Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam organisasi di mana terdapat kegiatan kelompok, kepemimpinan sangat dibutuhkan
karena kegiatan dapat terarah dan lebih mudah serta efektif. Suatu organisasi akan berhasil
atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh pemimpin. Dengan kata lain
kepemimpinan merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kehidupan kelompok atau
organisasi yang sehat sesuai dengan tujuan pembentukan kelompok atau organisasi itu.
Kepemimpinan menuntut bakat tertentu tetapi di samping itu pula pembinaan baik lewat
pendidikan maupun pengalaman hidup sehari-hari. Karena pemimpin merupakan faktor kritis
yang dapat menentukan maju mundurnya atau hidup matinya suatu usaha kegiatan bersama,
baik organisasi sosial hingga dalam bidang kesehatan. Oleh sebab itu pemimpin harus
mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba dan mengoreksi kelemahan dan sanggup
membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah dtentukan.
Setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian
sendiri yang unik sehingga tingkah lakunya dan gaya yang membedakan dirinya dengan
orang lain. Selain hal-hal tersebut gaya kepemimpina juga dipengaruhi oleh pembantunya
yang mengelilingi dirinya, sarana yang dipakai dan idelogi yang dianut untuk mencapai
tujuan sehingga gaya yang diterapkan seorang pemimpin dalam setiap lembaga atau
organisasi berbeda-beda.
Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu telah berlangsung dengan
adanya kerjasama dan saling melindungi yang muncul pada kehidupan sosial maupun
kelompok masyarakat. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah
orang yang paling kuat dan pemberani sehingga ada aturan yang harus disepakati bersama.
Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dalam pembuatan
keputusan (Robert Dubin, 1951). Ada juga yang mengartikan suatu inisiatif untuk bertindak
yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari
suatu persoalan bersama (J.K. Hemphill, 1954). Lebih jauh lagi George R. Terry merumuskan
bahwa kepemimpinan itu adalah aktivis untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan
mencapai tujuan organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2. Apa saja penemuan klasik tentang kepemimpinan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Batasan tentang kepemimpinan banyak macamnya. Beberapa di antaranya adalah:
1. Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga
orang tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat
menyelesaikan tugas-tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead).
2
kepemimpinan banyak menarik perhatian para ahli untuk dipelajari. Di Amerika Serikat
terdapat banyak serangkaian penelitian tentang kepemimpinan mulai dari yang klasik
sampai yang modern. Bagian ini akan melihat bagian perkembangan studi klasik dari
kepemimpinan tersebut.
1) Studi Iowa
Usaha untuk mempelajari kepemimpinan pada mulanya dilakukan pada tahun 1930
oleh Ronald Lippitt dan Ralph K. White dibawah pengarahan Kurt Lewin di Universitas
Iowa. Usaha ini mempunyai dampak yang panjang terhadap studi - studi berikutnya.
Dalam penelitian ini klub hobi anak - anak yang berumur 10 tahun dibentuk. Setiap klub
diminta memainkan tiga style kepemimpinan, yakni: otokratis, demokratis, dan
semaunya sendiri (laissez faire). Pemimpin yang otoriter bertindak sangat direktif, selalu
memberikan pengarahan, dan tidak memberikan kesempatan untuk timbulnya
partisipasi.
Kepemimpinan seperti ini cenderung memberikan perhatian individual ketika
memberikan pujian dan kritik, tetapi berusaha untuk lebih bersikap impersonal dan
berkawan dibandingkan dengan bermusuhan secara terbuka. Pemimpin yang demokratis
mendorong kelompok diskusi dan pembuat keputusan. Pemimpin ini mencoba untuk
bersikap objektif di dalam pemberian pujian atau kritik, dan menjadi satu dengan
kelompok daam hal memberikan spirit. Adapun pemimpin smaunya sendiri (Laissez
Faire) memberikan kebebasan yang mutlak pada kelompok. Pemimpin semacam ini
pada hakikatnya tidak memberikan contoh kepemimpinan.
