dilakukan pengecekan dengan langkah
sebagai berikut:
Periksa breaker point dengan menggunakan feller gauge, ukur celah antara
rubbing dengan cam, normalnya 0.45mm.
Setel celah bila perlu, dengan cara melonggarkan kedua sekerup pengikat
dan gerakkan breaker point hingga diperoleh celah yang tepat, keraskan
sekerup pengikat dan periksa gap kembali. Besihkan permukaan titik kontak
dengan kain yang telah dibasahi dengan larutan pembersih.
Periksa vacuum advancer dengan cara melepaskan selang vacuum ke
diagframa. Kemudian berikan kevacuuman dan lihat gerakan vacuum
advancer, apabila vacuum advancer tidak bekerja maka ganti vacuum
advancer.
Periksa governor advancer, dengan memutar rotor berlawanan dengan
jarum jam lalu lepaskan dan lihat apakah rotor berputar dengan cepat
searah jarum jam, dan perhatikan jangan rortor terlalu longgar.
Periksa celah udara dengan menggunakan feller gauge, ukurlah celah
antara sinyal rotor dengan pick up projection (0.2 0.4mm)
Periksa pick up koil dengan menggunakan ohm meter, periksa tahanan pick
up apakah berada antara 140 180 ohm, bila tahanannya tidak normal
maka ganti pick up koil.
Periksa vacuum advancer dengan melepaskan selang vacuum dan
hubungkan diagframa dengan menggunakan pompa vacuum dan berikan
kevacuuman dan lihat bahwa vacuum advancer bergeerak, bila vacuum
advancer tidak bergerak maka lakukan penggantian vacuum.
Periksa governor advancer dengan memutar rotor dengan berlawanan arah
jarum jam dan kemudian lepaskan. Keadaan normal dari kondisi di atas
adalah rotor akan bergerak dengan cepat searah dengan jarum jam.

3. Sistem Starting
Sistem starter adalah suatu sistem yang dapat merubah energi listrik
menjadi energi mekanik yang dapat mengerakkan motor starter. Motor starter
harus bisa menghasilkan momen yang cukup besar meskipun daya tersedia
pada baterai cuma 12 volt.

a. Prinsip Kerja Sistem Starter


Prinsip kerja dari motor starter (Gambar 9.63) adalah sebagai berikut:
Saat kunci kontak start maka arus akan mengalir dari baterai menuju selenoid,
brush starter kemudian ke komutator dan dilanjutkan ke brush negatif dan
berakhir di massa. Motor starter berfungsi untuk mengerakkan fly wheel, fly
wheel berfungsi untuk menerima dan mempertahankan daya putar poros engkol
sehingga piston dapat bergerak turun naik melakukan proses pembakaran.
starter selenoid berfungsi sebagai kontak penghubung antara kunci kontak
dengan motor starter. Apabila pada starter selenoid terjadi aliran arus maka
motor starter akan berputar. Sementara alternator berfungsi untuk mengisi

397
baterai, output dari alternator diatur tetap konstan dengan menggunakan voltage
regulator.

Gambar 9.63. Sistem Starter


(http://www.familycar.com/Classroom/starting.htm)
b. Komponen Komponen MotorStarter
Komponen utama motor starter ada 6 buah yaitu, yoke & pole core, field
coil, armature & shaft, brush, amature brake, driver lever, starter clutch dan
magnetic switch.

1) Yoke & Pole Core


Yoke terbuat dari logam yang berbentuk silinder dan berfungsi sebagai
tempat pole core yang diikat dengan sekrup. Pole core berfungsi sebagai
penampang field coil dan memperkuat medan magnet yang ditimbulkan oleh
field coil.

Gambar 9.64. Yoke dan Pole Core

398
2) Field Coil
Field coil berfungsi untuk membangkitkan medan magnet ke suatu
kumparan. Field coil terbuat dari lempengan tembaga untuk dapat mengalirkan
arus listrik yang cukup besar. Arus mengalir melewati field coil untuk
menghasilkan kemagnetan yang kuat pada pole core dan memperkuat garis
gaya magnet. Field coil disambungkan secara seri dengan armature coil agar
arus juga mengalir ke armature coil.

Gambar 9.65. Field Coil


(Toyota 2000)

3) Armature
Armature berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik dalam bentuk gerak putar. armature terdiri dari sebatang besi yang
berbentuk silinder dan diberi slot-slot, poros, komutator serta kumparan
armature. armature coil dirakit di dalam celah-celah core yang masing-masing
ujungnya disambungkan pada segmen komutator agar dapat menghasilkan
torque.

Gambar 9.66. Armature dan Shaft

399
4) Brush (Sikat)
Brush berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari field coil ke armature
coil dan dilanjutkan ke komutator dan ke massa. Umumnya starter memiliki dua
brus yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu dua buah sikat positif dan dua
buah sikat negatif.

Gambar 9.67. Brush


(Toyota 2000)

5) Armature Brake
Armature brake befungsi untuk pengereman putaran armature setelah
lepas dari perkaitan dengan roda penerus. Putaran armature perlu dipercepat
berhentinya supaya mesin dapat langsung hidup pada saat start pertama
setelah starter switch di-OFF-kan.

Gambar 9.68. armature Brake


(Toyota 2000)

400
6) Drive Lever (Tuas Pengungkit)
Drive lever berfungsi untuk mendorong pinion gear ke arah posisi
berkaitan dengan roda penerus, dan melepaskan perkaitan pinion gear dari
perkaitan roda penerus.

Gambar 9.69. Drive Lever


(Toyota 2000)

7) Starter Clucth
Starter clutch berfungsi untuk memindahkan momen puntir dari armature
saft ke roda penerus agar dapat berputar. Selain itu starter clutch juga berfungsi
sebagai pengaman dari armature coil apabila roda penerus cenderung
memutarkan pinion gear.

Gambar 10.70. Kontruksi Starter Clutch


(Toyota 2000)

401
8) Magnetic Switch (Saklar Magnetik)
Magnetic switch berfungsi untuk menghubungkan dan melepaskan pinion
gear dari dan ke roda penerus, serta mengalirkan arus listrik yang besar ke
motor starter melalui terminal utama.

Gambar 9.71. Magnetic Switch

C. SISTEM KELISTRIKAN BODI


Pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang menyangkut bagianbagian utama rangkaian kelistrikan bodi mobil, yaitu; penghantar (konduktor),
pengaman rangkaian, relai dan sakelar (switch).

1. Penghantar atau konduktor


Benda-benda yang dapat dengan mudah dialiri arus listrik disebut
penghantar atau konduktor dan benda-benda yang sukar dialui arus listrik
disebut dengan bukan penghantar atau non konduktor dan biasa dipakai
sebagai isolator. Penghantar yang biasa digunakan pada jaringan kelistrikan
mobil terbuat dari tembaga (copper), stainless steel dan aluminium. Penghantarpenghantar tersebut dibalut dengan isolator agar arus listrik yang mengalir pada
penghantar tersebut tidak mengalir pada bagian-bagian yang tidak diinginkan.
Aluminium banyak dipakai pada mobil-mobil yang diproduksi tahun 1975
dan tahun-tahun sebelumnya. Aluminium dipakai sebagai jaringan kelistrikan
pada mobil seperti jaringan kelistrikan lampu-lampu, indikator dan lain-lain. Akan
tetapi karena aluminium kurang baik konduktifitasnya, kurang fleksibel dan
sulitnya melakukan penyambungan terutama penyambungan dengan bahan
tambah timah (penyolderan), maka pemakaian aluminium sebagai pengantar

402
pada jaringan kelistrikan mobil pada perkembangan berikutnya tidak banyak
digunakan dan selanjutnya industri otomotif beralih menggunakan tembaga.
Khusus untuk jaringan kelistrikan mobil yang menggunakan tegangan
tinggi seperti kabel baterai yang memerlukan arus listrik yang tinggi pada motor
starter biasa menggunakan penghantar dari stainless steel.

a. Bentuk Penghantar yang Digunakan pada Mobil


1) Penghantar dengan Satu Kawat
Penghantar semacam ini banyak digunakan pada komponenkomponen kelistrikan seperti; kumparan stator pada motor starter dan alternator,
kumparan rotor pada motor dan lain-lain .

Gambar 9. 72. Penghantar Satu kawat


(http://www.wafios.com/images)

2) Penghantar dengan Banyak Kawat (Kabel)

Gambar 9.73. Penghantar dengan Banyak Kawat


(www.img.alibaba.com)

403
Penghantar dengan banyak kawat biasanya terbalut rapi dengan isolator
atau yang biasa dikenal dengan nama kabel. Boleh dikatakan bahwa hampir
seluruh rangkaian kelistrikan mobil dari satu komponen ke komponen lainnya
dihubungkan dengan kabel-kabel. Besar atau kecilnya ukuran kabel yang
digunakan tergantung pada beban atau besar kecilnya energi listrik yang harus
dilewatkan pada kabel tersebut.

3) Penghantar dengan Papan Cetak (Printed Circuit Board / PCB)


Penghantar dengan papan cetak atau lebih dikenal dengan PCB banyak
digunakan untuk rangkaian pada instrumen mobil yang terdapat dalam ruang
kemudi. Terkadang rangkaian dicetak diantara dua lember plastik dengan
maksud menghindari kemungkinan terjadinya hubungan terbuka arus listrik serta
mendapatkan sifat fleksibel dari penghantar. Dengan PCB ini diharapkan
rangkaian listrik yang komplek pada instrumen dapat dibuat pada panel/papan
yang kecil serta dapat tersusun rapi. Pada panel instrumen dipasangkan
beberapa buah indikator seperti petunjuk bahan bakar, tekanan oli, temperatur
mesin, pengisian baterai dan sebagainya.

Gambar 9.74. Penghantar dengan papan cetak (PCB) pada panel instrumen
mobil (www.eegeek.net)

b. Ukuran Pengantar
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam menentukan ukuran
penghantar yang akan digunakan dalam jaringan kelistrikan mobil, yaitu : besar
arus listrik yang harus dialirkan oleh penghantar, dan panjang penghantar .
Semakin besar arus listrik yang harus dialirkan pada penghantar maka semakin
besar pula luas penampang penghantar yang diperlukan, hubungan ketiga hal
tersebut di atas dapat dilihat dalam persamaan sebagai berikut :
P = V X I ( wat), karena V = I x R
Maka :
P= I2 xR atau P + V2 / R
selanjutnya,

404
R = P x I / A ( ohm )
Dimana: P = Daya listrik (watt)
V = Tegangan (volt)
I = Arus listrik (amper)
P = Hambatan jenis kawat (ohm. meter)
I = Panjang penghantar (meter)
A = Luas penampang penghantar (meter2)
Untuk memudahkan menentukan sebuah penghantar yang akan dipakai
dalam jaringan kelistrikan mobil kita dapat berpedoman ada patokan yang telah
ada, seperti pedoman yang diberikan oleh American Wire Gauge (AWG).
Nomor atau ukuran penghantar menunjukkan besar diameter penghantar dan
luas penampang penghantar. Luas penampang yang diberikan AWG dinyatakan
dalam circular mil, dimana satu mil dinyatakan sama dengan luas sebuah
penampang penghantar yang mempunyai diameter 0,0001 inchi kuadrat tidak
termasuk isolator penghantar.

Gambar 9.75. Pengukuran Diameter Sebuah Penghantar


(www.tpub.com)
Nomor ukuran penghantar yang ditetapkan AWG dapat dilihat pada tabel
9.3. Semakin kecil nomor ukuran penghantar, semakin besar diameter dari
penghantar tersebut. Penghantar dengan nomor ukuran 10 lebih kecil
diameternya dari penghantar dengan nomor ukuran 1; dan penghantar dengan
nomor ukuran 20 lebih kecil dari penghantar nomor ukuran 10 .
Tabel 9.3 Nomor Ukuran Penghantar yang Ditetapkan AWG
(Chek Chart--1978:42-43)
Luas
Luas
Nomor
Diameter
Penampang
Penampang
Ukuran
(inchi)
(mm2)
(circular mils)
20
0, 032
1,020
0,5
18
0, 040
1,620
0,8
16
0, 051
2,580
1,0
14
0, 064
4,110
2,0
12
0, 081
6,530
3,0
10
0, 102
10,400
5,0

405
8
6
4
2
1
0
2/0
4/0

0,0128
0,0162
0, 204
0, 258
0,289
0,325
0,365
0,460

16,500
26,300
41,700
66,400
83,700
106,0000
133,000
211,000

8,0
13,0
19,0
------

Sistem kelistrikan mobil


yang menggunakan
tegangan 12 volt
umumnya menggunakan penghantar atau kabel nomor 10,12,14,16, dan 18.
Jaringan distribusi utama antara baterai dengan altenator, sakelar pengapian,
kotak sekering, sakelar lampu besar dan aksesoris berukuran besar
menggunakan penghantar nomor 10 dan 12. Sistem penerangan selain lampu
besar, radio dan asesoris berukuran kecil menggunakan penghantar nomor 14,
16 dan 18. Kemudian kabel baterai biasanya menggunakan penghantar nomor
4, dan 6, kadang-kadang juga digunakan penghantar nomor 1 dan 2.
Ukuran penghantar tersebut hanya berlaku jika bahan dasar dari
penghantar tersebut terbuat dari tembaga. Jika penghantar yang digunakan dari
aluminium, maka ukuran penghantar tersebut akan menjadi lebih besar dari
tembaga karena aluminium mempunyai konduktifitas lebih rendah dari tembaga.
Selanjutnya untuk sistem kelistrikan mobil yang menggunakan tegangan
6 volt akan diperlukan ukuran kabel yang lebih besar jika dibandingkan dengan
sistim kelistrikan yang menggunakan tegangan 12 volt. Hal ini disebabkan oleh
sumber tegangan yang rendah memerlukan tahanan yang kecil pada
penghantar untuk mengalirkan arus yang sama. Secara umum dapat
diperkirakan bahwa ukuran penghantar untuk sistem 6 volt adalah dua kali lebih
besar dari sistem 12 volt untuk beban yang sama.
Pada tabel 9.4 dapat dilihat bahwa sumber tegangan yang digunakan
adalah 12 volt dan besarnya arus untuk beban dapat dihitung berdasarkan daya
dari peralatan. Untuk kondisi yang lain seperti tegangan 6 volt dan daya dari
peralatan (terutama lampu-lampu) kadang-kadang dinyatakan dalam satuan cd
atau cp (candle power) tabel 9.4 tidak dapat digunakan.
Tabel 9.4 Rekomendasi Ukuran Penghantar untuk Penggantian atau
Penambahan Jaringan Kelistrikan 12 volt
Perkiraan
Arus
(Amp)
12 volt
1,0
1,5
2
3
4
5

