You are on page 1of 19

DAMPAK GLOBAL WARMING TERHADAP

EKSISTENSI KEHIDUPAN MANUSIA


Mata Kuliah : Ilmu Alamiah Dasar
Dosen Pembimbing : Prof.Dr Harafid Hapfid.SH.M,si

DISUSUN OLEH :

La Ode Muharmis Erlan (21409074)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
2014

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....i
KATA PENGANTAR.ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang4
1.2 Rumusan masalah5
1.3 Tujuan penulisan..5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor penyebab Masalah Global Warming.......6
2.2 Dampak kesehatan akibat Global Warming ......10
2.3 Penanggulan masalah Global Warming..12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...14
3.2 Saran.14
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ILMU ALAMIAH DASAR yang berjudul
Dampak Global Warming bagi Eksistensi Kehidupan Masyarakat dengan baik.
Makalah merupakan karya yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kulia ILMU ALAMIAH DASAR. Untuk itu, makalah ini
kami susun dengan berdasarkan referensi-referensi dari berbagai sumber serta memakai bahasa
yang mudah di pahami oleh pembaca.
Dan pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah ILMU ALAMIAH DASAR, bapak, Prof.Dr Harafid Hapfid.SH.M,si yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk hingga makalah ini dapat disusun dengan
baik.
Sebagai sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan, guna penyempurnaan
makalah ini. Selanjutnya terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat diselesaikan. Akhirnya, penulis berharap
semoga makalah ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.

Kendari 11 November 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, isu pemanasan global semakin sering
dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional. Makalah ini
akan membahas gambaran umum pemanasan global, aktivitas manusia dan
peranannya dalam pemanasan global beserta akibat dari pemanasan global
itu sendiri. Kami juga menyertakan beberapa usaha yang dilakukan manusia
untuk mengendalikan pemanasan global.
Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan
suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski
suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun waktu 50 tahun terakhir
suhu global cenderung meningkat lebih cepat dibandingkan data yang
terrekam sebelumnya. Dan sepuluh tahun terpanas terjadi setelah tahun
1990. Isu pemanasan global begitu berkembang akhir-akhir ini. Pemeran
utamanya tentu saja manusia dengan berbagai aktivitasnya.
Pemanasan global telah menyebabkan perubahan iklim yang signifikan,
seperti yang terjadi di negara kita, efek dari pemanasan ini telah
menyebabkan perubahan iklim yang ekstrim. Di beberapa daerah sering
terjadi hujan lebat yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor,
munculnya angin puting beliung, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa
manusia. Makalah ini akan membahas Definisi Pengertian Pemanasan Global,
Dampak dari Pemanasan Global, Akibat dari Pemanasan Global, Cara
mencengah Pemanasan Global, Mengukur pemanasan global dan Bencana
Besar Yang di akibatkan oleh adanya Pemanasan Global
Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi yang terdapat di
Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk
radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini
mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang
menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas
dan memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra merah gelombang

panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas tetap terperangkap di


atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca yang menjadi
perangkap gelombang radiasi ini.
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di
permukaan Bumi. Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan
suhu rata-rata bumi terus meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut :
1. Apa saja Faktor penyebab masalah global warming ?
2. Bagimana mekanisme perubahan lingkungan pada global warming?
3. Apa saja dampak pada kesehatan ?
4. Apa saja konsep cara pencegahan global warming ?
5. Bagaiman penanggulangan masalah global warming ?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui faktor penyebab masalah global warming
2. Untuk mengetahui mekanisme perubahan lingkungan pada global warming
3. Untuk mengetahui dampak pada kesehatan
4. Untuk mengetahui konsep cara pencegahan global warming
5. Untuk mengetahui penanggulangan masalah global warming

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor penyebab masalah global warming
Berikut adalah factor-faktor yang menyebabkan terjadinya pemanasan
global atau yang lebih dikenal global warming.
1.

Efek Rumah kaca


Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari.
Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah
dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi,
akan

menyerap

sebagian

panas

dan

memantulkan

kembali

sisanya.

Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi
akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon
dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang
radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi
gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan
tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga
mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan
semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak
panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang
ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan suhu rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih
panas 33 C (59 F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca
suhu bumi hanya -18 C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan
Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

2.

Efek umpan balik

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian
saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi
infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan.
Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar
Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan.