Dengan melakukan eksperimen atau menciptakan suatu kondisi eksperimen tiga
gaya kepemimpinan tersebut dimanipulasi sedemikian rupa, sehingga mampu
pengarahannya terhadap variabel-variabel seperti kepuasan dan prestasi agresi.
Pengendalian dalam eksperimen itu meliputi hal - hal berikut:
Sifat - sifat anak laki - laki tersebut. Semua anak-anak mempunyai kecerdasan
perilaku sosial yang sama.
Tipe - tipe akivitas yang dilakukan. Setip klub membuat sesuatu yang sama, misalnya
topeng, model pesawat terbang, dinding, potongan-potongan sabun.
Perangkat fisik dan perlengkapannya. Percoban ini dilakukan yang di dalam ruangan
yang sama dan menggunakan perlengkapan yang dikenal untuk semua klub.
Karekteristik fisik dan kepribadian pemimpin. Pemimpin-pemimpin diperkirakan
memainkan gaya yang berbeda, sebagaimana pergantian yang dilakukan terhadap
mereka setiap enam minggu dari satu grup ke grup lainnya.
4
Deskripsi
Perilaku
Pemimpin
(The
Leader
Behavior
Description
kepemimpinan dengan tidak mempedulikan rumusan-rumusan yang ada atau apakah hal
tersebut efektif atau tidak efektif.
Dalam langkah awal, LBDQ dikelola dalam suatu situasi yang beraneka. Agar dapat
mengamati bagaimana pemimpin bisa dirumuskan, maka jawaban-jawaban atas
kuesioner dijadikan sebagai faktor yang dianalisis. LBDQ merupakan suatu instrumen
yang dirancang untuk menjelaskan bagaimana seorang pemimpin menjalankan aktivitasaktivitasnya.
Staf peneliti dari Ohio ini merumuskan kepemimpinan sebagai suatu perilaku
seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu grup kea rah pencapaian
tujuan tertentu. Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku atas dua dimensi,
yakni: struktur pembuatan inisiatif (initiating structure), dan perhatian (consideration).
Struktur pembuatan inisiatif ini menunjukan kepada perilaku pemimpin di dalam
menentukan hubungan kerja antara dirinya dengan yang dipimpin, dan usahanya di
dalam menciptakan organisasi, saluran komunikasi, dan prosedur kerja yang jelas.
Adapun perilaku perhatian (consideration) menggambarkan perilaku pemimpin yang
menunjukan kesetiakawanan, bersahabat, saling mepercayai, dan kehangatan di dalam
hubungan kerja antara pemimpindananggota stafnya. Kedua perilaku inilah yang digali
dan diteliti oleh penelitian Universitas Ohio.
3) Studi Kepemimpinan Michigan
Pada saat yang hampir bersamaan dengan Universitas Ohio, kantor riset dari
angkatan laut mengadakan kontrak kerja sama dengan Pusat Riset Survei Universitas
Michigan untuk melakukan suatu penelitian. Tujuan dari kerja sama penelitian ini antara
lain untuk menentukan prinsip-prinsip produktivitas di kelompok, dan kepuasan
angggota kelompok yang diperoleh dari partisipasi mereka. Untuk mencapai tujuan ini
maka pada tahun 1947, dilakukan penelitian di Newark, New Jersey, pada perusahaan
asuransi Prudential.
Kelompok Michigan berusaha menghilangkan kesulitan-kesulitan metodologi dari
kelompok peneliti yang mendahuluinya seperti penelitian Hawthorme. Para peneliti
mengkritik kegagalan studi Hawthorme dalam mengembangkan pengukuran kuantitatif
atas variabel-variabel yang memengaruhi para pengawas dan pekerja. Pada penelitian
Newark, New Jersey tersebut pengukuran yang sistematis dibuat berdasarkan persepsi
dan sikap para pengawas dan pekerja. Variabel-variabel ini kemudian dihubungkan
dengan pengukuran-pengukuran pelaksanaan pekerjaan. Rancangan riset (research
design) juga memasukkan suatu derajat kontrol yang tinggi atas variabel-variabel nonpsikologis yang mungkin memengaruhi semangat kerja dan produktivitas. Dengan
demikian, faktor-faktor tertentu, misalnya bentuk pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan
metode kerja terkendalikan semuanya.
