Professional Documents
Culture Documents
Batuan adalah material kompleks dengan variasi sifat-sifatnya yang sangat luas,
mulai dari jenis batuan, mineralogy, ukuran butir dan struktur serta lainnya. Kumpulan
batuan yang disebut massa batuan yang bisa juga disebut dengan joined rock mosses
merupakan gabungan dari blok atau partikel angular batuan brittle yang saling mengunci
dan dipisahkan oleh bidang-bidang ketidakmenerusan dalam bentuk kekar, patahan,
bidang perlapisan dan lainnya yang bisa jadi diisi oelh material lunak.
Satu contoh yang diilustrasikan dalam gambar di bawah ini adalah sebuah
terowongan dengan kumpulan massa batuan yang terdiri dari variasi tingkat kompleksitas
geologi struktur. Agar terowongan tersebut bisa bertahan aman sepanjang masa
penggunaannya maka sangat penting untuk mengetahui secara detail keadaan batuan
utuh, massa batuan dan geologi struktur sebelum melakukan perancangan dan konstruksi.
Pemetaan bidang diskontinuitas atau kekar dilakukan di suatu singkapan massa batuan
dengan memperhatikan semua karakteristiknya yang secara skematik ditunjukkan oleh
gambar di bawah ini :
Massa Batuan
Massa batuan merupakan volume batuan yang terdiri dan material batuan berupa
mineral, tekstur dan komposisi dan juga terdiri dari bidang-bidang diskontinu,
membentuk suatu material dan saling berhubungan dengan semua elemen sebagai suatu
kesatuan. Kekuatan massa batuan sangat dipengaruhi oleh frekuensi bidang-bidang
diskontinu yang terbentuk, oleh sebab itu massa batuan akan mempunyai kekuatan yang
lebih kecil bila dibandingkan dengan batuan utuh. Menurut Hoek & Bray (1981) dalam
Sitohang (2008), massa batuan adalah batuan insitu yang dijadikan diskontinu oleh sistem
struktur seperti joint, sesar dan bidang perlapisan.
Struktur Batuan
Struktur batuan adalah gambaran tentang kenampakan atau keadaan batuan,
termasuk di dalamnya bentuk atau kedudukannya. Berdasarkan keterjadiannya, Struktur
batuan dapat dikelompokkan menjadi:
Struktur primer, yaitu struktur yang terjadi pada saat proses pembentukan batuan.
Misalnya : bidang perlapisan silang (cross bedding) pada batuan sedimen atau
kestabilan lereng adalah: kekar, sesar, batas litologi dan bidang perlapisan, serpihan dan
orientasi mineral pada batuan metamorf.
Beberapa jenis bidang diskontinu yang digolongkan berdasarkan ukuran dan
komposisinya adalah sebagai berikut:
luas.
Joint (kekar). Bidang diskontinu yang telah pecah namun tidak mengalami
pergerakan atau walaupun bergerak, pergerakan tersebut sangat sedikit sehingga
bisa diabaikan. Joint merupakan jenis bidang diskontinu yang paling sering hadir
dalam batuan.
Bedding (bidang pelapisan). Bedding terdapat pada permukaan batuan yang
mengalami perubahan ukuran dan orientasi butir dari batuan tersebut serta
terjadi pada
permukaan batuan. Manfaat dari pengukuran panjang kekar ini ialah agar dapat
mengetahui berapa besarnya gaya yang pernah terjadi pada suatu tubuh batuan.
5. Isi Kekar Isi dari kekar, Kekar yang terisi oleh mineral lain dengan yang tidak
memiliki isi anakan berbeda kualitas batuannya. Kekar yang mimiliki isian
kualitas batuannya akan semakin kuat, sedangkan kekar yang tidak memiliki isian
kualitas batuannya sangat lemah.
6. Kekuatan kekar, Dalam mengukur kekuatan kekar dapat dilakukan dengan
menguji kekuatan bidang atau dinding kekar.
Klasifikasi massa batuan, klasifikasi massa batuan merupakan cikal bakal dari
pendekatan rancangan empeirisdan digunakan secara luas di dalam rekayasa batuan.
Dalam kenyataannya, dibanyak proyek, pendekatan klasiflikasi digunakan sebagai dasar
praktis
untuk
merancang
struktur
di
bawah
tanah
yang
kompleks.
Klasifikasi massa batuan tidak diaunakan sebagai pengganti untuk rancangan rekayasa.
Tetapi harus digunakan bersama-sama dengan metode observasi dan analitik untuk
memformulasikan secara menyeluruh rancangan yang rasional, yang cocok dengan tujuan
rancangan dan kondisi geologi di lapangan.
Tujuan dari klasifikasi massa batuan diantaranya :
a. Mengidentifikasi parameter yang terpenting yang mempengaruhi perilaku
massa batuan.
b. Membagi formasi massa batuan yang khusus ke dalam grup yang mempunyai
perilaku sama, yaitu kelas massa batuan dengan berbagai kualitas.
c. Memberikan dasar untuk pengertian karakteristik dari tiap kelas massa batuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka sistem klasifikasi harus :
1) Sederhana, mudah diingat dan mudah dimengerti.
2)
Setiap istilah jelas dan terminologi yang digunakan dapat diterima secara luas
Berdasarkan sistem rating yang dapat memberikan bobot relatif yang penting pada
parameter kiasifikasi.
