Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia
semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan
pada Pemerintah Daerah. Selain itu, maraknya globalisasi yang menuntut
daya saing di setiap negara juga menuntut daya saing di setiap Pemerintah
daerahnya. Daya saing Pemerintah Daerah ini diharapkan akan tercapai
melalui peningkatan kemandirian Pemerintah Daerah yang dapat diraih
melalui adanya otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan gamabaran
bahwa pemerintah daerah diberikan kepercayaan dan hak untuk pola
pengelolaan lembaga publik dalam bidang pengelolaan keuangan maupun
kinerja yang bercorak desentralisiasi. Hal ini menunjukkan bahwa
pengelolaan daerah sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah.
Konsekuensi logis adanya otonomi daerah adalah tata kelola yang baik atau
yang sering kita sebut dengan good governance. Good Governance adalah
suatu tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang pola sikap dan pola
tinda pelakunya dilandasi prinsip-prinsip dan karakteristik tertentu. Suatu
penyelenggaraan negara yang mengimplementasikan good governance berarti
penyelenggaraan negara tersebut mendasarkan diri pada prinsip-prinsip good
governance itu sendiri diantaranya partisipasi, pemerintahan berdasarkan
hukum, transparansi, responsivitas, orientasi konsensus, keadilan, efektivitas
dan efisiensi, akuntabilitas, visi strategis dan saling keterkaitan (Mardiasmo,
2004). Semakin otonom suatu organisasi/lembaga maka tuntutan untuk
memiliki tata kelola yang baik semakin tinggi.
Banyaknya pemerintahan daerah di Indonesia dengan otonomi yang
semakin besar, membuat pengawasan yang baik sangat dibutuhkan agar tidak
pengawasan
sebagai
instrumen
dalam
manajemen
organisasi
ini,
kepercayaan
masyarakat/publik
terhadap
kinerja
pemerintah atau birokrasi mengalami degradasi yang kian semakin parah oleh
akibat
dari
lemahnya
kinerja
aparat-aparat
pemerintahan/birokrasi.
kenaikan
pangkat,
hingga
kepada
pemberhentian
pegawai.
adalah basis
penyelenggaraan
pemerintahan
utamanya
untuk
peranannya
masing-masing
maka
akan
terciptanya
Pencapaian
Good
Government
Governance
Melalui
Signifikan
Terhadap
Pencapaian
Good
Government
Signifikan
Terhadap
Pencapaian
Good
Government
Governance.
f. Untuk Mengetahui Dan Menganalisis Kompetensi Berpengaruh Signifikan
Terhadap Pencapaian Good Government Governance.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan utama sebagai
berikut:
a. Aspek Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikirian
pada disiplin ilmu akuntansi pemerintahan, khususnya dalam pemahaman
terhadap good government governance yang menjadi tujuan sektor
pemerintahan dilihat dari variabel Peran Auditor Internal, Kinerja
Aparatur Pemerintah Daerah dan Kompetensi.
b. Aspek Praktisi
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi auditor
internal dan aparatur pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dan
acuan untuk menciptakan pemerintah yang mempunyai tata kelola yang
baik.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Penelitian Terdahulu
Saat melakukan suatu penelitian salah satu faktor penting yang harus
dilakukan oleh peneliti adalah kajian atas penelitian-penelitian terdahulu,
dimana hasil penelitian tersebut relevan untuk dijadikan referensi dan
perbandingan dalam penelitian yang akan dilakukan. Sehingga peneliti
merujuk pada tiga penelitian terdahulu dalam melakukan penelitian ini.
10
(GGG)
and
their
implications
towards
performance
11
12
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Internal a. Kinerja
Function Auditor
(X1)
variabel
(X2)
sebagai
variabel
independen.
Good
Government
b. Kompetensi
Governance Research on
sebagai
Local
Intervening
Government
Noviany
Pengaruh
yang
Baik
Aparatur
Pemerintah
Daerah,
Pengelolaan
Aparatur
Auditor
(X2)
Pemerintah
sebagai
variabel
Daerah
Sistem
Pengendalian
sebagai
Intern
Pemerintah
variabel
Terhadap
Penerapan
independen
b. Good
Good Governance
Susanti Widyawati, Baiq
Anggun Hilendri Lestari,
sebagai
variabel dependen
a. Peran
Internal
Kinerja a. Kinerja
Nurabiah (2014)
Kelola
Pemerintah
Rahmatika, 2014)
Factors
variabel
c. Tata
(Dien
Pemerintah Daerah
Indonesia
Aparatur
(X1)
independen
b. Kompetensi
sebagai
variabel
Intervening
Governance
sebagai
variabel
dependen
affecting Tata
Kelola a. Kompetensi
yang
sebagai
variabel
13
No.
