You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN


LETAK SUNGSANG DI RUANG POL. KEBIDANAN
RSUD KAB. BULELENG

1. KONSEP DASAR
1.1 Definisi
Letak Sungsang adalah kehamilan pada bayi dengan presentasi
bokong dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada
pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah
pintu atas panggul atau simfisis (Manuaba, 2008).
Letak Sungsang merupakan keadaan dimana janin memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri (Sarwono Prawihardjo 2005)
1.2 Etiologi Presentasi Bokong
Menurut Winkjosastro (2007) penyebab terjadinya janin letak
sungsang adalah:
1.2.1 Dari Faktor Ibu
Presentasi bokong disebabkan oleh multiparitas, plasenta previa dan
panggul sempit.
1.2.2 Dari Faktor Janin
1.2.2.1 Hidrosefalus atau anensefalus
1.2.2.2 Gemelli
1.2.2.3 Hidramnion atau Oligohidramnion
1.2.2.4 Prematuritas

Menurut Manuaba (2008) penyebab terjadinya presentasi bokong


adalah:
1) Panggul sempit
2) Lilitan tali pusat atau tali pusat pendek
3) Kelainan uterus (uterus arkuatus, uterus duktus, uterus dupleks)
1

4) Terdapat tumor di pelvis yang mengganggu masuknya kepala janin ke


PAP
5) Plasenta previa
6) Gemeli
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi presentasi bokong menurut Liu (2008) adalah:
1.3.1 Ekstensi (Frank Breech)
Posisi ini paling sering ditemukan yang terjadi sebesar 75%
kejadian presentasi bokong pada primigravida dan 50% pada
multigravida. Letak ekstensi (Frank Breech) merupakan letak bokong
dengan kedua tungkai terangkat keatas. Kelahiran tungkai memerlukan
bantuan.
1.3.2 Presentasi Bokong Sempurna (Complete Breech)
Terjadi terutama pada ibu multigravida dengan diameter pelviks
baik atau pada gestasi multipel terdapat resiko prolaps tali pusat. Proses
persalinan secara spontan atau melalui ekstremitas bawah yang mudah
mungkin dapat dilakukan.
1.3.3 Presentasi Bokong Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
Presentasi ini jarang terjadi. Terdapat penempelan yang buruk
pada serviks sehingga memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya
prolaps tali pusat. Presentasi ini dapat mengindikasikan kesulitan dalam
penurunan sehingga direkomendasikan kelahiran dengan sectio sesaria.

1.4 Tanda dan Gejala

Menurut Liu (2008), manifestasi klinis yang biasanya mencirikan


1)

kehamilan dengan bayi letak sungsang adalah:


Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah tepatnya di bawah

2)

pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus

3)

uteri.
Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian
kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang

4)

kurang bundar dan lunak.


Bunyi jantung janin terdengar pada punggung, setinggi pusat.

1.5 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang
yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala.
Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul sempit. Kadang-kadang letak
sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus.
Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan
letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus
(Sarwono Prawirohardjo, 2005).

1.6 WOC
1.7

Letak Sungsang

1.8
1.9
1.10
Sudut Ibu
1.11
1.12
Keadaan Rahim
1.13

Tali pusat pendek / lilitan

Keadaan Plasenta

Hidrosefalus/Ansefalus

Sudut Janin

Kehamilan Gemelli
Keadaan Jalan Lahir
Hidramnion/Oligohidramnion
Prematuritas

Penyebab

Keadaan Rahim
Rahim arkuabus
Septum pada rahim
Uterus dupleks
Mioma bersama kehamilan

Keadaan Jalan Lahir


Keadaan Plasenta
Kesempitan
rahim
Plasenta letak rendah
Deformitas
Plasenta
previa tulang panggul
Terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala

Komplikasi

Ibu
Perdarahan
Robekan jalan lahir
Infeksi

Bayi
Asfiksia
Trauma persalinan
Infeksi
5

1.14

Pemeriksaan Penunjang
1.15 Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar

dan dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan


ultrasonografik atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan
ultrasonografi diperlukan untuk konfirmasi letak janin, pemeriksaan fisik
yang belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat
bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai
bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya
kelainan bawaan anak.
1.16
1.17
Penatalaksanaan
1.17.1 Penatalaksanaan Selama Hamil
1.18 Bila pada masa antenatal ditemui presentasi bokong
terutama pada primigravida, hendaknya dilakukan versi luar menjadi
presentasi kepala. Versi luar biasanya dilakukan pada pada kehamilan
antara 34-38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34
belum perlu dilakukan, karena janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38, versi luar sulit berhasil karena janin
sudah besar dan jumlah air ketuban relatif sudah berkurang.
1.19 Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin
harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Apabila bokong sudan turun, bokong harus dikeluarkan dulu dari
rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari
kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk
mengangkat bokong janin. Tetapi apabila bokong sudah tidak dapat
dikeluarkan maka versi luar tidak dapat dilakukan lagi (Manuaba,
2008).
1.20
1.21
1.22 Menurut Manuaba (2008), versi luar boleh dilakukan
dengan syarat :
1) Saat kehamilan usia kehamilan sekitar diatas 34 minggu dan
dibawah 38 minggu, dan belum masuk PAP.
6

