Professional Documents
Culture Documents
KELOMPOK 3 :
1.
2.
3.
4.
5.
Didit Singgih M.
Duwi Pusriati
Lailatul Maulida
Septi Herowati
Triyatun
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan
sendiri-sendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa
Indonesia meliputi :
1. Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.
2.
Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bahasa Indonesia telah merupakan bahasa resmi negara dan bangsa Indonesia. Demikian pula
menyangkut biroraksi serta pendidikan nasional telah dikembangkan sedemikian rupa
meskipun sampai saat ini masih senantiasa dikembangkan. Faktor keempat, meliputi
penindasan, dominasi, dan pencarian identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat.
Bangsa Indonesia yang hampir tiga setengah abad dikuasai oleh bangsa lain sangat dominan
dalam mewujudkan faktor keempat melalui memori kolektif rakyat Indonesia. Penderitaan,
dan kesengsaraan hidup serta semangat bersama dalam memperjuangkan kemerdekaan
merupakan faktor yang sangat strategis dalam membentuk memori kolektif rakyat. Semangat
perjuangan, pengorbanan, menegakkan kebenaran dapat merupakan identitas untuk
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia.
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas
nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia
mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa ini. Oleh karena itu pembentukan identitas
nasional Indonesia melekat erat dengan unsur-unsur lainnya seperti sosial, ekonomi, budaya,
etnis, agama serta geografis, yang saling berkaitan dan terbentuk melalui suatu proses yang
cukup panjang.
C. Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional
Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memiliki
sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Tatkala bangsa Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah
prinsip-prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Prinsip-prinsip dasar itu ditemukan oleh para pendiri bangsa, yang diangkat dari filsafat
hidup atau pandangan hidup bangsa Indonesia , yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu
prinsip dasar filsafat negara yaitu Pancasila. Jadi dasar filsafat suatu bangsa dan negara
berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada kepribadiannya sendiri. Nilai-nilai
esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Dasar-dasar pembentukan
nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara
lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908,
kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi
sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri,
membentuk suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945, yang
kemudian diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu
akar-akar nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga
merupakan unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang
dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.
D. Sejarah Paham Kelahiran Nasionalisme Indonesia yg Berwawasan Parokhial:
1. 1908 Budi Oetomo Berbasis Sub Kultur Jawa
2. 1911 Sarikat Dagang Islam Kaum Entrepeneur Islam Bersifat Ekstrovert Dan Politis
3. 1912. Muhammadiya Dari Subkultur Islam Modernis Bersifat Introvert Dan Sosial
4. 1912. Indische Party Dari Sub Kultur Campuran, Yg Memncerminkan Elemin Politis
Na-Sionalisme Non rasial dg selogan TEMPAT YANG MEMBERI NAFKAH YANG
MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI TANAH AIRNYA
5. 1913. Indische Social Democratiche Vereniging Mengejawantahkan Nasionalisme Politik
Radikal Dan Berorientasi Marxist.
6. 1915. Trikoro Dharmo Sebagai Emberio Yong Java
7.
8.
9.
1926. Nahdatoel Oelama (Nu)Dari Sub Kultur Santri Dan Ulama Serta Pergerakan Lain
Seperti Sub Ethnis Jong Ambon, Jong Sumatwera, Jong Selebes Yang Melahiorkan
Pergerakan Nasionalisme Yg Berjati Diri Indonmesianess
10. 1928 . Soempah Pemoeda 28 Okt 1928
11. 1931. Indonesia Muda
E. Karakteristik Indentitas Nasional
a. Unsur Identitas Pancasila dengan Rohnya Bhineka Tunggal Ika
Menjelang tahun 1997 indonesia terjadi krisis nilai, moral disusul krisis ekonomi dan
politik sehingga indonesia kehilangan orientasi nilai. Dari sisni timbul suatu pergerakan
semacam social terorisme. Lalu 1998 puncak krisis sehingga timbul penjarahan massal.
Hakikat identitas nasional indonesia adalah pancasila yg diaktualisasikan dalam bergagai
kehidupan dan berbangsa. AKTUALISASI ini untuk menegakkan pancasila dan uud 45
sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan uud 45 terutama alinea ke 4.
F. Pemberdayaan Identitas Nasional Indonesia
1. Tantangan Globalisasi
Bersifat sentrifugal bersumber pada faktor Eksternal dan internal
a.
Eksternal
Terjadinya KKN kebebasan demokrasi tidak ditunjang oleh infra struktur mental yang
kondusif. Ernest Renan dalam bukunya quest ceqyune nation menyatakan bahwa hakikat
nasionalisme itu le desire vivre ensemble (keinginan untuk hidup bersama) bertumpu pada
kesadaran akan adanya jiwa dan prinsip spiritual une ame,un prinsipe spirituel yang berakar
pada kepahlawanan masa lalu yang tumbuh karena ada kesamaan penderitaan dan kemuliaan
dimasa lalu.