Apakah

efek

netto-nya

menghasilkan

pemanasan

atau

pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan


ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam
model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan
jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125
hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC
ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat
dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam
Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Umpan balik penting lainnya adalah
hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika
temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair
dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es
tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun
air

memiliki

kemampuan

memantulkan

cahaya

lebih

sedikit

bila

dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi
Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih
banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
3.

Bocornya lapisan ozon


Sebelum energi matahari mencapai bumi,energi tersebut akan difilter

terlebih dahulu oleh lapisan ozon yang ada di atmosfer.Tetapi hasil penelitian
menunjukkan telah terjadinya penipisan lapisan ozon.Sudah bisa ditebak apa
akibat yang terjadi jika lapisan ozon ini rusak,atau bahkan bolong.
Salah satu penyebab penipisan ozon ini adalah meningkatnya pemakaian
Chloro Flouro Carbon (CFC).CFC dipakai dalam kehidupan sehari-hari pada

lemari

es,air

conditioner,bahan

pendorong

pada

penyembur,pembuat

buih,dan sebagai bahan pelarut.


4.

Pelepasan Gas Metan / CH4


Hasil penelitian yang dilakukan baru baru ini di daerah Siberia , Arktik

menunjukan berjuta-juta ton gas rumah kaca metan dilepaskan. Daratan


beku itu mulai mencair dan karbon yang terkurung di dalamnya mulai bocor
keluar dalam bentuk karbon dioksida dan metana, gas rumah kaca yang
mudah terbakar dan 72 kali lebih kuat daripada CO 2. Adapun konsentrasi gas
metan di beberapa tempat mencapai hingga 100 kali diatas normal.
Pelepasan gas metan setelahnya mencapai 0.5 megaton per tahun.
Kemungkinan kenaikan gas metan di planet di pengaruhi oleh oleh dua
faktor yakni pelepasan gas metan dari dasar laut dan terlepasnya gas metan
dari tanah beku yang mencair.
5.

Variasi Matahari
Variasi matahri adalah pengaruh penyinaran matahari pada suatu tempat

berbeda dengan tempat yang lain.Ada beberapa penelitian menunjukkan


bahwa

kontribusi

diabaikan.Dua

matahri

ilmuwan

dalam

dari

Duke

pemanasan
University

global

mungkin

mengemukakan

telah
bahwa

matahari telah berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi
dalam rentang periode tahun 1900 2000 , dan 25 35% rentang tahun
1980 2000.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari,
dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi
kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini
dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas
Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak
telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas
Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini
6. Penebangan Hutan

Dengan adanya pembabatan hutan di dunia yang tiap tahun mencapai


30 juta hektar, jelas turut meperparah keadaan .Hutan yang selama ini
menjadi pelindung bagi berbagai jenis satwa dari ancaman pemanasan
global seharusnya dapat membantu mengurangi pemanasan global .Tapi ,
dalam kenyataan di lapangan masalah tersebut sangat akut.Yakni hutan
amazon, yang hamper 70% wilayahnya habis dibabati oleh manusia dalam
rangka produksi hasil daging.Sedangkan di Indonesia itu sendiri, masalah
pembabatan hutan tersebut disebabkan karena pembukaan lahan baru yang
bertujuan membuka perkebunan, keinginan memperoleh penghasilan dari
penjualan

kayu

atau

hasil

hutan

yang

jika

dilakukan

secara

legal

memerlukan baiya yang sangat tinggi.Hal tersebut dipengaruhi karena


tingkat kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih sangat
rendah.
7.

Gas Metana dari peternakan


Dari hasil penelitian di sebutkan bahwa total emisi gas rumah kaca
negara Argentina 30% nya berasal dari hewan . Para peneliti menemukan
bahwa sumber gas metan terbesar berasal dari sapi dan domba yang
sengaja diternakan untuk diambil wol. Pada suatu perhitungan ditemukan
bahwa metan memiliki kekuatan 72 kali lebih besar daripada CO 2 selama
lebih dari 20 tahun. Kenyatan ini sangat mengejutkan, karena pada
dasarnya, jumlah ini melebihi dari pembangkit listrik tenaga batu bara.
Terlebih lagi sapi sapi tersebut melepaskan 800 hingga 1000 liter gas setiap
hari.

8.

Gas metana dari pertanian


Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang
menjadi penyebab terdinya efek rumah kaca. Gas metana dapat bersal dari
bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen,
misalnya dipersawahan.
9.