Nomor ukuran penghantar *)


3
18
18
18
18
18
18

5
18
18
18
18
18
18

7 10
18 18
18 18
18 18
18 18
18 18
18 18

15 20 25 30 40 50
18 18 18 18 18 18
18 18 18 18 18 18
18 18 18 18 18 18
18 18 18 18 18 18
18 18 18 18 16 16
18 18 18 18 16 14

75 100
18
18
18
18
16
16
14
14
12
12
12
12

406
6
18 18 18 18 18 18
7
18 18 18 18 18 18
8
18 18 18 18 18 16
10
18 18 18 18 16 16
11
18 18 18 18 16 16
12
18 18 18 18 16 16
15
18 18 18 18 14 14
18
18 18 16 16 14 14
20
18 18 16 16 14 12
22
18 18 16 16 12 12
24
18 18 16 16 12 12
30
18 16 16 14 10 10
40
18 16 14 12 10 10
50
16 14 12 12 10 10
100
6
6
12 12 10 10
4
150
8
4
10 10 8
200
4
10 8
6
4
8
*) = panjang penghantar dalam feet
(Chek Chart .-1978: 42-43 )

16
16
16
16
14
14
12
12
10
10
10
10
8
8
4
2
2

16
16
16
14
14
14
12
12
10
10
10
10
8
8
4
2
2

16
14
14
12
12
12
12
10
10
10
10
10
6
6
4
2
1

14 12
14 10
12 10
12 10
12 10
12 10
10
8
10
8
10
8
8
6
8
6
6
4
6
4
6
2
2
1
1 2/0
1/0 4/0

10
10
10
10
8
8
8
8
6
6
6
4
2
2
1/0
2/0
4/0

Dari tabel 9.3 dan tabel 9.4 dapat disimpulkan bahwa ukuran diameter
penghantar berbanding terbalik dengan nomor ukuran penghantar dan kerugian
tegangan serta berbanding lurus dengan penambahan arus yang dapat melalui
penghantar. Hal ini dapat dipahami seperti pada gambar di bawah ini.
Penambahan arus

Kerugian tegangan
Penurunan nomor ukuran
penghantar

Untuk memudahkan pemasangan ataupun memperbaiki jaringan


kelistrikan pada mobil, biasanya warna isolator dari panghantar dibuat berbedabeda. Warna dari isolator serta penggunaannya pada rangkaian tidak akan
sama antara satu pabrik mobil dengan pabrik mobil lainnya. Misalnya warna
kabel untuk rangkaian klakson antara mobil Ford dengan mobil Fiat atau mobil
Toyota. Setiap pabrik mobil mempunyai ciri tersendiri tentang warna isolator
penghantar yang akan dipasangkan pada mobil produksinya.

407

2. Rangkaian Pengaman
Aliran arus listrik pada penghantar akan dapat menyebabkan naiknya
temperatur penghantar tersebut. Jumlah panas yang dibangkitkan pada
penghantar tersebut ditentukan oleh ukuran penghantar, tahanan penghantar
dan besarnya arus listrik yang mengalir. Jika arus yang mengalir terlalu besar
pada kawat penghantar tersebut menjadi panas sehingga akan merusak isolator
penghantar. Dengan rusaknya isolator, arus listrik yang ada pada penghantar
akan mengalir pada bagian-bagian yang tidak diinginkan dan besar
kemungkinan akan terjadi hubungan singkat arus listrik sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya kebakaran pada jaringan atau kebakaran pada mobil.

Gambar 9.76.Bentuk Bentuk Komponen Pengaman Rangkaian pada Sistem


Kelistrikan Mobil (www.autoshop101.com)
Untuk mencegah pengaliran arus yang terlalu besar pada penghantar
tersebut di atas, maka dibuatlah sebuah rangkaian pengaman atau protektor.
Tiga tipe protektor yang biasa digunakan pada sistem kelistrikan mobil adalah
sekering (fuse), rangkaian pemutus (circuit breakers) dan penghantar-lumer
(fusible link). Berikut akan diuraikan satu-persatu tipe-tipe dari pengaman
(protektor) tersebut di atas.

a. Sekering (Fuse)
Sekering pada otomotif adalah merupakan sebilah logam yang terbuat
dari seng (zinc) dan rumahnya ada yang terbuat dari kaca, keramik atau plastik.
Kebanyakan mobil menggunakan sekering yang rumahnya terbuat dari kaca.
Sedangkan mobil-mobil Eropa seperti Volkswagens dan Renaults banyak
menggunakan sekering yang rumahnya terbuat dari keramik atau plastik.
Kapasitas dari setiap sekering tertera pada bagian luar sekering
tersebut. Apabila arus listrik yang mengalir lebih besar dari kapasitasnya atau
terjadi hubungan singkat atau mulainya arus mengalir sangat besar maka
logam sekering dapat mencair dan putus. Sebuah sekering sangat sensitif

408
terhadap perubahan arus listrik yang melewatinya, akan tetapi tidak terpengaruh
oleh perubahan tegangan. Contoh sebuah sekering dengan kapasitas 10 amper
dapat digunakan pada rangkaian listrik 12 volt 10 amper atau rangkaian listrik
6 volt 10 amper.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sekering adalah sebagai
berikut:

1) Ukuran Sekering
Untuk menghitung besarnya arus listrik yang mengalir pada suatu
rangkaian dapat digunakan rumus :
I=

P
V

Dimana : I = Kuat arus (Amper)


P = Daya listrik (Watt)
V = Tegangan (Volt)
Akan tetapi untuk menghitung besar kapasitas sekering yang akan
digunakan diperlukan faktor aman 2 kali daripada hasil rumusan diatas.
Misalkan daya lampu adalah 45 Watt, tegangan baterai 12 volt; maka ukuran
sekering yang digunakan adalah (45 watt/12 volt) x 2 = 7,5 amper.
Jika sekiranya ukuran sekering yang akan digunakan tidak tersedia
dipasaran, kita dapat menggunakan sekering lain yang mempunyai ukuran
mendekati ukuran sekering tersebut. Misalnya ukuran sekering berdasarkan
perhitungan di atas adalah 23 sementara ukuran sekering yang ada dipasaran
adalah : 5A, 7,5A, 10A, 15A, 20A, 25A dan 30, maka kita dapat
mempergunakan sekering 25A, bukan 20 karena jika ukuran sekering kecil dari
nilai yang dicari dikuatirkan sekering akan mudah putus/meleleh.
Batas beban sekering yang digunakan pada otomotif berkisar dari 1
amper sampai 35 amper. Akan tetapi yang banyak digunakan adalah dari 4
amper sampai 20 amper. Sekering 5 amper digunakan untuk lampu instrumen,
pengukur (gauge); sekering 7,5 amper digunakan untuk lampu ruangan, lampu
parkir, seat belt, sekering 15 amper digunakan untuk motor wiper, lampu tanda
belok, lampu stop, lampu belakang, heater; sekering 20 amper digunakan untuk
klakson, lampu besar (lampu kepala) dan lain-lain sebagainya. Perlu
diperhatikan bahwa ukuran sekering yang digunakan tidak selalu sama untuk
sistem yang sama pada mobil yang berbeda. Biasanya ukuran sekering yang
digunakan telah ditentukan pada masing-masing mobil, dimana ukuran sekering
tersebut dapat dilihat pada kotak atau tutup kotak sekering, sehingga akan
memudahkan kita untuk melakukan penggantian seandainya sekering
putus/meleleh

2) Bentuk Bentuk Sekering


Ada dua macam bentuk sekering yang digunakan dalam otomotif yaitu
sekering yang diproduksi oleh Society of Fuse Enggneers ( SFE) dan sekering
yang diproduksi oleh Bussman Division. Sekarang yang dibuat SFE memilki
ukuran panjang yang berbeda untuk kapasitas sekering yang berbeda. Sekering

409
ukuran 5 amper mempunyai ukuran panjang yang sama, akan tetapi sekering 5
amper tidak sama panjang dengan sekering lain yang memilki kapasitas yang
berbeda dari sekering 5 amper tersebut. Dengan adanya perbedaan panjang
pada sekering diharapkan tidak akan terjadi kesalahan dalam pemasangan.
Sekering yang pendek mempunyai kapasitas lebih kecil dari sekering yang
panjang.

Gambar 9.77. Bentuk Sekering Jenis Produksi Busman Division


(Chek-Chart 1978:.52)
Sekering yang dibuat oleh Bussman Division dikenal dengan seri AGA,
AGC, AGW, AGY, dan lain-lain. Setiap seri mempunyai ukuran panjang yang
sama, akan tetapi pada seri yang sama mempunyai ukuran kapasitas sekerig
yang bervariasi. Misalnya SGC 5 amper, memiliki ukuran yang sama dengan
sekering AGC 20 amper, akan tetapi tidak sama dengan sekering tipe yang lain.

Gambar 9.78. Bentuk Sekering Produksi Bussman Division


(ChekChart 1978:52 )

410
Pada beberapa waktu belakangan ini, model pembuatan sekering terus
berkembang. Sekarang telah ada sekering model blade (U-Shaped Type).
Sekering model blade ini mempunyai beberapa keuntungan di bandingkan
sekering model kaca / gelas yang biasa digunakan pada mobil. Keuntungan
sekering jenis blade ini adalah:
1) Lebih ringan
2) Bagian yang berhubungan lebih luas
3) Tidak mudah pecah dan anti shock (terbakar)
4) Lebih tahan terhadap arus yang terputus-putus
Kapasitas sekering model biasa ditentukan oleh warna dari rumahnya.

Gambar 9.67. Ukuran Sekering Model Blade

www.autoshop101.com

Gambar 9.79. Sekering jenis blade


(www.autoshop101.com)

411
3) Penempatan sekering
Penempatan sekering harus sesuai dengan fungsinya. Sekering harus
diletakkan diantara sumber tenaga listrik dengan pemakai tenaga listrik tersebut
(beban). Selanjutnya untuk memudahkan pemeriksaan dan penggantian
sekering maka sekering-sekering yang dipasangkan pada mobil ditempatkan
pada satu kotak sekering yang berada dalam ruang kemudi atau dalam ruang
mesin pada bagian depan mobil.
Arus listrik yang masuk ke dalam kotak sekering ada yang berasal dari
baterai langsung dan ada yang harus melalui sakelar utama. Arus listrik yang
berasal dari baterai langsung biasanya digunakan untuk motor blower pada
mobil yang memakai sistem penyegaran udara. Radio, lampu tanda belok,
lampu mundur, klakson, lampu ruangan dan lain-lain. Sedangkan arus listrik
yang melalui sakelar utama (terminal asesoris) biasanya digunakan untuk lampu
belakang, lampu kortesi, flasher hazard dan lain sebagainya. Salah satu bentuk
penempatan sekering dapat dilihat pada gambar 9.80 berikut:

Gambar 9.80. Salah Satu Posisi Penempatan Sekering pada Mobil


(www.stu-offroad.com)

b. Rangkain Pemutus ( Circuit Breakers/CB)


Rangkaian pemutus (CB) ini fungsinya sama dengan sekering. Pada
sekering apabila arus yang mengalir melebihi kapasitasnya sekering akan putus,
sedangkan pada CB kontaknya akan segera membuka sehingga arus listrik
akan terhenti mengalir dan bahaya yang lebih besar akibat pengaliran arus listrik
yang berlebihan dapat diatasi. Keuntungan penggunaan CB ini adalah dapat
digunakan secara berulang-ulang tanpa harus menggantinya setelah kontak

412
terbuka, akan tetapi cukup dengan menghubungkan kontak tersebut kembali
pada keadaan semula.
Bentuk rangkaian pemutus ini dapat dibagi dua, yaitu rangkaian pemutus
tanpa kumparan pemanas (selfsetting) dan rangkaian pemutus dengan
kumparan (remoteset) (Gambar 9.81).

(a)

(b)

Gambar 9.81. Rangkaian Pemutus Arus Listrik (a) Tanpa Kumparan


Pemanas, (b) dengan Kumparan pemanas
(Mathias 1977:102)
Membuka atau menutupnya titik kontak rangkaian pemutus arus listrik
tersebut di atas diatur oleh panas yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
mengalir pada bimetal. Metal yang berada pada bagian atas mempunyai titik
muai yang lebih besar, apabila arus yang mengalir pada bimetal sangat besar
atau terjadi hubungan singkat maka bimetal menjadi panas dan panas tersebut
akan menyebabkan bimetal memuai. Dikarenakan titik muai kedua metal
tersebut berbeda, maka bimetal akan melengkung ke atas sehingga titik kontak
terbuka dan hubungan arus listrik akan terputus juga.
Pada rangkaian pemutus arus tanpa kumparan pemanas, terbukanya
titik kontak hanya berlangsung beberapa saat saja. Jika temperatur bimetal
kembali dingin, maka kedua titik kontak tersebut akan kembali terhubung dan
hal ini akan berlangsung secara berulang-ulang sampai dilakukan perbaikan
pada rangkaian yang mengalami hubungan singkat atau mengalami kerusakan.
Rangkaian pemutus arus yang dilengkapi dengan kumparan pemanas
mempunyai sedikit perbedaan dengan model yang pertama pada saat
penutupan titik kontaknya. Titik kontaknya tidak akan menutup selama arus yang
masuk ke dalam kumparan pemanas tidak diputuskan. Kumparan pemanas ini
mempunyai tahanan yang sangat besar sehingga dapat menahan aliran listrik
pada komponen dan komponen masih dapat dilindungi dari kerusakan.
Selanjutnya karena tahanan yang besar dari kumparan, kumparan menjadi
panas dan panas itu ikut memanaskan bimetal sehingga bimetal tetap
melengkung ke atas dan titik kontak tetap dalam keadaan terbuka. Titik kontak
baru bisa tertutup kembali jika arus yang masuk ke dalam kumparan diputuskan.

