You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelican, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Depkes RI,
1979).
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
menggunakan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan
tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya untuk
hewan besar (Depkes RI, 1995).
Metode cetak langsung merupakan metode pembuatan tablet yang dilakukan
dengan cara mengkompresi secaralangsung campuran serbuk dari bahan tanpa
proses granulasi terlebih dahulu. Sehingga metode cetak langsung merupakan
metode pembuatan tablet yang sangat efisien dan banyak dikembangkan oleh
kalangan industry farmasi. Seiring dengan meningkatnya penggunaan metode
cetak langsung tersebut maka kebutuhan bahan pengisi untuk tablet cetak
langsung juga meningkat. Syarat utama suatu bahan pengisi dapat digunakan
untuk tablet cetak langsung adalah mempunyai sifat alir dan kompresibilitas yang
baik. (Wicaksono, 2008).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu granulasi basah,
granulasi kering (measin rol atau mesin slug), dan kempa langsung.
(Syamsuni,2006).

1.2 Prinsip Percobaan


Membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan
pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula. Metode ini
membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai
pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur
(dalam percobaan ini Mucilago Amily) yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan
kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah.
1.3 Tujuan Percobaan
1. Untuk membuat tablet antalgin sebanyak 100 tablet.
2. Untuk mengetahui apakah uji preformulasi bahan memenuhi syarat untuk
dicetak sebagai tablet atau tidak.
3. Untuk mengetahui apakah tablet memenuhi syarat baik teknis maupun
syarat biologis melalui uji evaluasi tablet.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempacetak, dalam


bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelican, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Depkes RI,
1979).
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet
cetak dan tablet kempa (Depkes RI, 1995).
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan
bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan
menggunakan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan
tergantung pada desain cetakan. Tablet berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet.
Bolus adalah tablet besar yang digunakan untuk obat hewan, umumnya untuk
hewan besar (Depkes RI, 1995).
Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan
kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung
pada kekuatan tekanan yang di berikan (Depkes RI, 1995).
Tablet cetak. Sebagaimana telah disebutkan pada permulaan bab ini, tablet
cetak termasuk kedua-duanya tablet triturat dan tablet hipodermik, walaupun tiap
jenis dari tablet ini dapat dibuat dengan cara kompresi tablet. Harus diingat bahwa
tablet ini harus seluruhnya larut dalam air. Tablet yang dibuat dengan cara
mencetak biasanya lebih lunak dibandingkan dengan yang dibuat dngan cara
kompresi, sebab tekanan pada cara mencetak lebih lemah, akibatnya tablet ini jadi
cepat larut. Jenis-jenis tablet yang diuraikan dalam bagian ini sifat khasnya kecil
dan berisi obat keras dalam jumlah yang kecil pula. Tablet triturat dan tablet
hipodermik umumnya beratnya tidak lebih dari 65 mg termasuk pengencerannya
(Ansel, 1989).

Sediaan yang dibuat dengan cara mencetak dalam perdagangan telah diganti
dengan tablet yang dibuat dengan cara kompresi. Pembahasan berikut ini
dimaksudkan untuk keperluan mahasiswa yang dapat menggunakan proses
pencetakan dalam laboratorium (Ansel, 1989).
Pada waktu menggabungkan kedua bagian cetakan, para ahli farmasi harus
berhati-hati agar bagian atas dari piring tepat ada pada bagian yang lainnya,
kedudukannya tepat masing-masing dengan pasangannya dimana punch da die
dapat bertemu secara tepat. Untuk membantu ahli farmasi, pembuat cetakan
umumnya memakai dua bagian cetakan yang satu lebih bundar ujungnya dan
bagian lainnya lebih datar dan keduanya dipasang pada arah yang sama bila kedua
bagian ini dipertemukan. Bagian piring yang atas yang biasanya mengandung
sejumlah cetakan yang sama dan sepasang dari punch pada bagian bawah yang
menandakan keduanya sebagai satu unit. Pada pemasangan bagian atas, biasanya
menggunakan nomor-nomor yang menghadap ke atas untuk punch pasangannya
(Ansel, 1989).
Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil,
umumnya silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk
peracikan obat. Jenis tablet ini sekarang sudah jarang digunakan (Syamsuni,
2006).
Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah
melarut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu
sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik (Syamsuni, 2006).
Dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik.
Diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti
halnya pada tablet nitrogliserin, diberikan secara sublingual (Depkes RI, 1995).
Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara
oral atau jika diperlakukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin
(Syamsuni, 2006).
Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipi dan
gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
(Syamsuni, 2006).