Alih Fungsi Lahan dan Pembabatan Hutan


Sumber lain CO2 berasal dari alih fungsi lahan di mana ia bertanggung

jawab sebesar 17.4%. Pohon dan tanaman menyerap karbon selagi mereka

hidup. Ketika pohon atau tanaman membusuk atau dibakar, sebagian besar
karbon yang mereka simpan dilepaskan kembali ke atmosfer. Pembabatan
hutan juga melepaskan karbon yang tersimpan di dalam tanah. Bila hutan itu
tidak segera direboisasi, tanah itu kemudian akan menyerap jauh lebih
sedikit CO2.
10.

Transportasi

Sumbangan seluruh sektor transportasi terhadap emisi gas rumah kaca


mencapai 13,1%. Sektor transportasi dapat dibagi menjadi transportasi
darat, laut, udara, dan kereta api. Dari total sumbangan 13,1% itu,
sumbangan terbesar berasal dari transportasi darat (79,5%), disusul
kemudian oleh transportasi udara (13%), transportasi laut (7%), dan terakhir
kereta api (0,5%).
11.

Kerusakan hutan
Keberadaan hutan sebagai paru-paru dunia memiliki peran yang sangat

penting dalam mencegah pemanasan global. Hutan yang lebat dan subur
bisa mengubah karbondoksida menjadi O 2 yang merupakan bagian penting
dari hidupnya suatu mahluk. Jadi tumbuhan memang sangat diperlukan.
Tetapi dalam kondisi sekarang ini, sebagian besar hutan di dunia telah rusak
dan telah digantikan oleh kota-kota dengan gedung yang megah.
12.

Polusi Karbondioksida dari pembangkit listrik bahan bakar fosil


Ketergantungan kita yang semakin meningkat pada listrik dari pembangkit

listrik bahan bakar fosil membuat semakin meningkatnya pelepasan gas


karbondioksida sisa pembakaran ke atmosfer. Sekitar 40% dari polusi
karbondioksida

dunia,

berasal

dari

produksi

listrik

Amerika

Serikat.

Kebutuhan ini akan terus meningkat setiap harinya. Sepertinya, usaha


penggunaan energi alternatif selain fosil harus segera dilaksanakan. Tetapi,
masih banyak dari kita yang enggan untuk melakukan ini.
13.

Polusi

transportasi

Karbondioksida

dari

pembakaran

bensin

untuk

Sumber polusi karbondioksida lainnya berasal dari mesin kendaraan


bermotor. Apalagi, keadaan semakin diperparah oleh adanya fakta bahwa
permintaan kendaraan bermotor setiap tahunnya terus meningkat seiring
dengan populasi manusia yang juga tumbuh sangat pesat. Sayangnya,
semua peningkataan ini tidak diimbangi dengan usaha untuk mengurangi
dampak.
14. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan
Pada kurun waktu paruh terakhir abad ke-20, penggunaan pupuk kimia
dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini
berbahan nitrogenoksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida
sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Akibat lainnya
adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari
sumber-sumber air minum kita.
2.2 Dampak kesehatan akibat global warming
Pemanasan

global

selain

berakibat

buruk

bagi

kehidupan

dan

keseimbangan ekosistem, juga berdampak serius bagi kesehatan umat


manusia. Beberapa dampak serius pemanasan global bagi kesehatan
manusia, misalnya adalah :
Pertama, Penyakit infeksi
Perubahan iklim berdampak pada munculnya beberapa jenis penyakit
infeksi baru seperti ebola, flu burung, dan beberapa penyakit hewan yang
dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di
Indonesia adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat
dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik
dan kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai. (Dr. Wan Alkadri,
Msc.)
Kedua, Penyakit saluran pernapasan
World Health Organization menyebutkan akibat lain pemanasan global
adalah penyakit saluran pernapasan. Bettina Menne, anggota WHO divisi
Eropa mengatakan, Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan

debu di udara meningkat, Suhu udara yang semakin hangat juga membawa
penyakit alergi. Selain itu, banyaknya jumlah kebakaran hutan baik disengaja
ataupun karena panasnya cuaca memperburuk ancaman penyakit saluran
pernapasan ini.
Ketiga, Penyebaran penyakit DBD dan malaria
Pemanasan

