You are on page 1of 8

TUGAS MATA KULIAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

NAMA :
SITI MASITHA DEWI
NIM :
A01111079
KELAS :
B

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2014

ARTIKEL 1 :
Cinta Laura Bakal Punya Kewarganegaraan Ganda?
Rabu, 22 Agustus 2012 15:01 |
Kapanlagi.com - Beberapa waktu lalu sempat beredar kabar bahwa Cinta Laura akan segera
pindah kewarganegaraan. Namun ternyata telah terjadi salah pengertian, dan sang ibu pun
meluruskan berita tersebut.
"Jadi gini, kan nanti kalo umur 21 tahun, Cinta kan harus memilih antara warga negara
Indonesia atau warga negara Jerman.Tapi hasil kongres kemaren di Los Angeles, semua anak
campur, apalagi berprestasi di luar negeri, akan diberikan kewarganegaraan ganda," papar
ibunda Cinta.
Kini Cinta tak perlu stress, sedih, atau bingung lagi soal kewarganegaraan. "Milih
kewarganegaraan Indonesia kasihan papi, milih kewarganegaraan Jerman kasian mami,"
ungkap sang ibu saat dijumpai di KFC Kawi, malang, beberapa waktu lalu.
Menurut ibunda Cinta, kemungkinan besar, sekarang sedang digodog di DPR untuk
keputusan tersebut."Semua anak campur, apalagi berprestasi di luar negeri, jadi membawa
harum nama bangsa Indonesia, akan diberikan kewarganegaraan ganda," ujarnya.(kpl/dew)

Sumber :
http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/cinta-laura-bakal-punya-kewarganegaraanganda-8e96c4.html

ANALISIS :
Sejak dahulu diakui bahwa keturunan termasuk dalam status personal.Negara - negara
common law berpegang teguh pada prinsip domisili ius soli.Sedangkan negara-negara civil
law berprinsip pada domisili ius sanguitis.
Biasanya hukum yang dipakai adalah hukum personal dari ayahnya sebagai kepala keluarga
pada masalah-masalah keturunan secara sah. Hal ini merupakan sebuah kesatuan hukum
dalam keluarga dan demi kepentingan kekeluargaan, serta demi stabilitas dan kehormaan
sang isteri dan hak - hak matrialnya.
Sistem kewarganegaraan dari ayah adalah yang terbanyak digunakan di negara-negara lain,
misalkan Jerman. Dalam hal ini Cinta laura mengalami masalah tentang status
kewarganegaraannya yang timbul karena melihat status kewarganegaraannya.
Melihat kasus tersebut perolehan kewarganegaraan Cinta Laura diperoleh saat mengijak usia
dewasa yakni 21 tahun yang mana Cinta Laura harus mementukan kewarganegaraannya. Bila
mengikuti peraturan yang lama kewarganegaraan anak dibawah umur mengikuti
kewarganegaraan ayahnya. Namun setelah umur 17 tahun ia dapat menentukan sendiri
kewarganegaraan yang ia inginkan. Dalam peraturan baru anak dalam perkawinan campuran
saat dibawah pengampuan atau belum dewasa dapat mengikuti kewarganegaraan ibu atau
ayahnya, dan pada saat umur 21 tahun atau menginjak dewasa ia diwajibkan untuk
menentukan kewarganegaraannya.