413
Perlu diketahui bahwa kumparan pemanas tidak akan panas jika bimetal
atau titik kontak tidak terbuka, karena sebagian besar arus listrik akan mengalir
pada titik kontak dan hanya sebagian kecil arus listrik yang mengalir pada
kumparan pemanas.
Penggunaan rangkaian pemutus ini antara lain pada power window,
power seats, amplifier AC, lampu kepala dan lain sebagainya. Untuk kendaraan
Toyota dengan kapasitas CB berkisar antara 20A-30A dan digunakan pada sun
roof, window deffoger, amplifier AC, dan lain-lain. Untuk kendaraan Ford
kapasitas CB yang digunakan berkisar dari 5A sampai 30A yang digunakan
untuk power window, power seats, relai lampu kepala, power door lock,
pemantik rokok dan lainnya.

c. Fusible Link
Fusible Link merupakan suatu kabel campuran tembaga yang dapat
lebur seperti sekering apabila kuat arus yang melalui fusible link melampaui
kapasitasnya. Fusible link berfungsi melindungi bagian rangkaian kelistrikan
yang tidak dapat dilindungi oleh sekering dengan baik dan yang lebih penting
fusible link mencegah jaringan kelistrikan dari kebakaran.
Fusible link dipasang secara seri dengan rangkaian kelistrikan yang
terletak antar baterai dengan alternator, panel sekering, sakelar utama dan
switch lampu besar. Jumlah fusible link yang dipasangkan pada kendaraan
bervariasi banyaknya antara satu jenis mobil dengan jenis mobil yang lainnya .

Gambar 9.82. Bentuk dan Cara Pemasangan Fusible Link pada


Kendaraan Toyota (www.autoshop101.com)

414

Gambar 9.83. Kondisi Fusible Link Sebelum dan Sesudah Melebur


Akibat Hubungan Singkat (Mathias 1977:37)

3. Relai
Fungsi relai adalah sebagai pengaman sakelar dari kemungkinan
terbakar atau hangusnya titik kontak pada sakelar disaat pemutusan atau
penghubungan arus listrik yang besar dari baterai ke beban. Biasanya relai
hanya dipasang pada rangkaian kelistrikan mobil yang memerlukan arus besar
seperti pada rangkaian lampu kepala (head light), rangkaian klakson, rangkaian
pengkondisian udara (air conditioning), rangkaian fan radiator, rangkaian lampu
lampu belakang (tail light) dan lain-lain.

Gambar 9.84. Konstruksi relai dan jenis-jenis terminal relai


(www.saft7.com)

415
Dengan adanya relai, arus listrik yang diperlukan oleh beban tidak lagi
mengalir melalui sakelar akan tetapi arus mengalir melalui pada terminal relai.
Arus yang masuk pada sakelar hanya berfungsi sebagai pembangkit induksi
elektromagnet pada relai, dimana jumlahnya jauh lebih kecil dari pada arus yang
masuk ke beban. Dengan demikian loncatan bunga api listrik yang mungkin
terjadi pada sakelar pada saat pemutusan dan penghubungan arus listrik dapat
dibuat sekecil mungkin sehingga umur pemakaian sakelar dapat lebih panjang.
Sebuah relai terdiri dari kumparan pembangkit medan magnet, inti besi, dua
buah titik kontak atau lebih, pegas pembalik, beberapa buah terminal pada
rumahnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 9.84.
Relai tipe tiga terminal seperti terlihat pada gambar 9.85 memiliki
terminal B yang dihubungkan dengan terminal positif baterai, terminal S yang
dihubungkan dengan sakelar untuk mendapatkan massa bodi, dan terminal L
adalah terminal yang berhubungan dengan beban.

Gambar 9.85. Kontruksi dan Rangkaian Relai Tiga Terminal


(Toyota 2000:5-3)
Cara kerja relai tiga terminal tersebut adalah; saat sakelar OFF titik
kontak relai terbuka oleh dorongan pegas pembalik dan apabila sakelar di ONkan maka arus listrik dari baterai akan mengalir ke kumparan terus ke dalam
kumparan kemudian keluar menuju massa melalui sakelar sehingga inti besi
pada kumparan mejadi magnet. Titik kontak yang ada di atas inti besi akan
tertarik dan menghubungkan terminal B dari baterai dengan terminal L ke beban
sehingga arus listrik yang diperlukan beban dapat dialirkan.
Untuk relai tipe empat terminal seperti terlihat pada gambar 9.85 arus
masuk ke dalam relai dipisah menjadi dua terminal. Terminal S dihubungkan

416
seri dengan baterai dan sakelar, terminal B dihubungkan baterai, terminal E
dengan massa bodi dan terminal L dihubungkan dengan beban.

Gambar 9.86. Kontruksi dan rangkaian Relai Empat Terminal


(Toyota 2000 : 5-4)

4. Sakelar
Sakelar berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus listrik dari
sumber arus (baterai atau altenator) ke beban yang digunakan misalnya lampulampu, motor blower, wiper, sistem pengapian, sistem pengkondisian udara dan
lain-lain, gambar 9.87 adalah contohnya sakelar kunci kontak.

Gambar 9.87. Sakelar Kunci Kontak dengan Teminalnya


(Toyota 2000: 5-4)
Sakelar kunci kontak terdiri dari empat terminal yaitu terminal AM atau B,
terminal ACC, terminal IG dan terminal ST. Kemudian pada bagian depan kunci
kontak terdapat empat posisi kunci kontak yaitu OFF, ACC, ON dan START.

417
AM atau B adalah terminal yang selalu berhubungan dengan baterai atau
sumber arus. ACC (accecories) adalah terminal yang digunakan untuk bagian
perlengkapan tambahan seperti radio, tape player. Terminal IG adalah terminal
yang berhubungan dengan sistem pengapian mesin (ignition) dan terminal ST
adalah terminal yang berhubungan dengan sistem starter mesin.
trm
pss

AM/BAT

OFF

IG

ST

ACC

ON

ST

ACC
Keterangan:
x

= tersambung dengan sumber tegangan


= tidak tersambung dengan sumber tegangan

Gambar 9.88.Posisi Sakelar dan Hubungan Antara Terminal Sakelar


(Toyota 2000 : 5 5)
Gambar 9.88 adalah posisi kerja dari kunci kontak, gerak kunci kontak
dari posisi lock (kunci) ke posisi ACC adalah 550 dan dari posisi ACC ke posisi
ON dan dari ON ke ST adalah 350.
Gambar 9.75 adalah gambar hubungan antara terminal pada kunci
kontak dimana posisi lock terminal tersebut tidak ada hubungannya dengan
terminalterminal lainnya. Pada posisi kunci kontak diputar ke ACC maka
terminal AM dengan terminal ACC akan berhubungan sehingga perlengkapan
radio / tape player dapat dihidupkan. Pada saat kunci kontak diputar ke posisi
ON maka terminal-terminal AM , ACC, IG, akan berhubungan sehingga radio /
tape player dan sistem pengapian serta perlengkapan lainnya seperti lampulampu dan tandatanda pada instrumen berhubungan dengan sumber arus
listrik. Kemudian pada saat kunci kontak diputar pada posisi START maka
terminal AM , IG dan ST akan berhubungan dengan perlengkapan tersebut di
atas
(kecuali radio/tape player) serta berhubungan ke motor starter akan
menghidupkan mesin.

5. Sistem Penerangan
Sistem penerangan adalah bagian yang sangat penting bagi keamanan
dan kenyamanan pengemudi dalam mengemudikan mobilnya. Pengemudi tidak
perlu merasa cemas kalau mobilnya akan tertabrak dari belakang atau dari
samping disaat pengemudi mengerem atau mau membelokkan mobilnya.
Karena pada bagian belakang mobil sudah dipasang lampu rem atau lampu
tanda belok yang akan memberi isyarat pada pengemudi juga tidak perlu
merasa kwatir karena kurangnya penerangan pada permukaan jalan pada

418
malam hari sebab mobil juga dilengkapi dengan lampu depan untuk menerangi
permukaan jalan. Lampu-lampu yang termasuk kedalam sistem penerangan
mobil antara lain meliputi lampu depan, lampu parkir, lampu belakang, lampu
samping, lampu panel instrumen, lampu kortesi, lampu mundur, lampu rem,
lampu tanda belok, lampu tanda peringatan dan lampu pojok. Pada gambar 9.77
terlihat lampu-lampu yang ada pada bagian depan dan belakang mobil.

a. Lampu Depan
Lampu depan sering juga disebut lampu kepala atau lampu besar.
Lampu depan berfungsi untuk memberikan penerangan pada bagian depan
kendaraan. Penerangan ini harus terjadi sedemikian rupa sehingga pengemudi
dapat melihat dengan jelas keadaan jalan yang berada beberapa puluh meter di
depan kendaraan. Makin cepat jalannya kendaraan, maka semakin jauh pula
jangkauan penerangan yang harus diberikan. Untuk itu lampu depan harus
memberikan penerangan yang jelas dan jauh pada permukaan jalan.

Gambar 9.89. Lampu-Lampu pada Bagian Depan dan Belakang Mobil


(Chek-Chart 1977:245)
Menurut peraturan lalu lintas tentang penerangan, lampu-lampu pada
mobil tidak boleh menyilaukan mata pengendara mobil yang datang dari arah
muka. Oleh karena itu, sewaktu berpapasan dengan pengendara kendaraan
lainnya lampu depan harus dapat diubah penerangannya dari jarak jauh ke jarak
dekat di depan mobil. Sehingga tidak menyilaukan mata pengendara yang
datang dari muka.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada lampu depan adalah sebagai berikut:

1) Bola Lampu Depan


Jenis lampu depan yang biasa digunakan dapat dibagi dua yaitu:

419

a) Bola Lampu Elemen Filemen Standar


Bola lampu ini dibuat terpisah dari reflektor dan lensa sehingga dapat
dengan mudah diganti jika bola lampu sudah rusak atau putus. Lampu depan
yang menggunakan bola lampu elemen filemen standar ada yang menggunakan
satu bola lampu dengan dua filemen atau dua bola lampu masing-masing satu
filemen.

Gambar 9.90. Lampu Depan dengan Bola Lampu Elemen Filemen


Standar (Sumadi 1979:115)
Apabila lampu tengah atau filemen tengah yang menyala maka sinar
akan dipantulkan lurus ke depan sehingga memberikan penerangan jauh.
Selanjutnya apabila lampu atas atau filemen atas yang menyala maka sinar
akan diarahkan ke bawah sehingga penerangan hanya diberikan pada bagian
depan kendaraan saja. Lampu yang memberikan penerangan jarak dekat ini
dinamakan lampu dim.
Karena lampu depan model ini bagian dalamnya tidak rapat udara maka
reflektornya mudah kotor dan berkarat dan lensanya juga mudah kotor sehingga
pada dewasa ini pemakainnya sudah ditinggalkan.

b) Bola Lampu Sealed Beam


Jenis bola lampu ini dibuat sedemikian rupa dimana filemen, reflektor,
lensa dan terminal penghubung merupakan satu unit yang padu. Lensanya
diberi bentuk gelombang-gelombang lurus untuk meluruskan refleksi cahaya
pada arah horizontal yang lebih banyak dari arah vertikal. Cahayanya dibuat
lebih terang pada bagian pusat dan lemah pada bagian pinggirnya saat
menerangi permukaan jalan sehingga kemampuan penglihatan kedepan
menjadi lebih baik. Gangguan penglihatan bagi pengemudi lain atau pejalan kaki
yang datang dari arah depan juga dapat dikurangi.
Untuk memusatkan, memantulkan dan mengarahkan cahaya lampu ke
arah depan kendaraan diperlukan reflektor. Reflektor terbuat dari cermin gelas
cekung yang dilapisi dengan aluminium pada bagian belakangnya, dimana jika
lapisan aluminium ini sudah gores atau terhapus maka pemantulan cahaya
lampu juga akan berkurang. Sebaiknya lapisan ini perlu diperhatikan agar

420
jangan sampai tergores atau terhapus disaat melakukan pemasangan bola
lampu.