2. Hilangnya Identitas Nasional Yang Tidak Pernah Ada
Dua orang penguasa Indonesia yang paling kuat, Sukarno (1945-1966) dan Suharto
(1966-1998) berupaya keras merumuskan identitas Indonesia dari segi kebudayaan.
Keduanya secara sederhana memformula hal itu dalam Pancasila. Penguasa-penguasa
Indonesia berikutnya, Habibie (1998-2000), Abdurrahman Wahid (2000-2001), Megawati
(2001-kini) tidak sempat memformula identitas bangsa karena periiode kekuasaannya yang
singkat, lagipula mereka didera oleh masalah krisis kekuasaan. Sebagai penguasa seumur
jagung sungguh tak banyak yang mereka dapat lakukan. Jika bangsa Irak sekarang dapat
mengidentifikasi dirinya pada peradaban Babylonia, tidaklah demikian halnya dengan kita
karena subjek identifikasi itu yang tidak pernah ada. Mr. Muhammad Yamin tergila-gila pada
Majapahit, Sukarno menfavoritkan Sriwijaya dan Majapahit, Suharto terobsesi pada Mataram
pasca Giyanti 1755. Namun sesungguhnya kerajaan-kerajaan yang mereka jadikan acuan itu,
apalagi Mataram, tidak pernah mengendalikan Nusantara.
Di zaman Menpora Abdul Gafur siswa-siswa sekolah disuruh menangis tersedu
sedan seraya membaca teks Sumpah Pemuda, tetapi di Kongres Pemuda II sumpah itu
disusun dalam suasana biasa-biasa saja, dan tidaklah pula dapat dikatakan itu adalah saat
kelahiran jabang bayi Indonesia. Penyatuan teritori Hindia Belanda sendiri baru tercapai
setelah korte verklarieng van Hentz tahun 1904. Proses penyatuan teritori lewat kekerasan.
Tentu saja Indonesia sebagai suatu entitas kebudayaan di luar jangkauan korte verklarieng
vanHentz.
Mencari puncak Ki Hajar
Identitas Nasional sulit dikenali, apakah pada gedung-gedung di Jakarta, ataukah pada
cara berpakaian kaum elit, atau pada lagu-lagu pop Indonesia. Mungkin pada koreografi Inul
kita dapatkan asli pesisir, tapi itu Jawa, bukan pula Indonesia. Formula ini verbalistik belaka,
tak dapat lagi diperjelas, apalagi dirinci. Tingallah formula ini sebagai mantra yang dituliskan
di pelbagai makalah kebudayaan, dan dibaca-baca dalam setiap pidato kebudayaan. Syahdan,
budayawan pun terstratifikasi menjadi budayawan Nasional dan budayawan daerah.
Budayawan daerah terpromosi sebagai budayawan Nasional bila secara phisik pindah ke
Jakarta atau banyak menulis, atau diwawancara, oleh media Jakarta. Biasa pusat-daerah
mestinya tak layak mengemuka lagi dalam era reformasi. Jauh mendaki namun puncak Ki
Hajar tak kunjung bersua. Karena tidaklah begitu mudah mengidentifikasi gunung
kebudayaan daerah, mana yang puncak, mana yang tebing, dan mana pula kakinya bukan
sesuatu yang sederhana untuk ditentukan, lagi pula apa keperluannya. ornamen politik (dan
kebudayaan) Manipol-Usdek, tinggallah yang tersisa sampai sekarang sebuah nama gang di
Kampung Duri, Jakarta-Barat, yaitu Gg. Usdek.
BAB III
STUDI KASUS
Nasional
adalah
ciri-ciri
atau
sifat-sifat
khas
bangsa
Indonesia
yang
menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi diantara warga negara indonesia jika setiap
warga negara menyadari dan mengimplementasikan nilai-nilai identitas nasional yang telah
ada. Namun dalam pengamatan saya, identitas nasional di negara ini mulai memudar.
Kurangnya rasa nasionalisme dan rasa satu indonesia membuat identitas nasional negara ini
menjadi kacau atau disebut krisis identitas nasional. Salah satu definisi nasionalisme yaitu
menurut Arif Budiman nasionalisme adalah persatuan secara kelompok dari suatu bangsa
yang mempunyai sejarah yang sama, bahasa yang sama dan pengalaman yang sama. Sejarah
mengenai nasionalisme di indonesia dimulai dari berdirinya organisasi Budi Utomo pada
tahun 1908 yang menjadi tonggak berdirinya organisasi-organisasi pemuda pada saat itu.
