You are on page 1of 22

LAPORAN KASUS BESAR KULIT

SKABIES
STEVANY MINSANITA
406127018

KEPANITRAAN KULIT DAN KELAMIN RS. HUSADA


8 April - 11 Mei 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus besar Skabies ini tepat pada
waktunya.
Skabies adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh tungau yang menginfasi pada
kulit yang sering ditemukan di sarana kesehatan. Karena itu penulis menyadari pentingnya
mempelajari penyakit ini secara lebih mendalam dan perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai
penyakit ini, berikut patogenesis, gejala klinis, diagnosis, serta pengobatannya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada :
1.
2.
3.
4.
5.

dr. Hendrik Kunta Adjie, Sp. KK


dr. Maria Dwikarya, Sp. KK
dr. Linda Sukamto, Sp. KK
Para perawat dan karyawan yang bertugas di RSUP Husada, dan
Teman teman

yang telah membimbing, memberikan dukungan dan bantuannya dalam penyusunan laporan
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun sehingga laporan kasus ini dapat menjadi lebih baik lagi. Penulis juga berharap
referat ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.
Akhir kata, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan referat
ini terdapat kekurangan dan salah kata.
Jakarta, 26 April 2013

Penulis

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Nama

: Stevany Minsanita

NIM

: 406127018

Tanda Tangan
.

Dr. Pembimbing / Penguji :


Dr. Hendrik KuntaAdjie, SpKK

RUMAH SAKIT : RS HUSADA


A. IDENTITAS PASIEN

Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Pekerjaan

: adik I
: Laki-laki
: 14 tahun
: Jl. Kartini IX dalam no.8 004/003 Kartini Jakarta Pusat 10750
: TOT

Status Perkawinan : belum menikah

B. ANAMNESA
Autoanamnesa dari pasien tanggal 19 April 2013, jam 11.15 WIB
Keluhan Utama
: adanya papul, ekskoriasis dan luka-luka
pada sela-sela jari tangan, dan siku bagian
luar sudah 5 hari yang lalu.
Keluhan Tambahan
: pada pupul dan ekskoriasis tersebut terasa
gatal terutama pada malam hari.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Poli Kulit RS Husada dengan keluhan papul, ekskoriasi
dan luka-luka pada sela-sela jari tangan, dan pada siku bagian luar sejak 5 hari yang

lalu, dan juga terdapat garis lurus panjang 1cm, berwarna putih yang berujung pada
ekskoriasis tersebut pada telapak tangan.
Pasien mengaku papul dan ekskoriasi tersebut bertambah banyak. Pasien
juga merasa gatal dan bertambah parah pada malam hari serta bila udara panas dan
berkeringat. Pasien juga suka menggaruk luka tersebut sampai terdapat terluka dan
berdarah.
Sebelumnya 4 bulan yang lalu pasien sudah pergi berobat ke RS di
Jakarta, kemudian oleh dokter di RS tersebut di diagnose scabies dan sudah diberikan
obat salap scabisit, obat minum amoxisilin dan ctm. Kemudian setelah memakai dan
meminum obat tersebut pasien mengakui papul tersebut berkurang dan beberapa
membaik, namun beberapa bulan kemudian papul tersebut menjadi banyak kembali
dan berubah menjadi ekskoriasi karena di garuk. Pasien mengakui selama ini dia
tinggal diasrama dan 1 kamar ada 10 orang. Pasien juga mengakui teman sekamarnya
ada yang sakit seperti ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
:
Pasien belum pernah mengalami riwayat sakit seperti ini sebelumnya.

A. STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Status gizi
: baik
Mata
: terdapat kantung mata yang berwarna agak gelap
Gigi
: Hygine gigi baik, carries (-)
THT
: Dalam batas normal
B. STATUS DERMATOLOGI
Distribusi
: Regional
Lokasi
: Pada sela-sela jari tangan dan telapak tangan kana dan
kiri, dan pada siku bagian luar kana dan kiri.
Efloresensi
: adanya papul berukuran lentikuler, ada juga ekskoriasi
mengeluarkan darah serta yang sudah kering, terdapat
juga skuama kasar.