Gambar 9.91. Lampu Depan Jenis Sealed Beam


(Toyota 2000:172)
Lampu depan jenis sealed beam mempunyai dua filemen. Satu
diantaranya diletakkan pada bagian tengah reflektor dan yang lain diletakkan
sedikit lebih tinggi dari pusat reflektor. Jika arus listrik mengalir pada filemen
bagian tengah maka filemen akan memijar dengan sangat terang dan reflektor
akan memantulkan cahaya ini sebagai penerangan untuk lampu jauh bagi
kendaraan. Filemen ini merupakan filemen lampu jauh, sedangkan filemen yang
lain merupakan filemen untuk lampu dekat.
Untuk menambah intensitas penerangan pada permukaan jalan serta
mengurangi cahaya yang berhamburan ke bagian atas atau cahaya yang
menyiilaukan pemakai jalan lainnya yang datang dari depan maka pada filemen
bagian atas lampu depan diberi sebuah tutup.
Keuntungan penggunaan bola lampu depan jenis sealed beam ini adalah
reflektor dan lensa tidak dapat kotor dan berkarat. Dengan demikian efisiensi
penerangan dapat dipertahankan pada kondisi yang baik. Akan tetapi karena
lampu depan ini disegel dalam satu unit, maka jika terjadi kerusakan atau
kebakaran maka satu unit bola lampu ini harus diganti.
Pada awal dekade tahun 1970, mobil-mobil yang dijual sudah mulai
menggunakan bola lampu sealed beam untuk lampu depannya. Bola lampu
sealed beam disebut juga dengan bola lampu hologen karena didalam bola
lampu tersebut dimasukkan gas halogen untuk mempertinggi intensitas
penerangannya. Lebih jauh lagi dapat disebut hampir semua mobil saat ini
telah mengadopsi teknologi lampu dengan gas halogen.
Saat ini teknologi lampu mobil, maju selangkah lagi dengan
penggunaan unsur gas xenon sebagai sumber cahaya lampu. Lampu xenon
menawarkan sejumlah kelebihan dibandingkan dengan teknologi lampu
halogen. Kelebihan lampu xenon adalah (1) lampu xenon menghasilkan tingkat
terang dua kali lebih baik dari lampu halogen. Tentunya dengan memakai lampu

421
yang lebih terang, perjalanan dimalam hari menjadi lebih aman karena wilayah
yang dapat diterangi lebih luas dan banyak; (2) daya tahan lampu xenon lima
kali lebih baik dari lampu halogen. Lantaran itu, secara teoritis, tidak perlu
dilakukan penggantian bola lampu xenon selama masa usia pakai ekonomis
kendaraan; (3) lampu xenon menggunakan metode gas discharge lamp (GDL)
sehingga mempunyai daya penerangan yang relatif stabil. Maksudnya agar tidak
dipengaruhi oleh sistem kelistrikan mobil dan konektor yang berkarat.
Keunggulan ini disebabkan lampu xenon memiliki satu unit sistem pemasok
tenaga listrik yang independen. Meskipun memiliki kemampuan yang tinggi,
lampu xenon lebih hemat energi. Lampu ini mengkomsumsi listrik 40% lebih
sedikit dari pada lampu halogen dan dengan sendirinya melepaskan emisi
panas yangh lebih sedikit pula.
Komponen utama lampu xenon adalah unit ballast elektronik , replektor
elip, dan bola lampunya sendiri. Bola lampu xenon ini tidak banyak berbeda
dengan bola lampu halogen (sealed beam) biasa. Di dalam bola lampu xenon
ini terdapat tabung gelas kuarsa berisi gas xenon.
Prinsip kerja lampu xenon adalah sebagai berikut, pada saat sakelar
lampu depan dihidupkan, unit ballast mengirimkan pulsa pengapian singkat
dengan tegangan listrik yang tinggi sampai dengan 10.000 volt. Selanjutnya
diikuti oleh aliran listrik yang mempunyai tegangan sekitar 80 volt. tegangan
tinggi tersebut menghasilkan sebuah busur api yang terang dan secara singkat
dipercikan di antara kedua elektroda. Metoda ini menggantikan penggunaan
filemen pada jenis bola lampu sebelumnya. Cahaya lampu yang dihasilkan
diproyeksikan ke permukaan jalan dengan reflektor. Perangkat pemantul ini
menggunakan metoda prinsip elipsoida. Hasil pantulan ini kemudian diteruskan
oleh rangkaian lensa bermutu tinggi yang membentuk sebuah penyinaran yang
fokus.
Lampu depan dengan bola lampu xenon ini jauh lebih rumit proses
manufakturingnya dibandingkan dengan lampu konvensional. Dengan jumlah
komponen yang semakin banyak tentunya membutuhkan teknologi produksi
yang lebih dari yang sebelumnya.
Cahaya lampu yang dihasilkan lampu ini lebih terang dan bewarna putih.
Guna mencegah bahaya silau bagi pengemudi kendaraan lain dari arah depan,
maka penempatan lampu dibuat lebih presisi.
Sampai pertengahan tahun 1977 hanya industri mobil BMW dari Jerman
yang telah menggunakan lampu xenon sebagai lampu depan. Dan
penggunaannya juga dibatasi hanya untuk lampu depan jarak dekat saja (low
beam). Sementara untuk posisi lampu jauh masih menggunakan bola lampu
biasa

2) Posisi pemasangan lampu depan


Jumlah lampu depan yang di pasangkan pada bagian depan mobil ada
yang memakai dua bola lampu dan ada yang memakai empat buah bola lampu
seperti terlihat pada gambar 9.92.

422

Gambar 9.92. Posisi Pemasangan Bola Lampu Depan


(ChekChart 1978:240 )
Lampu depan dengan dua bola lampu akan memiliki dua filemen pada
masing-masing bolanya. Satu filemen untuk lampu dekat dan satu lagi untuk
lampu jauh. gambar 9.92 berikut memperlihatkan bola lampu yang memakai dua
filemen. Daya lampu jauh (ligh beam) lebih besar dari daya untuk lampu dekat
(low beam). Tujuannya adalah supaya cahaya lampu yang jauh dapat
menerangi permukaan jalan yang jauh di depan kendaraan dengan baik. Untuk
mobil-mobil yang dipakai di Indonesia kebanyakan daya tahan untuk lampu jauh
adalah 75 Watt dan daya untuk lampu dekat 50 Watt.

Gambar 9.93. Bola Lampu Dengan Dua Filemen


(Mathias 1977:191)

423
Lampu depan dengan empat bola lampu mempunyai penerangan yang
jauh lebih baik pada lampu jauhnya, dibandingkan dengan lampu depan dua
bola lampu. Hal ini disebabkan karena pada saat lampu jauh dihidupkan
keempat bola lampu akan hidup sekaligus dan cahayanya menjadi lebih terang.
Sedangkan untuk penerangan lampu dekatnya masih sama dengan yang
menggunakan dua bola lampu depan. Karena dari empat bola lampu hanya dua
yang hidup sebagai lampu dekat.
3) Rangkaian Lampu Depan
Rangkaian lampu depan terdiri dari baterai, sekering atau CB (circuit
breaker), sakelar, bola lampu depan, lampu indikator, dan kabel-kabel
penghubung. Pada beberapa jenis mobil rangkaian lampu besar dilengkapi juga
dengan relai.
Kebanyakan mobil angkutan umum mempunyai dua sakelar pada
rangkaian lampu depannya yaitu sakelar utama dan sakelar dimmer. Sakelar
utama mempunyai tiga posisi dimana pada posisi pertama arus listrik tidak dapat
mengalir dan seluruh lampu mati (OFF). Posisi kedua arus listrik mengalir ke
lampu belakang, lampu parkir dan lampu panel intsrumen. Posisi ketiga arus
listrik disamping mengalir pada posisi dua juga mengalir ke rangkaian lampu
depan. Kemudian sakelar dimmer berfungsi untuk merubah jarak penerangan
lampu-lampu depan dari penerangan jarak dekat ke penerangan jarak jauh atau
sebaliknya.
Pada mobil-mobil sedan kebanyakan hanya menggunakan sakelar pada
rangkaian lampu depannya. Sakelar ini dipasangkan pada kolom roda kemudi
mobil. Sakelar yang digunakan juga mempunyai tiga posisi dimana pada posisi
pertama seluruh lampu mati. Posisi kedua arus listrik mengalir ke seluruh
rangkaian kecuali ke rangkaian lampu jauh. Posisi ketiga arus listrik mengalir ke
seluruh rangkaian kecuali ke rangkaian lampu dekat.

Gambar 9.94. Sakelar Kombinasi (Mathias 1977:188)

424

Gambar 9.95.Rangkaian Lampu Depan dengan Empat Bola Lampu


(Mathias 1977:190 )

425

Gambar 9.96. Rangkaian Lampu Depan dengan Dua Bola Lampu


(Mathias 1977:191)

Gambar 9.97.Rangkaian Lampu Depan dengan Menggunakan Relai


(Mathias 1977:192)

426
Kebanyakan relai hanya digunakan pada rangkaian lampu depan yang
menggunakan satu sakelar. Dengan demikian jumlah arus listrik yang mengalir
pada sakelar dapat dibuat lebih kecil sehingga daya tahan sakelar tersebut lebih
lama. Pada gambar 9.98 di atas terlihat bahwa arus lisrik yang digunakan untuk
lampu depan hanya mengalir melalui relai. Sedangkan sakelar hanya berfungsi
untuk mengalirkan arus ke dalam kumparan medan relai dan bagian lain
mengalirkan arus listrik untuk lampu-lampu dengan daya kecil.

Gambar 9.98. Rangkaian Lampu Depan yang Dilengkapi Sakelar


Pengedip/Dimmer (Toyota 2000:5-22)

4) Penyetel Lampu Depan


Penyetelan lampu depan perlu dilakukan untuk mendapatkan arah
penerangan yang tepat pada bagian depan kendaraan serta untuk mengurangi
gangguan penglihatan pada pemakai jalan yang datang dari arah depan
kendaraan.
Penyetelan dapat dilakukan dengan jalan mengatur baut penyetel yang
terdapat pada pemegang bola lampu depan. Sedangkan arah cahaya lampu

427
depan yang disetel dapat dilihat pada alat penyetel lampu depan. Cara
penyetelannya yang lebih rinci dapat dilihat pada petunjuk alat penyetel yang
dipakai.
Pada gambar 9.99 dapat dilihat posisi baut tempat penyetelan lampu
depan mobil. Jika baut bagian atas dikencangkan atau dilonggarkan maka titik
jatuh cahaya lampu dapat dibuat lebih jauh atau lebih dekat dari bagian depan
kendaraan. Selanjutnya jika baut samping yang dikencangkan atau dilonggarkan
maka titik jatuh cahaya lampu dapat diarahkan ke kiri atau ke kanan dari
permukaan jalan.

Gambar 9.99. Posisi Baut Penyetel Lampu Depan


(Mathias 1977:185)
b. Lampu Belakang, Lampu Parkir, Lampu Tanda Samping, Lampu

Plat Nomor dan Lampu Panel Instrumen.


Lampu belakang, lampu parkir, lampu tanda samping, lampu plat nomor,
dan lampu panel instrumen adalah merupakan bagian sistem penerangan yang
selalu dimiliki mobil. Lampu-lampu tersebut mempunyai fungsi yang cukup
penting bagi kenyamanan pengemudi disaat mengemudikan ataupun memarkir
kendaraan di malam hari. Lampu-lampu tersebut dihidupkan melalui sakelar
yang digunakan pada lampu depan. Sakelar lampu depan dibuat satu dengan
lampu-lampu tersebut. Jika sakelar lampu depan dihidupkan maka seluruh
lampu-lampu di atas akan hidup.

1) Lampu Belakang (Tail Light)


Lampu belakang berfungsi untuk memberi isyarat pada pengemudi lain
yang berada di belakang tentang posisi kendaraan bagian belakang disaat
kendaran dijalankan malam hari atau pada saat penerangan dijalan kurang baik.
Dengan adanya lampu belakang ini, kemungkinan tertabraknya kendaraan dari
belakang dapat diperkecil.

428
Pada umumnya bola lampu belakang yang digunakan memiliki dua
filemen. Satu filemen digunakan untuk lampu belakang dan filemen yang lain
digunakan untuk rem atau lampu tanda belok. Daya lampu belakang dibuat lebih
kecil dari daya lampu untuk tanda belok atau lampu rem.
Lampu belakang dilengkapi dengan reflektor, jika reflektor dikenai
cahaya maka reflektor akan memantulkan cahaya itu kembali. Dengan demikian
walaupun lampu belakang mati atau mengalami gangguan, pengemudi lain yang
ada dibelakang kendaraan masih dapat melihat adanya tanda yang dipantulkan
reflektor. Rangkaian lampu belakang ini dapat dilihat pada gambar 9.100.

Gambar 9.100. Rangkaian lampu belakang yang digabung dengan


lampu rem ( Mathias 1977:194 )

2) Lampu Parkir (Parking Light)


Sesuai dengan namanya, lampu parkir berfungsi sebagai isyarat bagi
pengemudi kendaraan lain yang datang dari arah depan tentang posisi
kendaraan yang sedang parkir. Disamping itu lampu parkir juga berfungsi

429
sebagai penunjuk posisi bagian depan kendaraan di malam hari jika lampu
depan mengalami gangguan.
Lampu parkir dipasangkan pada bagian kanan depan dan bagian kiri
depan kendaraan. Masing-masing lampu parkir menggunakan satu bola lampu
filemen ganda. Satu filemen digunakan untuk lampu parkir dan filemen yang
lain digunakan untuk lampu tanda belok. Daya lampu parkir biasanya lebih kecil
dari daya lampu tanda belok.
Pada gambar 9.100 terlihat bahwa lampu parkir menggunakan bola
lampu yang sama dengan bola lampu tanda belok. Lampu parkir akan hidup
bersamaan dengan lampu belakang dan lampu pelat nomor jika sakelar lampu
depan dihidupkan.

3) Lampu Tanda Samping (Side Marker Light)

Gambar 9.101.