Saat ini dapat kita lihat bahwa indonesia telah mengalami krisis identitas nasional. Banyak
penduduk indonesia telah melupakan unsur unsur kebudayan yang merupakan basis dari
identitas nasional suatu bangsa. Contohnya yaitu budaya barat yang masuk ke indonesia
melalui globalisasi telah banyak mengubah pola hidup generasi muda saat ini, salah satunya
yaitu melupakan kultur budaya bangsa indonesia sendiri. Ada puluhan budaya yg telah
diklaim oleh negara sebelah. Dan berikut ini daftarnya :
1. Naskah Kuno dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
2. Naskah Kuno dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
3. Naskah Kuno dari Sulawesi Selatan oleh Pemerintah Malaysia
4. Naskah Kuno dari Sulawesi Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
5. Rendang dari Sumatera Barat oleh Oknum WN Malaysia
6. Lagu Rasa Sayang Sayange dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
7. Tari Reog Ponorogo dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
8. Lagu Soleram dari Riau oleh Pemerintah Malaysia
9. Lagu Injit-injit Semut dari Jambi oleh Pemerintah Malaysia
10. Alat Musik Gamelan dari Jawa oleh Pemerintah Malaysia
11. Tari Kuda Lumping dari Jawa Timur oleh Pemerintah Malaysia
12. Tari Piring dari Sumatera Barat oleh Pemerintah Malaysia
13. Lagu Kakak Tua dari Maluku oleh Pemerintah Malaysia
14. Lagu Anak Kambing Saya dari Nusa Tenggara oleh Pemerintah Malaysia
15. Motif Batik Parang dari Yogyakarta oleh Pemerintah Malaysia
16. Badik Tumbuk Lada oleh Pemerintah Malaysia
17. Musik Indang Sungai Garinggiang dari Sumatera Barat oleh Malaysia
18. Kain Ulos oleh Malaysia
19. Alat Musik Angklung oleh Pemerintah Malaysia
20. Lagu Jali-Jali oleh Pemerintah Malaysia
21. Tari Pendet dari Bali oleh Pemerintah Malaysia
sumber budaya-indonesia.org
Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa identitas nasional bangsa indonesia telah
mengalami kelunturan. Hal tersebut ditunjukkan dalam masalah Indonesia-malaysia tersebut.
Dalam kasus ini, saya menyimpulkan bahwa rasa nasionalisme dan identitas bersama sebagai
warga negara indonesia masih sangat kurang. Hal tersebut menyebabkan mudahnya indonesia
dijadikan sasaran dari pihak luar yang bertujuan memecah belah bangsa ini sehingga bangsa
indonesia hancur. Oleh karena lunturnya rasa nasionalisme dan terjadinya krisis identitas
nasional di kalangan rakyat indonesia saat ini terutama generasi muda diharapkan juga peran
serta pemerintah dalam menyelesaikan masalah tersebut selain peran warga negaranya
sendiri. Dari banyaknya kasus-kasus yang mengancam identitas nasional dan kesatuan tanah
air indonesia, maka kita sebagai generasi muda harus berusaha untuk mempertahankan nilainilai budaya yang telah ada dan terus menjaga dan melestarikannya. Kita harus menyadari
bahwa kita sebagai bangsa indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang harus
dipertahankan dan menjadi ciri dari bangsa indonesia, dan kita harus bangga menjadi bagian
dari tanah air kita yaitu Indonesia.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan selalu
memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah sistem
hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional ada empat, yaitu faktor primer,
faktor pendorong, faktor penarik, dan faktor reaktif. Keempat faktor tersebut pada dasarnya
tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah
berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan
bangsa lain.
B. SARAN
Identitas nasional merupakan suatu ciri yang dimiliki oleh bangsa kita untuk dapat
membedakannya dengan bangsa lain. Jadi, untuk dapat mempertahankan keunika-keunikan
dari bangsa Indonesia itu sendiri maka kita harus menanamkan akan cinta tanah air yang
diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap atura-aturan yang telah ditetapkan
serta mengamalkan nilai-nilai yang sudah tertera dengan jelas di dalam pancasila yang
dijadikan sebagai falsafah dan dasar hidup bangsa Indonesia. Dengan keunikan inilah,
Indonesia menjadi suatu bangsa yang tidak dapat disamakan dengan bangsa lain dan itu
semua tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab dan perjuangan dari warga Indonesia itu
sendiri untuk tetap menjaga nama baik bangsanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wikipedia.com
http://www.google.com
http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/identitas-nasional.html