2) Saat Inpartu: pembukaan kurang dari 4 cm, ketuban masih utuh


dan bagian terendah belum masuk PAP. Keduanya dilakukan di
rumah sakit dan bila perlu segera dilakukan secsio sesaria.
1.23 Tehnik versi luar meliputi ekstensi yaitu mengeluarkan
bagian terendah dari PAP, mobilisasi yaitu mengarahkan bokong ke
arah perut janin, rotasi yaitu memutar bokong atau kepala dengan
putaran 90 (observasi DJJ), fiksasi yaitu memasukkan kepala ke PAP
sehingga terfiksasi.
1.23.1 Pertolongan Persalinan
1.24 Menurut Varney (2010), sebelum terjadi persalinan yang
sesungguhnya hal-hal berikut harus sudah dilakukan :
1) Pemerikasaan abdomen secara cermat, sonografi atau sinar X
untuk menyingkirkan hiperekstensi kepala, hydrosefalus atau
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

presentasi kaki atau mulut.


Pembukaan lengkap.
Keraguan tentang keadekuatan panggul ibu sudah terjawab.
Pengosongan kandung kemih.
Episiotomi jika diperlukan.
Penentuan upaya mengejan yang baik.
Persiapan upaya bayi baru lahir yang lengkap.
Pengaturan posisi ibu pada tepi tempat tidur.
Kolaborasi dengan dokter.
1.25
1.26
1.27
1.28 Menurut Fachrudin (2009) penatalaksanaan persalinan

bokong meliputi:
1) Persalinan Spontan (Spontan Bracht)
1.29
Persalinan berlangsung dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
manipulasi penolong
2) Ekstraksi Parsial
1.30
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan sontan tidak
berhasil, atau jika scapula inferior tidak terlihat setelah ibu
mengedan sebanyak

2-3 kali. Fase persalinan pada ekstraksi

parsial:

1.31
a. Fase lambat
1.32 Fase dimana penolong menunggu dengan sabar lahirnya
bokong sampai umbilicus, setelah itu tali pusat dikendurkan.
1.33
b. Fase Cepat
1.34 Fase dimana penolong harus bertindak cepat, mulai dari
lahirnya umbilicus sampai lahirnya mulut, maksimal waktu
adalah 8 menit.
1.35
c. Fase Lambat
1.36 Fase mulai dari lahirnya mulut, sampai berturut turut
lahir hidung, dahi dan seluruh kepala.
1.37 Ekstraksi Parsial dapat dilakukan dengan tiga cara:
o Cara Klasik
1.38 Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih
dahulu. Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki
dipegang dengan satu tangan, di tarik cunam keatas sejauh
mungkin , dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan
belakang.
o Cara Muller
1.39 Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan terlebih
dahulu, kedua tangan penolong memegang panggul bayi
secara femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai
bahu depan lahir, kemudian ditarik ke atas untuk melahirkan
bahu belakang.
o Cara Lovset
1.40 Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara
memutar badan janin 180 derajat, kemudian setelah bahu
depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan
untuk melahirkan bahu belakang.
3) Ekstraksi Total
1.41

Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi bokong dan

ekstraksi kaki. Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong sudah


berada di dasar panggul, sedangkan ekstraksi kaki dilakukan pada
presentasi kaki, atau bokong masih dapat dibebaskan dari pintu
atas panggul. Kaki diturunkan dengan cara Pinard.
8

1.42
1.43
Komplikasi
1.44 Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), komplikasi pada
kehamilan bayi letak sungsang meliputi:
1.9.1
Bagi Ibu
1) Robekan perineum lebih besar.
2) Jika ketuban pecah dini dapat terjadi partus lama.
3) Infeksi.
1.9.2
Bagi janin
1.45 Adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong dan
perut lahir karena tali pusat terjepit.
1.46Menurut Manuaba (2008), komplikasi presentasi bokong pada
bayi adalah sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Dapat menurunkan IQ bayi.


Perdarahan intrakranial.
Asfiksia.
Aspirasi air ketuban.
Meningitis.
Dislokasi persendian.
Fraktur ekstremitas.
1.47
2. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian Fokus
2.1.1 Data subyektif
2.2 Didapatkan melalui anamnesa baik dengan baik maupun
keluarga, hal-hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesa dan
berhubungan dengan kasus kehamilan dengan letak sungsang adalah :
1) Biodata
2.3
Pada usia muda sering terjadi kelainan letak sungsang,
karena perkembangan panggul belum optimal, kesempitan panggul
merupakan faktor predisposisi persalinan letak sungsang.
2) Keluhan utama
Nyeri saat pergerakan anak, terasa penuh dibagian atas dan

gerakan terasa dibagian bawah.


