Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya
korupsi sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa
penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau
individu, sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem.
Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi
tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi
tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara
lain meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja
keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti korupsi itu perlu
diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar
korupsi tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya faktor eksternal, selain
memiliki nilai-nilai anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan
mendalam prinsip-prinsip anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi,
kewajaran,
kebijakan,
dan
kontrol
kebijakan
dalam
suatu
organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara prinsipprinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Dalam makalah ini akan dikaji kembali mengenai nilai-nilai dan
prinsip-prinsip antikorupsi.
B. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang diatas, maka kami dapat mengambil perumusan
masalah yaitu :
a. Apa saja bagian dari nilai-nilai antikorupsi ?
b. Bagaimana prinsip anti korupsi ?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini antara lain :
a. Untuk mengetahui dan memahami nilai-nilai anti korupsi
b. Untuk mengetahui prinsip-prinsip antikorupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai & Prinsip Anti Korupsi
2
2. Kepedulian
Menurut
Sugono
definisi
kata
peduli
adalah
mengindahkan,
kampus.Rasa
kepedulian
seorang
mahasiswa
harus
mulai
tersebut
dapat
meningkatkan
interaksi
antara
mereka pada masa yang akan datang. Upaya lain yang dapat dilakukan
adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menggalang dana
guna memberikan bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa yang
membutuhkan. Dengan adanya aksi tersebut, maka interaksi mahasiswa
satu dengan lainnya akan semakin erat. Tindakan lainnya adalah dengan
memperluas akses mahasiswa kepada dosen di luar jam kuliah melalui
pemanfaatan internet dan juga meningkatkan peran dosen sebagai
fasilitator, dinamisator dan motivator. Ini penting dilakukan karena
hubungan baik mahasiswa dengan dosen akan memberikan dampak positif
bagi tertanamnya nilai kepedulian. Pengembangan dari tindakan ini juga
dapat
diterapkan
dengan
mengadakan
kelas-kelas
kecil
yang
dapat
kita jumpai mahasiswa yang malas, sering absen, motivasi yang kurang
dalam belajar, tidak mengerjakan tugas, melanggar tata tertib kampus, dan
lain-lain. Hal tersebut menunjukkan masih banyak mahasiswa yang tidak
memiliki kedisiplinan. Dengan kondisi demikian, dosen dituntut untuk
dapat mengembangkan sikap disiplin mahasiswa dalam belajar dan
berperilaku di kampus.
Mendisiplinkan mahasiswa harus dilakukan dengan cara-cara yang
dapat diterima oleh jiwa dan perasaan mahasiswa, yaitu dengan bentuk
penerapan kasih sayang. Disiplin dengan cara kasih sayang ini dapat
membantu mahasiswa agar mereka dapat berdiri sendiri atau mandiri. Saat
ini perilaku dan kebiasan yang buruk/negatif dari mahasiswa cenderung
mengarah kepada suatu tindakan kriminalitas suatu tindakan yang
melawan hukum. Kenakalan mahasiswa dapat dikatakan dalam batas
kewajaran apabila dilakukan dalam kerangan mencari identitas diri/jati diri
dan tidak merugikan orang lain. Peranan dosen dalam menanamkan nilai
disiplin, yaitu mengarahkan dan berbuat baik, menjadi teladan/contoh,
sabar dan penuh pengertian. Dosen diharuskan mampu mendisiplinkan
mahasiswa dengan kasih sayang, khususnya disiplin diri (self discipline).
Dalam usaha tersebut, dosen perlu memperhatikan dan melakukan:
a. Membantu mahasiswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya,
misalnya waktu belajar di rumah, lama mahasiswa harus membaca
atau mengerjakan tugas.
b. Menggunakan pelaksanaan aturan akademik sebagai alat dan cara
untuk menegakan disiplin, misalnya menerapkan reward and
punishment secara adil, sesegera mungkin dan transparan (Siswandi:
2009).
5. Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008). Pribadi yang utuh dan
8
6. Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata kemauan
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan
jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Adalah
penting sekali bahwa kemauan mahasiswa harus berkembang ke taraf yang
lebih tinggi karena harus menguasai diri sepenuhnya lebih dulu untuk bias
menguasai orang lain. Setiap kali seseorang penuh dengan harapan dan
percaya, maka akan menjadi lebih kuat dalam melaksanakan pekerjaannya.