global

berdampak

pada

semakin

singkatnya

siklus

perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan nyamuk
dewasa. Akibatnya, jumlah populasi nyamuk berkembang sangat cepat. Ini
terutama terjadi di kawasan Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat
gigitan nyamuk adalah penyakit malaria dan demam berdarah dengue
(DBD). Kedua penyakit ini sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Kita
sudah merasakannya langsung ganasnya kedua penyakit tersebut, yakni
tingginya angka korban penderita demam berdarah dan malaria dibeberapa
daerah.
Beberapa penyakit yang diperantarai oleh nyamuk sebagai vektor
biasanya peka terhadap perubahan cuaca (EPSTEIN, 2001; ZELL et al., 2008).
Perubahan iklim yang terkait dengan faktor cuaca, curah hujan, suhu dan
kelembaban dapat mempengaruhi dinamika biologi dan populasi dari vektor
berupa nyamuk yang sebagian siklus hidupnya berhabitat di dalam air. Suhu
yang sangat ekstrim akan mengurangi populasi nyamuk, misalnya larva
Culex annulirostris akan mati pada suhu di bawah 10 oC dan di atas 40 oC
(MCMICHAEL dan WOODRUFF, 2008). Tetapi pada suhu yang meningkat
sampai batas tertentu dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk
pengembangan larva, sehingga akan lebih banyak generasi nyamuk yang
dihasilkan pada satuan waktu yang sama. Dalam hal ini Culex annulirostris
umumnya memerlukan waktu 12 13 hari dari periode telur sampai dengan
dewasa pada suhu 25 oC, tetapi pada suhu 30 oC hanya memerlukan waktu 9
hari dari telur sampai dengan dewasa (KAY dan AASKOV, 1989).
Keempat, Penyakit akibat penipisan lapisan Ozone

Dampak pemanasan global bagi kesehatan juga terjadi karena pengaruh


penipisan ozone seperti meningkatnya intensitas sinar ultra violet. Intensitas
sinar UV yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan, seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh,
pertumbuhan mutasi genetik, dan memperburuk penyakit-penyakit umum
asma dan alergi
Kelima, Penyakit yang berhubungan dengan panas
Lebih jauh global warming juga bisa berakibat terjangkitnya penyakit
yang berkaitan dengan panas (heat stroke), terutama pada lansia dan anakanak. Suhu yang panas juga bisa menyebabkan kegagalan sektor pertanian,
sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Selanjutnya perubahan iklim dan naiknya permukaan air laut dapat
menyebabkan berbagai bencana alam seperti banjir, badai topan dan
kebakaran. Dan bencana alam hampir selalu disertai dengan migrasi
penduduk ke kantong-kantong pengungsian. Di tempat pengungsian ini
sering muncul penyakit, seperti : diare, gatal-gatal dan penyakit kulit lain,
kurang gizi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, dan lain-lain.
Pengaruh perubahan iklim terhadap kejadian penyakit hewan juga dapat
terjadi secara tidak langsung misalnya, terjadinya banjir sehingga agen
penyakit terbawa aliran banjir ke lokasi lain atau vektor penyakit yang juga
sebagai reservoar menyebar ke berbagai lokasi lain atau pemukiman lain.
Hal ini dapat menimbulkan wabah seperti penyakit leptospirosis pada
manusia dimana tikus yang bertindak sebagai reservoar, bakteri Leptospira
spp. akan tersebar ke pemukiman/daerah lain melalui urin tikus dan dapat
menginfeksi manusia atau hewan lain sehingga terjadi wabah penyakit
leptospirosis (KUSMIYATI et al., 2005).
Rata-rata kenaikan muka air laut secara global setelah dikurangi
penurunan tanah, diperkirakan naik antara 8

13 cm pada tahun 2030,

antara 17 29 cm pada tahun 2050, dan antara 35 82 cm pada tahun 2100


(IOM, 2008). Wilayah yang paling rentan terkena dampak tersebut adalah
wilayah pesisir karena berbatasan langsung dengan laut serta wilayah