ARTIKEL 2 :
Satu Anak Dua Negara
by : Achyar Ulul Amri
Sejumlah perempuan yang menikah dengan warga negara asing menuntut pemerintah segera
mengsahkan Undang-Undang Kewarganegaraan Ganda Terbatas Bagi Anak-anak.
Bulan April ini Auk Murat,Sophia Latjuba dan Anne J. Cotto tengah harap-harap cemas.
Mereka menunggu realisasi pemerintah yang bisa menenteramkan hati mereka yang was-was
akan status anak.
Ketiga artis itu hanyalah sedikit orang dari sekian banyak perempuan Indonesia yang
menikah dengan warga negara asing (WNA).Karena berprofesi sebagai artis, media menyorot
mereka.Namun sesungguhnya tidak hanya perempuan warga negara Indonesia (WNI)
berprofesi artis yang menikah dengan pria WNA.
Selama ini, menurut sistem kewarganegaraan di Indonesia, anak yang lahir dari ayah WNA
secara otomatis mengikuti kewarganegaraan ayahnya.Dalam banyak kasus, si ibu yang WNI
seringkali kesulitan mendapat hak asuh atas anaknya tersebut.
Inilah yang diperjuangkan Auk Murat dan teman-temannya di KPC Melati (Keluarga
Perkawinan Campuran Melalui Tangan Ibu). Berbagai kantor pemerintahan dan juga gedung
wakil rakyat sudah mereka datangi, guna meminta perubahaan Undang-Undang (UU) Nomor
62/1958 tentang Kewarganegaraan. UU tersebut sudah seharusnya diadakan perubahan,
ujarnya, saat diundang DPR untuk masalah ini, Februari lalu.
Seperti ditulis majalah Gatra, ia demikian gigih memperjuangkan hak asuh anaknya yang
masih di bawah umur, Nicola dan Tantiana, hasil pernikahannya dengan seorang pria WNA.
Dalam perjuangannya tersebut, Auk juga mendapatkan dukungan dari sejumlah wanita
senasib, guna mengubah UU yang mengatur status warga negara seorang anak yang lahir dari
bapak WNA. Menurutnya, anak adalah salah satu dari kelompok rentan yang harus dan
wajib, bagi negara untuk melindungi mereka, sehingga mereka dapat meraih masa depan
tanpa keterbatasan.

Auk, 35 tahun, mantan peragawati era 90-an yang kini menjadi perancang sepatu itu
menyadari bahwa birokrasi yang harus dilalui tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Misi kami, hati nurani kami berkata sampai perjuangan ini bisa kami lihat hasilnya,
katanya.
Senada dengan Auk, artis sinetron Anne J. Cotto juga menginginkan UU Kewarganegaraan
Ganda Terbatas untuk anak-anak perkawinan campuran itu segera disahkan. Sampai saat ini,
ia mengaku belum siap untuk memiliki anak karena hukum yang berlaku untuk
kewarganegaraan sang anak, menjadikan Anne berpikir ulang untuk memiliki momongan.
Segera disahkan, Kewarganegaraan ganda terbatas artinya bagi anak-anak yang masih di
bawah umur diberi kesempatan untuk memperoleh kewarganegaraan dari ayah atau ibunya.Ia
baru akan menentukan pilihan definitif pada saat mencapai usia dewasa.
Keinginan Auk dan teman-temannya di KPC Melati nampaknya akan membuahkan hasil.
Karena menurut kabar yang beredar, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan
menandatangani Undang-Undang ini pada bulan April ini.
Pada 1 Februari lalu, Panja DPR menyetujui untuk memasukkan usul kewarganegaraan ganda
terbatas bagi anak-anak hasil perkawinan perempuan WNI dengan pria WNA ke dalam revisi
Undang-Undang No. 62 Tahun 1958.DPR memang sedang melakukan pembahasan atas
perubahan Undang-Undang tentang Kewarganegaraan itu di tingkat Panja.
Anggota Panja Prof. Rustam E. Tamburaka berjanji akan terus memperjuangkan sistem
kewarganegaraan ganda terbatas hingga ke tahap pembahasan yang lebih tinggi. Anak yang
dilahirkan itu adalah anak-anak ibu juga, ujar anggota Fraksi Partai Golkar itu.
Selain itu, penentuan batas usia dewasa sempat menjadi pembahasan yang cukup dilematis,
apakah 18 atau 21 tahun. Penentuan batas usia penting karena menyangkut waktu penentuan
pilihan kewarganegaraan bagi anak hasil perkawinan campuran, apakah akan ikut ayah atau
ibunya.
Guru besar hukum perdata internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia Zulfa Djoko
Basuki mengakui sistem hukum Indonesia masih menggunakan parameter yang berbeda-beda
tentang kedewasaan. Apalagi tiap negara bisa saja menggunakan ukuran yang berbeda.
Di Jerman, misalnya, seseorang baru bisa memilih salah satu kewarganegaraannya lima tahun
setelah dewasa. Jadi, sekitar usia 23 tahun. Usia itu dianggap sudah matang bagi seseorang
menentukan pilihan kewarganegaraan. Berkaitan dengan perkawinan campuran, Prof. Zulfa
menyarankan untuk mengacu kepada Konvensi PBB tentang hak anak.RH (Berita Indonesia
12)***