1.Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope. 2.Eksipien (bahan
tambahan) antara lain: (A) bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar
volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika
zat aktifnya sedikit atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat
dibase, dan selulosa mikro kristal, (B) bahan pengikat (binder) berfungsi
memberikan gaya adhesi pada masa serbuk sewaktu granulasi serta menambah
gaya kohesi pada bahan pengisi, misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,
metil selulosa, CMC, pasta pati terhidrolisis, selolasa mikro kristal, (C) bahan
penghancur/pengembang (disintegrant) berfungsi membantu hancurnya tablet
setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia,
asam alginat, selulosa mikro kristal, dan povidon-silang, (D) bahan pelicin
(lubrikan/lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan
tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan.
Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati
terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofob sehingga dapat
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar
lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam lauril sulfat dapat
digunakan, tetapi kurang memberi daya lubrikasi yang optimal dan diperlukan
dalam kadar yang lebih tinggi, (E) glidan, dalah bahan yang dapat meningkatkan
kemampuan mengalir serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa
proses granulasi. Misalnya silika pirogenik koloidal, (F) bahan penyalut (coating
agent). (Syamsuni, 2006).
3.Ajuvan
(A).Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai
estetika atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan
(Syamsuni, 2006).
(B).Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak (misalnya tablet hisap Penicillin), biasanya digunakan untuk tablet
yang penggunaannya lama di mulut misalnya macam-macam minyak atsiri.
(Syamsuni, 2006).
Seperti terlihat sebelum ini,granula adalah gumpalan-gumpalan dari
partikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi

seperti partikel tunggal yang lebih besar. Ukuran biasanya berkisar antara ayakan
4-12, walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan
mungkin dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya.. (Ansel,1989)
Beberapa

granul

bahan

kimia

seperti

kalium

klorida,kalium

iodida,ammonium klorida dan metenamin,memiliki sifat mudah mengalir sebagai


mana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung
dikomprensi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering.
Dahulu jumlah bahan obat yang dapat dijadikan tablet tanpa melalu granulasi
terlebih dahulu sangat sedikit. Pada waktu sekarang ini penggunaan pengencer
yang dikeringkan dengan penyemprotan,meluas kepada formula-formula tablet
tertentu daripada dengan serbuk pengisi biasa,kualitas yang diinginkan untuk
tablet dengan kompresi langsung dan sejumlah produk-produk lainnya sekarang
banyak diproduksi dengan cara in. Tambahan lagi pengisi yang didorong atau
dipaksa yang telah dikembangkan memungkinkan pembuatan tablet-tablet
tambahan tertentu dengan kompresi langsung,sebab kerja mengeluarkan udara
dari pengisi pada serbuk curah ringan membuatnya menjadi lebih rapat, dan
memungkinkan mengalir dengan tetap serta sempurna ke dalam rongga cetakan
ketika

tablet

dikompressi

sehingga

mengurangi

penyebab

terjadinya

capping(terlepasnya bagian atas seperti tutup) atau keretakan dari tablet segera
setelah dikompresi. (Ansel,1989).
Eksipien formulasi tablet
Komposisi tablet umumnya terdiri atas BA dan eksipien(ada sejumlah kecil tablet
yang dapat dibuat tanpa eksipien). Untuk dapat menghantarkan obat dalam jumlah
(dosis)yangcukup pada penggunaan klinik,diberikan bentuk sediaan yang dapat
diterima pasien. Eksipien ditambahkan dengan berbagai fungsi dan tujuan
sebagai:
1.pengisi/pengencer
2.pengikat
3.penghancur
4.pelincir(lubricants)
5.anti lengket(anti adhesive)
6.peicin(glidants)

8.zat warna
9.peningkat rasa
10.pemanis
11.penutup rasa. (Agoes,2009).
Eksipien untuk kempa/cetak langsung
Pemilihan eksipien haruslah berdasarkan pertimbangan persyaratan fungsional
untuk menghasilkan tablet kempa /cetak langsung pada skla industri(komersial).
Persyaratan dasar fungsional adalah dapat dikempa(compaction),sifat aliran
baik(flowability),lubrikansi,disintegrasi,dan disousi. (Agoes,2009)
Dalam pemiihan eksipien untuk kempa langsung perlu diperhatikan factor-faktor
berikut ini.
1.keterkempaan tinggi(high compactibility).
2.sifat aliran baik.
3.sifat

ketercampuran,tanpa

pemisahan

potensial

BA

dan

eksipien(ketidaksempurnaan campuran).
4.sensitivitas rendah terhadap lubrikan pada pengempaan dan stabilitas yang baik.
5.peningkatan disintegrasi dan disolusi tablet.
6.tidak mengganggu ketersedian hayati BA,dan
7.reprodusibilitas antarbet baik ditinjau dari sifat fisika maupun sifat fisiko
mekanikal. (Agoes,2009).
Pengisi,pengikat,dan desintegran untuk kempa langsung
Kemajuan pesat kempa langsung dipicu oleh penemuan mikrokristalin
selulosa(Avicel PH mikrokristalin cellulose(MCC) walaupun laktosa kering beku
sudah ditemukan satu tahun sebelumnya. Keduanya sering digunakan dalam
bentuk campuran dalam formuasi tablet kempa langsung. Eksipien kempa
langsung yang sering dikatakn sebagai pengisi pengikat sudah pula digunakan
sejak beberapa puluh tahun terakhir.Untuk meningkatkan fungsionalitas
amilum(pati),diintroduksi amilum pregelatinasi sebagai pengisi pengikat dan
penghancur.