Penelitian
Persamaan
government
(GGG)
governance Baik
and
Perbedaan
sebagai
implications
performance
Auditor
Internal
Kualitas
Jasa
Kelola
Dan Pemerintah
Audit Baik
yang
sebagai
Intervening
b. Peran
Internal
dan
sebagai
independen
Sujana,
Surya
a. Kinerja Aparatur
Auditor
Internal
Dewan
sebagai
Daerah
(X2)
variabel
sebagai
variabel
Eksternal,
dan
variabel
variabel
Darmawan, (2014)
Pengaruh
Auditor a. Auditor
Internal,
sebagai
Daerah
a. Kompetensi
Pemerintah
Governance (GCG)
Nyoman
variabel
Kinerja Aparatur
Corporate
Edy
Aparatur
Auditor
Pengendalian
Putra,
Kinerja
independen
Good
dan
sebagai
Efektivitas
Auditor
Pemerintah Daerah
accountability
Internal
Intervening
b. Peran
Internal
(X1)
Pemerintah
independen
b. Tata
Kelola
independen
b. Kompetensi
Pemerintah
sebagai
yang
Intervening
Baik
variabel
sebagai
variabel
6
dependen
Factors Influencing The Variabel
a. Peran
Internal
14
No.
Penelitian
Quality
Persamaan
Of
Financial Kecenderungan ke
Reporting
And
Implications
On
Government Governance
Auditor
Internalal, ketaatan
Perbedaan
akuntansi
(2014)
Auditor
dan
Kinerja Aparatur
Pemerintah
Daerah
sebagai
variabel
independen
b. Kompetensi
sebagai
variabel
Intervening
c. Tata
Kelola
Pemerintah yang
Baik
sebagai
variabel dependen
Sumber : Diolah oleh peneliti tahun 2016
organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan bahwa organisasi sebagai suatu
hubungan kerja sama antara pemegang saham (prinsipal) dan manajer (agent)
berdasarkan kontrak yang telah disepakati.
Teori keagenan juga bermaksud untuk memecahkan problem atau
konflik yang terjadi antara hubungan prinsipal dan agen. Konflik kepentingan
tersebut disebabkan oleh kedua pihak yang memiliki keinginan dan motivasi
yang bertentangan dan adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi yang
memicu munculnya kondisi yang disebut asismetri informasi.
Pimpinan tidak menanggung resiko atas kesalahan
dalam
15
pemegang
sifat
(self
interest),
memiliki
keterbatasan
rasionalitas
(bounded
16
Kemudian, peluang atau kesempatan adalah salah satu factor pendukung yang
kedua terjadinya fraud. Kondisi ini terjadi dikarenakan kurangnya
pengontrolan serta tata kelola yang buruk pada entitas tersebut. Selain itu,
rasionalitas atau pembenaran merupakan elemen pendukung penyebab fraud.
Para pelaku meyakini bahwa tindakannya bukanlah sebuah fraud melainkan
hak yang dimilikinya dan terkadang pelaku merasa pada saat rekan kerjanya
melakukan hal yang sama, tidak ada sanksi atas perbuatan tersebut maka
pelaku tergoda untuk melakukan hal yang sama. Elemen terakhir penyebab
fraud yang dijelaskan dalam konsep ini adalah kemampuan. Kemampuan
merupakan sikap atau perilaku yang dimiliki seseorang untuk dapat
melakukan fraud.
Diamond Theory menggambarkan keempat elemen tersebut saling
terkait dan kemampuan (capability) memberikan kontribusi utama penyebab
terjadinya fraud. Pada teori ini, kemampuan yang dimiliki individu seperti
ilmu pengetahuan dan keterampilan dijadikan sebagai kondisi yang sangat
mempengaruhi terjadinya fraud dikarenakan apabila fraud dilakukan oleh
orang yang tepat maka tindakan tersebut akan sulit untuk dideteksi pihak lain.
2.4 Gone Theory
Menurut Priantara (2013:48) terdpat teori lain tentang penyebab fraud
dikenal dengan teori Gone yang di kembangkan oleh Bologna. Teori ini
menggambarkan empat faktor pendorong seseorang melakukan fraud , yaitu :
1. Greed (keserakahan)
2. Opportunity (kesempatan)
3. Need (Kebutuhan)
4. Exposure (pengungkapan)
Faktor greed dan need merupakan faktor yang berhubungan dengan
individu pelaku fraud. Keserakahan dan kebutuhan merupakan hal yang
bersifat sangat personal sehingga sulit sekali dapat dihilangkan. Sedangkan
17
18
hanya
peraturan-peraturan
yang
mengikat
dan
lingkungan-
19
tujuan
organisasi
tidak
dilakukan
secara
menyimpang
internal,
pengevaluasian
terhadap
kelengkapan
dan
20
kepada
manajemen
apabila
terdapat
untuk perbaikan
kedepannya.