Lampu Tanda Samping Dengan Pembumian Langsung


(Mathias 1977:194)

430
Untuk menambah kenyamanan mengemudikan kendaraan dimalam hari
, maka bagian luar mobil sekarang dilengkapi dengan lampu tanda samping.
Lampu ini berfungsi untuk menunjukkan lebar kendaraan. Disamping itu lampu
tanda samping ada juga yang berfungsi ganda dengan lampu tanda belok.
Lampu tanda samping dipasangkan pada samping kanan dan samping
kiri bagian depan dan belakang kendaraan. Lampu ini dihidupkan dengan
sakelar utama lampu depan dan akan hidup secara bersamaan denga lampu
lampu lainnya. Untuk lebih jelasnya pemasangan lampu tanda samping ini pada
rangkaian kelistrikan kendaraan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 9.102. Lampu tanda samping dengan pe-massa-an melalui


filemen lampu parkir atau lampu tanda belok
(Mathias 1977:195)

431
Gambar 9.101 di atas memperlihatkan posisi pemasangan lampu tanda
samping dan lampu- lampu lainnya. Jika sakelar utama lampu depan dihidupkan
maka lampu-lampu selain lampu tanda belok akan hidup. Selanjutnya jika hanya
sakelar lampu tanda belok yang dihidupkan maka yang akan hidup hanyalah
lampu tanda belok saja dan lainnya mati. Dalam hal ini lampu tanda samping
disebut sebagai lampu tanda samping fungsi tunggal.
Jika diperhatikan gambar 9.102 di bawah ini akan terlihat perbedaan
rangkaiannya pada lampu tanda samping. Lampu tanda samping tidak
mempunyai pembumian/pemassaan langsung, melainkan harus melewati
filemen parkir atau filemen lampu tanda belok.
Pada saat sakelar utama lampu depan dihidupkan, arus listrik akan
mengalir dari baterai positif ke sekering terus ke sakelar lampu depan. Dari
sakelar lampu depan ini arus listrik akan mengalir ke lampulampu dan terus
kemasa sehingga lampu-lampu pada rangkaian hidup. Khusus untuk lampu
tanda samping pembumiannya harus melewati filemen lampu tanda belok.
Walaupun demikian filemen lampu tanda belok tidak akan hidup karena dayanya
lebih besar dari lampu tanda samping. Sehingga lampu yang hidup hanyalah
lampu tanda samping dan lampu parkir.
Pada saat lampu tanda belok dihidupkan dan sakelar lampu depan
dimatikan, arus listrik akan mengalir ke filemen lampu tanda belok dan terus
kemasa sehingga lampu hidup. Pada saat yang bersamaan arus listrik juga
mengalir ke filemen lampu tanda samping terus ke filemen lampu parkir dan
terus ke masa. Akibatnya lampu tanda samping ikut menyala dan berkedip
seperti halnya lampu tanda belok. Sedangkan lampu parkir tetap tidak menyala
karena memilki daya yang lebih besar dari lampu tanda samping .
Jika arus listrik mengalir secara bersamaan pada sakelar lampu depan
dan lampu tanda belok maka lampu parkir dan lampu tanda belok akan hidup
bersamaan. Sedangkan lampu tanda samping tidak akan hidup, karena tidak
ada arus listrik yang dapat mengalir melalui filemen lampu tersebut.
Untuk mempermudah memahami cara kerja lampu tanda samping ini
dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 9.103. Lampu Mati Karena Sakelar Lampu Tanda Belok Off
(Mathias 1977:196)

432

Gambar 9.104. Lampu Parkir dan Lampu Tanda Samping Hidup


Disaat Sakelar Lampu Depan ON (Mathias 1977:196)

Gambar 9.105. Lampu Tanda Belok dan Lampu Tanda Samping


Sama-Sama Berkedip Disaat Sakelar Lampu Tanda
Belok ON (Mathias 1977:197)

433

Gambar 9.106. Lampu Tanda Belok dan Lampu Parkir Hidup Saat
Kedua Sakelar OFF (Mathias-1977:197)

4) Lampu Plat Nomor


Lampu plat nomor berfungsi untuk menerangi pelat nomor kendaraan
khususnya pelat nomor yang dipasangkan pada bagian belakang mobil,
sehingga orang dapat dengan mudah membaca pelat nomor mobil yang
bersangkutan.
Sakelar lampu pelat nomor dibuat sejalan dengan sakelar lampu depan.
Jika lampu depan dihidupkan maka lampu pelat nomor juga akan hidup. Bola
lampu yang digunakan memiliki satu filamen dengan daya kecil.

5) Lampu Panel Instrumen (Instrument Panel Light)


Lampu panel instrumen berfungsi untuk memberikan penerangan
secara tak langsung pada speedometer, instrumen alat-alat ukur, pengontrol
AC, asbak rokok dan jam.
Lampu-lampu panel instrumen dihidupkan melalui sakelar lampu depan.
Pada sebagian mobil, lampu panel instrumennya dapat disetel dengan
menggunakan rheostat sehingga cahaya lampu panel instrumen dapat diatur
penerangannya.

c. Lampu-Lampu Dalam Ruangan


Lampu-lampu yang digunakan dalam ruangan kendaraan antara lain
adalah lampu kortesi , lampu ruangan penumpang, lampu bak barang dan

434
lampu laci. Lampu-lampu tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik
melalui sebuah sekering seperti terlihat pada gambar 9.107.

Gambar 9.107. Rangkaian lampu-lampu dalam ruangan


(Mathias 1977:200)

1) Lampu Kortesi (Courtesy Light)


Lampu kortesi berfungsi sebagai penerangan ruangan bagian lantai
mobil disaat pintu dibuka dan juga sebagai lampu peringatan bahwa pintu- pintu
mobil ada yang belum tertutup dengan baik.
Lampu kortesi pada gambar 9.107 di atas memiliki dua sakelar yaitu
sakelar yang terdapat pada lampu depan kendaraan dan sakelar yang terletak
pada semua pintu. Lampu kortesi akan hidup jika kedua sakelar pada posisi
hidup. Lampu kortesi tidak akan hidup pada siang hari walaupun pintu-pintu
mobil dibuka, karena pada siang hari lampu diam tidak dihidupkan.
Gambar 9.96 di bawah memperlihatkan bentuk lain rangkaian lampulampu ruangan. Lampu kortesi hanya memilki satu sakelar yaitu sakelar yang
terdapat pada pintu. Jika pintu dibuka atau pintu tidak tertutup dengan baik
maka lampu kortesi akan hidup.

435

Gambar 9.108.Rangkaian lampu-lampu dalam ruangan


(Toyota 2000:5-31)

2) Lampu Ruangan Penumpang (Dome Light)


Lampu ruangan penumpang biasanya ditempatkan pada sisi bagian atas
ruangan penumpang sehingga penerangannya dapat menjangkau seluruh
ruangan .
Pada gambar 9.108 terlihat bahwa lampu ruangan penumpang
dilengkapi sakelar dengan tiga posisi yaitu OFF, DOOR dan ON Bila sakelar
pada posisi OFF maka arus listrik tidak akan dapat mengalir dan lampu ruangan
tidak akan hidup. Bila sakelar pada posisi DOOR maka jika pintu dibuka atau
pintu tidak tertutup dengan baik arus listrik akan mengalir sehingga lampu
ruangan penumpang dan lampu-lampu kortesi akan hidup bersamaan. Lampu
ruangan penumpang dan lampu kortesi akan mati kembali jika pintu ditutup
dengan baik. Pada posisi ini lampu ruangan penumpang berfungsi sebagai
lampu kortesi. Selanjutnya bila sakelar pada posisi ON maka arus listrik akan
mengalir melalui lampu menuju massa sehingga lampu hidup. Lampu akan
kembali mati jika sakelar dipindahkan pada posisi OFF atau posisi DOOR disaat
pintu tertutup rapat.

3) Lampu Bak Barang dan Lampu Laci


Lampu bak barang adalah lampu yang terdapat pada ruangan tempat
barang di bagian belakang tutup mobil. Lampu ini dilengkapi dengan sebuah
sakelar yang dipasangkan pada bagian tutup bak tersebut. Jika tutup bak dibuka
maka sakelar akan terhubung sehingga lampu bak barang hidup dan kembali
akan mati jika tutup bak ditutupkan.

436
Biasanya mobil dilengkapi dengan sebuah laci kecil yang ditempatkan
dekat setir mobil untuk menempatkan barang-barang kecil. Untuk menerangi
ruangan tersebut diperlukan sebuah lampu kecil yang dipasang di dalamnya.
Lampu laci ini dapat dihidupkan dan dimatikan melalui sakelar yang dipasang
pada rangkaian .
Jaringan kelistrikan yang digunakan untuk lampu-lampu dalam ruangan
mobil biasanya bervariasi. Tidak ada standar yang dapat dijadikan patokan.
Bentuk jaringan yang digunakan sangat bergantung pada tuntutan konsumen
dan perkembangan teknologi.

4) Lampu Mundur
Lampu mundur berfungsi untuk memberikan penerangan pada bagian
belakang kendaraan dan juga berfungsi sebagai isyarat peringatan pada
pejalan kaki dan pengemudi lainnya, disaat kendaraan mundur.
Jaringan kelistrikan lampu mundur terdiri dari dua buah bola lampu
mundur, sekering dan sakelar lampu mundur yang dipasangkan pada trasmisi
seperti terlihat pada gambar 9.109.

Gambar 9.109.Jaringan kelistrikan lampu mundur


(Mathias 1977:235 )
Sumber arus listrik lampu mundur diambil dari sakelar pengapian. Jika
sakelar pengapian dihidupkan maka arus listrik akan mengalir menuju sekering
dan terus ke sakelar lampu mundur. Jika sakelar lampu mundur dihidupkan
dengan jalan memindahkan tuas tranmisi ke posisi mundur maka lampu akan
dialiri arus listrik dan terakhir terus kemassa bodi. Dengan demikian lampu
mundur akan hidup. Lampu mundur akan kembali mati jika sakelar pengapian
dimatikan atau tuas transmisi dipindahkan pada posisi yang lain.

437
d. Lampu Rem
Lampu rem adalah merupakan lampu isyarat yang pertama sekali
digunakan pada otomotif. Lampu rem memancarkan cahaya terang pada bagian
belakang kendaraan sebagai isyarat bahwa pengemudi akan menghentikan
kendaraan atau memperlambat kecepatan kendaraan dengan pengereman.
Jaringan kelistrikan lampu rem dibagi tiga macam yaitu jaringan
kelistrikan rem dengan sakelar tunggal pada pedal, jaringan kelistrikan rem
dengan sakelar ganda pada pedal dan jaringan kelistrikan rem dengan
pengontrol volume minyak rem.

1) Jaringan Kelistrikan Rem dengan Sakelar Tunggal


Gambar 9.110 adalah merupakan jaringan kelistrikan rem yang paling
sederhana digunakan pada kendaraan. Lampu rem akan bekerja apabila sakelar
lampu rem pada pedal berhubungan. Lampu tanda peringatan rem parkir akan
hidup jika sakelar utama atau kunci kontak pada posisi ON/IG dan rem parkir
atau rem tangan sedang bekerja.

Gambar 9.110.Jaringan kelistrikan rem dengan sakelar tunggal


(Toyota 2000:5- 40)
Bila pedal rem diinjak maka sakelar lampu rem akan terhubung dan arus
listrik dari baterai akan mengalir ke fusible link, sekering lampu rem, sakelar
lampu rem, lampu-lampu rem dan terakhir ke massa bodi kendaraan sehingga

438
lampu hidup. Lampu rem kembali akan mati jika injakan pada pedal rem
dilepaskan.
Selanjutnya jika tuas rem parkir ditarik pada saat kunci ON/IG maka arus
listrik akan mengalir dari baterai ke fusible link, sakelar kunci kontak, sekering
heater, lampu peringatan rem, sakelar lampu parkir, dan massa bodi sehingga
lampu peringatan rem pada instrumen akan hidup.

2) Jaringan Kelistrikan Rem dengan Sakelar Ganda


Pada sistem ini terdapat beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis
sakelar tunggal. Dengan sakelar ganda pada pedal, fungsi lampu peringatan
rem pada panel instrumen menjadi ganda yaitu sebagai lampu rem parkir dan
lampu peringatan tekanan master silinder.

Gambar 9.111. Jaringan kelistrikan Rem dengan Sakelar


Ganda (Toyota 2000 : 5-40)
Cara kerja lampu rem sama dengan jenis yang pertama yaitu bila pedal
rem diinjak maka arus listrik ke baterai akan mengalir ke fusible link, sekering
lampu rem, sakelar lampu rem, lampu-lampu rem dan terakhir ke massa bodi
sehingga lampu hidup. Sakelar tekanan minyak rem pada master silinder akan
terhubung jika tidak ada tekanan minyak rem pada master silinder. Sebaliknya

439
akan terputus bila pedal rem diinjak dan pada master silender ada tekanan
minyak rem.
Pada saat rem akhir digunakan dan kunci kontak ON maka arus listrik
dari baterai akan mengalir ke fusible link kunci kontak, sekering heater, lampu
peringtan rem, sakelar rem parkir, sakelar tekanan minyak rem dan terus ke
massa bodi. Karena pada master silinder tidak ada tekanan minyak maka
tekanan minyak rem terhubung sehingga lampu peringatan rem hidup.
Jika pedal rem diinjak maka lampu rem akan menyala dan lampu
peringatan rem pada panel instrumen akan mati karena pada master selinder
ada tekanan minyak rem dan sakelar tidak tersambung. Tetapi jika pedal rem di
injak saat terjadi kebocoran pada sistem rem disaat mobil berjalan atau pada
saat kunci kontak ON/IG maka lampu peringatan rem akan hidup. Pada saat
yang terakhir ini lampu dapat hidup disebabkan adanya aliran arus listrik dari
baterai ke fusible link, sakelar kunci kontak, sekering heater, lampu peringatan
rem, sakelar lampu rem, sakelar tekanan minyak dan terus ke massa.
Dengan adanya pengontrol tekanan minyak rem di dalam master silinder
kerusakan pada sistem rem akan dapat diketahui lebih awal dan bahaya
kerusakan sistem rem dapat dikurangi.

3) Jaringan Kelistrikan Rem dengan Pengontrol Volume Minyak


Sistem rem dengan pengontrol volume minyak rem adalah merupakan
penyempurnaan jenis pertama dan kedua. Lampu peringatan rem pada panel
instrumen kendaraan yang memakai sistem rem ini mempunyai tiga fungsi yaitu
(1) sebagai indikator bahwa rem parkir sedang bekerja; (2) indikator bahwa
tekanan minyak rem rendah disaat pedal rem diinjak dan (3) indikator bahwa
volume minyak rem pada reservoir berada di bawah volume minimum.