Adanya his, kemungkinan keluarnya bloodslym, meconium

dan cairan pervaginam.


3) Riwayat kesehatan keluarga

2.4

Kemungkinan adanya keturunan hamil kembar dan

hamil sungsang.
4) Riwayat kesehatan dahulu
2.5
Adanya riwayat rachitis, asteomalasia, TBC tulang,
dapat mengakibatkan kelainan atau perubahan bentuk panggul
(kesempitan panggul) adanya riwayat kelainan uterus maupun
bentuknya, tumor uterus ataupun panggul yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya letak sungsang.
2.6
5) Riwayat obstetric
2.7
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Pernah mengalami letak sungsang, kehamilan dengan
hidramnion dan pernah melahirkan prematur.
Biasa terjadi pada ibu yang banyak anak/multi paritas.
6) Psikososial dan spiritual
2.8
Resiko psikologis yang terjadi berkaitan dengan
bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan, sehingga wanita
sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai
segala sesuatu yang mungkin dihadapi. Kelainan letak anak
2.8.1

abnormal (sungsang) dapat meningkatkan kecemasan.


Data obyektif
2.9 Didapat melalui observasi dan pemeriksaan terhadap
klien meliputi :
1) Tinggi badan
2.10
Kemungkinan besar dijumpai pada fungsi badan yang
kurang dari normal (<145 cm) karena keadaan ini sangat
menunjang adanya kesempitan panggul merupakan

faktor

predisposisi dari kehamilan dengan letak sungsang.


2) Palpasi abdomen
Leopold I : Teraba bagian yang bulat, keras, melenting pada

fundus uteri.
Leopold II : Teraba bagian yang keras, datar, memanjang

seperti papan, pada arah yang berlawanan (punggung).


Leoplold III : Teraba bagian yang kurang bulat, lunak dan
tidak melenting pada bagian bawah uterus (bokong).

10

Leoplold IV :

Kedua jari tangan divergen/sejajar dan

convergen.
2.11
2.12
3) Auskultasi
2.13 DJJ terdengar lebih tinggi/sejajar dengan pusat (setelah
kanan/kiri/tepat pada pusat).
4) Pemeriksaan panggul luar
2.14 Kemungkinan adanya panggul menyempit
5) Pemerikasaan panggul luar
Dapat teraba bokong yang ditandai oleh adanya sakrum, kedua

tuber ossis issiadikum dan anus pada presentasi bokong murni.


Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat

teraba disamping bokong.


Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, akan teraba satu

kaki disamping bokong.


Pada presentasi kaki/lutut akan teraba satu/dua kaki/lutut.

2.15

Pada pemeriksaan yang diteliti dapat dibedakan antara

mulut dan anus.


a.

Mulut : akan teraba tulang rahang dan alveda tanpa ada

b.

hambatan.
Anus : jari yang dimasukkan dalam anud akan mengalami
rintangan otot.
2.16

Bila dapat diraba, maka harus dibedakan denagan

tangan.
a. Kaki : dapat teraba tumit.
b. Tangan : ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan
jari-jari lain dan panjang kari kurang lebih sama dengan
telapak tangan.
2.17
2.18
2.19
2.20
2.21
2.22

11

2.23

Diagnosa Keperawatan
2.2.1
Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tahanan pada
jalan lahir
2.2.2
Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan
obstruksi pada penurunan janin
2.2.3
Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan
malpresentasi janin
2.2.4
Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis
situasi

2.24
2.25
Intervensi
2.25.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tahanan pada jalan
lahir.
2.26 Kriteria Evaluasi :
2.27Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi
nyeri dan meningkatkan kanyamanan
2.28 - Tampak rileks diantara kontraksi
2.29 - Melaporkan nyeri berulang/dapat diatasi
2.30 Intervensi Keperawatan :
1) Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa
nyaman mengajukan pertanyaan
2.31
(Rasional : Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan
rasa takut dan peningkatan pemahaman)
2) Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana
2.32
(Rasional : Mendorong relaksasi dan memberikan klien
cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
3) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi. Berikan instruksi
bila perlu
2.33
(Rasional : Relaksasi dapat membantu menurunkan
tegangan dan rasa takut yang memperberat nyeri dan menghambat
kemajuan persalinan)
4) Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage, gosokan punggung,
sandaran bantal, pemberian kompres sejuk)
2.34
(Rasional : Meningkatkan relaksasi,

menurunkan

tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol


klien)