4. Tahap tindak lanjut (follow up) hasil audit.
Tahap tindak lanjut (follow up) bertujuan untuk memastikan bahwa rekomendasirekomendasi atas temuan-temuan audit sudah dilakukan dengan baik, dan
memastikan apakah rekomendasi-rekomendasi tersebut memberikan hasil sesuai
yang diharapkan. Tahapan audit internal yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi
Jawa Tengah tidaklah jauh berbeda dengan tahapan-tahapan yang dikemukakan
21
oleh Tugiman (2006). Tahapan audit internal sesuai dengan SOP adalah sebagai
berikut:
1
perencanaan;
pelaksanaan;
pelaporan
22
23
teknis dengan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini sesuai dengan pendapat
Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:
Aparatur
ialah
aspek-aspek
administrasi
yang
diperlukan
dalam
yang
menduduki
jabatan
dalam
kelembagaan
pemerintahan
pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai maka tujuan badan (wadah yang
telah ditentukan) kemungkinan besar akan tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Pegawai inilah yang mengerjakan segala pekerjaan atau kegiatan-kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan.
Hasibuan (1999:126) menjelaskan kinerja mempunyai hubungan yang erat
dengan masalah produktivitas, karena merupakan indikator dalam menentukan
bagaimana usaha untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu
organisasi. Sedangkan Handoko (1992:785) mendefinisikan penilaian kinerja atau
prestasi
kerja
(performance
appraisal)
adalah
proses
suatu
organisasi
25
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang atau suatu
institusi).
Kinerja organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.
Kinerja pegawai dan kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat,
tercapainya tujuan organisasi. Kinerja pegawai tidak dapat dilepaskan dari sumber
daya yang dimiliki oleh organisasi, sumber daya yang digerakan atau dijalankan
pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan
organisasi tersebut. Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job
Performance), secara etimologis performance berasal dari kata to perform yang
berarti menampilkan atau melaksanakan. Wibowo mengatakan bahwa:
Pengertian
performance
sering
diartikan
sebagai
kinerja,
hasil
maupun impact. (Sobandi dkk, 2006:176). Hasil kerja yang dicapai oleh aparatur
suatu instansi dalam menjalankan tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang
terkait dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung
jawab dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil
kerja yang dicapai oleh aparatur dengan penuh tanggung jawab akan tercapai
peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Organisasi pemerintahan
menggunakan alat untuk mengukur suatu kinerja birokrasi publik, indikator yang
digunakan menurut Baban Sobandi dan para ahli lainnya dalam bukunya yang
berjudul Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
Keluaran (Output)
Hasil
Kaitan Usaha dengan Pencapaian
Informasi Penjelas (Sobandi dkk, 2006 : 179-181)
Menurut pendapat diatas bahwa kinerja adalah sesuatu terkait dengan
keluaran, hasil, keterkaitan pencapaian tujuan serta informasi penjelas dari setiap
program pemerintahan, setiap kinerja aparatur diperlukan juga hasil dari kerja
suatu tugas yang dibebankan oleh aparatur. Kinerja juga dipengaruhi oleh disiplin
dan
inisiatif
para
pesertanya,
disiplin,inisiatif,wewenang,tanggung
prilaku
jawab
yang
akan
berkaitan
mencerminkan
dengan
apakah
organisasi berjalan secara efisein dan efektif atau tidak. Efektivitas dan efisiensi
tersebut pada akhirnya akan menentukan performance (kinerja) organisasitersebut,
dengan perkata lain, secara umum efektivitas dan efisiensi merupakan instrumen
untuk mengukur kinerja.
2.7 Kompetensi
2.7.1 Pengertian Kompetensi
Kompetensi menurut Spencer & Spencer dalam Palan (2007) adalah sebagai
karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan secara
kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan.
27
kompetensi
sebagai
kecakapan
atau
kemampuan
juga
28
29
1.
Motif (motive) adalah hal-hal yang seseorang pikir atau inginkan secara konsisten
2.
3.
4.
5.
