You are on page 1of 14

Archagasvara

Secarik Catatan dan Informasi


Beranda

Jumat, 27 Juni 2014

Pola Ruang, Masa, dan Sirkulasi


1. Latar Belakang

Bangunan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling utama pada masa
sekarang, sama halnya dengan makanan dan kebutuhan pokok lainnya, bangunan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Tanpa adanya suatu bangunan manusia tidak
akan bisa melakukan berbagai aktivitas dalam melakukan kehidupan misalnya seperti tidur,
masak, mandi dan lain sebagainya.
Bangunan merupakan suatu kebutuhan pokok yang tidak mungkin bisa digantikan posisinya
di dalam kehidupan manusia karena berbagai kegiatan manusia akan dilakukan di
bangunan tersebut. Untuk sebagian orang zaman sekarang, sebuah bangunan tidak hanya
sebagai tempat melakukan aktifitas sehari-hari tetapi juga bangunan dapat sebagai gaya
hidup (life style) bagi pemiliknya untuk meningkatkan derajat kehidupan bagi pemiliknya
serta bangunan juga menunjukkan suatu kualitas hidup bagi pemiliknya. Menurut Marcus
Vituvius Pollio, setiap bangunan harus memiliki 3 aspek arsitektur yang mengawali proses
perancangan yaitu fungsi, struktrural (kekokohan), dan keindahan (estetika).
Ketiga elemen tersebut tidak dapat dipisahkan dalam proses perancangan karena ketiganya
memiliki peran yang sangat penting. Ketiga elemen tersebut yang nantinya memberikan
suatu kenyamanan dalam sebuah bangunan yang membuat penghuninya betah untuk
tinggal di dalamnya. Bangunan akan nyaman jika dalam proses perancangannya sudah
memperhitungkan berbagai aspek yang memenuhi seperti pola, sirkulasi, ruang luar. Pola
akan sangat berhubungan dengan penataletakan masa bangunan, yang nantinya akan
memberikan solusi dalam meletakkan bangunan berdasarkan tempat dimana bangunan
akan dibangun.
Sirkulasi akan sangat penting dengan bangunan karena merupakan suatu akses yang
digunakan untuk menuju bangunan baik dengan berjalan kaki dan menggunakan kendaraan
sehingga sirkulasi harus memberikan suatu kenyamanan bagi penggunanya. Ruang luar
nantinya akan sangat berhubungan dengan penataan lansekap yang akan memberikan rasa
nyaman penggunan bangunan baik di dalam maupun di luar bangunan, hal ini yang akan
dipengaruhi oleh elemen-elemen luar.

2.Pola Penempatan Masa Bangunan


Pola merupakan suatu yang mengungkapkan skema organisasi struktural mendasar yang
mencangkup suatu penataletakan masa, baik itu bangunan maupun lingkungan, yang
menciptaan suatu hubungan keseimbnagan dan keselarasan. Untuk jenis pola masa dapat
dibagi menjadi beberapa yaitu (Yadnya, 2012):
a. Monolit (Tunggal)
Dimensi bangunan besar dan tinggi.
Hubungan kegiatan sangat kompak.
Cocok dikembangkan pada tapak pada tapak dengan luas tanah terbatasdan
harga mahal.
Cocok dikembangkan pada tapak yang relatif datar.
Kesan formal.

Gambar 1. Contoh Pola Monolit

b. Kompak
Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.
Hubungan kegiatan kompak.
Cocok dikembangkan pada tapak yang luas terbatas dan hargga mahal
Cocok dikembangkan pada tapak datar.
Kesan informal.

Gambar 2. Contoh Pola Kompak

c. Linear

Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.


Hubungan aktivitas kurang kompak menjadi tidak efisien dan efektif bila panjang
jalur menjadi sangat panjang.
Kurang cocok diterapkan pada tapak yang luas.
Cocok diterapkan pada tapak miring.
Kesan informal dan formal

Gambar 3. Contoh Pola Menyebar Linear

d. Grid (Papan Catur)


Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.
Hubungan aktivitas kurang kompak.
Sangat cocok dikembangkan pada tapak luas.
Sanagt cocok dikembangkan pada tapak datar.
Kesan informal dan monoton.