2.3 Unsur-Unsur Kepemimpinan
Dari uraian tentang kepemimpinan, pemimpin serta pengikut sebagaimana dikemukakan
diatas, segeralah dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan hanya akan muncul jika
ditemukan sekurang-kurangnya unsur pokok. Keempat unsur pokok tersebut adalah:
1. Adanya Pemimpin
Unsur pertama dari kepemimpinan adalah adanya pemimpin yakni seseorang yang
mendorong dan atau mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga
tercipta hubungan kerja yang serasi dan menguntungkan untuk melakukan aktivitasaktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Adanya Pengikut
Unsur kedua dari kepemimpinan adalah adanya pengikut yakni seseorang atau
sekelompok orang yang mendapat dorongan atau pengaruh sehingga bersedia dan dapat
melakukan berbagai aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Adanya Sifat dan Ataupun Perilaku Tertentu
Unsur ketiga dari kepemimpinan adalah adanya sifat ataupun perilaku tertentu yang
dimiliki oleh pemimpin yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong dan ataupun
mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang.
4. Adanya Situasi dan Kondisi Tertentu
Unsur keempat dari kepemimpinan adalah adanya situasi dan kondisi tertentu yang
memungkinkan terlaksananya kepemimpinan. Situasi dan kondisi yang dimaksud
dibedakan atas dua macam. Pertama, situasi dan kondisi yang terdapat di dalam
organisasi. Kedua, situasi dan kondisi yang terdapat di luar organisasi yakni lingkungan
secara keseluruhan.
Kepemimpinan (leadership) memang dibedakan dengan pemimpin (leader).
Seseorang yang kebetulan menduduki kursi pimpinan disebut sebagai pemimpin formal
(formal leader). Tetapi jika orang tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mendorong
dan ataupun mempengaruhi orang lain sehingga mau berbuat sebagaimana yang
diinginkan, maka orang tersebut, karena tidak memiliki kepemimpinan, sulit disebut
sebagai pemimpin yang baik. Sebaliknya, seseorang sekalipun tidak menduduki jabatan
apapun, tetapi jika kebetulan memiliki pengaruh yang besar serta selalu menjadi panutan
bagi orang lain, maka orang tersebut sebenarnya adalah seorang pemimpin yang baik.
Orang yang seperti ini, dalam kehidupan sehari-hari, dikenal dengan nama pemimpin
informal (informal leader). Jika pemimpin informal ini dapat dimanfaatkan, sumbangannya
akan cukup besar dalam memajukan berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk
dalam turut mensukseskan berbagai program kesehatan, terutama Program Kesehatan
Masyarakat (Public Health Service).
2.4 Teori-Teori Kepemimpinan
2.4.1. Lahirnya Pemimpin
Bagaimana sifat atau perilaku ini sampai dimiliki oleh seseorang, banyak teori
pernah dikemukakan. Lahirnya seorang pemimpin memang telah sejak lama
menjadi objek studi berbagai ahli. Beberapa teori yang pernah diajukan adalah:
1. Teori Orang Besar atau Teori Bakat
Teori Orang Besar (The Great Men Theory) atau Teori Bakat (Trait Theory)
ini adalah teori klasik dari kepemimpinan. Di sini disebutkan bahwa seorang
pemimpin dilahirkan. Artinya bakat-bakat tertentu yang diperlukan seseorang
untuk menjadi pemimpin diperolehnya sejak lahir. Disebutkan pula bahwa pada
orang tersebut terdapat gen tertentu yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan
yang diturunkan oleh orang tuanya yang juga seorang pemimpin. Dengan
perkataan lain seorang pemimpin hanya lahir dari garis keturunan para
pemimpin, sedangkan orang biasa tidak mungkin menjadi pemimpin, karena
tidak memiliki gen yang diturunkan tersebut.