Action
Outcome
Personal Characteristics
Behavior
Job Performance
(Karakteristik personal)
Skill
- Profitability
(Ketrampilan)
- Productivity
- Self-Concept
- Quality
- Knowledge
Sumber : Spencer &Spencer dalam Palan, 2007
Gambar 1. Alur Hubungan Kompetensi dan Kinerja
Lebih lanjut menurut Spencer and Spencer dalam Surya Dharma
(2003:41),
karakteristik
pribadi
yang
mencakup
perangai,
konsep
dan
30
yang
sulit
untuk
diformulasikan
dan
dikomunikasikan
Procedure
atau
prosedur
pelaksanaan
dasar
dibuat
untuk
pada
knowledge
management,
dikenal
sebagai
media
yang
31
penyebaran knowledge adalah intranet, dimana hal ini didasarkan pada kebutuhan
untuk mengakses knowledge dan melakukan kolaborasi, komunikasi serta sharing
knowledge secara on line.
Pada dasarnya kinerja dari seseorang merupakan hal yang bersifat individu
karena masing-masing dari karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
Kinerja seseorang tergantung pada kombinasi dari kemampuan, usaha, dan
kesempatan yang diperoleh Carrillo, P., Robinson, (2004:47).
2.7.3 Jenis Kompetensi
Charles E. Jhonson dalam Wina Sanjaya (2005:34) membagi kompetensi
kedalam 3 bagian yakni:
1. Kompetensi
pribadi,
yakni
kompetensi
yang
berhubungan
kemampuan
dengan
yang
32
33
34
individu
mencakup
pengetahuan
teknis
dan
keterampilan
(2003:14)
mengutarakan
bahwa
semakin
tinggi
keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja, semakin efisien badan, tenaga, dan
pemikirannya dalam
penelitiannya
melaksanakan
pekerjaan.
Sirait
(2006:27)
dalam
35
2.8 GoodGovernanceGovernment
2.8.1
PengertianGoodGovernanceGovernment
Ada banyak pendapat mengenai governance, diantaranya menurut
WorldBank(Mardiasmo,2009)adalah:
Thewaystatepowerisusedinmanagingeconomicandsocialresource
fordevelopmentofsociety.
SementaraituUnitedNationsDevelopmentProgram(UNDP)
mendefinisikan governancesebagai:
Theexerciseofpoliticaleconomic,andadministrativeauthorityto
managenationsaffairatalllevelsofsociety.
Artinya:
Pelaksanaankewenanganpolitik,ekonomidanadministrasidalam
mengelolamasalahbangsa.
KarenaitumenurutUNDP,adatigamodeltatakepemerintahanyang
baikyaitu:
1)
2)
36
3)
TujuanGoodGovernanceGovernment
37
Tujuandaripenerapangoodgovernancegovernmentadalahuntuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembentukan Negara
(pemerintah)yangkuat,pasaryangkompetitif,danmasyarakatsipil (civil
society)yangmandiri.Untukmewujudkanitu,makadalamimplementasitata
kepemerintahan yang baik diharapkan para pelaku atau pilarpilarnya
membangun kolaborasi, networking, dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraanNegara.Implementasi goodgovernancegovernmentdalam
penyelenggaraan Negara bukan perkara mudah. Kendalakendala siap
menghadapipelaksanaantatakepemerintahanyangbaik,kendalakendalaitu
bersumberpadapelakupelakunyasendiridansistemyangmenelikungnya.Di
sektorpemerintahan,sistempolitik,etikapolitikdanpemerintahankurang
mendukung.Disektorswasta,etikabisniskurangditegaskandanpersaingan
tidak terusmenerus mengalami ketidakberdayaan sehingga tidak dapat
menjalankanfungsikontrolnya(Mardiasmo:2009).
2.8.3
PrinsipprinsipGoodGovernanceGovernment
Kunci utama memahami good governance government adalah
pemahamanatasprinsipprinsipdidalamnya.Bertolakdariprinsipprinsipini
akan didapatkan tolak ukur kinerja suatu pemerintahan. Baikburuknya
pemerintahan bisa dinilai bila telah bersinggungan dengan semua unsur
prinsipprinsipgoodgovernancegovernment.
MenurutLembagaAdministrasiNegara(2003:7)terdapatprinsip
prinsipgoodgovernancegovernment,sebagaiberikut:
1)
Participation
Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan yang baik secara
langsungmaupuntidaklangsungmelaluilembagaperwakilanyangdapat
38
Ruleoflaw
Kerangkahukumyangadildandilaksanakantanpapandangbulu
3)
Transparency
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.
informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung
dapatdiperolehbagimerekayangmembutuhkan.
4)
Responsiveness
Lembagalembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani
stakeholders.