Gambar 4. Contoh Pola Menyebar Grid

e. Cluster
Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.
Hubungan kegiatan ruang kompak (komunikasi berjenjang antar kelompok jauh
dalam kelompok dekat)
Cocok dikembangkan pada tapak luas.
Cocok dikembangkan pada tapak datar.

Kesan informal.

Gambar 5. Contoh Pola Menyebar Cluster

f. Memusat
Dimensi bangunan menjadi lebih kecil.
Hubungan kegiatan kurang kompak.
Cocok dikembangkan pada tapak luas.
Cocok dikembangkan pada tapak datar.
Kesan informal.

Gambar 6. Contoh Pola Menyebar Memusat

Menurut Dharma Yadnya (2012) pengembangan konsep bentuk dan pola massa pada tapak
memenuhi kreteria: 1) memenuhi tuntutan fungsi bangunan pada tapak, 2) kaidah-kaidah
orientasi, dan 3) kaidah-kaidah estetika berupa irama, tekanan, keseimbangan, proporsi dan
skala. Tidak seluruh bentuk dasar dari massa dapat dikembangkan, pengembangan
disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan kriteria tersebut.
Dharma Yadnya (2012) juga mengemukakan bahwa dalam pengambangan bentuk dasar
massa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni: 1) menggabungkan kedua bentuk
dasar massa baik lingkaran, segitiga dan persegi, dengan penambahan atau pengurangan
dan 2) mengkombinasikan kedua benntuk dasar atau lebih dengan teknik penambahan atau
pengurangan.
Pengembangan pola massa dengan bentuk dasar sama dengan menggunakan teknik
pengurangan dan penambahan.

Gambar 7. Bentuk Segi Empat

Gambar 8. Bentuk Segi Tiga

Gambar 9. Bentuk Lingkaran

Gambar 10. Pengembangan Bentuk Kombinasi

3. Sirkulasi
a. Definisi Sirkulasi
Adapun definisi sirkulasi adalah sebagai berikut:
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008:1361), sirkulasi adalah suatu
peredaran.
2. Menurut Cryill M. Haris (1975) menyebutkan bahwa sirkulasi merupakan suatu pola
lalu lintas atau pergerakan yang terdapat dalam suatu area atau bangunan. Di dalam
bangunan, suatu pola pergerakan memberukan keluwesan, pertimbangan ekonomis,
dan fungsional.
3. Tali yang terlihat dan menghubungkan ruang-ruang dalam suatu bangunan atau tali
yang menghubungkan deretan ruang dalam dan ruang luar secara bersama-sama
(D.K. Chink, 1973).