C. PEMERIKSAAN PENUNJUANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
D. RESUME
Penderita laki - laki, 14 tahun datang dengan keluhan ada ekskoriasi dan
papul pada sela-sela jari tangan, pada siku bagian luar sejak 5 hari yang lalu, terasa
gatal dan bertambah gatal bila malam hari serta bila udara panas dan lembab. Papul
dan ekskoriasi tersebut bertambah banyak. Riwayat penyakit yang sama pada teman
sekamar. Riwayat pengobatan, pasien mengaku memeriksakan diri di RS di Jakarta
dan sudah diberikan obat salap scabisit, obat minum amoxisilin, dan CTM. kemudian
pada tanggal 17 April 2013 pasien memeriksakan diri di RS Husada.

Status Dermatologi :
Distribusi
Lokasi
Efloresensi

: Regional
: Telapak tangan kanan dan kiri, pada
sela-sela jari kanan dan kiri dan pada
siku luar kanan dan kiri.
: adanya papul berukuran lentikuler,
ada juga ekskoriasi mengeluarkan
darah serta yang sudah kering, dan
terdapat juga skuama kasar.
5

E. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
Creeping eruption
Prurigo
Pedikulosis korporis
Diagnosis Kerja :
Skabies
F. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan Medikamentosa
i. Topikal
Bactoderm salep ( 2% x 5g, 2x sehari)
Scabicid krim (10g, 1 x 1 hari)
ii. Sistemik
Antihistamin (Loratadine 20 mg, 2x sehari)
Antibiotik (Cefixime 100 mg, 2 x hari)
I. PROGNOSIS
Ad vitam
: Ad bonam
Ad Functionam
: Ad bonam
Ad Kosmetikam
: dubia at bonam
Ad sanationam
: Ad bonam

ANALISIS KASUS
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien laki-laki usia 14 tahun ini mengeluh timbul
papul dan ekskoriasi di telapak tangan, sela-sela jari, dan jari tangan kanan dan kiri, serta pada
siku bagian luar kanan kiri berukuran kurang dari 1 cm sejak 5 hari yang lalu, Juga penderita
juga merasa gatal dan bertambah parah pada malam hari (Pruritus nokturna). Penderita juga
mengakui adanya teman sekamar yang mengalami kejadian yang sama. 2 gejala tersebut juga
merupakan tanda cardinal dari scabies. Dan Adanya ekskoriasi, dan skuama kasar merupakan
tanda jika timbul infeksi sekunder pada penderita. Penderita telah berobat sejak 4 1/2 tahun yang
lalu di RS Jakarta. Pasien telah mendapatkan obat topical scabicid, obat minum antibiotic
amoxisilin dan antihistaminika CTM. Keluhan pasien sempat berkurang selama penggunaan obat
tersebut. Namun beberapa bulan kemudian pasien mengeluh gejala tersebut kambuh lagi.
Dari status dermatologisnya didapatkan letak lesi yang merupakan tempat predileksi
dari skabies yaitu daerah sela-sela jari dan pada siku bagian luar. Dari efloresensi didapatkan
papul berukuran lentikuler, ada juga ekskoriasi mengeluarkan darah serta

yang sudah kering,

dan terdapat juga skuama kasar. Dari gambaran klinis diatas sangat menunjang diagnosis kearah
Skabies
Pengobatan medikamentosa pada pasien ini diberikan secara topical dan sistemik.
Pengobatan topical diberikan Bactoderm salep ( 2% x 5g, 2x sehari),untuk menghambat kuman
aerobic gram(+), Scabicid krim (10g, 1 x 1 hari) untuk mengobati scabies mencakup semua
stadium dan juga infeksi sekunder karen kuman Gr(+) . Pengobatan sistemik pada kasus ini
selain diberikan antihistamin ( Loratadin) untuk keluhan gatalnya, kemudian diberikan
pencegahan untuk infeksi sekunder yaitu

antibiotic cefixime 100 mg 2 x sehari. Selain

pengobatan, KIE juga penting diberikan kepada pasien. Prognosis Skabies ini dari segi
functionam nya baik, dari segi kosmetikam nya dapat buruk atau baik tergantung perawatan
pasien, dari segi sanationam baik, dari segi vitam baik.