Eksipien

dihidrat(encompres),kalsum

anorganik,seperti
sulfat

kalsium

dihidrat(compactrol),dan

fosfat

dibase

tri

kalsium

fosfar(Tritab),merupakan eksipien untuk kempa langsung yang harus digunakn


dengan hati-hati karena berpotensi memperlambat disolusi BA in vitro setelah

tablet menua(aging). Eksipien yang telah dibahas berikut,terutama yang


monografinya terdapat dalam beberapa farmakope. (Agoes,2009).
Metode cetak langsung merupakan metode pembuatan tablet yang
dilakukan dengan cara mengkompresi secaralangsung campuran serbuk dari
bahan tanpa proses granulasi terlebih dahulu. Sehingga metode cetak langsung
merupakan metode pembuatan tablet yang sangat efisien dan banyak
dikembangkan oleh kalangan industry farmasi. Seiring dengan meningkatnya
penggunaan metode cetak langsung tersebut maka kebutuhan bahan pengisi untuk
tablet cetak langsung juga meningkat. Syarat utama suatu bahan pengisi dapat
digunakan untuk tablet cetak langsung adalah mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas yang baik. (Wicaksono, 2008).
Kecepatan alir dan sudut diam co-process PS-A diuji dengan metode
corong. Sampel co-provess PS-A yang digunakan setiap pengujian adalah 100
gram. Pengujian dilakukan dengan pengulangan 3 kali. (Wicaksono,2008).
Tapping Index ditentukan dengan menghitung perbedaan antara berat jenis
nyata dan berat jenis mampat dibagi dengan berat jenis mampat. Tapping Index
dihitung dengan rumus (berat jenis mampat-berat jenis nyata)/berat jenis mampat
100 . (Wicaksono,2008).

Distribusi ukuran partikel co-process PS-A diuji dengan metode


pengayakan. Sampel tiap kali pengujian adalah 100 gram. Pengayakan dilakukan
dengan kecepatan getaran 30 rpm selama 20 menit. Pengujian dilakukan dengan
pengulangan 3 kali. (Wicaksono,2008).
Co-processing merupakan teknik untuk mendapatkan eksipien baru
dengan cara mengkombinasikan dua atau lebih eksipien yang sudah ada.
Kombinasi bahan yang dipilih akan saling melengkapi sehingga akan didapatkan
bahan baru dengan sifat yang diinginkan. Bahan baru hasil dari co-processing
biasa disebut sebagai eksipien co-process. (Wicaksono,2008).
Uji sudut diam,penetapan sudut diam dilakukan dengan menggunakan
corong yang bagian atas berdiameter 12 cm,diameter bawah 1 cm dan tinggi 10
cm. Granul dimasukkan kedalam corong,lalu dialirkan melalui uji corong dan

ditentukan besar sudut diamnya. Persyaratan : uji dikatakan memenuhi syarat


apabila 250 < 40

. (Rori,dkk., 2016).

Tablet dapat dilarutkan dan solusi dioleskan atau bahkan disuntikan, jika
air steril yang cocok digunakan dengan teknik yang tepat. Kadang tablet tertentu
yang digunakan dalam meracik jumlah yang terlalu kecil untuk ditimbang akurat
dalam bentuk murni. (Jenkins, dkk., 1966).
Obat tablet bervariasi dalam berat mulai dari 3mg sampai 60mg dan diameter
dari sampai 1/8 atau lebih. Tablet untuk pemberian oral dapat bervariasi karena
formulanya; namun berat tablet biasanya antara 0,2 sampai 0,8mg termasuk
pengencer. Tablet yang ditujukan unuk keperluan selain pemberian oral kadangkadang lebih besar. (Jenkins, dkk., 1966).
Uji waktu alir, granul dimasukkan kedalam corong setinggi 2/3 tinggi
corong lalu dialirkan melalui ujung corong dan dihitung waktu alirnya.
Persyaratan : 10 detik untuk 100 g granul. (Rori, dkk., 2016).
Syarat syarat tablet :
- Memenuhi keseragaman ukuran, diameter tablet tidak lebih dari
3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet
- Memenuhi keseragaman bobot. Keseragaman bobot ditetapkan
sebagai berikut : ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata rata
tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2
tablet yang menyimpang dari bobot rata rata lebih besar dari
harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak boleh satu tablet
pun yang bobotnya meyimpang dari bobot rata rata lebih dari
harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan
tidak satu tablet yang bobotnya meyimpang lebih besar dari
bobot rata rata yang ditetapkan dalam kolom A dalam kolom B.
- Memenuhi waktu hancur
- Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
- Memenuhi waktu larut, diuji dulu kekerasan dan kerapuhannya.
(Anief, 1997).