2. Teori Situasi
Bertolak belakang dari Teori Orang Besar atau Teori Bakat ini adalah Teori
Situasi (Situasional Teori). Teori ini muncul sebagai hasil dari pengamatan, di
mana seseorang sekalipun bukan keturunan pemimpin ternyata dapat pula
menjadi pemimpin yang baik. Hasil pengamatan tersebut menyimpulkan bahwa
orang biasa yang jadi pemimpin tersebut adalah karena adanya situasi yang
menguntungkan dirinya, sehingga ia memiliki kesempatan untuk muncul sebagai
pemimpin.
Tindak lanjut dari teori situasi ini adalah perlunya menciptakan situasi yang
menguntungkan, jika ingin munculkan seorang pemimpin. Situasi tersebut dapat
diciptakan dengan memanipulasi lingkungan dan atau meningkatkan diri sendiri,
sehingga berbeda bermakna dengan lingkungan. Dalam upaya membedakan diri
dengan lingkungan tersebut termasuklah faktor belajar dan kerja keras di
dalamnya. Dengan perkataan lain, seseorang dapat saja menjadi pemimpin dan
memiliki kepemimpinan yang baik, jika orang tersebut mau belajardan bekerja
keras, sehingga dengan demikian seorang pemimpin tersebut bukan dilahirkan,
melainkan dapat diciptakan.
3. Teori Ekologi
Sekalipun teori situasi kini banyak dianut, dan karena itu masalah
kepemimpinan banyak menjadi bahan studi, namun dalam kehidupan sehari-hari
NON PEMIMPIN
1.Menekan pekerjaan
2.Melaksanakan dan mengorbankan pekerjaan
3.Menimbulkan perasaan takut pada pekerja
melaksanakan pekerjaan
dengan ancaman-ancaman dan paksaan-paksaan
4. Menerima tanggung jawab
4.Mengelak tanggung jawab
5. Menyelesaikan persoalan kerugian yang timbul 5.Mengalihkan kesalahan kepada pihak lain, jika
dalam bidang produksi atau penjualan
dilaksanakan
sesuai
dengan
rencana.
Pemimpin
otokratis
menggunakan perintah-perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksisanksi di antara mana, disiplin adalah faktor terpenting.
b) Teori Psikologis
Pendekatan ini terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi seorang
pemimpin
adalah
mengembangkan
merangsang
bawahan
organisatoris
maupun
untuk
bekerja
sistem
pada
untuk memenuhi
motivasi
pencapaian
tujuan-tujuan
terbaik.pemimpin
sasaran-sasaran
pribadi
mereka.
tindakan-tindakan
korektif,
menjalankan
pengaruh
tidak berpatisipasi, atau apabila hal itu dilakukannya, maka partisispasi tersebut
hampir tidak berarti. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori
otokratis. Kita dapat berbicara tentang nonpartisipasi sama sekali dari pihak
pimpinan.kelompok-kelompok LAISSEZ-FAIRE cenderung membentuk
pemimpin-pemimpin informal.
f) Teori Perilaku Pribadi
Kepemimpinan dapat pula dipelajari berdasarkan kualitas-kualitas pribadi
ataupun pola-pola kelakuan para pemimpin. Pendekatan ini melakukan apa yang
dilakukan oleh pemimpin dalam hal pemimpin. Salah satu sumbangsi penting
teori ini menyatakan bahwa seseorang pemimpin tidak berkelakuan sama
ataupun melakukan tindakan-tindakan identik dalam setiap situasi yang
dihadapi olehnya. Hingga tingkat tertentu ia bersifat fleksibel, karena ia
beranggapan bahwa ia perlu mengambil langka-langka yang paling tepat untuk
menghadapi sesuatu problem tertentu. Hal ini memberikan gambaran tentang
sebuah kontinuum di mana tindakan-tindakan pihak pemimpin dan jumlah
otoritas yang digunakan dihubungkan dengan kebebasan pembuatan keputusan
atau partisipasi yang terbuka bagi pihak bawahan.