dataran rendah yang berada di sekitarnya. Ketika permukaan air laut naik
melebihi ketinggian daratan, maka air laut akan menggenangi seluruh
daratan tesebut. Kondisi ini akan memperburuk kualitas lingkungan dan
kehidupan masyarakat di sekitarnya (Nila, 2009).
2.3 Penanggulangan Masalah Global Warming
Pemanasan global merupakan masalah multikompleks dan memiliki
pengaruh dalam skala yang besar, yaitu mempengaruhi seluruh aktivitas
manusia di dunia. Oleh karena itu, penanggulangan masalah pemanasan
global bukanlah masalah bagi satu negara saja, bukan hanya masalah bagi
Negara-negara industri saja, melainkan masalah bagi seluruh negara di
dunia ini. Maka, sangat diperlukan kesadaran seluruh Negara di dunia untuk
berkolaborasi menanggulangi pemanasan global ini.
Sebagai warga Negara Indonesia, berpendapat bahwa keputusankeputusan yang seharusnya ditetapkan dalam konferensi tersebut antara lain
:
1. Menjaga kelestarian pohon dan hutan
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara
adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak
lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap
karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan
menyimpan karbon dalam kayunya (Dinkes Kutai Kertanegara, 2009).
Pemeliharaan kelestarian hutan bukan hanya dilakukan oleh negaranegara berkembang yang masih mempunyai hutan saja, melainkan negaranegara maju yang dalam hal ini merupakan penyumbang emisi karbon
terbesar harus turut mengambil bagian walaupun hutan mereka sudah
sedikit atau bahkan habis. Negara-negara maju dapat mengambil bagian
dengan cara bersama-sama negara berkembang mengumpul dana bagi
pemeliharaan, turut serta melakukan riset untuk mempercepat proses

reboisasi, dan mengirim tenaga-tenaga ahli untuk terjun langsung ke daerah


yang hutannya mengalami kerusakan.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan penanaman
sebanyak mungkin pohon, selama ini program penghijauan telah banyak
dilakukan namun belum menampakkan keberhasilan. Hal itu disebabkan
program penghijauan yang dilakukan selama ini masih mengalami banyak
kekurangan. Kekurangan yang teridentifikasi adalah: Pertama: pemilihan
waktu yang tidak tepat. Biasanya penghijauan dilakukan pada bulan Pebruari
setelah bencana banjir dan tanah longsor terjadi dimana-mana. Padahal
musim hujan hampir berakhir, dengan demikian setelah hujan berakhir
tumbuhan

mati

kekeringan.

Kedua:

pemilihan

tumbuhan

tidak

memperhatikan kondisi iklim (ketinggian dan suhu) setempat. Hal tersebut


dapat dilihat dari jenis tumbuhan sumbangan masyarakat tanpa sebuah
kriteria. Ketiga: kegiatan sangat bersifat ceremonial dan kolosal namun
tidak ada jaminan keberlanjutan, sehingga setelah penanaman tidak pernah
ada monitoring (Prihanta, 2006)
2. Berupaya untuk mencari alternative bahan bakar lain yang lebih efisien dan
ramah lingkungan.
3. Mensosialisasikan tatacara penggunaan kendaraan bermotor (khususnya
mobil) dengan seksama. Kalau tidak perlu sekali tidak perlu memakai
kendaraan yang membuang banyak buangan energi tersebut. Sekilas solusi
ini berdampak tidak menguntungkan bagi negara-negara maju, khususnya
negara industri kendaraan bermotor (khususnya mobil), namun keputusan ini
agaknya sudah tepat, negara-negara maju justru harus lebih berinovasi
4.

untuk membuat mobil yang ramah lingkungan.


Green Building. Salah satu gagasan yang dianggap dapat mengurangi
pemanasan global dan kerusakan lingkungan adalah green building. Definisi
green building menurut Zigenfus (2008: 9) mengutip definisi dari The United
States Environmental Protection Agency (USEPA) adalah pembangunan
struktur bangunan dengan menggunakan proses yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh lifecycle

bangunan
5.

mulai

dari

penentuan

desain,

konstruksi,

pemanfaatan,

pemeliharaan, renovasi, dan dekonstruksi. (Deka et al, 2014)


Mensosialisasikan pada pabrik-pabrik untuk menggunakan bahan-bahan
yang ramah lingkungan dalam menghasilkan barang jadi. Masyarakat pun
diminta untuk memilih dengan seksama barang-barang terutama disarankan
untuk membandingkan dan memilih produk yang paling kecil resikonya
terhadap lingkungan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Global Warming/Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang
menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan
oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia itu
juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat
keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global
memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya. Penanggulangan
hal ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan.
Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan
global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
3.2 Saran
Kita hidup di Bumi bersama seluruh mahluk hidup yang tak terhitung
banyaknya. Mari kita menjaga tempat tinggal kita ini dengan menjaga
kelestariannya.

Menanam

pohon,

hemat

air,

hemat

tenaga

yang

mengandung gas adalah sedikit upaya untuk terus menjaga kelestarian bumi
kita dan melindungi lapisan Ozon yang mulai merusak. Ayo kurangi efek
Global Warming!