Sebagian besar tablet secara oral, tetapi beberapa jenis khusus digunakan
untuk keperluan lain. Tablet diambil secara internal dapat diformulasikan untuk
menghasilkan efek sistemik atau untuk menghasilkan efek lokal di lambung dan
saluran usus. Tablet biasanya ditelan utuh, tetapi mereka dapat dihancurkan dan
dicampur dengan air sebelum dikonsumsi atau mungkin dikunyah (Jenkins, dkk.,
1966).
Pada pemberian sediaan padat, obat harus larut dalam bentuk kering, maka
bentuk kapsul dan tablet yang paling sering digunakan. Keduanya efektif,
memberikan kenyamanan dan kemantapan dalam penanganan, pengenalan dan
pemakaian oleh pasien. Dari sudut pandang farmasetika bentuk sediaan padat
pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair, sehingga bentuk sediaan padat
ini lebih cocok untuk obat-obat yang kurang stabil (Ansel, 1989).
Ada 4 metode utama dalam memproduksi tablet menurut Jones (2008):
1. Granulasi basah
2. Granulasi kering
3. Kompresi Lansung
4. Rol Pemadatan
Pemilihan proses pembuatan tablet yang digunakan tergantung pada
beberapa faktor, termasuk sifat kompresibilitas dari agen terapi, ukuran partikel
dari agen terapi dan bahan pengisi, dan stabilitas kimia dari agen terapi selama
proses pembuatan (Jones, 2008).
Tablet kompresi tidak hanya yang paling banyak digunakan dalam bentuk
sediaan oral, tetapi juga yang paling banyak digunakan dari setiap bentuk sediaan.
Meskipun beberapa instansi produksi tablet kompresi skala kecil hampir secara
eksklusif mendominasi dari industri farmasi. Seperti namanya, tablet kompresi
dibentuk oleh penerapan tekanan untuk sebagian kecil dari serbuk, butiran, atau
formulasi Kristal yang terbatas dalam ruang kecil (Banker, C., 1982).
Formulasi tablet kompresi adalah campuran dari bahan yang mengandung
obat aktif dan berbagai eksipien yang menanamkan sifat yang sesuai aliran,
kelengketan, dan karakteristik antilengket. Ini memungkinkan bentuk sediaan
padat terbentuk dan terus bersama-sama sekali tekanan diterapkan untuk formulasi
menggunakan perkakas dan mesin yang sesuai (Banker, C., 1982).

10

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat

Ayakan mesh no. 12


Ayakan mesh no. 14
Alu
Batang pengaduk
Brush tabung
Cakram
Corong
Corong alir

(Copley)

Disintegration Tester

(Copley)

(250 ml; Pyrex)


(50 ml; Pyrex)

Gelas Beker
Gelas ukur
Hot plate
Kertas perkamen 1 kajang
Kertas Perkamen kecil
Kuas
Lemari pengering
Loyang
Lumpang
Mesin Pencetak Tablet
Penjepit tabung
Pinset
Pot plastik besar
Roche Friabilator
Serbet
Spatula
Strong Cobb
Sudip
Timbangan analitik
Tissue 250 sheets

(Erweka)

(Copley)

(Copley)
(Boeco Germany)
(Nice)

3.2. Bahan

Air panas
Amilum manihot
Antalgin
Laktosa

11

Magnesium Stearat
Mucilago amily
Talkum
3.2.1 Formula Lengkap
R/ Antalgin

500 mg

Mucilago amily 10%

30%

Amilum manihot

10%

Talkum

1%

Mg Stearat

1%

Laktosa

q.s

m.f. tab. dtd. No. C


3.2.2 Rencana Kerja
Metode

: Granulasi basah

Diameter

: 13 mm

Bobot tablet

: 650 mg

Jumlah tablet

: 100 tablet

3.2.3 Perhitungan Bahan


Jumlah tablet
Total berat tablet

: 100 tablet
= 100 tablet x 650 mg
= 65000 mg
= 65 gram
= 500 mg x 100

Antalgin

= 50000 mg
= 50 gram
Amilum manihot 10%

= 10/100 x 65 gram
= 6,5 gram

Bahan pengembang dalam

Bahan pengembang luar

= 1/2 x 6,5 gram


= 3,25 gram
= 6,5 3,25
= 3, 25 gram

Mucilago amily 10%

= 30/100 x 65 gram
= 19,5 gram

12

Amilum manihot 10%

Aquadest 90%

= 10/100 x 19,5 gram


= 1,95 gram
= 90/100 x 19,5 gram
= 17,55 gram
= 1/100 x 65 gram
= 0,65 gram
= 1/100 x 65 gram

Talkum 1%
Mg Stearat 1%

= 0,65 gram
Laktosa

= 65 (50 + 3,25 + 3,25 + 1,95 +


0,65 + 0,65)
= 65 gram 59,75 gram
= 5,25 gram
= 7,2 gram

Bahan pengikat yang terpakai


Pesentase bahan pengikat
yang terpakai

7,2 gram
19,5 gram

x 100%

= 25,74%
Bahan pengikat yang tersisa

= 19,5 gram 7,2 gram


= 12,3 gram
= 57,81 gram
= 53 gram
= bahan obat + pengembang dalam +
pengikat + pengisi
= 50 gr + 3,25 gr + 1,95 gr + 5,25 gr
= 60,45 gr
Berat teoritis
= Berat seluruhnya x 100%

Berat granul basah


Berat granul kering
Berat teoritis

Persentase berat

60,45 gram
65

x 100%

= 0,93 x 100%
= 93%
100
=
x berat kering
x

Massa tablet seluruhnya

100
93

x 53 gr

= 56,98 gram
3.3 Prosedur Percobaan
Ditimbang Antalgin, mucilago amily, amilum manihot dan Laktosa.