Seorang pemimpin dapat menerapkan macam-macam gaya kepemimpinan
yang tergantung dari evaluasi pemimpin yang bersangkutan tentang situasi yang
dihadapi, kemampuan-kemampuan, keinginan untuk memutuskan jumlah
pengawasan yang akan dijalankan olehnya. Contoh kedua tentang teori
kelakuan pribadi adalah di mana pemimpin berpusat pada pihak bawahan.
Pemimpin macam ini memberikan banyak kebebasan kepada pihak
bawahannya. Seorang pemipin otokrastis yang bijaksana ( THE AUTOCRATIC
LEADER WHO IS BENEVOLEND). Tipe macam ini memang terdapat dalam
kenyataan. Orang ini memiliki banyak kekuasaan dan prestise. Ia banyak
menaruh minat terhadap kesejahteraan bawahannya,ia sangat bersedia
memecahkan problem mereka dan biasanya ia dapat bertindak cepat dalam
setiap keadaan. Ia tetap merupakan Pimpinan.
g) Teori Sosial/Sifat
Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk menidentifikasi sifat-sifat
pemimpin yang dipergunakan menerangkan dan meramalkan kesuksesan dalam
12
yang
memiliki
tingkat-tingkat
intelegensi
sangat
tinggi
menganggap bahwa aktivitas-aktivitas kepemimpinan dan tantangantantangan tidak cukup bagi mereka: mereka lebih senang dengan ide-ide
abstrak dan pekerjaan riset dasar.
2. Inisiatif
Hal ini terdiri dari dua bagian:
Kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan
Kemampuan untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat oleh
pihak lain. Sifat ini sangat diinginkan pada setiap calon manajer.
3. Energi atau rangsangan
Banyak orang berpendapat bahwa salah satu di antara ciri pemimpin yang
menonjol adalah bahwa ia lebih berenergi dalam usaha mecapai tujuan
dibandingkan denga seorang bukan pemimpin. Energi mental dan fisik
diperlukan.
4. Kedewasaan emosional
Di dalam sifat ini tercakup: dapat diandalkan (DEPENDABILITY)
persistensi dan objektivitas. Seorang pemimpin dapat diandalkan mengenai
janji-janjinya mengenai apa yang akan dilaksanakannya. Ia bersedia bekerja
lama dan menyebarluaskan sikap enthusiasme di antara para [engikutnya.
Ia mengetahui apa yang ingin dicapainya hari ini, tahun depan, atau 5 tahun
yang akan datang.
5. Persuasif
Tidak terdapat adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang akan
dipimpin. Untuk memperoleh persetujuan tersebut,seorang pemimpin
biasanya harus menggunakan persuasif.
6. Skill komunikatif
Seorang pemimpin pandai berbicara dan dapat menulis dengan jelas serta
tegas. Ia memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara singkat
pendapat-pendapat orang lain dan mengambil inti-sari dari pernyataan pihak
13
dalam
skill
14
Telah disebutkan bahwa kepemimpinan tersebut dipengaruhi oleh sifat dan perilaku
yang dimiliki oleh pemimpin. Karena sifat perilaku antara seserang dengan orang lainnya
tidak persis sama, maka gaya kepemimpinan (leadership style) yang diperlihatkan pun
tidak sama pula. Bertitik tolak dari pendapat adanya hubungan antara gaya kepemimpinan
dengan perilaku tersebut, maka dalam membicarakan gaya kepemimpinan yang untuk
bidang administrasi sering dikaitkan dengan pola manajemen (pattern of management),
sering dikaitkan dengan pembicaraan tentang perilaku.