Sistem sirkulasi adalah prasaran penghubung vital yang menghubungkan berbagai kegiatan
dan penggunaan suatu lahan di atas suatu area dan di dalam bangunan yang
mempertimbangkan aspek fungsional, ekonomis, keluwesan dan kenyamanan (Tofani,
2011).
b. Jenis-jenis Sirkulasi
Logi Tofani (2011) dalam laporan tugas akhirnya, menyebutkan pada dasarnya sirkulasi
dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya, yaitu:
1. Sirkulasi Manusia: Pergerakan manusia akan mempengaruhi sistem sirkulasi dalam
tapak. Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau plaza yang membentuk
hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu diperhatikan,
antara lain lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, lampu jalan, dan fasilitas
penyeberangan (Hari, 2009). Selain itu ada beberapa ciri dari sirkulasi manusia, yakni:
1) kelonggaran dan flaxsibel dalam bergerak, 2) berkecepatan rendah, dan 3) sesuai
dengan skala manusia (Tofani, 2011).
2. Sirkulasi Kendaraan: Aditya Hari (2008) mengungkapkan bahwa secara hierarki
sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi 2 jalur, yakni antara lain: 1) jalur distribusi,
jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat), dan 2) jalur akses, jalur yang
melayani hubungan jalan dengan pintu masuk bangunan.
3. Sirkulasi Barang: Sirkulsi barang umumnya disatukan atau menumpang pada sistem
sirkulasi lainnya. Namun, pada perancangan tapak dengan fungsi tertentu sistem
sirkulasi barang menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Contoh sitem sirkulasi
barang secara hovizontal dan vertikal adalah lift barang, conveyor belt, jalur troli, dan
lain-lain (Rahmah, 2010).
Sistem sirkulasi memiliki dua tujuan, diantaranya yakni (Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
1. Mempunyai maksud tertentu dan berorientasi ke tempat tujuan, lebih bersifat
langsung. Pemakai mengharapkan bahwa perjalanan dalam system ini akan lebih
singkat dan cepat dengan jarak seminimal mungkin.
2. Bersifat rekreasi dengan waktu tidak menjadi batasan. Kenyamanan dan kenikmatan
lebih diutamakan.
Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang suatu sistem
sirkulasi pada bangunan yaitu (Tofani, 2011):
1. Aspek-aspek estetis yang dapat menimbulkan aspek emosional.
2. Perencanaan yang lebih baik pada tingkat keamanannya.
3. Kesan estetis pertama yang diperoleh pada daerah sirkulasi banyak berpengaruh
terhadap banguna secara keseluruhan.
4. Pencapaian ke dalam meyebabkan penerimaan bangunan secara keseluruhan akan
menarik, menyenangkan dan mengejutkan.
5. Pola sirkulasi yang tidak efisien tidak hanya mempertimbangkan ukuran, ruang, skala
monumental, terbuka dan indah secara visual. tetapi pola sirkulasi harus jelas tanpa

penambahan tanda-tanda pengarah orang berjalan.


6. Pencapaian ke dalam hall yang luas dan menarik dengan melalui sebuah pintu yang
tinggi kemudian ke dalam koridor selasar yang bagus akan mengakibatkan nilai
bangunan secara keseluruhan menjadi menarik,menyenangkan dan mengejutkan.
c. Pola Sirkulasi
Pola sirkulasi dapat dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berkut (Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011):
1. Linier: Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan ruang.
Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabangcabang, atau membentuk putaran (loop). Ciri-ciri pola sirkulasi linier, antara lain
(Sofyan, 2010 ; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
Sirkulasi pergerakan padat bila panjang jalan tak terbatas dan hubungan
aktifitas kurang efisien.
Gerakan hanya 2 arah dan memiliki arah yang jelas.
Cocok untuk sirkulasi terbatas.
Perkembangan pembangunan sepanjang jalan.
engarahkan sirkulasi pada titik pusat.

Gambar 11. Pola Sirkulasi Linear

2. Radial: Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah
pusat bersama. Ciri-ciri dari pola sirkulasi radial adalah sebagai beriku (Sofyan, 2010 ;
Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
Orientasi jelas.
Masalah yang ditimbulkan merupakan masalah yang sulit di tanggulangi
Kurang mengindahkan kondisi alam.
Sulit dikombinasikan dengan pola yang lain.
Menghasilkan bentuk yang ganjil.
Menunjang keberadaan monumen penting.
Pergerakan resmi.
Mengarahkan sirkulasi pada titik pusat.

Gambar 12. Pola Sirkulasi Radial

3. Pola Grid: Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling
berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan
ruang segi empat. Ciri-ciri pola sirkulasi grid adalah sebagai berikut (Sofyan, 2010 ;
Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
Memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah sehingga hubungan
aktifitas kompak dan efisien.
Menata grid berdasarkan sistem heararki jalan.
Penataan bangunan di sisi jalan dengan karakter yang berbeda.
Kesan monoton ditanggulangi.
Masalah kurang menginahkan kondisi alam sulit ditanggulangi.
Masalah kemacetan pada titik simpul ditanggulangi dengan mengatur
sirkulasi searah.
Akibat dimensi yang sama pada grid secara visual akan menciptakan
kesan monoton.
Kurang mengindahkan kondisi alam seperti topografi keistimewaan tapak.
Semakin jauh dari simpul jalan pergerakan semakin baik namun pada titik
simpulnya dapat menimbulkan kemacetan akibat banyak arah sirkulasi
yang ditampung pada titik simpul tersebut.
Kepadatan gerakan atau sirkulasi lebih mungkin dihindari.