Gambar 9.112. Jaringan kelistrikan Lampu Rem dengan Pengontrol


Volume minyak rem ( Toyota 2000: 5 41)

440
Cara kerja pengontrol volume minyak rem pada gambar 9.112 di atas
adalah jika kunci kontk ON/ IG dan minyak rem pada reservoir berada pada
volume minimum maka arus listrik dari baterai akan mengalir ke fusible link ,
kunci kontak, lampu peringatan rem, sakelar reservoir dan terakhir ke massa
mobil. Sedangkan cara kerja lampu rem dan lampu indikator untuk tekanan
minyak rem sama dengan jenis rem sebelumnya.

e. Lampu Tanda Belok


Fungsi lampu tanda belok adalah sebagai isyarat kepada pengemudi
kendaraan lain atau pemakai jalan lainnya, bahwa mobil akan berbelok atau
pindah jalur. Rangkaian lampu tanda belok dikontrol dengan sakelar lampu
tanda belok yang dipasangkan pada rumah bagian atas dari kolom kemudi dan
berdekatan dengan roda kemudi.
Rangkaian lampu tanda belok terdiri dari sakelar, pengedip, dua buah
lampu indikator pada ruang kemudi, dan beberapa buah bola lampu yang
dipasang pada bagian depan, belakang dan samping kendaraan. Biasanya
sumber arus listriknya berasal dari terminal aksesoris pada kunci kontak seperti
terlihat pada gambar 9.113.

Gambar 9.113. Rangkaian Lampu Tanda Belok


(Sumadi 1979:121 )
Jika kunci kontak diputarkan ke posisi ON dan sakelar lampu tanda belok
diposisikan pada posisi belok ke kanan maka arus listrik akan mengalir dari
baterai ke kunci kontak, sekering, pengedip, sakelar lampu, lampu indikator, dan
lampu tanda belok bagian kanan dan terakhir ke massa mobil. Akibatnya lampu
indikator dan lampu tanda belok bagian kanan akan berkedip. Selanjutnya jika
sakelar lampu tanda belok dirobah posisinya ke posisi belok kiri maka lampu
indikator dan lampu tanda belok sebelah kiri akan berkedip.

441
Jenis pengedip yang digunakan untuk lampu tanda belok dibagi tiga
macam yaitu pengedip model gulungan, pengedip model mercury, dan pengedip
model transistor.
Berikut akan dijelaskan satu persatu tentang jenis-jenis pengedip
tersebut:
1) Pengedip Model Gulungan.
Pengedip (flasher) berfungsi untuk menentukan periodik kedipan lampu
tanda belok. gambar 9.114 merupakan rangkaian dari pengedip model gulungan
yang terdri dari inti besi sebagai magnet induksi, gulungan A dan gulungan B
yang dihubungkan paralel dengan baterai dimana kedua gulungan ini berfungsi
sebagai pembangkit magnet pada inti besi, sebuah kontak pemutus dan
penghubung arus listrik dan sebuah kondesor.

Gambar 9.114. Pengedip Model Gulungan (Toyota 2000:5-31)

Gambar 9.115.Memperlihatkan cara kerja pengedip model


gulungan saat sakelar dihubungkan .
(Toyota 2000:5 32)

442

Gambar 9.116. Cara Kerja Pengedip Saat Sakelar Dihubungkan


(Toyota 2000:5 32)
Arus listrik dari baterai akan mengalir ke sakelar, kontak, gulungan A dan
gulungan B. Dari gulungan A arus listrik mengalir ke lampu dan terus kemassa
baterai sehingga lampu menyala. Selanjutnya dari gulungan B arus listrik
mengalir ke kondesor dan terus ke massa. Pada saat ini lampu akan menyala
selama pengisian kondesor berlangsung dan titik kontak dalam keadaan
tertutup.
Jika pengisian kondensor telah penuh maka arus listrik hanya mengalir
ke gulungan A saja. Akibatnya kemagnetan hanya terjadi pada inti besi
digulungan A dan tidak ada magnet pada gulungan B yang dapat
menetralkannya seperti sebelumnya pada saat arus listrik masih mengalir ke
kondensor. Akibatnya titik kontak akan tertarik ke belakang/ terbuka sehingga
arus listrik terputus dan lampu akan mati. Disini yang menentukan lamanya
lampu menyala adalah kapasitas kondensor. Semakin besar kapasitas
kondensor yang digunakan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk
mengisi kondensor tersebut dan semakin lama juga lampu tanda belok menyala.
Dengan demikian kedipan lampu akan menjadi lambat.
Pada saat titik kontak terbuka maka kondensor akan melepaskan isinya
melalui gulungan B dan gulungan A terus ke lampu dan massa. Akibatnya arah
kemagnetan gulungan B dan A sama arahnya sehingga titik kontak tetap tertarik
beberapa saat. Walaupun ada arus listrik yang mengalir melalui lampu akan
tetapi lampu tidak akan hidup karena arus listrik tersebut kecil. Jika kondensor
telah selesai melepaskan isinya maka inti gulungan akan kehilangan gaya
kemagnetannya sehingga titik kontak kembali menutup dan arus listrik kembali
mengalir mengisi kondensor dan menyalakan lampu tanda belok. Demikian
secara terus- menerus kejadian menyalakan lampu secara berulangulang.

443
Apabila kapasitas atau daya lampu besar maka kondensor akan cepat
melepaskan arusnya dan lampu akan berkedip lebih cepat periodiknya.
Sebaliknya bila kapasitas bola lampu lebih rendah maka waktu kedipannya akan
lambat.

2) Pengedip model mercury


Pengedip model mercury adalah suatu pengedip yang periodik
pengedipannya diatur oleh mercury atau air raksa. gambar 9.104 sebelah kanan
adalah kontruksi dimana gulungannya digulung pada silinder bagian atas dan di
dalam silinder terdapat plunger dan mercury.

Gambar 9.117. Pengedip Model mercury dan Kotruksinya


(Toyota 2000:5-33)
Plunger dapat bergerak naik turun oleh pengaruh megnet listrik
gulungan. Keluar masuknya mercury ke dalam plunger diatur oleh lobang kecil
yang terdapat pada bagian bawah plunger . Disini yang berfungsi sebagai
konduktor adalah mercury. Jika mercury merendam kedua ujung terminal dari
gulungan maka arus listrik akan mengalir melalui mercury pada terminalterminal tersebut. Sebaliknya jika mercury tidak merendam kedua ujung
terminal maka pengaliran arus listrik akan segera terputus. Oleh karena itu
pemasangan pengedip model mercury ini harus menghadap ke atas dengan
arah vertikal seperti terlihat pada gambar 9.105 sebelah kiri.
Gambar 9.118A adalah keadaan lampu tanda belok sebelum sakelar
kunci kontak dan sakelar lampu tanda belok dihubungkan. Plunger masih
berada di bawah dan kedua terminal gulungan masih terendam mercury
sehingga saling berhubungan.

444

Gambar 9.118. Cara Kerja Pengedip Model mercury


(Toyota 2000: 5-34 )
Gambar 9.118B memperlihatkan saat sakelar kunci kontak dan sakelar
lampu tanda belok pada posisi ON. Arus listrik dari baterai akan mengalir ke
sekitar kunci kontak, gulungan, terminal satu, mercury, terminal dua, sakelar
lampu tanda belok, lampu dan terus ke massa bodi. Dengan demikian lampu
akan hidup dan pada saat yang bersamaan gulungan akan menjadi magnet dan
menarik plunger bergerak ke atas. mercury yang ikut terbawa naik ke atas
akan segera keluar melalui lubang pada bagian bawah plunger. Lampu akan
berhenti hidup jika cairan mercury yang ada pada plunger tidak lagi merendam
ke dua ujung terminal gulungan.
Gambar 9.106C adalah kondisi dimana terminal-terminal dari gulungan
tidak lagi terendam mercury. Akibatnya lampu akan mati dan gulungan
kehilangan kemagnetannya. Selanjutnya plunger akan kembali bergerak ke
bawah sehingga mercury kembali masuk ke dalam plunger melalui lubang pada
bagian bawah. Dalam waktu singkat kedua ujung terminal akan terhubung
kembali seperti keadaan pada gambar 9.106A dan ini terjadi berulangulang
selama sakelar kunci kontak dan sakelar lampu tanda belok pada posisi ON.
Cepat atau lambatnya frekwensi kedipan lampu tanda belok model
mercury ini sangat ditentukan oleh ukuran lubang pada bagian bawah plunger.

445
Jika lubangnya besar maka kedipan lampu akan semakin cepat dan begitu juga
sebaliknya.

3) Pengedip Model Semi Transistor


Pengedip model semi transistor berbeda dengan model gulungan dan
model mercury sebelumnya. Pada model semi transistor kedipan lampu tanda
belok dapat dibuat lebih stabil tanpa harus terpengaruh oleh adanya bola lampu
yang putus .
Apabila ada bola lampu tanda belok yang putus pada model gulungan
atau mercury akan terjadi kelambatan pengedipan atau tidak berkedip sama
sekali. Sedangkan untuk pengedip model semi transistor akan tetap bekerja
normal.

Gambar 9.119.Rangkaian Pengedip Model Semi Transisitor


(Toyota 2000:5-35)

446

Gambar 9.120. Pengedip Model Semi Transistor


(Toyota 2000:5-35)

f) Lampu Hazard
Rangkaian lampu hazard sama dengan rangkaian lampu tanda belok
tetapi hanya perlu penambahan sebuah sakelar untuk lampu hazard. Bila
sakelar hazard dihubungkan pada saat sakelar kunci kontak pada posisi ON
maka lampu tanda belok kiri dan kanan akan hidup sekaligus. Disamping itu
lampu hazard juga ada yang memiliki sumber arus listrik, pengedip dan sakelar
yang terpisah dari lampu tanda belok.
Lampu hazard biasa digunakan untuk memberi isyarat pada keadaan
atau kondisi darurat seperti mobil tidak dapat dihentikan pada pinggir jalan
akibat kerusakan. Kemudian ada juga digunakan untuk isyarat bahwa mobil
akan tetap berjalan lurus disaat mobil melalui jalan yang mempunyai
persimpangan.

447

Gambar 9.121. Rangkaian Lampu Hazard Dengan Sumber Arus


Melalui Kunci Kontak (Toyota 2000:5-39)

Gambar 9.122. Rangkaian Lampu Hazard Dengan Sumber Arus Listrik


Langsung Dari Baterai (William H 1979 :155)

448
g) Lampu Penerangan Awal
Dengan lampu penerangan awal pengemudi akan mudah melihat
ruangan kemudi untuk mempersiapkan menghidupkan mesin kendaraan pada
malam hari. Lampu penerangan awal ini terletak pada bagian ruang kemudi di
dekat silinder kunci kontak.
Lampu akan menyala untuk waktu kira-kira 30 detik setelah pengemudi
membuka pintu mobil dengan kunci. Lampu akan hidup kembali untuk waktu
yang sama apabila pengemudi mengulang membuka kunci pintu mobil dan
menutup pintu kembali. Kemudian lampu akan segera mati setelah 0,5 detik apa
bila kunci kontak diputar ke posisi ON diantara waktu 30 detik tersebut.
Lampu penerangan awal bekerja berdasarkan pada sakelar yang
terdapat pada kunci pintu mobil. Pintu mobil akan terbuka jika kunci pintu diputar
ke kiri dengan sudut 30 derajat dan lampu penerangan awal akan bekerja jika
kunci pintu diputar 10 derajat lagi ke kiri seperti terlihat pada gambar 9.123 di
bawah ini.

Gambar 9.123. Posisi Kunci Pintu Saat Pintu Dibuka dan Saat
Lampu Penerangan Awal Bekerja
(A.P Young 1978 :235)

Gambar 9.124. Rangkaian Lampu Penerangan Awal


(A.P. Young 1978 :236)

449
Perkembangan sistem penerangan pada mobil terus berkembang sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan pengemudi. Walaupun demikian fungsi dari
lampu-lampu pada sistem penerangan tetap sama. Perkembangan teknologi
untuk sistim penerangan ini lebih banyak diarahkan pada penyempurnaan dari
teknologi yang dipakai sebelumnya .

6. Sistem Pembersih Kaca (Wiper)


Jaringan kelistrikan sistem pembersih kaca terdiri dari motor penggerak
pebersih kaca, pembersih kaca, sakelar motor penggerak, motor pompa air
pembersih, sakelar motor pompa dan kelengkapan lainnya. Jaringan kelistrikan
sistem pembersih kaca ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 9.125. Jaringan Kelistrikan Sistem Pembersih Kaca


( Toyota 2000:5-43)
a. Motor Penggerak Pembersih Kaca (Motor Wiper)
Motor penggerak pembersih kaca atau lebih dikenal dengan sebutan
motor wiper berfungsi untuk menggerakkan daun pembersih kaca. Pada gambar
dibawah terlihat potongan dari sebutan wiper dengan dua kecepatan . Motor
wiper adalah merupakan motor listrik yang menggunakan magnet permanen
pada statornya dan armature pada sebagai rotornya. Poros rotor ditumpu oleh
dua buah bola agar bunyi dan putaran rotor dapat lebih halus dan lebih lembut .
Pada ujung poros rotor terdapat gigi yang menggerakkan gigi penggerak daun
pembersih kaca. Kemudian pada gigi tersebut terdapat plat nok (cam plate)
yang berfungsi sebagai sakelar autostop.

450

Gambar 9.126. Potongan Motor wiper


(JH Haynes 1978:235)

Gambar 9.127.Jaringan Kelistrikan Motor wiper Dengan Dua


Tingkat Kecepatan (JH Haynes 1978 :235)
Motor wiper pada gambar di atas adalah jenis motor wiper yang memiliki
dua tingkat kecepatan dengan autostop.. Sikat ( brush) B,1 dan B.2 mempuyai
sudut 60 derajat dimana sikat B.1 berfungsi pada putaran lambat dan B.2
berfungsi pada putaran tinggi, sedangkan sikat B.3 berfungsi sebagai sikat
negatif .