13

Dimasukkan Antalgin, Laktosa dan amilum manihot ke dalam lumpang,


lalu dihomogenkan.
Ditambahkan mucilago amily sedikit demi sedikit sampai diperoleh
massa yang kompak, kemudian dicatat berapa bahan pengikat yang
terpakai dan tersisa.
Diayak massa dengan ayakan mesh nomor 12, lalu dicatat berat granul
basah.
Dikeringkan massa granul basah di dalam lemari pengering pada suhu
400C - 600C selama satu hari.
Diayak granul kering dengan ayakan mesh nomor 14. Dicatat berat
granul kering.
Dicatat hasil timbangan kemudian dimasukkan ke dalam pot.
Prosedur Pembuatan Mucilago Amily:

Ditimbang amilum manihot seberat 1,95 gram


Diukur aquadest 17,55 gram (17,55 ml) di dalam gelas ukur
Ditara beaker glass dan batang pengaduk
Dimasukkan aquadest kemudian amilum manihot ke dalam beaker glass
Dipanaskan di atas hot plate sambil diaduk hingga terbentuk larutan

yang transparan
Ditimbang berat

mucilago

amily,

jika

kurang

ditambahkan

(dicukupkan) dengan air panas, dan diaduk (dihomogenkan) kembali.


3.5.1. Prosedur Uji Preformulasi:
3.5.1.1. Prosedur Sudut Diam
Kedalam corong alir yang ditutup bagian bawahnya, dialirkan
granulat kering yang akan dicetak.
Lalu dibuka dan granul dibiarkan mengalir.
Dihitung sudut diamnya.
3.5.1.2. Prosedur Waktu Alir
Dimasukkan granul yang akan dicetak ke corong alir.
Dialirkan hingga seluruh granul mengalir.
Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir sampai seluruh

granul mengalir.
3.5.1.3. Prosedur Indeks Tap Rasio
Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur.
Ditapping sebanyak 20 kali.
Ditentukan penurunan volume.
Dilakukan tapping sampai hasil penurunan granul stabil.
3.5.2. Prosedur Pencetakan Granul Menjadi Tablet:
Disiapkan mesin pencetak tablet single punch.

14

Dipasang punch bawah dengan diameter sesuai tablet yang akan


dicetak dan diatur dienya.
Dimasukkan massa tablet ke dalam hopper, lalu diatur sekrup atas
dan bawah untuk menentukan volume dan tekanan.
Dicetak 1 buat tablet, dicek beratnya (pengatur pada punch bawah)
dan tekanannya (pengatur punch atas).
Ditimbang tablet apakah sudah sesuai dengan berat yang diinginkan ,
jka sudah di uji kekerasannya.
Dicetak 10 tablet lagi (jika tablet sudah memenuhi syarat), diuji
kembali berat serta kekerasannya, jika tidak mengalami perubahan
dapat dicetak seluruhnya.
Tablet yang dipakai sebagai sampe dapat digranulasi.
Dicatat jumlah tablet yang tercatat.
3.6.4 Prosedur Uji Evaluasi
3.6.4.1 Prosedur Keseragaman bobot
Dibersihkan 20 tablet kemudian ditimbang.
Ditentukan bobot rata-rata keseluruhan tablet kemudian ditimbang
satu-persatu.
Dihitung deviasi dan diambil 3 berat tablet berdeviasi tinggi.
3.6.4.2 Prosedur Waktu Hancur
Dimasukkan 6 tablet ke dalam masing-masing tabung di dalam
keranjang, lalu letakkan cakram diatas tablet , dan jalankan alat.
Dicelupkan pada air dengan suhu 37 ( 1 dengan tinggi
air tidak boleh kurang dari 15 cm, sehingga tabung dapat dinaik
turunkan secara teratur 30 kali permenit.
Pada kedudukan tertinggi, bagian bawah keranjang masih berada
pada permukaan air dan pada kedudukan terendah bagian atas
keranjang barada di dalam air.
Dinyatakan tablet hancur jika tidak ada lagi tbalet yang tertinggal
pada kawat kasa.
Dicatat waktu setiap tablet hancur.
3.6.4.3 Prosedur Uji Kekerasan Tablet
Diletakkan sebuah tablet diantara penjepit.
Diatur alat untuk mengukur diameter tablet.
Diuji kekerasan tablet dengan menekan tombol "Test".

15

Dicatat angka kekerasan yang tertera pada layar.


Percobaan dilakukan untuk 5 tablet.
3.6.4.4 Prosedur Uji Friabilitas
Dibersihkan 20 tablet dari debu dan ditimbang yang merupakan berat
awal.
Dimasukkan tablet ke dalam alat dengan pengaturan 100 kali selama
4 menit.
Dikeluarkan 20 tablet tadi, dibersihkan dari debu dan ditimbang
berat akhir.

3.7.