Gambar 13. Pola Sirkulasi Grid

4. Pola Organik: Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik
tertentu dalam ruang. Ciri-ciri pola sirkulasi organik adalah sebagai berikut (Sofyan,
2010 ; Tofani, 2011 ; Yadnya, 2012):
Peka terhadap kondisi alam.
Ditandai dengan garis-garis lengkungberliku-liku.
Pada tapak yang luas sering membingungkan karena sulit berorientasi.

Gambar 14. Pola Sirkulasi Organik

4. Ruang Luar
a. Definisi Ruang
Pengertian ruang atau space berasal dari bahasa Latin, yakni spatium yang berarti ruangan
atau luas (extent) dan bahasa Yunani, yaitu tempat (topos) atau lokasi (choros) yang
memiliki ekspresi kualitas tiga dimensional. Kata oikos dalam bahasa Yunani yang berarti
pejal, massa dan volume, dekat dengan pengertian ruang dalam arsitektur, sama halnya
dengan kata oikos yang berarti ruangan (room) (Hutagalung, 2010). Ruang mempunyai arti
penting bagi kehidupan manusia. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
baik secara psikologis emosional (persepsi), maupun dimensional. Veronika W.
Prabawasari (2008) melalui diktat[1] menjelaskan definisi ruang adalah sebagai berikut:
1. Imanuel Kant berpendapat bahwa ruang bukanlah sesuatu yang obyektif atau nyata,
tetapi merupakan sesuatu yang subyektif sebagai hasil pikiran dan perasaan manusia.
2. Plato berpendapat bahwa ruang adalah suatu kerangka atau wadah dimana obyek dan
kejadian tertentu berada.
3. Aristoteles mengatakan bahwa ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi
oleh kejelasan fisik, enclosure yang terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya
dengan jelas dan mudah (Hutagulung, 2010).
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008:1223), ruang adalah sela-sela
antara dua (deret) tiang atau sela-sela antara empat tiang (di bawah kolong rumah).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ruang adalah suatu wadah yang tidak nyata
akan tetapi dapat dirasakan oleh manusia. Perasaan persepsi masing-masing individu
melalui penglihatanya penciumanya pendengaran dan penafsirannya. Untuk menyatakan

bentuk dunianya, manusia menciptakan ruang tersendiri dengan dasar fungsi dan
keindahan yang disebut Ruang Arsitektur. Ruang Arsitektur menyangkut (Prabawasari, 2008
; Hutagalung, 2010):
b. Ruang Dalam
Ruang dalam dibatasi oleh tiga bidang, yaitu alas atau lantal, dinding, dan langit-langit atau
atap. Perlu diingat bahwa dalam beberapa hal, ruang dalam sulit untuk dibedakan tiga
bidang pembatas yang terjadi, misalnya pada konstruksi shell karena dinding dan atap
menjadi satu.
c. Ruang Luar
Ruang yang terjadi dengan membatasi alam hanya pada bidang alas dan dindingnya,
sedangkan atapnya dapat dikatakan tidak terbatas. Sebagai lingkungan luar buatan
manusia, yang mempunyai arti dan maksud tertentu dan sebagain bagian dari alam
Arsitektur tanpa Atap, tetapi dibatasi oleh dua bidang lantai dan dinding atau ruang yang
terjadi dengan menggunakan dua elemen pembatas. Hal ini menyebabkan bahwa lantai dan
dinding menjadi elemen penting di dalam merencanakan ruang luar (Prabawasari, 2008).
d. Terjadinya Ruang Luar
1. Ruang Hidup
Pengertian dari ruang hidup adalah bentuk yang benar dalam hubungannya
dengan ruang-ruang yang bermutu untuk berkomposisi dengan struktur
yang direncanakan dengan baik. Harus ada hubungannya dengan karakter,
massa dan fungsi dari struktur-struktur seperti itu.
2. Ruang Mati
Ruang mati (death space) dapat disimpulkan sebagai kebalikan daripada
ruang hidup, yaitu Ruang yang terbentuk dengan tidak direncanakan, tidak
terlingkup dan tidak dapat digunakan dengan baik. (ruang yang terbentuk
tidak dengan disengaja atau ruang yang tersisa). Ruang mati bila kita iihat
merupakan ruang yang terbuang percuma. Ruang tersebut tanggung bila
digunakan untuk suatu kegiatan. Sebab terjadinya tidak direncanakan
(Prabawasari, 2008).
Ruang mati dapat pula terjadi karena adanya ruang yang terbentuk antara 2 atau lebih
bangunan, yang tidak direncanakan khusus sebagai ruang terbuka. Masalah ruang mati ini
dapat dipecahkan atau diubah menjadi ruang hidup bila dalam suatu perencanaan tapak,
bangunan-bangunan ditentukan letaknya dengan sebalk-baiknya, dengan memperhatikan
fungsi dan keseimbangan serta segi estetis (Prabawasari, 2008).
Struktur dan ruang yang dihubungkan sebaiknya direncanakan dan diperkembangkan
bersama-sama sebagai suatu sperpaduan yang mengandung arti kepadatan dan
kekosongan kekosongan (soild and void).