451
Cara Kerja Motor wiper :
1) Pada Kecepatan Rendah
Pada saat sakelar motor wiper diposisikan pada kecepatan rendah (low
speed) maka arus listrik akan mengalir dari baterai keterminal L sakelar ,
terminal LR1 sakelar, terminal B1, terminal B3 dan terus kemassa boda
sehingga motor wiper berputar lambat.

2) Pada Kecepatan Tinggi


Saat sakelar motor wiper ditarik dua kali ke belakang atau diposisikan
pada kecepatan tinggi (high speed) maka arus listrik akan mengalir dari baterai
ke terminal L sakelar, terminal LB 1, terminal B2, terminal B3, dan terus ke
massa bodi sehingga motor wiper berputar cepat.

3) Posisi Autostop
Fungsi autostop adalah untuk menjaga agar daun pembersih kaca dapat
berhenti pada bagian tertentu dari kaca mobil sehingga tidak menghalangi
pandangan pengemudi dalam mengendarai kendaraan. Tanpa autostop daun
pembersih kaca akan berhenti di mana saja disaat sakelar sakelar motor wiper
dimatikan.

Gambar 9.128. Posisi Autostop Bekerja


(JH Haynes 1978:237)

452
b. Daun Pembersih Kaca
Daun pembersih kaca adalah bagian sistem pembersih kaca yang
berhubungan langsung dengan kaca mobil. Daun pembersih kaca digerakkan
oleh motor wiper setelah gerakan putaran motor wiper dirubah menjadi gerak
bolak balik melalui lengan engkol. Biasanya daun pembersih kaca ini terbuat
dari bahan yang lembut dan tahan terhadap perubahan suhu yang relatif tinggi.
Pergerakan daun pembersih kaca dibuat searah dan dapat dibuat searah dan
dapat dibuat berlawanan arah antara daun pembersih yang satu dengan yang
lainnya.

Gambar 9.129. Daun Pembersih Kaca Dengan Gerakan Searah dan


Mekanik Pemindah Tenaga D

Gambar 9.130.Daun Pembersih Kaca Dengan Gerakan Berlawanan


Arah ( Chek.-Chart 1978 :264)

453
c. Sakelar Motor Wiper
Sakelar motor wiper dipasangkan diantara sumber tenaga dengan
pemanasan motor wiper. Sakelar motor wiper tidak mengambil arus listrik dari
sakelar pengapian atau kunci kontak. Sakelar motor wiper dapat dipasangkan
pada panel instrumen.
Sakelar motor wiper yang dipasangkan pada panel instrumen biasanya
dioperasikan dengan jalan ditarik. Tarikan pertama digunakan untuk kecepatan
lambat dan tarikan berikutnya untuk kecepatan yang lebih tinggi. Sedangkan
sakelar yang dipasangkan pada kolum kemudi biasanya dioperasikan dengan
tuas, dimana pada tuas tersebut sekaligus dipasangkan juga sakelar untuk
penggerak pompa air pembersih.
d. Motor Pompa Air Pembersih

Gambar 9.131. Ujung saluran air pembersih kaca yang dipasangkan


langsung pada daun pembersih kaca
(Chek-Chart 1978 : 264)

454
Fungsi pompa air pembersih adalah untuk menyemprotkan air pada
permukaan kaca yang sudah kotor agar mudah dibersihkan sebelum motor
wiper dihidupkan. Motor ini diletakkan berdekatan dengan tangki air pembersih.
Biasanya sakelar motor pembersih kaca dibuat menjadi satu bagian dengan
sakelar motor wiper .
Cara kerjanya adalah sebagai berikut; jika sakelar motor pompa
dihidupkan maka terminal W dan E pada gambar dibawah akan terhubung. Arus
listrik dari baterai akan mengalir ke fusible link, IG switch,, fuse wiper, motor, W,
E, dan terus ke massa bodi sehingga motor bekerja memompakan air
pembersih kaca.
Agar air pembersih kaca ini dapat membasahi kaca dengan baik maka
pada ujung salurannya dilengkapi nozzle. Kemudian ada ujung saluran air
pembersih ini yang dipasangkan langsung pada daun pembersih kaca sehingga
air pembersih dapat membasahi seluruh kaca dengan baik seperti terlihat pada
gambar berikut ini:

e. Intermitten wiper

Gambar 9.132.Jaringan kelistrikan Intermitten wiper


(Toyota 2000:5- 44)
Intermitten wiper adalah penggunaan wiper yang terputusputus
jalannya. Kerjanya diatur oleh relai pengontrol berdasarkan sistem elekronik .

455
Dimana relai akan mengatur kerja relai magnet 0,5 detik ON dan 4,5 detik OFF.
Berbeda dengan sistim pembersih kaca sebelumnya, disini sumber arus
listriknya diambilkan dari sakelar utama atau kunci kontak. Kemudian sakelar
motor wipernya terdiri atas empat posisi yaitu OFF, IN, LOW, dan HI. Posisi INT
adalah merupakan disaat motor wiper dioperasikan secara terputus putus
(intermitten wiper) dan memiliki dua kecepatan juga yaitu kecepatan lambat dan
kecepatan tinggi. Rangkaian dan cara kerja intermitten wiper ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Cara Kerja Intermitten wiper
1) Disaat Sakelar IG dan INT di ON kan
Disaat sakelar IG dan INT di ON kan maka arus listrik dari baterai akan
mengalir .ke terminal 3 relai, R1, Tr1 dan terus ke massa. dari terminal 3 arus
juga mengalir ke gulungan, D4, Tr1, terminal 4, sakelar wiper dan massa
sehingga gulungan menjadi magnet dan P3 akan berhubungan dengan P2.
Akibatnya arus listrik dari terminal 3 relai akan mengalir ke a , P2, P3, terminal
1, sakelar INT, Motro wiper , E dan massa bodi dan motor wiper akan bekerja
pada putaran lambat, lihat gambar 9.133 di atas. Saat motor wiper telah
berputar bersamaan dengan pengisian kondensor (C1)

Gambar 9.133. Jaringan Kelistrikan Intermitte wiper Saat


Pengisian (Toyota 2000:5-45)

456
Pada saat motor wiper mulai bekerja maka pelat nok akan
menghubungkan terminal S1 dangan S3 sehingga arus listrik dari baterai akan
mengalir ke sekering, terminal S, titik kontak S3, terminal S1 terminal positif (+),
terminal 2 relai, dioda D2, condensor C dan terus ke massa melalui Tr1 dan
kondensor C1 mulai diisi.
Kemudian bila kondensor C1 telah terisi penuh maka pengisian
kondensor akan terhenti dan ini mengakibatkan tegangan di C naik dan arus
listrik akan mengalir ke D3 sehingga Tr2 ON dan Tr1 OFF. Akibatnya arus listrik
dari terminal 3 mengalir ke R1, Tr2, teminal 4 dan terus ke massa bodi. Karena
Tr1 OFF maka P3 akan berhubungan dengan P1 dan arus listrik dan arus listrik
dariterminal 2 mengalir ke P1, P3, teminal +1, motor, terminal E dan terus ke
massa bodi dan motor masih tetap berputar.
Saat pelat nok berputar satu putaran maka titik kontak akan melepaskan
hubungan antara S1 dengan S3. Selanjutnya S1 akan berhubungan dengan S2
dan ini mengakibatkan motor berhenti berputar. Arus listrik yang ke terminal 2
juga akan berhenti mengalir dan mengakibatkan kondensor melepaskan isinya
melalui base Tr2 ke massa bodi. Setelah kondensor C1 selesai melepaskan
isinya Tr2 akan OFF dan mengakibatkan Tr1 ON dan motor wiper akan kembali
bekerja dengan kecepatan rendah.

7. Menguji dan Memperbaiki Sistem Penerangan dan


Wiring
a. Menguji Sistem Penerangan dan Wiring
Selain pemasangan komponen-komponen sistem penerangan hal
penting yang harus dilakukan juga adalah, pengujian sistem penerangan.
Komponen-komponen yang perlu kita periksa pada sistem penerangan dan
wiring adalah: baterai, saklar utama, sekering, lampu-lampu, relay, wiring atau
pengkabelan.

1) Baterai
Baterai dapat diperiksa dengan baterai checker, sehingga dapat diketahui
kondisi baterai apakah masih baik atau sudah jelek. Jika hasilnya masih baik
berarti masih dapat digunakan sedangkan apabila kondisinya kurang baik maka
perlu ditambah air accu atau perlu dicharger.

2) Saklar utama
Avometer dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan memeriksa kondisi
saklar utama. Apabila kerja dari saklar utama sudah benar maka tugas
selanjutnya tinggal menyambungkan dengan komponen-komponen sistem
penerangan yang lain. Apabila hubungan-hubungannya tidak baik maka perlu
dilakukan perbaikan.

457
3) Fuse
Fuse berfungsi untuk menyalurkan dan membatasi arus listrik yang
mengalir pada rangkaian dalam suatu sistem. Untuk itu fuse perlu diuji
kondisinya apakah masih dapat digunakan ataukah harus diganti. Untuk menguji
kodisi fuse secara visual dapat dilihat dari kawat yang terdapat dalam house
fuse apakah sudah putus atau masih tersambung. Kalau tidak dapat dilihat
secara visual, maka dapat digunakan avometer. Apabila kita lihat filamen pada
fuse terputus berarti kondisi fuse jelek. Apabila terlihat tidak putus maka kita
perlu memastikannya dengan bantuan avometer. Apabila dihubungkan kedua
ujung fuse dengan ohmmeter jarum menunjuk berarti kondisi fuse masih baik
dan apabila jarum tidak menunjuk (pada posisi hambatan terbesar) berarti
kondisi fuse jelek. Maka perlu diadakan penggantian.

4) Lampu
Pengujian lampu apabila dalam kondisi terpasang tidak menyala, maka
terlebih dahulu lampu kita lepas dari dudukannya. Kemudian kita gunakan
ohmmeter untuk memeriksanya. Kemudian hubungkan kedua colok/probe
ohmmeter dengan kedua kaki filamen lampu. Apabila jarum menunjuk berarti
lampu tidak putus dan kita periksa komponen yang lain. Apabila jarum tidak
menunjuk berarti lampu putus, maka harus diganti.

5) Relay
Sistem penerangan tidak bekerja salah satu penyebab diantaranya
adalah relay rusak. Kerusakan relay ini biasa disebabkan oleh lamanya
pemakaian. Untuk selang yang menggunakan 4 kaki, terminal-terminal yang ada
yaitu terminal 30,85,86,87. Cara pengujian relay kita dapat menggunakan
ohmmeter dan baterai. Pertama kita hubungkan kedua colok ohmmeter dengan
terminal 85 dan 86. Apabila jarum menunjukkan angka tertentu, berarti
kumparan penghasil medan magnet tidak putus. Untuk memastikan kerja dari
relay kita bisa menggunakan baterai. Terminal 30 dan 86 kita hubungkan
dengan terminal (+) baterai dan terminal 85 kita hubungkan dengan (-) baterai
sementara tes lamp kita hubungkan antara (-) baterai dengan terminal 87 relay,
bila tes lamp menyala berarti relay dalam keadaan baik, Bila tidak menyala
berarti relay harus diganti.

6) Wiring (Pengkabelan)
Kerusakan pada wiring ini biasanya disebabkan karena keteledoran
mekanik dan usia mobil. Pemasangan pengkabelan yang tidak rapi setelah
proses perbaikan mesin ataupun body sering menjadi penyebab kesalahan
ataupun kerusakan wiring. Apabila pemasangan tidak rapi maka kabel-kabel
akan mudah tersentuh oleh pengguna ataupun alat pada saat proses perbaikan,
hal ini akan berakibat kabel putus atau hubungan singkat. Karena usia mobil
juga dapat menimbulkan kerusakan pada kabel-kabelnya. Sebagai contoh mobil
yang sudah tua maka pada pengkabelannya akan timbul kerak-kerak putih dan

458
bila sering terjadi tekukan-tekukan maka kabel akan cepat putus. Untuk itu perlu
diadakan pengecekan dan pengujian pada wiring jika terjadi sistem penerangan
tidak bekerja dengan baik. Untuk melakukan pengujian wiring maka kita
memerlukan alat bantu Avometer. Untuk mengetahui putus tidaknya suatu kabel
dan untuk melihat ada tidaknya tegangan pada suatu kabel. Cara memeriksa /
menguji suatu kabel yaitu dengan jalan menghubungkan kedua colok ohmmeter
dengan kedua ujung kabel. Bila ada hubungan (jarum bergerak) berarti kabel
putus, maka perlu kita perbaiki.

b. Memperbaiki Sistem Penerangan dan Wiring


Untuk melakukan perbaikan sistem penerangan dan wiring harus
mengetahui sirkuit/diagram atau jaringan-jaringan kabel kelistrikannya, sehingga
untuk melakukan perbaikan adanya gangguan-gangguan pada sistem
penerangan dengan mudah dapat ditelusuri.
Adapun gangguan-gangguan pada sistem penerangan biasanya dapat
dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1) Lampu tidak menyala
2) Lampu menyala tidak terang
3) Lampu menyala terang apabila mesin berputar cepat, dan tidak terang waktu
mesin berputar lambat.
Gangguan-gangguan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal.
Adapun bagaimana cara menguji dan mencari gangguan tersebut akan
dijelaskan dalam uraian ini.
1) Lampu Tidak menyala
Peristiwa ini dapat terjadi pada semua lampu atau sebagian saja. Tidak
menyalanya lampu dapat disebabkan oleh:
a) Putusnya filamen dari lampu tersebut
b) Tidak adanya aliran arus
Apabila Semua lampu tidak menyala, maka kemungkinan besar yang
dapat terjadi adalah tidak adanya aliran arus pada sakelar lampu. Untuk itu,
dapat dilakukanlah hal-hal sebagai berikut:
a) Periksalah sekering yang menghubungkan saklar lampu dengan baterai
Apabila sekering putus, maka gantilah sekering. Hidupkan lampu-tampu.
Kalau sekarang lampu menyala, berarti gangguan disebabkan oleh
sekering yang putus
Apabila sekering tidak putus, maka periksalah terminal sekering yang
menuju ke lampu tester, kalau lampu tester tidak menyala berarti
hubungan sekering ke baterai lewat ampermeter putus. Untuk itu,
periksalah sambungannya dari kemungkinan kendor atau terlepas.
Kemudian keraskan dan betulkan.
Apabila pada terminal sekering ke baterai ada aliran listrik, maka
selanjutnya periksa terminal sekering yang menuju ke sakelar lampu
dengan menggunakan lampu tester. Apabila pada terminal tersebut tidak