12

5) Anjurkan dan bantu klien dalam perubahan posisi


2.35
(Rasional : Mencegah dan membatasi keletihan otot,
meningkatkan sirkulasi)
6) Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi
terjadi
2.36

(Rasional

Menghilangkan

nyeri,

meningkatkan

relaksasi dan koping dengan kontraksi, memungkinkan klien tetap


fokus)
2.36.1 Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi
mekanis pada penurunan janin
2.37 Kriteria Evaluasi :
2.38 - Tidak terdapat cedera pada ibu
2.39Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi
2.40
(Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi
kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan
intervensi yang tepat)
2) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai serta aktifitas dan
istirahat sebelum awitan persalinan
2.41
(Rasional : Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan
disfungsi sekunder atau mungkin akibat dari persalinan lama)
3) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
2.42
(Rasional : Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,
meningkatkan risiko komplikasi maternal/janin)
4) Catat penonjolan, posisi janin dan presentasi janin
2.43
(Rasional : Indikator kemajuan persalinan ini dapat
mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan lama)
5) Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah
baring dan ambulasi sesuai toleransi
2.44
(Rasional : Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus
dapat memperbaiki pola hipertonik. Ambulasi dapat membantu
kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan
dilatasi serviks)
6) Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.
2.45
(Rasional : Oksitosin perlu untuk menambah atau
memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik)
13

7) Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi


untuk malposisi
2.46
(Rasional : Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi
yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina)
2.46.1 Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi
janin.
2.47 Kriteria Evaluasi :
2.48- Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik
tidak ada deselerasi lambat
2.49Intervensi Keperawatan :
1) Kaji DDJ secara manual atau elektronik, perhatikan variabilitas,
perubahan periodik dan frekuensi dasar.
2.50
(Rasional : Mendeteksi respon abnormal ,seperti
variabilitas yang berlebih lebihan, bradikardi & takikardi, yang
mungkin disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis)
2) Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi
melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia
2.51
(Rasional : Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg
menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos)
3) Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus. Beri tahu
dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang
2.52
(Rasional : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau
kurang tidak memungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang
intravilos)
4) Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila bayi
dalam presentasi bokong
2.53
(Rasional : Presentasi ini meningkatkan risiko, karena
diameter lebih besar dari jalan masuk ke pelvis dan sering
memerlukan kelahiran secara seksio sesaria)
5) Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi
dideteksi
2.54
(Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat
dengan melahirkan pervaginam bila presentasi selain verteks)
2.54.1 Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
2.55 Kriteria Evaluasi :
14

2.56 - Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi


2.57 - Mengidentifikasi/menggunakan tehnik koping efektif
2.58Intervensi Keperawatan :
1) Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam
hubungannya dengan dilatasi/penonjolan
2.59
(Rasional : Persalinan yang lama yang berakibat
keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi
atau mengatur kontraksi)
2) Kenali realitas keluhan klien akan nyeri/ketidaknyamanan
2.60
(Rasional : Ketidaknyamanan dan nyeri

dapat

disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali


sebagai masalah disfungsional)
3) Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya
frustasi
2.61
(Rasional : Ansietas yang berlebihan meningkatkan
aktifitas

adrenal

/pelepasan

katekolamin

menyebabkan

ketidakseimbangan endokrin, kelebihan epinefrin menghambat


aktifitas miometrik)
4) Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
2.62
(Rasional : Dapat membantu reduksi ansietas dan
meningkatkan koping)
5) Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.
Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang
dipelajari
2.63
(Rasional

Menurunkan

ansietas,

meningkatkan

kenyamanan , dan membantu klien mengatasi situasi secara


positif)
2.64
2.65
Evaluasi
2.65.1 Diagnosa I :
2.66-

Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi

nyeri dan meningkatkan kanyamanan


2.67 - Tampak rileks diantara kontraksi
2.68 - Melaporkan nyeri berulang/dapat diatasi
2.68.1 Diagnosa II
2.69 - Tidak terdapat cedera pada ibu
15

2.69.1 Diagnosa III


2.70- Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik
tidak ada deselerasi lambat
2.70.1 Diagnosa IV
2.71 2.72 -

Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi


Mengidentifikasi/menggunakan tehnik koping efektif

2.73
2.74
2.75
2.76
2.77
2.78
2.79
2.80
2.81

DAFTAR PUSTAKA

2.82
2.83
2.84
2.85
2.86
2.87
2.88

Fachrudin, Amir. 2009. Presentasi Bokong. Surabaya: Bina Kesehatan


Liu, David. 2008. Manual Persalinan. Jakarta: EGC
Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetri dan Obstetri Ginekologi Sosial
untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

2.89
2.90

Rukiyah dan yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).


Jakarta: Buku Kesehatan

2.91
2.92
2.93
2.94
2.95
2.96

Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Varney. 2010. Buku Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

2.97

16

You might also like