TINJAUAN PUSTAKA
7

PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes
scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat kecil dan
hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis.
Penyakit skabies sering disebut kutu badan, the itch, gundik, budukan atau pun
gatal agogo. Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia dan sebaliknya.
Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung
dengan penderita maupun secara tak langsung.
Skabies menyebabkan rasa gatal pada bagian kulit seperti disela-sela jari, siku,
selangkangan. Skabies identik dengan penyakit pada kumpulan orang-orang yang tinggal
secara bergelombol dan banyak, penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang
terajaga, sanitasi yang buruk, kurang gizi dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang
mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit
skabies menular dengan cepat pada suatu komunitas yang tinggal bersama
sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada
semua orang dan lingkungan pada komunitas yang terserang skabies, karena apabila
dilakukan pengobatan secara individual maka akan mudah tertular kembali penyakit
skabies.

SKABIES
8

I.

Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. (Handoko, R, 2011.).

II. Epidemiologi
Skabies ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Daerah endemik
skabies adalah di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika Tengah,Amerika
Selatan, Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia, India, dan Asia Tenggara.
Sekitar 300 juta kasus skabies dilaporkan di seluruh dunia setiap tahun. Di negara maju,
skabies epidemi terjadi terutama dalam pengaturan kelembagaan seperti penjara dan fasilitas
perawatan jangka panjang seperti rumah jompo dan rumah sakit. Tingkat prevalensi di negara
berkembang lebih tinggi dibandingkan di negara maju. Bencana alam, perang, dan kemiskinan
menyebabkan tingkat kepadatan penduduk dan peningkatan penularan.
Dan ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic skabies. Banyak factor
yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : social ekonomi yang rendah, hygiene
yang buruk, hubungan seksual yang bersifat promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan
perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukan dalam P.H.S (Penyakit
akibat Hubungan Seksual). (Handoko, R, 2011).
Pada Usia Onsetnya :
Anak-anak (sering 5 tahun).
Orang dewasa muda (biasanya diperoleh melalui kontak tubuh).
Lansia pasien dan terbaring di tempat tidur, mungkin kesehatan perawatan
di rumah sakit terkait, perawatan kronis fasilitas, panti jompo.(Fitzpatrick)

III. Etiologi
Sarcoptes scabiei var hominis berkembang biak hanya pada kulit manusia.
Sarcoptes scabiei merupakan Arthropoda yang masuk ke dalam kelas Arachnida,
sub kelas Acari (Acarina), ordo Astigmata dan famili Sarcoptidae. Secara morfologik
merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih, kotor, dan tidak bermata.
9

Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron x 250 350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut,
sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat.

Gambar 1. Morfologi Sarcoptes scabei.

IV .PATOGENESIS
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai
dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari (Handoko,R,
2011).

10

Tungau skabies lebih suka memilih area tertentu untuk membuat terowongannya dan
menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus. Biasanya, pada satu individu
terdapat kurang dari 20 tungau di tubuhnya, kecuali pada Norwegian skabies dimana individu
bisa didiami lebih dari sejuta tungau. Orang tua dengan infeksi virus immunodefisiensi dan
pasien dengan pengobatan immunosuppresan mempunyai risiko tinggi untuk menderita
Norwegian skabies.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret
tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit
menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang
terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau (Handoko, 2011).