Flowsheet
3.7.1 Flowsheet Pembuatan Mucilago Amily
Pembuatan mucilago amily:
Ditimbang amilum manihot seberat 1,95 gram
Diukur aquadest 17,55 ml di dalam gelas ukur
Ditara beaker glass dan batang pengaduk
Dimasukkan aquadest dan amilum manihot ke dalam beaker
glass
Dipanaskan di atas hot plate sambil diaduk hingga terbentuk
larutan yang kental dan transparan
Ditimbang berat mucilago amily, jika kurang ditambahkan
dengan air panas, dan diaduk kembali.
Mucilago amily = 19,5 g

16

3.7.2 Flowsheet Pembuatan Granul


Pembuatan tablet antalgin dengan metode granulasi basah
Ditimbang Antalgin (50 g), mucilago amily (19,5g), amilum
manihot (3,25 g) dan Laktosa (5,25 g).
Dimasukkan Antalgin, Laktosa dan amilum manihot ke dalam
lumpang, dihomogenkan.
Ditambahkan mucilago amily sedikit demi sedikit sampai
diperoleh massa yang kompak, kemudian dicatat berapa bahan
pengikat yang terpakai dan tersisa.
Diayak massa dengan ayakan mesh nomor 12, dicatat berat
granul basah.
Dikeringkan massa granul basah di dalam lemari pengering pada
suhu 400C - 600C selama satu hari.
Ditimbang massa granul kering
Diayak dengan ayakan mesh 14

17

Ditimbang massa granul kering yang telah diayak


Dicatat hasil timbangan kemudian dimasukkan ke dalam pot
(Hasil granulasi kering = 53 gr).
Ditimbang bahan pengembang luar (mucilago amily) 2,849
gram dan bahan pelicin (talkum dan Mg Stearat) masing-masing
0,5698 gram.
Dimasukkan pengembang luar dan bahan pelicin ke dalam
lumpang dan dihomogenkan.
Dimasukkan massa granulat kering ke dalam lumpang dan
dihomogenkan menggunakan sudip.
Dilakukan uji preformulasi.
Dicetak massa menjadi tablet
Jumlah Tablet = 90 Tablet

3.7.3

Flowsheet Uji Preformulasi


3.7.3.1 Flowsheet Sudut Diam

Granul kering
Kedalam corong alir yang ditutup bagian bawahnya, dialirkan
granulat kering yang akan dicetak
Lalu dibuka dan granul dibiarkan mengalir
Dihitung sudut diamnya.
= 31,040
3.7.3.2 Flowsheet Waktu Alir
Granul kering
Dimasukkan granul yang akan dicetak ke corong alir.
Dialirkan hingga seluruh granul mengalir.
Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir sampai seluruh
granul mengalir.

18

Waktu alir rata-rata = 3,11 detik


3.7.3.3 Flowsheet Indeks Tap Rasio
Granul kering
Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur.
Ditapping sebanyak 20 kali.
Ditentukan penurunan volume.
Dilakukan tapping sampai hasil penurunan granul stabil.
Indeks tap rata-rata granul = 6,54%

3.7.4 Flowsheet Pencetakan Granul Menjadi Tablet


Granul kering yang telah dihomogenkan dengan
bahan pengembang luar dan bahan penlicin
Disiapkan mesin pencetak tablet single punch.
Dipasang punch bawah dengan diameter sesuai tablet yang akan
dicetak dan diatur dienya.
Dimasukkan massa tablet ke dalam hopper, lalu diatur sekrup
atas dan bawah untuk menentukan volume dan tekanan.
Dicetak 1 buat tablet, dicek beratnya (pengatur pada punch
bawah) dan tekanannya (pengatur punch atas).
Ditimbang tablet apakah sudah sesuai dengan berat yang
diinginkan , jka sudah di uji kekerasannya.
Dicetak 10 tablet lagi (jika tablet sudah memenuhi syarat), diuji
kembali berat serta kekerasannya, jika tidak mengalami
perubahan dapat dicetak seluruhnya.
Tablet yang dipakai sebagai sampe dapat digranulasi.
Dicatat jumlah tablet yang tercatat.
Jumlah tablet yang tercatat = 90 tablet

19

3.7.5

Flowsheet Uji Evaluasi Tablet


3.7.5.1 Keseragaman Bobot
Tablet
Dibersihkan tablet
Diambil 20 tablet
Ditimbang
Ditentukan bobot rata-rata
Ditimbang satu persatu
Dihitung deviasi
Diambil berat tablet yang berdeviasi
tinggi
A1A = 6,78 %
1
A2 = 5,15 %
B1 = 6,78 %
3.7.5.2 Waktu Hancur
6 Tablet
Dimasukkan kedalam tabung di
keranjang

20

Diletakkan 6 tablet diatas cakram


penuntun
Dijalankan alat
Dicelupkan pada air dengan suhu
300 C dengan tinggi air tidak
boleh

kurang dari 15 cm

Dicatat waktu setiap tablet hancur


Rata-rata = 10 menit 43 detik

3.7.5.3 Uji Kekerasan Tablet


Tablet

Dimasukkan diantara anvil dan


punch
Dijepit dengan cara memutar sekrup
sampai lampu stop menyala
Ditekan tombol sampai tablet retak
atau pecah
Dicatat angka yang ditunjukkan pada
alat
Dikembalikan jarum keangka nol dan
alat dibersihkan
Rata rata = 6,12 kg
3.7.5.4 Uji Friabilitas
Tablet
Dibersihkan 20 tablet dari debu