e. Ruang Terbuka

Ruang Terbuka pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung kegiatan
aktivitas tertentu dari masyarakat baik secara individu atau secara berkelompok. Bentuk
dari ruang terbuka ini sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Batasan
Pola Ruang Umum terbuka adalah (Prabawasari, 2008):
1. Bentuk dasar daripada ruang terbuka di luar bangunan.
2. Dapat digunakan oieh publik (setiap orang).
3. Memberi kesempatan untuk macam-macam kegiatan
Contoh ruang terbuka adalah jalan, pedestrian, taman, plaza, lapangan terbang, lapangan
olah raga.

Gambar 17. Plaza sebagai Ruang Terbuka

Gambar 18. Pedestrian sebagai Ruang Terbuka

Menurut Ian C. Laurk (dalam Prabawasari, 2008:8) ruang-ruang terbuka dalam lingkungan
hidup yaitu Lingkungan alam dan manusia yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi, antara lain berupa hutan, perkebunan,
pertanian, produksi mineral, petemakan, perairan (reservoir, energi), perikanan dan
sebaginya.

2. Ruang Terbuka sebagai perlindungan terhadap Kekayaan Alam dan Manusia. Misainya
cagar alam berupa hutan, kehidupan lautiair, daerah budaya dan bersejarah.
f. Ruang Terbuka Ditinjau dari Kegiatannya.
1. Ruang terbuka Aktif adalah ruang terbuka yang mengundang unsur-unsur kegiatan di
dalamnya, antara lain: bermain, olah raga, upacara, berkomunikasi dan berjalanejalan.
Ruang ini dapat berupa: Piaza, lapangan olah raga, tempat bermain, penghijauan di
tepi sungai sebagai tempat rekreasi dan lain lain (Prabawasati, 2008 ; Belia, 2010).
2. Ruang Terbuka Pasif adalah ruang terbuka yang didaiamnya tidak mengandung
kegiatan manusia, antara lain berupa penghijauan atau taman sebagai sumber
pengudaraan lingkungan, penghijauan sebagai jarak terhadap rel kereta api dan lain
lain (Prabawasati, 2008 ; Belia, 2010).
g. Ruang Terbuka Ditinjau dari Bentuknya.
Menurut Rob Meyer (dalam Prabawasari, 2008:9), ruang terbuka (Urban Space) secara garis
besar dapat dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Berbentuk memanjang: Umumnya hanya mempunyai batas-batas pada sisi-sisinya,
contohnya: jalanan, sungai dan lain-lain.
2. Berbentuk mencuat: Yang dimaksud dengan bentuk mencuat adatah ruang terbuka ini
mempunyai batas-batas di sekelilingnya, contohnya lapangan, bundaran dan lain-lain.
h. Ruang Terbuka Ditinjau dari Sifatnya.
Berdasarkan sifatnya ada 2 (dua) jenis ruang terbuka, yaitu (Prabawasati, 2008 ; Belia,
2010):
1. Ruang Terbuka Lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat pada suatu
lingkungan dan sifatnya umum. Adapun tata penyusunan ruang ruang terbuka dan
ruangeruang tertutupnya akan mempengaruhi keserasian lingkungan.
2. Ruang Terbuka Bangunan adalah ruang terbuka oieh dinding bangunan dan lantai
halaman bangunan. Ruang terbuka ini bersifat umum atau pribadi sesuai dengan
fungsi bangunannya. Pada dasarnya fungsi dari Ruang terbuka dapat kita Iihat dari 2
(dua) sisil yaitu baik dari kegunaannya sendiri maupun fungsinya secara ekologis
(berkaitan dengan lingkungannya).
i. Ruang Luar Menurut Kesan Fisiknya.
1. Ruang Positif.
Merupakan suatu ruang terbuka yang diolah dengan perletakkan massa
bangunan atau obyek tertentu melingkupinya akan bersifat positif.
Biasanya terkandung kepentingan dan kehendak manusia. Ruang positif
sama dengan ruang hidup.