Berbagai kajian tentang hubungan keduanya ini telah banyak dilakukan. Salah satu di
antaranya adalah yang dilakukan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya berjudul The
Human Side of Enterprise (1960), Mc gregor menyebutkan bahwa pada umumnya
perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokan dalam dua kutub utama
olehnya disebut sebagai teori X dan Y. Ciri-ciri perilaku yang dimiliki oleh masing-masing
kutub tersebut jika disederhanakan dapat dilihat dalam table Ciri-ciri Teori X dan Y.
TEORI X
TEORI Y
Pada umumnya para anggota organisasi Pada umumnya para anggota menyukai gaya
menyukai gaya kepemimpinan otoriter
kepemimpinan demokratik
Pada umumnya para anggota organisasi Pada umumnya para anggota
organisasi
bersifat agresif, suka melanggar kriteria memiliki inisiatif serta satu sama lain mampu
serta mudah berselisih
saling mengawasi dan mengendalikan diri
Agar tujuan organisai dapat tercapai maka
Untuk mencapai tujuan organisasi tidak perlu
anggota tersebut harus dipelajari, diarahkan
dipelajari, diarahkan serta diawasi dengan baik
serta diawasi dengan baik
Tergantung dari sifat dan perilaku yang dihadapi dalam suatu organisasi dan atau yang
dimiliki oleh pemimpin, maka gaya kepemimipinan yang dierlihatkan oleh seorang
pemimpin dapat berbeda antar satu pemimpin dengan pemimpin lainnya. Berbagai gaya
kepemimpinan tersebut jika disederhanakan dapat dibedakan atas empat macam yakni:
1. Gaya Kepemimpinan Diktator
Pada gaya kepemimpina diktator (ditactorial leadership style) ini upaya mencapai
tujuan dilakukan dengan menimbulkan suatu ancaman hukuman. Tidak ada hubungan
15
dengna bawahan, karena mereka dianggap hanya sebagai pelaksana dan pekerja saja.
Jika ditinjau dari rumusan Mc Gregor, gaya ditaktor ini adalah bentuk ekstrim dari
pelaksanaan teori X.
2. Gaya kepemimpinan Autokratis
Pada gaya kepemimpinan autokratis (autocratic leadership style) ini segala keputusan
berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah dibenarkan.
Pada dasarnya sifat yang dimiliki sama dengan gaya kepemimpina diktator tetapi dalam
bobot yang agak kurang. Gaya kepemimpinan autokratik ini juga merupakan
pelaksanaan teori X dari Mc Gregor.
3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Pada gaya kepemimpinan demokratis (democratic leadership style) ini ditemukan
peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan secara musyawarah.
Hubungan dengan bawahan dibangun dan dipelihara dengan baik. Jika ditinjau dari
rumusan Mc Gregor, gaya kepemimpinan ini pada dasarnya adalah sesuai dengan teori
Y.
4. Gaya Kepemimpinan Santai
Pada gaya kepemimpinan santai (laissez-faire leadership style) ini peranan pimpinan
hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada bawahan. Setiap
anggota organisasi dapat melakukan kegiatan masing-masing dengan kehendak masingmasing pula. Ditinjau dari rumusan Mc Gregor, gaya kepemimpinan ini adalah
pelaksanaan ekstrim dari teori Y.
Tidaklah mudah untuk menentukan macam gaya kepemimpinan yang terbaik, karena
sebagaimana telah dikemukakan, gaya kepemimpinan tersebut tergantung dari situasi dan
kondisi yang dihadapi. Lester R. Bitel menyebutkan bahwa semua gaya kepemimpinan ini
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dan karena itu dapat mendatangkan
keuntungan atau kerugian tergantung dari penggunaannya yang tepat atau tidak.
Untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, banyak pendapat pernah
dikemukakan. Salah satu di antaranya ialah yang diajukan oleh Fred Fiedler yang dalam
bukunya A Theory of Leadership Effectiveness (1967). Disebutkan penerapan gaya
kepemimpinan tersebut sangat ditentukan oleh situasi dan kondisi yang dihadapi. Situasi
dan kondisi yang dimaksud dibedakannya atas ditentukan oleh tiga unsur utama yakni:
1. Hubungan Pemimpin Dengan Bawahan
16
akan dipilih oleh pihak atasan dan kualitas dari reaksi pihak bawahannya. Tata
susunan (lay-out) sebuah departemen, tempat-tempat kerja berbagai pihak
bawahan dan sifat dari pekerjaan itu sendiri kesemuanya merupakan penentu
penting dalam situasi statis. Perubahan-perubahan dalam sifat dan skopde
pekerjaan dalam situas kompetitif dan dalam dorongan (DRIVE) yang berkaitan
dengan pekerjaan, mengilustrasi dinamika suatu situasi.
2. Hubungan Manajemen Dengan Kepemmpinan
Seorang manajer mengkoordinasi aktivitas
kooperatif
dengan
jalan
sebuah mesin. Kita dapat memerintahkannya untuk membeli apa yang telah
diproduksi, memberi suara menurut perintah, menerapkan skillnya untuk tugastugas yang tespsialiasi dan berpikir berdasarkan petunjuk-petunjuk. Disebabkan
karena karena pengetahuan teknik-teknik untuk memanipulasi manusia makin
bertambah dengan berlangsungnya waktu maka perlu dikemukakan suatu
peringatan tentang hal tersebut.
4. Persoalan komunikasi
Komunikasi merupakan alat satu-satunya untuk mentransfer ide-ide tentang
tujuan-tujuan kelompok, sumbangsi dari anggota kelompok dan motivasi dari
para
anggotanya.
kepemimpinan.
Syarat-syarat
Pemimpin
yang
komunikasi
partisipatif
tergantung
atau
pada
konsultatis
jenis
sangat
G3
G2
21
G4
G1
Partisipasi
Konsultasi
G3
G2
22
Delegasi
Intruksi
G4
G1
Empat Gaya Dasar Kepemimpinan dalam Proses Pembuatan Keputusan
Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan (G1) dirujuk
sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa,
bagaimana, bilamana, dan di mana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan
masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh
pemimpin.
Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan (G2) dirujuk
sebagai konsultasi, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak
memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal
ini diikuti dengan meningkatkan kmunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan
berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide
dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian (control) atas
pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3) dirujuk
sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemechan masalah dan pembuatan
keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3, pemimpin dan
pengikut saling tukar-menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara
aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan
sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut
memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.
Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarhan (G4) dirujuk
sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan
bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian
proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.
Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana
cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan
23
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Kepemimpinan merupakan salah satu usaha yang berbentuk kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain agar dengan kesadaran, pengertian, dan senaang hati bersedia
mengikuti apa yang menjadi kehendak peimimpin tersebut baik melalui komunikasi
langsung ataupun tidak langsung dengan sasaran akhir demi terciptanya tujuan yang telah
ditetapkan. Kepemimpinan juga merupakan hal penting dalam suatu organisasi, karena
kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakan dan mengarahkan orang-orang
yang merupakan mitra kerja atau bawahannya.
Seorang pemimpin harus mampu menguasai situasi sekitarnya agar dapat mengambil
tindakan yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang terjadi. selain itu juga harus mampu
berkomunikasi secara efektif agar dapat mentransfer ide-ide tentang tujuan yang akan
24
dicapai. Seorang pemimpin juga harus mampu memotivasi bawahannya sehingga dalam
suatu organisasi dapat terjalin relasi yang baik antara pimpinan dan bawahannya.
3.2. Saran
Dalam menjadi seorang pemimpin harus menyadari tugas dan tanggung jawabnya serta
yang lebih penting adalah bagaimana mereka selalu mampu mempengaruhi dan mengajak
bawahannya untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu, seorang
pemimpin juga harus bisa menerima dan menghargai pendapat dari bawahannya.
25