459
ada aliran, berarti kedudukan sekering kendor atau jepitannya berkarat.
Untuk ini keraskan dudukan sekering dan bersihkan kotoran atau karat
yang ada, hingga terminal dapat mengeluarkan arus listrik. Sekarang
hidupkan lampu, apabila lampu menyala, berarti gangguan disebabkan
oleh duduknya sekering tadi.

b) Periksalah terminal B pada sakelar lampu dengan menggunakan lampu


tester
Kalau lampu tester tidak menyala, berarti ada kebocoran atau hubungan
putus di antara kotak sekering dengan sakelar lampu. Periksa
hubungannya dari kemungkinan kendor berkarat, hubungan terbuka dan
hubungan singkat. Jika demikian, maka perbaiki terlebih dahulu.
Kalau lampu tester menyala, berarti pada terminal tersebut terdapat
aliran arus. Selanjutnya hidupkan lampu. Bila lampu-lampu tetap tidak
menyala, maka perbaiki atau ganti sakelar lampu.
2) Lampu Besar Tidak Menyala
Kalau semua lampu besar tidak menyala, berarti tidak ada aliran arus
pada sakelar dim. Untuk menentukan di manakah letak gangguan, maka
lakukanlah pemeriksaan sebagai berikut:
a) Hidupkan lampu parkir
Kalau lampu parkir tidak menyala, berati gangguan terletak di antara
baterai dengan sakelar lampu.
Kalau lampu parkir menyala, berarti gangguan terletak di antara sakelar
lampu dan sakelar dim. Maka lanjutkan pemeriksaan.

b) Periksa terminal L pada sakelar lampu yang menghubungkan sakelar dalam


dengan sakelar lampu. Sakelar harus dalam posisi hidup dan hubungkan
terminal tersebut dengan massa melalui lampu tester.
Apabila lampu tester tidak menyala, berarti tidak ada aliran listrik. Maka
bongkar dan perbaiki sakelar lampu atau ganti dengan sakelar baru.
Apabila lampu tester menyala, maka lanjutkan dengan pemeriksaan
sakelar dim.
c) Periksa terminal L yang masuk ke sakelar dim dengan menggunakan
lampu tester
Kalau lampu tester tidak menyala, berarti ada hubungan terbuka atau
hubungan singkat di antara sakelar lampu dan sakelar dim. Periksa
hubungannya dan kemungkinan putus, kendor, berkarat atau hubungan
singkat. Jika demikian, maka lakukanlah perbaikan.
Kalau lampu tester menyala, berarti ada arus masuk. Selanjutnya periksa
terminal ke lampu-lampu dengan menggunakan lampu tester. Apabila
pada terminal tersebut tidak keluar arus, berarti sakelar dim rusak.
Selanjutnya bongkar dan perbaiki atau ganti dengan yang baru. Apabila
dari terminal keluar arus, maka periksa dan perbaiki hubungan antara
sakelar dim dan lampu, hingga lampu menyala.

460

3) Sebuah Lampu Tidak Menyala


Kalau sebuah lampu tidak menyala, maka kemungkinannya adalah
putusnya hubungan antara lampu dengan sakelar dim. Untuk itu lakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
a) Periksa bola lampu
Kalau bola lampu putus, maka ganti dengan lampu yang baru.
Kalau bola lampu tidak putus, maka periksa hubungan masa pada
dudukan lampu dari kemungkinan longgar dan berkarat. Jika demikian,
maka perbaiki terlebih dahulu, hingga hubungan masa lampu baik. Kalau
sekarang lampu menyala, berarti gangguan terletak pada massa lampu
tadi. Kalau lampu masih belum menyala, maka lanjutkan dengan
pemeriksaan.
b) Periksa hubungan antara lampu
Periksa hubungan antara lampu dengan sakelar dim, dari kemungkinan
putus, sambungan kendor atau hubungan singkat. Jika demikian, maka
perbaiki sambungan atau ganti kabel hingga lampu menyala.
4) Semua Lampu Menyala Tidak Terang
Kalau semua lampu menyala tidak terang, berarti arus yang mengalir ke
lampu-lampu adalah kecil. Maka lakukanlah pemeriksaan sebagai berikut:
a) Periksa lampu tanda pengisian atau jarum ampermeter pada dashbord
Kalau lampu tanda pengisian atau ampermeter menunjukkan tidak ada
pengisian (discharge), berarti tidak terangnya nyala lampu disebabkan
oleh pemakaian arus yang tidak seimbang terhadap kapasitas sumber
arus. Untuk ini, maka kurangi pemakaian alat-alat listrik atau percepat
putaran mesin. Apabila dengan mengurangi pemakaian alat atau
penambahan putaran mesin, masih belum ada pengisian, maka perbaiki
sistem pengisian terlebih dahulu, hingga terjadi pengisian.
Kalau lampu tanda pengisian atau jarum ampermeter menunjukkan
adanya pengisian, maka gangguan terdapat pada sistem penerangan.
Untuk ini, maka lanjutkan pemeriksaan pada sistem penerangan.
b) Lepaskan semua bola lampu, periksa dudukan bola lampu dari
kemungkinan kendor dan berkarat. Jika terjadi hal demikian, maka perbaiki
kedudukan bola lampu hingga baik hubungan masanya.
c) Periksa dari kemungkinan terjadi hubungan singkat sebagai berikut:
Setelah semua bola lampu terlepas, tempatnya sakelar lampu pada
posisi OFF. Periksa hubungan kabel lampu dengan masa dengan
menggunakan ohmmeter atau multitester. Apabila jarum tester bergerak
ke kanan, berarti terdapat hubungan pendek dan bila jarum tester, tidak
bergerak, berarti tidak terdapat hubungan singkat.
Apabila semua lampu menyala tidak terang, maka hubungan singkat
terjadi antara sekering dengan ampermeter.

461
Apabila tidak terdapat hubungan pendek, maka periksa sambungansambungan. Bersihkan dan keraskan sambungan yang kotor dan
longgar.
Periksa pula sakelar lampu dan sakelar dim dari aus dan kotor. Perbaiki
dan bersihkan keausan dan kotoran karena dapat menjadi hambatan
yang besar.
5) Salah satu lampu menyala tidak terang
Apabila terjadi keadaan seperti ini, maka lakukanlah pemeriksaan
sebagai berikut:
a) Periksa kedudukan bola lampu dari kemungkinan kendor dan berkarat. Bila
demikian, kokohkan kedudukan bola lampu dan bersihkan karatnya. Apabila
sekarang lampu menyala terang, berarti gangguan pada dudukan bola
lampu tadi.
b) Apabila nyala lampu masih tidak terang, maka periksalah hubungan kabel
lampu tersebut yang menuju ke sakelarnya. Keraskan hubungan yang
longgar, bersihkan karat dan kotoran yang menempel pada sambungan. Bila
dengan demikian lampu masih menyala tidak terang, maka periksalah kabel
dan kemungkinan hampir putus. Gantilah kabel yang hampir putus, supaya
lampu menyala terang kembali.
6)

Lampu menyala terang apabila mesin berputar cepat dan tidak terang
apabila mesin berputar lambat. Pada peristiwa ini, besarnya aliran listirik
pada lampu-lampu tergantung putaran mesin. Makin cepat putaran, makin
besar arus yang mengalir ke alat-alat, dan sebaliknya. Jadi tidak stabil,
berarti alat penyetabil arus yaitu baterai tidak bekerja. Baterai tidak dapat
menampung kelebihan arus dari sistem pengisian dan tidak dapat
menambah kekurangan arus ke alat-alat, sewaktu sistem pengisian
menghasiikan arus kecil. Untuk itu, maka periksa elektrolit dalam baterai.
Kalau elektrolitnya habis, maka tambah accu. Kalau Jumlah elektrolit cukup,
tetapi nyala lampu tidak terang, menandakan baterai tidak dapat
menyimpan arus lagi. Pada sel-seinya sudah terjadi hubungan singkat. Oleh
karenanya ganti baterai.

7) Lampu-lampu lekas putus


Apabila terjadi umur lampu yang pendek, menandakan bahwa kekuatan
lampu berada jauh di bawah kekuatan sumber arus. Jadi tegangan arus
terlalu tinggi. Untuk ini, maka periksa regulator tegangannya, dan setelah
tegangan listrik pengeluaran dinamo/alternartor tidak lebih dari 14,8 volt.
Kalau dengan menyetel regulator tegangan, tidak diperoleh penurunan
tegangan, maka periksa dinamo/alternator.
8) Gangguan pada lampu tanda belok (lampu sein)
Sistem lampu sein ini dapat mengalami berbagai gangguan yang
disebabkan oleh beberapa hal yaitu: (1) adanya kerusakan pada bagian-bagian

462
sistem pada rangkaian tersebut, misalnya sekering putus, flaser rusak,
saklar/switch rusak atau bola lampunya putus dan sebagainya; (2) adanya
tahanan yang terlalu tinggi, hal ini bisa terjadi pada jaringan kabel, sambungan
berkarat atau connectornya juga mungkin berkarat dan longgar; dan (3)
tegangan, listrik yang terlalu rendah. Hal-hal tersebut dapat langsung kita
saksikan dengan panca indera kita seperti lampu tidak menyala dan lampu tidak
berkedip.
Gangguan yang terjadi pada sistem lampu belok adalah kunci kontak
tidak dapat menghubungkan arus dengan baik. Dari hal tersebut dapat
disebabkan oleh: (1) adanya sambungan yang longgar antara kabel penyalur
dengan terminal kunci kontak; (2) adanya kerusakan pada kunci kontak itu
sendiri, misalnya telah mengalami keausan yang banyak. Sambungan yang
kendor dapat langsung kita periksa dengan mudah menggunakan tangan. Kalau
ternyata kendor maka perbaikan yang harus diiakukan yaitu dengan
mengeraskan sekrup-sekrupnya. Untuk kerusakan pada kunci itu sendiri tidak
dapat diperiksa dengan panca indra namun harus menggunakan sebuah
multitester atau ohmeter. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur besarnya
tahanan antara terminal B (AM) dengan, terminal St kunci kontak dalam
keadaan starter dan netral. Dalam keadaan starter, tahanannya harus nol. Dan
dalam keadaan netral, tahanan kedua terminal haruslah tak terhingga.
Gangguan-gangguan yang terjadi dalam kunci kontak maupun pada kunci
sambungan selain kendor sebagian besar disebabkan oleh adanya karatan,
dengan membersihkan karat gangguan akan teratasi.
Hal-hal pada sekering yang dapat menjadi gangguan ialah sekering
putus, dudukannya sekering kurang kuat dan dudukannya berkarat. Keadaan ini
dapat mengakibatkan tidak mengalirkan arus listrik dari baterai ke alat-alat bantu
listrik dan tegangan listrik yang bekerja pada alat-alat bantu menjadi terlalu
rendah. Apabila terjadi hal yang demikian, berarti alat-alat bantu tidak dapat
bekerja dengan sempurna. Untuk itu, maka sekering yang putus harus segera
diganti, dudukan yang longgar dan berkarat harus segera di kokohkan dan
dibersihkan.

D. RANGKUMAN
1. Sistem starter adalah suatu sistem yang dapat merubah energi listrik
menjadi energi mekanik sehingga bisa mengerakkan motor starter untuk
menghidupkan mesin
2. Sistem pengapian pada mobil berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai
dari 12 Volt menjadi 10 KV atau lebih dengan menggunakan koil pengapian,
dan mendistribusikan tegangan tersebut ke masing-masing busi melalui
distributor dan kabel tegangan tinggi sesuai saat pengapian.
3. Gangguan pada sistem pengapian, biasanya disebabkan oleh misfiring
pada saat terjadinya pengapian. Pemeriksaan sistem pengapian apabila
terjadi gangguan dapat dilakukan dengan pemeriksaan loncatan bunga api,
tes busi, pemeriksaan distributor dan lain-lain.

463
4. Sistem pengisian berfungsi untuk mengisi (recharger) baterai sekaligus
memenuhi kebutuhan suplai arus listrik pada sistem kelistrikan mobil.
5. Pada dasarnya dalam perbaikan suatu komponen pada sistem penerangan
diperlukan pengetahuan tentang jaringan/kabel, diagram dari rangkaian dan
juga diagram komponen itu sendiri, sehingga dengan model kompetensi ini
diharapkan mampu melakukan perbaikan dengan melakukan pemeriksaan
dan pengujian dari masing-masing kamponennya. Maka dengan dasar
tersebut mampu melakukan perbaikan sistem penerangan dan wiring itu
sendiri.

E. EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan elektron, konduktor, dan isolator?
2. Tulis dan jelaskan parameter utama untuk membeli sebuah baterai mobil !
3. Tuliskan dan jelaskan 5 komponen-komponen sistem pengapian!
4. Buatlah rangkaian sistem pengapian !
5. Tuliskan dan jelaskan 5 komponen-komponen sistem starting!
6. Buatlah rangkaian sistem starter !
7. Jelaskanlah salah satu cara kerja sistem pengisian elektronik !
8. Tuliskan dan jelaskan 5 komponen-komponen sistem kelistrikan bodi mobil!
9. Buatlah rangkaian sistem penerangan lampu depan !
10. Jelaskan prosedur trouble shooting pada sistem pengapian dan penerangan!

You might also like