2. Ruang Negatif.
Merupakan ruang terbuka yang menyebar dan tidak berfungsi dengan jelas
dan bersifat negatif. Biasanya terjadi secara spontan tanpa kegiatan
tertentu. Setiap ruang yang tidak direncanakan, tidak dimaksudkan untuk
kegunaan manusia merupakan Ruang Negatif. Ruang negatif sama dengan
ruang mati.

5. Referensi

Ashihara, Yoshinobu. 1981. Exterior Design in Architecture. New York: Van Nostrand Reinhold.

Belia, Anes., Solikhah, Ely. 2010. Analisa Alun Alun Kota Tegal 2. Diploma Desain Arsitektur: UNDIP (Tidak dipublikasikan).

D.K. Chink, Francis. 1973. Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya, Jakarta: Erlangga.
Hari, Aditya. 2009. Tapak Landscape Sistem Sirkulasi : What would you do with this Room. Diakses pada 9 April 2014. http://votemydaily.blogspot.com/2009/10/tapak-lanskap-sistem-sirkulasi.html
Haris, Cryill M. 1975. Dictionary of Architecture and Construction. New York: McGraw-Hill Company.
Hutagalung, Dedek. 2010. Pengertian Ruang. Diakses pada 12 April 2014. http://dedekbaskom.blogspot.com/2010/06/ruang.html

Laporan Tugas Akhir: Tofani, Logi. 2011. Terminal Imbanagara Kabupaten Ciamis. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas
Komputer Indonesia.
Neufert, Ernest. Architect's Data. Second. Dialihbahasakan oleh Sjamsu Amril. Jakarta: Erlangga, 1991.
Prabawasari, V.W., Suparman, Agus. 2008. Tata Ruang Luar. Jakarta: Gunadharma.
Rahmah,
Nadiya.
2010.
Sistem
Sirkulasi
Tapak:
http://nadrasnote.blogspot.com/2010/04/sistem-sirkulasi-tapak.html

Nadras

Note.

Diakses

pada

10

April

2014.

Sofyan, Deden Asep. 2010. Jenis-jenis Sirkulasi. Diakses pada 8 April 2014. http://dedenasepsofyan.blogspot.com/2010/02/jenis-jenispola-sirkulasi.html
Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas.
Yadnya, Dharma. 2012. Konsep Perancangan Tapak. Disampaikan dalam Perkuliahan Teori & Metode Perancangan Arsitektur 2. Denpasar:
Tidak diterbitkan.

_________________________________________________
[1] Pendidikan dan penataran, bahan ajar untuk suatu matakuliah yang ditulis dan disusun
oleh pengajar matakuliah tersebut.
Angga Iswara Pukul 03.14
Berbagi

3 komentar:
Anonim 7 Oktober 2016 05.20
mana gambarnya? tolong dicarikan pengganti gambar yang telah dihapus terimakasih.
Balas
Balasan
Angga Iswara

22 Oktober 2016 08.32

Terimakasih sudah cek..


Balas

Angga Iswara

22 Oktober 2016 08.32

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.


Balas

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai:

Publikasikan

Mochammad Faisal (Google)

Keluar

Beri tahu saya

Pratinjau

Beranda

Lihat versi web


Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like