21

Ditimbang berat (merupakan berat


awal)
Dimasukkan kedalam alat dengan
putaran 100 kali selama 4 menit
Dikeluarkan 20 tablet tadi
Dibersihkan dari debu
Ditimbang berat (merupakan berat
akhir)
Hasil = 0,73%

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

Hasil
4.1.1

Hasil Uji Preformulasi


4.1.1.1 Hasil Sudut Diam
No.
Tinggi (h-cm)
1.
3,2
2.
3,1
3.
3,1
Rata-rata 3,13
Tg = 2h/d
= 2 (3,13)/10,4
= 0,6019

= 31,040
Kesimpulan:

Sudut

Diameter (d=cm)
10,4
10,3
10,5
10,4

diam

rata-rata

granul

adalah

menunjukkan bahwa granul memenuhi syarat sudut diam (200 < < 400)
4.1.1.2 Hasil Waktu Alir
No.
1.
2.
3.
t rata-rata

Waktu alir (detik)


3,16
3,11
3,08
3,11

22

31,040

Kesimpulan: Waktu alir rata-rata granul adalah 3,11 detik


menunjukkan bahwa granul memenuhi syarat waktu alir (t alir < 5,3 detik)
4.1.1.3 Hasil Indeks Tap Rasio
No

Vo

Vtap

.
1.
2.
3.

24,50
23,75
24,50

23,50
21,75
22,75

Rumus:

I.1

I.2

I=

V o V tap
Vo

x 100%

V oV tap
Vo

( 24,523,5
)
24,5

= 4,08%
V oV tap
=
Vo

I.3

x 100%

x 100%

x 100%

( 23,7521,75
)
23,75

= 8,42%
V oV tap
=
Vo

x 100%

x 100%

( 24,522,75
)
24,5

x 100%

= 7,14%
Rata-rata

I .1+I .2+I .3
3

4,08 + 8,42 +7,14


3

6,54%
Kesimpulan: Indeks tap rata-rata granul adalah 6,54% menunjukkan
bahwa granul memenuhi syarat Indeks tap (I 20%)
4.1.2 Hasil Pencetakan Granul Menjadi Tablet
Jumlah granul yang dicetak menjadi tablet adalah 90 tablet.
4.1.3 Hasil Uji Evaluasi

23

4.1.3.1 Hasil Uji Keseragaman Bobot


Syarat:
-

Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari dua tablet yang

menyimpang lebih besar dari kolom A


Tidak boleh satu tablet pun lebih dari kolom B
Bobot rata-rata
25 mg atau kurang
26 mg s/d 150 mg
151 mg s/d 300 mg
Lebih dari 300 mg
Berat 20 tablet: 12,23 gram
Berat rata-rata

berat seluruhnya
20 tablet

Penyimpangan
A
B
15 %
30 %
10 %
20 %
7,5 %
15 %
5%
10 %

12,23 1000 mg
20

= 611,5

mg
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Bobot (mg)
Deviasi
No
570
41,5
11
630
18,5
12
590
21,5
13
620
8,5
14
600
11,5
15
580
31,5
16
610
1,5
17
630
18,5
18
610
1,5
19
620
8,5
20
deviasi
A1 = bobot ratarata 100 %
=

41,5
611,5

100 %

= 6,78 %
A2 =

deviasi
bobot ratarata
=

31,5
611,5

100 %

100 %

= 5,15 %

24

Bobot (mg)
610
620
620
620
630
620
610
610
620
620

Deviasi
1,5
1,5
8,5
8,5
18,5
8,5
1,5
1,5
8,5
8,5

B1 =

deviasi
bobot ratarata
=

41,5
611,5

100 %

100 %

= 6,78 %
Kesimpulan: Tablet memenuhi persyaratan keseragaman bobot,
karena tidak ada 2 tablet yang lebih dari 5 % dan satu pun
tablet lebih dari 10 %.
4.1.3.2 Hasil Waktu Hancur

Syarat :
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi waktu yang dibutuhkan
untuk menghancurkan 6 tablet biasa tidak boleh lebih dari 15 menit

dan tidak boleh lebih dari 60 menit.


Bila tidak hancur ulangi dengan 12 tablet, syarat dipenuhi jika dari
18 tablet tidak lebih dari 2 tablet yang tidak hancur.
Data:

No
Waktu (menit)
1
5,43
2
7,55
3
10,12
4
11,28
5
12,53
6
14,35
Rata-rata
10,43
Kesimpulan: Tablet memenuhi persyaratan waktu hancur, karena tidak
satupun tablet yang waktu hancurnya lebih dari 15 menit.
4.1.3.3 Hasil Uji Kekerasan Tablet
Syarat : 4-8 kg
No
1
2
3
4
5
Rata-rata
Kesimpulan:

Kekerasan (kg)
3,75
4,90
7,80
6,75
7,40
6,12
tablet memenuhi persyaratan kekerasan tablet yaitu
dengan rata-rata 6,12. Dimana persyaratan tablet 4-8 kg.