11

Cara penularannya (transmisi) :


1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit). Misalnya berjabat tangan, tidur bersama
dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lainlain.
Penularanya biasanya oleh Sarcoptes scabei betina yang sudah dibuahi. Kadang-kadang oleh
bentuk larva Sarcoptes scabiei ver. Animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia,
terutama pada mereka yang memelihara binatang peliaharaan misalnya anjing.
Pada anak-anak, transmisi skabies paling sering terjadi pada tempat penitipan anak, atau sekolah.
Tempat predileksi tungau adalah lapisan kulit yang tipis, seperti di sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, pinggang, punggung, pusar, dada
termasuk daerah sekitar alat kelamin pada pria dan daerah periareolar pada wanita . Telapak
tangan, telapak kaki, wajah, leher dan kulit kepala adalah daerah yang sering terserang tungau
pada bayi dan anak-anak

V. DIAGNOSIS
V. 1. Gejala klinis

12

Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal sebagai
berikut:
1. pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab. Gejala ini adalah yang sangat menonjol.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu juga dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan
diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota
keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan
gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder, ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Umumnya tempat
predileksi tungau adalah lapisan kulit yang tipis, seperti di sela-sela jari tangan,
pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan ketiak depan, pinggang, punggung, pusar,
dada termasuk daerah sekitar alat kelamin pada pria dan daerah periareolar pada wanita .
Telapak tangan, telapak kaki, wajah, leher dan kulit kepala adalah daerah yang sering
terserang tungau pada bayi dan anak-anak.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.

13

VI. 2. Bentuk Klinis


Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk yang tidak khas, meskipun jarang
ditemukan. Kelainan ini dapat menimbulkan kesalahan diagnostik yang dapat berakibat gagalnya
pengobatan .Bentuk-bentuk skabies antara lain :
1. Skabies pada orang bersih
Klinis ditandai dengan lesi berupa papula dan kanalikuli dengan jumlah yang sangat sedikit, kutu
biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Namun bentuk ini seringkali salah diagnosis karena
lesi jarang ditemukan dan sulit mendapatkan terowongan tungau.

2. Skabies nodular
Skabies nodular memperlihatkan lesi berupa nodul merah kecoklatan berukuran 2-20 mm yang
gatal. Umumnya terdapat pada daerah yang tertutup terutama pada genitalia, inguinal dan aksila.
Pada nodus yang lama tungau sukar ditemukan, dan dapat menetap selama beberapa minggu
hingga beberapa bulan walaupun telah mendapat pengobatan antiskabies
.

14

3. Skabies Norwegia ( scabies berkrusta)


Bentuk scabies ini tandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan kaki, kuku yang
distrofik dan skuama yang generalisata. Bentuk sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah
yang sangat besar. Penyakit terdapat pada penderita dengan retardasi mental, kelemahan fisis,
gangguan imunologik, dan psikosis.

4. Skabies pada bayi dan anak


Pada anak yang kurang dari dua tahun, infestasi bisa terjadi di wajah dan kulit
kepala sedangkan pada orang dewasa jarang terjadi. Lesi skabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima, sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi,
lesi terdapat di wajah
Nodul pruritis erithematos keunguan dapat ditemukan pada axilla dan daerah lateral
badan pada anak-anak. Nodul-nodul ini bisa timbul berminggu-minggu setelah eradikasi infeksi
tungau dilakukan. Vesikel dan bulla bisa timbul terutama pada telapak tangan dan jari

15

VII. PEMBANTU DIAGNOSIS


Pemeriksaan Penunjang
Untuk menemukan tungau dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1.

Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun yang baru.
Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian
ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis skabies

positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau kotoran S. scabiei.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih kemudian dilihat
dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsy irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan
tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.
( Handoko. R. 2011)
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator karena dapat
mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit dengan keluhan gatal.