5)
ConsensusOrientation
Berorientasipadakepentinganmasyarakatyanglebihluas
6)
Equity
Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraandankeadilan.
7)
Efficiencyandeffectiveness
Pengelolaansumberdayapublikdilakukansecaraberdayaguna(efektif).
8)
Accountability
Pertanggungjawabankepadapublikatassetiapaktifitasyangdilakukan.
9)
StrategicVision
Penyelenggaraanpemerintahdanmasyarakatharusmemilikivisijauh.
39
Pendapatyanglain,GanieRochman(2000:145)menyatakanbahwa
good governance terdapat 4 prinsip utama yang dapat diperankan oleh
akuntansisektor publik yaitu penciptaan (1)transparansi,(2)akuntabilitas
publik, (3) value for money dan (4) efektifitas manajemen sumber daya
manusia.
2.9 Kerangka Pemikiran
Good governance yang diterjemahkan sebagai tata pemerintahan yang
baik merupakan tema umum kajian yang populer, baik di pemerintahan, civil
society maupun di dunia swasta. Kepopulerannya adalah akibat semakin
kompleksnya permasalahan, seolah menegaskan tidak adanya iklim
pemerintahan yang baik di negeri ini. Di pemerintahan (public governance),
tema ini begitu menyentuh. Banyak pihak yang menunjuk hidung bahwa
masalah
mendasar
bangsa
ini
akan
terselesaikan
kalau
birokrasi
rekomendasi
yang
sesuai
untuk
meningkatkan
proses
40
pemerintah yang baik dan handal yakni manajemen yang kondusif, responsif
dan adaptif. Berkaitan dengan hal tersebut maka karakteristik good
governance,
diharapkan
dapat
diwujudkan
dengan
cara
melakukan
merupakan
gambaran
mengenai
tingkat
pencapaian
Gambar 2.1
Paradigma Konseptual Untuk Hubungan Tidak Langsung
41
Gambar 2.2
Paradigma Konseptual Hubungan Secara Langsung
Keterangan :
SPIP : Indikator SPIP
KO : Faktor Personak
42
: Indikator Fraud
dan
Pencapaian
Good
operasional yang sehat dan aman. Sistem Pengendalian Intern yang efektif
dapat membantu pengurus menjaga aset, menjamin tersedianya pelaporan
keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya, meningkatkan kepatuhan
terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
mengurangi risiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran aspek
kehati-hatian. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wilopo (2006), sistem
pengendalian internal bagi sebuah organisasi sangatlah penting, yaitu untuk
memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta
43
(Ikhsan dan Ishak :2005). Oleh sebab itu, diperlukan sistem pengendalian
untuk mengurangi penyebab terjadinya tindakan
cenderung
yang
melakukan
dilakukan
tindakan
oleh
manajemen.
menyimpang
untuk
baik
dapat
mengurangi
atau
bahkan
Apabila suatu sistem pengendalian intern telah ditegakan sesuai dengan prosedur
yang ada maka loyalitas seorang pegawai akan semakin tinggi , sedangkan
tindak kecurangan akan mudah diminimalisir.
Kompetensi merupakan bagian dari kultur organisasi. Pramudita
(2013) menyatakan bahwa Kompetensi merupakan kondisi dimana pegawai
sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasinya. Jadi
dapat dikatakan bahwa pegawai yang mempunyai Kompetensi tinggi, maka ia
akan berperan serta secara aktif dan melakukan segala upaya demi tercapainya
tujuan organisasi. Pegawai yang memiliki Kompetensi yang tinggi tidak akan
melakukan sesuatu hal yang dapat merugikan perusahaan. Jadi, semakin tinggi
Kompetensi, maka semakin rendah tingkat terjadinya Fraud. Berdasarkan
uraian mengenai Kompetensi dan pengaruhnya terhadap terjadinya Fraud di
sektor pemerintahan
44
Kinerja
Aparatur
Pemerintah
Daerah
Pada
kompensasi
dan
promosi
dialokasikan
secara
adil
dan
proporsional.
H2 : Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Berpengaruh Secara
Signifikan
Terhadap
Kecenderungan
Fraud
melalui
Kompetensi
2.10.3 Hubungan Pemahaman standar Akuntansi Pemerintahan Pada
Kecenderungan Fraud Melalui Kompetensi
Suatu instansi atau lembaga akan berperilaku tidak etis dan
melakukan tindakan kecurangan karena mereka tidak berpedoman
pada
aturan akuntansi yang berlaku. Menurut Adelin (2013) dalam teori keagenan
yang menyatakan bahwa taat terhadap aturan akuntansi dapat memperkecil
perilaku curang, sedangkan Wolk and Tearney (1997:93-95) dalam Wilopo
menjelaskan bahwa kegagalan dalam menyusunan laporan keuangan
46
moral
mengungkapkan
bahwa
moralitas
manajemen yang tinggi juga didukung pada ketaatan aturan yang berlaku.