Tidak mudah putus asa dalam mengerjakan tugas yang diberikan dosen
7. Sederhana
Gaya hidup mahasiswa merupakan hal yang penting dalam interaksi
dengan masyarakat di sekitarnya. Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu
dikembangkan sejak mahasiswa me-ngenyam masa pendidikannya.
Dengan gaya hidup sederhana, setiap mahasiswa dibiasakan untuk tidak
hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi
semua kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan dengan
keinginan semata, padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan
dan sebaliknya.
10
8. Keberanian
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang sedang
mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk
menumbuhkan sikap keberanian, mahasiswa dituntut untuk tetap
berpegang teguh pada tujuan. Terkadang mahasiswa tetap diberikan
pekerjaan-pekerjaan yang sukar untuk menambahkan sikap keberaniannya.
Kebanyakan kesukaran dan kesulitan yang paling hebat lenyap karena
kepercayan kepada diri sendiri. Mahasiswa memerlukan keberanian untuk
mencapai kesuksesan. Tentu saja keberanian mahasiswa akan semakin
matang diiringi dengan keyakinannya.
Untuk mengembangkan sikap keberanian demi mempertahankan
pendirian dan keyakinan mahasiswa, terutama sekali mahasiswa harus
mempertimbangkan
berbagai
masalah
dengan
sebaik-baiknya.
11
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak. Bagi mahasiswa karakter adil ini perlu sekali dibina sejak
masa perkuliahannya agar mahasiswa dapat belajar mempertimbangkan
dan mengambil keputusan secara adil dan benar. Di dalam kehidupan
sehari-hari, pemikiran-pemikiran sebagai dasar pertimbangan untuk
menghasilkan
keputusan
akan
terus
berkembang
seiring
dengan
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Prinsip akuntabilitas merupakan pilar penting dalam rangka mencegah
12
Oleh
karena
itu,
prinsip
akuntabilitas
membutuhkan perangkat-perangkat pendukung, baik berupa perundangundangan (de jure) maupun dalam bentuk komitmen dan dukungan
masyarakat (de facto), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga (Bappenas, 2002).
Akuntabilitas
publik
memiliki
pola-pola
tertentu
dalam
maka
dalam
pelaksanaannya
harus
dapat
diukur
dan
dipertanggungjawabkan melalui:
a. Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan
yang dilakukan
Pelaporan dan pertanggungjawaban tidak hanya diajukan kepada
penanggung jawab kegiatan pada lembaga yang bersangkutan dan
Direktorat Jendral Anggaran Kementerian Keuangan, melainkan
kepada semua pihak khususnya kepada lembaga-lembaga kontrol
seperti DPR yang membidanginya serta kepada masyarakat. Demikian
juga
dengan
forum-forum
untuk
penentuan
anggaran
dana
13
evaluasi
bukan
hanya
terhadap
pelaksanaan
14
2. Transparansi
Transparansi merupakan prinsip yang mengharuskan semua proses
kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan
dapat diketahui oleh publik (Prasojo, 2007). Transparansi menjadi pintu
masuk, sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan.
Dalam prosesnya, terdapat lima proses dalam transparansi, yaitu
penganggaran, penyusunan kegiatan, pembahasan, pengawasan, dan
evaluasi.
a. Proses penganggaran
Proses penganggaran bersifat dari bawah ke atas (bottom up),
mulai dari perencanaan, implementasi, laporan pertanggungjawaban,
dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Hal ini dilakukan
untuk memudahkan kontrol pengelolaan anggaran oleh masyarakat.
b. Proses penyusunan kegiatan
Proses penyusunan kegiatan terkait dengan proses pembahasan
tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi
anggaran (anggaran belanja) pada semua tingkatan.
c. Proses Pembahasan
Proses pembahasan adalah pembahasan tentang pembuatan
rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi penggalangan
15
dana kegiatan dalam penetapan retribusi, pajak, serta aturan lain yang
terkait dengan penganggaran pemerintah.
d. Proses pengawasan
Proses pengawasan tentang tata cara dan mekanisme pengelolaan
kegiatan mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan
finansial, dan pertanggungjawaban secara teknis. Proses pengawasan
dilakukan dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang terkait
dengan kepentingan public atau pemenuhan kebutuhan masyarakat,
khususnya kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
e. Proses evaluasi
Proses evaluasi dilakukan terhadap penyelenggaraan kegiatan yang
dilakukan
secara
terbuka.