16

Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah prurigo, pedikulosis corporis,
dermatitis dan lain-lain.
1. Urtikaria Akut: erupsi pada papul-papul yang gatal, selalu sistemik

2. Prurigo, biasanya berupa papul-papul yang gatal, predileksi pada bagian ekstensor
ekstremitas.

3. Gigitan serangga, biasanya jelas timbul sesudah ada gigitan, efloresensinya urtikaria
papuler.

VIII. PENATALAKSANAAN
VIII. 1. Pengobatan Farmako terapi
Syarat obat yang ideal ialah :

Harus efektif terhadap semua stadium tungau.


Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
Mudah diperoleh dan harganya murah.
17

Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati atau yang tinggal
bersama. (handoko. R. 2011) scabies juga pada orang-orang terdekat yang terkena kontak fisik
dengan pasien walau pun tidak ada tanda dan gejala pada orang-orang tersebut.
Pengobatan yang digunakan biasanya secara topical dan oral :
1. Permethrin
Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan selama 8-12 jam
dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian
kedua setelah 1 minggu.
Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan,
wanita hamil dan ibu menyusui. Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak
lama sekitar 2 jam.
Efek samping jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal,(13)
namun mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan
terekskoriasi.
2. Gamma benzene heksaklorida (Lindane)
Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan tidak
berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari leher ke
bawah selama 8 jam dalam bentuk 1% krim atau losio, kemudian dibilas. Pemberiannya
cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
Lindane Termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Tetapi obat ini tidak dianjurkan pada anak
dibawah 6 tahun dan wanita hamil, dan dermatitis yang luas karena toksik terhadap
susuanan saraf pusat.
3. Krotamiton
10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai efeksebagai
antiskabies dan antigatal; harus dijauhakn dari mata, mulut, uretra.
Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari
berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam
kemudian dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi
bila digunakan jangka panjang.
krotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman
digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil.
4. Belerang endap ( sulfur presipitatum)
Dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif
terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari.
Kekuranganya yang lain adalah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi. Dapat digunakan pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

18

5. Emulsi benzyl- benzoas (20-25%)


efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulut
diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal bila dipakai.
6. Ivermectin
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk skabies.
Biasanya digunakan bila pemakaian topical tidak efektiv, dan efektiv digunakan untuk
pengobat skabies berkrusta dan pasien immunocompromised.

VIII. 2. Penatalaksanaan pada Bayi, anak-anak, dan ibu hamil atau menyusui
Biasanya menggunakan krotamiton atau sulfur presipiatum oitmen digunakan pada seluruh
bagian tubuh.
VIII. 3. Penatalaksanaan scabies berkrusta
Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies berkrusta berespon
lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa pengobatan dengan skabisid. Kulit yang
diobati meliputi kepala, wajah, kecuali sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari
tangan dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Penggunaan
lindane dapat diabaikan karena beresiko terkena toksisitas SSP.
Terapi yang digunakan biasanya invermectin oral dikombinasikan dengan topical yang
paling (Permetrin krim 5%).
Pada pasien scabies berkrusta biasanya jumlah kutu sangat banyak dan sangat menular
karena itu pengendalian penyebaran sangat penting dan mencakup isolasi pasien, menghindari
kontak kulit-ke-kulit, gunakan sarung tangan / gaun oleh staf, pengobatan profilaksis kontak
(seluruh institusi dan pengunjung atau anggota keluarga).
Dekontaminasi Lingkungan
Juga harus diperhatikan seperti tempat tidur (seprei,sarung bantal dan guling), pakaian,
handuk yang digunakan pasien pasti terkontaminasi harus dicuci dengan air panas dan
dikeringakan dengan pengering agar kutu/telur yg menempel mati. Bersihkan juga kamar tidur
atau residen pasien.
Pengobatan dermatitis eczematous .
Antihistamin penenang antihistamin sistemik seperti hidroklorida hydroxyzine, doksepin,
atau diphenhydramine pada waktu tidur.
Salep glukokortikoid topikal diterapkan untuk bidang dermatitis yang luas terkait dengan
skabies. Glukokortikoid sistemik Prednisone 70 mg, selama 1-2 minggu, memberikan gejala
meringankan reaksi hipersensitivitas yang parah.