Dalam teori tersebut pada tahap pasca konvensional, manajemen berorientasi
pada peraturan yang berlaku, sehingga ketaatan aturan akuntansi dapat
membentuk moralitas manajemen yang tinggi dan dapat menurunkan
kecenderungan kecurangan akuntansi
(Kusumastuti, 2012).
yang
Faktor-faktor
mendorong
manajemen
entitas untuk
regulasi.
Regulasi
ini
mensyaratkan
perusahaan
untuk
pada
aturan
akuntansi
akan
menimbulkan
kecurangan
perusahaan yang tidak dapat dideteksi oleh para auditor. Hal ini
dapat
terhadap
terhadap
negatif
bahwa
kualitas
pengendalian
yang
efektif
dalam
suatu
menyimpang
Pada
Kecenderungan Fraud
Jensen dan Meckling (1976) dalam Wilopo (2006) menjelaskan dalam
teori keagenan bahwa pemberian kompensasi yang memadai membuat agen
(manajemen) bertindak sesuai dengan keinginan dari prinsipal (pemegang
saham), yaitu dengan memberikan informasi sebenarnya tentang keadaan
perusahaan. Pemberian kompensasi yang sesuai diharapkan akan mengurangi
kecenderungan kecurangan akuntansi.
Menurut Luthans (1998) dalam Tella et al, (2007) menjelaskan bahwa
kompensasi yang sesuai menjadi bagian yang sangat penting bagi kinerja
karyawan serta keberhasilan organisasi. Dengan kompensasi yang sesuai,
perilaku tidak etis dan kecenderungan fraud diharapkan dapat berkurang.
Individu diharapkan telah mendapatkan kepuasan dari kompensasi dan tidak
melakukan perilaku yang tidak etis serta kecenderungan berlaku fraud demi
keuntungan pribadi. Oleh sebab itu di perlukan suatu sistem Kinerja Aparatur
Pemerintah Daerah yang baik untuk meminimalisir tindak kecurangan.
H5 : Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah Berpengaruh Secara
Signifikan Terhadap Indikasi Fraud
2.10.6 Hubungan Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintah
Pada
Kecenderungan Fraud
Pada teori keagenan, selain konflik kepentingan dapat diminimalkan
dengan melakukan pengendalian internal yang kuat, konflik tersebut juga
dapat diminimalkan dengan melakukan ketaatan aturan akuntansi bagi para
49
akuntan, pembuat laporan dan seluruh pihak yang melakukan kegiatan dalam
entitas yang bersangkutan guna menurunkan kecenderungan kecurangan yang
dimiliki agen. Adapun standar yang menjadi rujukan utama dalam sector
pemerintahan ialah Standar Akuntansi Pemerintahan yang tertuang dalam PP
No 71 Tahun 2010. Sependapat dengan teori tersebut, hasil penelitian Syamsi
(2015) menjelaskan bahwa dengan mengarahkan pegawai untuk melaksanakan
ketaatan aturan akuntansi yang sehat, mengikuti prosedur pengelolaan aset dan
prosedur pencatatan secara konsisten maka akan menghindari entitas dari
tindakan kecurangan yang akan merugikan instansi. Sejalan dengan hal
tersebut, hasil penelitian Wilopo (2006) menjelaskan bahwa semakin
manajemen taat pada aturan akuntansi, semakin rendah kecenderungan
kecurangan pada perusahaan tersebut.
H6 : Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintah Berpengaruh
Secara Signifikan Terhadap Indikasi Fraud
2.10.7 Hubungan Kompetensi Pada Kecenderungan Fraud
Wilopo (2006:22) berpendapat bahwa Kompetensi berpengaruh
terhadap kecenderungan kecurangan (fraud). Hal ini dapat dilihat dari upaya
menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan
akuntansi dapaat dilakukan dengan memperbaiki moral dari pengelolaan
perusahaan yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen
terhadap perusahaan. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap instansi berarti
pegawai juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap instansi. Dengan
demikian, pegawai akan cenderung bekerja dengan baik untuk kemanjuan
instansi tersebut. Sebaliknya, jika komitmen terhadap organisasi rendah, maka
pegawai cenderung akan bekerja kurang baik, dan akan merasionalisasikan hal
tersebut sebagai hal yang wajar dikarenakan kurangnya komitmen terhadap
organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
Kompetensi akan semakin rendah kecenderungan kecurangan (fraud) yang
mungkin terjadi.