Evaluasi
harus
dilakukan
sebagai
3. Kewajaran
Prinsip kewajaran (fairness) dimaksudkan untuk mencegah adanya
ketidakwajaran dalam penganggaran, dalam bentuk mark up maupun
ketidakwajaran lainnya. Prinsip kewajaran terdiri atas lima sifat, yaitu
sebagai berikut.
a. Komprehensif dan disiplin
Mempertimbangkan semua aspek, berkesinambungan, taat asas,
prinsip pembebanan, pengeluaran, dan tidak melampaui batas (off
budget). Hal ini dimaksudkan agar anggaran dapat dimanfaatkan
sewajarnya.
16
b. Fleksibilitas
Tersedianya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan
efektivitas (prinsip tak tersangka, perubahan, pergeseran, dan
desentralisasi manajemen).
c. Terprediksi
Ketetapan dalam perencanaan berdasarkan asas value for money
dengan tujuan untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran
berjalan. Adanya anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari
prinsip kewajaran dalam proses pembangunan.
d.
Kejujuran
Merupakan bagian utama dari prinsip kewajaran. Kejujuran adalah
tidak adanya bias perkiraan penerimaan atau pengeluaran yang
disengaja yangberasal dari pertimbangan teknis maupun politis.
e. Informatif
Informatif merupakan ciri dari kejujuran. Sistem informasi
pelaporan yang teratur dan informatif adalah dasar penilaian kinerja,
kejujuran, dan proses pengambilan keputusan. Pemerintah yang
informatif merupakan pemerintah yang telah bersikap wajar dan jujur
dan tidak menutup-nutupi hal yang memang seharusnya disampaikan.
4. Kebijakan
17
18
aturan yang mengikat bagi semua, di mana hal tersebut justru akan
menimbulkan kesenjangan, ketidakadilan, dan bentuk penyimpangan
lainnya
d. Kultur kebijakan
Keberadaan suatu kebijakan memiliki keterkaitan dengan nilainilai, pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap
hokum undang-undang antikorupsi. Selanjutnya tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan korupsi akan ditentukan oleh kultur
kebijakan.
Keempat aspek tersebut akan menentukan efektivitas pelaksanaan
dan fungsi kebijakan, serta berpengaruh terhadap efektivitas
pemberantasan korupsi melalui kebijakan yang ada.
5. Kontrol Kebijakan
Kontrol kebijakan adalah upaya agar kebijakan yang dibuat benarbenar efektif dan menghapus semua bentuk korupsi. Sedikitnya terdapat
tiga model atau bentuk kontrol terhadap kebijakan pemerintah, yaitu
berupa:
a. Partisipasi
Kontrol kebijakan berupa partisipasi yaitu melakukan kontrol
terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan
pelaksanaannya.
b. Evolusi
19
negara
adalah
terkait
dengan
konsistensi
dalam
20
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Korupsi pada dasarnya disebabkan oleh adanya dua faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal sangat ditentukan oleh
kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam diri setiap individu.
Ada sembilan nilai-nilai antikorupsi yang penting untuk ditanamkan pada
semua individu, kesembilan nilai antikorupsi tersebut terdiri dari: (a) inti,
(b) sikap, serta (c) etos kerja. Inti meliputi: kejujuran, kedisiplinan, dan
tanggung jawab, sikap meliputi: keadilan, keberanian, dan kepedulian, serta
etos kerja meliputi: kerja keras, kesederhanaan, dan kemandirian. Dalam
penerapan
prinsip-prinsip
antikorupsi
dituntut
adanya
integritas,
B. Saran
Diharapkan kepada para pembaca setelah membaca makalah ini
mampu memahami serta mengaplikasikannya di dalam ke hidupan seharihari agar terciptanya nilai dan prinsip antikorupsi sejak dini dan mampu
memberikan informasi ke masyarkat umum tentang nilai dan prinsip
antikorupsi.
22
Daftar Pustaka
Nurul hidayat, Aep. 2015. Nilai dan prinsip korupsi
(https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/10/15/nilai-prinsipanti-korupsi/) diakses online 23 November 2016
Apriyadi,Muhammad. 2014. Belajar Hukum
(https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmuhukum/nilai-dan-prinsip-anti-korupsi/) diakses online 23
november 2016
23