19

Gatal Postscabietic
Generalized gatal yang berlangsung seminggu atau lebih mungkin disebabkan oleh
hipersensitivitas terhadap sisa tungau mati dan produk tungau.
Namun demikian, pengobatan kedua, 7 hari setelah yang pertama dianjurkan oleh beberapa
dokter.
Untuk berat, pruritus persisten, terutama pada individu dengan riwayat gangguan atopik, kursus
tapered 14 hari prednison (70 mg pada hari 1) diindikasikan.
VIII. 4. Pengobatan pada infeksi sekunder
Obati dengan salep mupirocin atau sistemik antimikroba agen dan juga antibiotik oral.
IX. PENCEGAHAN
Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang yang kontak
langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi pencegahan
ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang mungkin saja telah
mengandung tungau skabies yang masih dalam periode inkubasi asimptomatik.
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan pakaian
yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan udara panas
karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain pelapis lainnya
sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).

X. KOMPLIKASI
Infeksi sekunder pada pasien skabies merupakan akibat dari infeksi bakteri atau karena
garukan. Keduanya mendominasi gambaran klinik yang ada. Erosi merupakan tanda yang paling
sering muncul pada lesi sekunder. Infeksi sekunder dapat ditandai dengan munculnya pustul,
supurasi, dan ulkus. Selain itu dapat muncul eritema, skuama, dan semua tanda inflamasi lain
pada ekzem sebagai respon imun tubuh yang kuat terhadap iritasi. Nodul-nodul muncul pada
daerah yang tertutup seperti bokong, skrotum, inguinal, penis, dan axilla. Infeksi sekunder lokal
sebagian besar disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan biasanya mempunyai respon yang
bagus terhadap topikal atau antibiotic oral, tergantung tingkat pyodermanya. Selain itu,
limfangitis dan septiksemia dapat juga terjadi terutama pada skabies Norwegian.
XI. PROGNOSIS

20

Jika tidak dirawat, kondisi ini bisa menetap untuk beberapa tahun. Pada individu yang
immunocompetent, jumlah tungau akan berkurang seiring waktu. Infestasi scabies dapat
disembuhkan. Seorang individu dengan infeksi scabies, jika diobati dengan benar, memiliki
prognosis yang baik, keluhan gatal dan ekzema akan sembuh.
XII. KESIMPULAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Penularannya dengan 2 cara, yaitu kontak
langsung dan kontak tak langsung. Pada penyakit scabies ditemukan 4 tanda cardinal yaitu
pruritus nocturna, menyerang manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada
tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan dan menemukan tungau.
Bentuk kelainan kulit pada penyakit skabies yaitu ditemukannya papul, vesikel, erosi,
ekskoriasi, krusta dan lain-lain, serta bermanifestasi klinis dalam berbagai variasi. Bila infeksi
sekunder telah terjadi dapat disebabkan bakteri yang ditandai dengan munculnya pustul maupun
timbulnya gejala infeksi sistemik.Penanganan yang menjadi pilihan utama adalah primethrin 5%
topikal yang dioleskan di kulit 8-12 jam serta edukasi pasien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.Hal: 130-133
2. Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL,
editors.Fitzpatricks Dermatology in general medicine. 7 thed. New York: McGraw
Hill; 2008.p.396-401
3. Paul K Burton, Rachael Marris Jane, ABC dermatology. 5 th ed. India : Willey
Blackwell; 2009 ; p 11 -23
4. http://www.merckmanuals.com/home/search.html?
qt=crusted+scabies&start=1&context=%2Fhome
21

5. http://www.medscape.com/viewarticle/75990. Las Update: 8 maret


2012
6. Cordoro, KM. Dermatologic Manifestations of Scabies. 2009. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article. Last Updated: 25
November 2011.
7. http://www.cdc.gov/parasites/scabies/health_professionals/meds.html.
Last Updated : 2 November 2010

22

You might also like