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

2011.

Penanggulangan

Pemanasan

Global.

http://earthhotter2.blogspot.com/2011/05/penanggulangan-pemanasanglobal.html. Diakses
Anonim. 2014. Pemanasan Global. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.
Diakses pada tanggal 15 maret 2014
Ardhyarini, Nila. 2009. Pola Migrasi Masyarakat Kota Semarang sebagai Akibat
Perubahan

Iklim

Global

Jangka

Pendek.

Fakultas

Teknik

Universitas

Diponegoro : Semarang.
Bahri, Sjamsul dan T. Syafriati. 2011. Mewaspadai Munculnya Beberapa Penyakit
Hewan Menular Stategis di Indonesia. Vol. 21:1.
Deka et al. 2014. Studi Implementasi Green Building di Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Universitas Sebelas Maret : Surakarta.

Dinkes

Kutai

Kertanegara,

2009.

Global

Warming.

http://dinkeskutaikartanegara.org/id/artikel.php?
subaction=showfull&id=1219973925&archive=&start_from=&ucat=4&.
Kay, B.H. and J.G. Aaskov. 1989. Ross River virus (epidemic polyarthritis). In: The
Arboviruses: Epidemiology and Ecology, Vol. 4. MONATH, T.P. (Ed.). Boca
Raton: CRC Press. pp. 93 112.
Kusmiyati, et al. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia di Indonesia.
Wartazoa 15(4): 213 220.
McMichael, A.J. and R.E. Woodruff. 2008. Climate change and infectious diseases. In
the social ecology of infectious diseases 1st Edition. MEYER, K.H. and H.F.
PIZER (Eds.). 2008. London. Academic Press Elsevier pp. 378 407.
Prihanti, Wahyu. 2006. Rehabilitasi Lingkungan Integratif dan Kontinyu. Makalah
Seminar Regional, Pusal Studi Lingkungan dan Kependudukan Universitas
Muhammadiyah : Malang, Mei 2007.
Prihanta Wahyu. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Global Warming Sebagai Upaya
Menyelamatkan Kehidupan di Bumi. Vol. 14:1. Universitas Muhammadiyah :
Malang.
DISAMPAIKAN KEPADA SELURUH DEWAN GURU, BAIK PNS MAUPUN NON PNS
AGAR SEGERA MEMBUAT SOAL ULANGAN SEMESTER II. BERHUBUNG
ULANGAN SEMESTER AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 25 MEI 2015.
ATAS PERHATIANNYA TERIMA KASIH.

DISAMPAIKAN KEPADA SELURUH DEWAN GURU, BAIK PNS MAUPUN NON PNS
AGAR SEGERA MEMBUAT SOAL ULANGAN SEMESTER II. BERHUBUNG
ULANGAN SEMESTER AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 25 MEI 2015.
ATAS PERHATIANNYA TERIMA KASIH.

DISAMPAIKAN KEPADA SELURUH DEWAN GURU, BAIK PNS MAUPUN NON PNS
AGAR SEGERA MEMBUAT SOAL ULANGAN SEMESTER II. BERHUBUNG
ULANGAN SEMESTER AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 25 MEI 2015.
ATAS PERHATIANNYA TERIMA KASIH.

DISAMPAIKAN KEPADA SELURUH DEWAN GURU, BAIK PNS MAUPUN NON PNS
AGAR SEGERA MEMBUAT SOAL ULANGAN SEMESTER II. BERHUBUNG
ULANGAN SEMESTER AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 25 MEI 2015.
ATAS PERHATIANNYA TERIMA KASIH.

DISAMPAIKAN KEPADA SELURUH DEWAN GURU, BAIK PNS MAUPUN NON PNS
AGAR SEGERA MEMBUAT SOAL ULANGAN SEMESTER II. BERHUBUNG
ULANGAN SEMESTER AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 25 MEI 2015.
ATAS PERHATIANNYA TERIMA KASIH.
DISAMPAIKAN KEPADA SELURUH DEWAN GURU, BAIK PNS MAUPUN NON PNS
AGAR SEGERA MEMBUAT SOAL ULANGAN SEMESTER II. BERHUBUNG
ULANGAN SEMESTER AKAN DILAKSANAKAN PADA TANGGAL 25 MEI 2015.
ATAS PERHATIANNYA TERIMA KASIH.

You might also like