H7 : Kompetensi Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap
Indikasi Fraud
50
51
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey.
Menurut Suliyanto (2006), dalam riset survey, Peneliti mengumpulkan data
dengan meminta tanggapan responden, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengambilan data dengan menggunakan metode survey sangat
bergantung pada kemauan, kejujuran dan kondisi responden.
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Peran Auditor Internal, Kinerja
Aparatur Pemerintah Daerah, Kompetensi dan Good Government Governance
pada SKPD Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi atau tempat penelitian yaitu
pada 45 SKPD yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah data kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk skala
rasio, tetapi dalam bentuk skala yang lebih rendah yaitu skala nominal,
ordinal maupun interval. Sedangkan data kuantitatif adalah data berupa angka
yang dapat dihitung untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang kokoh.
Sumber data terdiri dari :
1. Data Primer, yaitu data yang secara langsung diperoleh dari responden
secara tulisan yang berhubungan langsung dengan objek penelitian dengan
menggunakan alat pengumpul berupa data kuisioner yang akan diberikan
atau disebarkan kepada responden yang bersangkutan untuk memberikan
informasi akurat.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari para pengelola keuangan
SKPD yang mendukung penelitian ini serta data dari kepustakaan yang
berguna dalam penyusunan landasan teori yang berhubungan dengan
permasalahan yaitu tingkat indikasi fraud di Provinsi Sulawesi Tengah.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
52
pertanyaan/pernyataan
tertulis
melalui
sebuah
daftar
Populasi
Sugiyono (2006: 90) mendefinisikan populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat diatas, maka
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengelolaan keungan yang
tersebar di 45 SKPD Provinsi Sulawesi Tengah. Menurut PP No 58 Tahun
2005 Penegelola keuangan adalah seseorang yang melakukan perencanaan,
pelaksanaan,
penatausahaan,
pelaporan,
pertanggungjawaban,
dan
53
Nama SKPD
Jumla
h
4
54
No
Nama SKPD
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
Daerah
Dinas Perkebunan
Dinas Komunikasi dan Informasi Daerah
RSUD Undata
Dinas Sumber Daya Air Daerah
Dinas Bina Marga Daerah
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Daerah
Dinas Pemuda dan Olahraga Daerah
Dinas Sosial Daerah
Dinas Pertanian
Badan Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah
Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumen Daerah
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah
Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah
Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
Badan Kordinasi Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kelautan
Badan Lingkungan Hidup Daerah
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Daerah
Badan Kepegawaian Daerah
Badan Ketahanan Pangan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Inspektorat Daerah
Sekretariat Daerah
Kantor pelayanan Perizinan Terpadu Daerah
Jumla
h
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
55
No
Nama SKPD
39
Sekretariat KPID
40
Sekretariat DPRD
41
Sekretariat Dewan Pengurus Korpri
42
Kantor Perwakilan Pemerintah Daerah
43
Satuan Polisi Pamong Praja Daerah
44
KDH Dan WKDH
45
Sekertariat Daerah
Total
Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2016
Jumla
h
4
4
4
4
4
4
4
180
56
organisasi ada yang berbentuk uang, namun ada yang tidak berbentuk
uang. Kompensasi yang berwujud upah pada umumnya berbentuk uang,
sehingga kemungkinan nilai riilnya naik turun. Kompensasi yang
diterimakan kepada pegawai cenderung untuk menentuan standar hidup
serta kedudukan sosial dimasyarakat.