25

4.1.3.4 Hasil Uji Friabilitas


Syarat : kehilangan berat tidak boleh lebih dari 0,8 %
A = massa awal sebelum dimasukkan ke dalam alat
B = massa setelah dimasukkan ke dalam alat
AB
100 %
A

Friabilitas :

12,2312,14
12,23

100%

= 0,73 %
Kesimpulan: tablet memenuhi persyaratan friabilitas tablet, karena tidak
melebihi persyaratan (< 0,8)

26

4.2.

Pembahasan
Dalam percobaan ini, dilakukan pencetakan tablet antalgin yang sebelumnya

telah memenuhi pengujian preformulasi (sudut diam, waktu alir, dan indeks tap).
Tablet antalgin yang telah dicetak yaitu sebanyak 90 tablet, jumlah tablet yang
kami dapatkan tidak sesuai dengan jumlah tablet yang seharusnya dicetak dalam
percobaan ini yaitu 100 tablet. Hal ini disebabkan adanya beberapa kesalahan
yang kami lakukan ketika menjalani praktikum, diantaranya: adanya bahan yang
tumpah pada saat proses praktikum, adanya bahan yang tinggal pada lumpang saat
proses penggerusan, adanya bahan yang tertinggal pada proses pengayakan.

27

Setelah diuji preformulasi ternyata granul yang dihasilkan dari percobaan


memenuhi persyaratan uji preformulasi yang ditetapkan. Setelah itu, granul
dicetak menjadi tablet.
Pada saat formulasi, jumlah tablet yang direncanakan adalah 100 tablet.
Namun, hasil yang diperoleh dari percobaan yang dilakukan mencapai 90 tablet.
Jumlah ini sesuai dengan persyaratan, bahwa tablet yang dihasilkan tidak lebih
dari 99 tablet. Hal ini biasa terjadi disebabkan karena berkurangnya massa
granulat pada proses pembuatan.
Splitting/cappig adalah peristiwa melepasnya lapisan tipis dari permukaan
tablet terutama pada bagian tengah. Sedangkan capping yaitu membelahnya tablet
dibagian atas. Penyebabnya adalah: 1. Daya pengikat dalam massa tablet kurang,
2. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara sehingga
setelah dicetak udara akan keluar, 3. Tenaga yang diberikan pada pencetakan
tablet terlalu besar sehingga udara yang berada diatas massa yang akan dicetak
sukar keluar dan ikut tercetak, 4. Formulanya tidak sesuai, 5. Die dan punch tidak
rata. (Syamsuni, 2006).
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang,
zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM,
1995).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Tablet antalgin yang telah dicetak yaitu sebanyak 90 tablet, jumlah
tablet yang didapatkan tidak sesuai dengan jumlah tablet yang
seharusnya dicetak dalam percobaan ini yaitu 100 tablet. Hal ini
disebabkan adanya beberapa kesalahan ketika menjalani praktikum,
diantaranya: adanya bahan yang tumpah pada saat proses praktikum,

28

adanya bahan yang tinggal pada lumpang saat proses penggerusan,


adanya bahan yang tertinggal pada proses pengayakan.
Setelah melakukan uji preformulasi, granulat yang dihasilkan
memenuhi persyaratan untuk dapat dicetak menjadi tablet, yaitu
memenuhi persyaratan waktu alir, sudut diam, dan indeks tap.
Dari percobaan uji evaluasi tablet yang telah dilakukan maka diperoleh
hasil tablet memenuhi syarat uji keseragaman bobot, waktu hancur, uji
kekerasan dan uji friabilitas.
5.2 Saran
Pada percobaan selanjutnya bahan pengikat yang digunakan dapat
diganti dengan bahan pengikat lain misalnya, PVP . Karena PVP
bersifat mudah ditembus air, sehingga mempermudah disolusi zat aktif
dari dalam granul.
Pada percobaan selanjutnya bahan pengembang yang digunakan dapat
diganti dengan bahan pengembang lain misalnya, corn starch. Karena
corn starch memiliki harga yang murah,dan waktu hancurnya lebih
cepat dibandingkan dengan amilum manihot.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. (2009). Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit
ITB. Halaman 197-199
Anief, M. (1994). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Halaman 215.
Ansel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia. Halaman 240-245.

29

Banker, G.S. dan Chalmers, R.K. (1982). Pharmaceutics and Pharmacy Practice.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company. Halaman: 222-223.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 6-7.
Depkes RI.(1975).Farmakope
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 14-16.
Jenkins, G.L., dkk. (1966). Clinical Pharmacy. London: McGraw-Hill Book
Company. Halaman 81-83.
Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: EGC. Halaman 165,174-175.
Syifa, Nailis dan Wicaksono, Yudi. (2008). Pengembangan pati singkong-avicel
ph 101 menjadi bahan pengisi co-process tablet cetak langsung. Majalah
Farmasi Indonesia. Halaman: 165-167.
Winda M.Rori, dkk. (2016). Formulasi dan evaluasi sediaan tablet ekstrak daun
gedi hijau(Abelmoschus manihot)dengan metode granulasi basah. Jurnal
Ilmiah Farmasi. Halaman: 245.

Medan,13 Oktober 2016


Asisten,

(JAEN ERNIST)

30

You might also like