6) Dapat berfungsi untuk menyediakan data-data kuantitatif untuk rancangan penyangga
batuan.
Tiga keuntungan yang diperoleh dari klasifikasi massa batuan adalah :
a. Meningkat.kan kualitas dari penyelidikan lapangan (site investigation) dengan meminta
data masukan yang minimum sebagai parameter kiasifikasi.
b. Memberikan informasi kuantitatif untuk tujuan rancangan.
c. Penilaian reklayasa dapat lebih baik, dan komunikasi dapat lebih efektif pada suatu
proyek.
Dari berbagai sistem klasifikasi massa batuan yang ada, enam yang perlu
mendapat perhatian khusus karena yang paling umum, yaitu yang diusulkan oleh Terzaghi
(1946), Lauffer (1958), Deere dan kawan-kawan (1967), Wickham dan kawan-kawan
(1972), Bieniawski (1973), Barton dan kawan-kawan (1974). Klasifikasi beban batuan
Terzaghi (1946), klasifikasi pertama yang diperkenalkan dan digunakan di Amerika
Serikat lebih dari 35 tahun, telah dibuktikan dengan sukses untuk penerowongan dengan
penyangga besi baja (steel support).
Klasifikasi Lauffer (1958) didasarkan pada hasil keria dari Stini (1950) dan
merupakan langkah maju dalam seni penerowongan dengan diperkenalkannya
konsep Stand-up time dari active span di dalam terowongan, dimana dapat ditentukannya
tipe dan jumlah penyangga di dalam terowonqan secara lebih relevan.
Klasifikasi dari Deere dan kawan-kawan (1967) memperkenalkan indeks Rock
Quality Designation (RQD), yang merupakan metode yang sederhana dan praktis untuk
mendeskripsikan kualitas inti batuan dari lubang bor.
Konsep dari Rock Structure Rating (RSR) dikembangkan di Amerika Serikat oleh
Wickham dan kawan-kawan (11972, 1974), yang sistem pertama yang memberikan
gambaran rating klasifikasi untuk memberikan bobot yang relatif penting dari parameter
klasifikasi.
Klasifikasi geomekanika (RMR system), diusulkan oleh Bieniawski (1973), dan
Q system oleh Barton dan kawan-kawan (1974), telah dikembangkan secara terpisah dan
kedua-duanya menyediakan data kuantitatif untuk memilih penguatan terowongan yang
modern seperti rock bollt dan shoterete.
Country of
Applications
Classification
1. Rock load
Terzaghi, 1946
USA
Origin
Tunnels with steel
2. Stand-up time
Lauffer, 1958
Austria
support
Tunneling
3. NADA
Austria
Tunnelling
4. Rock quality
USA
Core logging,
Designation
5. RSR concept
USA
tunneling
Tunneling
6. RMR system
Bieniawski, 1973
South Africa
Tunnels, mines,
slopes
(Geomechnanics,
Foundations
Classification)
Weaver, 1975
South Africa
Rippability
Laubscher, 1977
South Africa
Mining
Olivier, 1979
South Africa
Weatherability
India
Coal Mining
Spain
Tunneling
USA
Japan
Foundations
Portugal
Tunneling
Spain
Unal, 1983
USA
mines
Slope stability
Romana, 1985
Spain
Coal mining
Newman, 1985
USA
Boreability
Sandbak,1985
USA
Dregeability
Smith, 1986
USA
Coal mining
Venkateswarlu, 1986
India
Slope stability
Robertson, 1988
Barton et al., 1974
7. Q-System
Canada
Norway
Tunnels, chambers
Excavability
Q- system extensions
Kirsten, 1982
South Africa
Tunneling
8. Strenght-size
9. Basic geotechnical
Kirsten, 1983
South Africa
Franklin, 1975
Canada
International Society for Rock
Tunneling
General
Description
10. Unified
mechanics, 1981
Williamson, 1984
communication
General
USA
Classification
communication
Sistem Q dikembangkan khususnya untuk terowongan dan ruang bawah tanah, sedangkan
klasifikasi geomekanika walaupun awainya dikembangkan untuk terowongan, dapat
digunakan untuk rock slopes dan pondasi penilaian ground rippability, masalah-masalah
di pertambangan (Laudbscher, 1977, Ghose dan Raju, 1981, Kendorski dan
kawan-kawan, 1983).
METODE ROCK LOAD CLASSIFICATION
Terzaghi (1946) memformulasikan metode klasifikasi rasional yang pertama dengan
mengevaluasi beban batuan yang tepat untuk merancang steel sets. Ini merupakan
pengembangan yang penting karena penyangga dengan steel sets telah digunakan secara
luas untuk penagalian terowongan batuan selama 50 tahun yang lalu. Klasifikasi ini
hanya cocok untuk memperkirakan beban batuan untuk terowongan yang disangga
dengan steel arch, tetapi tidak cocok untuk metode penerowongan yang modern dengan
menggunakan shotcrete dan rock bolt. Sesudah mempelajari secara rinci, Cecil (1970)
menyimpulkan bahwa metode Terzaghi terlalu umum untuk dapat mengevaluasi secara
objektif
kualitas
batuan
dan
tidak
menyediakan
informasi
kuantitatif
dari
memperiihatkan kondisi batuan Terzaghi 4-6 harus dikurangi dengan 50 % dari nilai rock
load awal karena muka air tanah efeknya kecil terhadap rock load.