diatas maka alat ukur yang digunakan sebagai indikator Kinerja Aparatur
Pemerintah Daerah ialah dalam bentuk jenis kompensasi itu sendiri yang
terdiri dari Kompensasi Langsung dan Kompensasi Tidak Langsung
3. Variabel Pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan (X3)
Ketaatan Aturan Akuntansi adalah suatu kewajiban dalam organisasi untuk
mematuhi
segala
ketentuan
atau
aturan
akuntansi
dalam
keuangan
yang
dihasilkan
efektif,
handal
serta
akurat
mengukur
Akuntansi, perubahan
57
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Dimensi
Sistem
a. Lingkungan
Pengendalian
pengendalian
Indikator
Skala
Intern Pemerintah
Ordinal
terhadap
kompetensi
3. Kepemimpinan
(X1)
yang
kondusif
(PP No 60 tahun
2008 )
sesuai
b. Penilaian resiko
c. Kegiatan pengendalian
1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko
1. Reviu atas kinerja
2. Pembinaan SDM
d. Informasi dan
3. Pengendalian
komunikasi
informasi
e. Pemantauan
pengendalian intern
sistem
pengawasan
intern
1. Unsur informasi
2. Komunikasi yang efektif
59
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
1. Pemantauaan berkelanjutan
2. Evaluasi
Aparatur a. Kompensasi
Langsung
Pemerintah Daerah
Kinerja
(X2)
Veitzal (2011)
Pemahaman
Standar Akuntansi
Pemerintahan
(X3)
PP 71 Tahun 2010
b. Kompensasi
1. Gaji
2. Upah
3. Insentif
Ordinal
1. Tunjangan
Tidak 2. Asuransi
3. Uang pension
Langsung
a. PSAP 01 Penyajian 1. Basis Akrual
2. Komponen
Laporan Keuangan
Keuangan
Ordinal
Laporan
Anggaran
Realisasi Anggaran
Penyajian Laporan Arus Kas
Aktivitas Operasi
c. PSAP 03 Laporan Penyajian Penyajian Calk
Susunan Dalam Calk
Arus Kas
Penilaian Persediaan
Pengakuan Persediaan
d. PSAP 04 Catatan
Atas
Laporan
keuangan
e. PSAP 05 Akuntansi
Persediaan
Pengakuan Investasi
Pelepasan Dan Pemindahan
Investasi
Pengakuan Aset Tetap
Pengklasifikasian Aset
Akuntansi
Konstruksi
60
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
g. PSAP 07 Akuntansi
Aset Tetap
h. PSAP 08 Akuntansi
Konstruksi
Dalam
Pengakuan Kewajiban
Pengukuran Kewajiban
Pengerjaan
Akuntansi
Kesalahan
Kewajiban
j. PSAP 10 Koreksi
Kesalahan,
Perubahan
Kebijakan
Akuntansi,
perubahan estimasi
akuntansi,
dan
dilanjutkan
k. PSAP 11 Laporan Penyajian
Keuangan
Laporan
Oprasional
Konsolidasian
l. PSAP 11 Laporan
Operasional
61
Variabel
Dimensi
Indikator
a. Faktor Personal
Skala
1. Harapan pekerjaan
2. Karakteristik personal
3. Job choice factor.
b. Faktor
Komitmen
Organisasioanal
Organisasi
1. Lingkup kerja
2. Supervisi
(Z)
c. Faktor
(Sopiah 2008)
Non
Organisasional
Ordinal
3. Konsistensi
tujuan
organisasi.
1. Ketersediaan
pekerjaan
alternatif.
a. Kecurangan
Laporan Keuangan
Kecenderungan
b. Penyimpangan Atas
Pemalsuan
terhadap
catatan akuntansi
Penyalahgunaan Aset
Aset
Fraud (Y)
(Tuanakotta 2010)
c. Korupsi
Ordinal
Penyalah gunaan jabatan
dan
wewenang
untuk
keuntungan pribadi
Sumber : Diolah oleh peneliti tahun 2016
62
Jawaban atas pernyataan dalam kuesioner menurut skala Likert diberi skor
sebagaimana dalam tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3
Skor Atas Jawaban Pernyataan
Menurut Skala Likert
No Pilihan (option)
1
Sangat Setuju
2
Setuju
3
Ragu-Ragu
4
Tidak Setuju
5
Sangat Tidak Setuju
Sumber : Sugiyono (2002:107)
Bobot (skor)
5
4
3
2
1
ini
dilakukan
dengan
pendekatan
Structural
digunakan
64
3.7.2.1
Convergent Validity
Convergent Validity dari model pengukuran dengan model
reflektif
indikator
dinilai
berdasarkan
korelasi
antara
item
Discriminant Validity
Discriminant validity dari model pengukuran dengan indikator
refleksif dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan variabel
laten. Jika korelasi variabel laten dengan item pengukuran lebih besar
daripada ukuran variabel laten lainnya, maka akan menunjukkan bahwa
65
indikator laten memprediksi ukuran pada blok yang lebih baik daripada
ukuran blok lainnya. Direkomendasikan nilai AVE lebih dari 0,5.
3)
Composite Reliability
Composite reliability mengukur suatu variabel laten yang
nilainya harus diatas 0,70. Nilai composite reliability di atas 0,70
menunjukan bahwa semua variabel laten memenuhi kriteria reliabel yang
tinggi.
3.7.2.2
1) T statistik
66
hasil
ini menggambarkan
variabel tersebut
variabel
intervening
ini
dapat
dilihat
dari
67