Sumber :http://www.beritaindonesia.co.id

ANALISIS :
Indonesia menganut asas kewarganegaraan tunggal, dimana kewarganegaraan anak mengikuti
ayah, sesuai pasal 13 ayat (1) UU No.62 Tahun 1958 :
Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan
hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarga-negaraan
Republik Indonesia, turut memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia setelah ia
bertempat tinggal dan berada di Indonesia. Keterangan tentang bertempat tinggal dan berada
di Indonesia itu tidak berlaku terhadap anak-anak yang karena ayahnya memperoleh
kewarga-negaraan Republik Indonesia menjadi tanpa kewarga-negaraan.
Dalam ketentuan UU kewarganegaraan ini, anak yang lahir dari perkawinan campuran bisa
menjadi warganegara Indonesia dan bisa menjadi warganegara asing :
1.

Menjadi warganegara Indonesia


Apabila anak tersebut lahir dari perkawinan antara seorang wanita warga negara asing
dengan pria warganegara Indonesia (pasal 1 huruf b UU No.62 Tahun 1958), maka
kewarganegaraan

anak

mengikuti

ayahnya,

kalaupun

Ibu

dapat

memberikan

kewarganegaraannya, si anak terpaksa harus kehilangan kewarganegaraan Indonesianya.


Bila suami meninggal dunia dan anak anak masih dibawah umur tidak jelas apakah istri
dapat menjadi wali bagi anak anak nya yang menjadi WNI di Indonesia. Bila suami (yang
berstatus pegawai negeri)meningggal tidak jelas apakah istri (WNA) dapat memperoleh
2.

pensiun suami.
Menjadi warganegara asing
Apabila anak tersebut lahir dari perkawinan antara seorang wanita warganegara Indonesia
dengan warganegara asing.Anak tersebut sejak lahirnya dianggap sebagai warga negara
asing sehingga harus dibuatkan Paspor di Kedutaan Besar Ayahnya, dan dibuatkan kartu
Izin Tinggal Sementara (KITAS) yang harus terus diperpanjang dan biaya pengurusannya
tidak murah. Dalam hal terjadi perceraian, akan sulit bagi ibu untuk mengasuh anaknya,
walaupun pada pasal 3 UU No.62 tahun 1958 dimungkinkan bagi seorang ibu WNI yang
bercerai untuk memohon kewarganegaraan Indonesia bagi anaknya yang masih di bawah
umur dan berada dibawah pengasuhannya, namun dalam praktek hal ini sulit dilakukan.

Masih terkait dengan kewarganegaraan anak, dalam UU No.62 Tahun 1958, hilangnya
kewarganegaraan ayah juga mengakibatkan hilangnya kewarganegaraan anak-anaknya
yang memiliki hubungan hukum dengannya dan belum dewasa (belum berusia 18 tahun
atau

belum

menikah).Hilangnya

kewarganegaraan

ibu,

juga

mengakibatkan

kewarganegaraan anak yang belum dewasa (belum berusia 18 tahun/ belum menikah)
menjadi hilang (apabila anak tersebut tidak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya).
Menurut UU Kewarganegaraan Baru :
1.

Pengaturan Mengenai Anak Hasil Perkawinan Campuran


Undang-Undang kewarganegaraan yang baru memuat asas-asas kewarganegaraan
umum atau universal. Adapun asas-asas yang dianut dalam Undang-Undang ini
sebagai berikut:
1)
Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran.
2)
Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan

negara

tempat kelahiran, yang

diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini.
3)
Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu
4)

kewarganegaraan bagi setiap orang.


Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur

dalam Undang-Undang ini.


Undang-Undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan ganda
(bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan (apatride).Kewarganegaraan ganda yang
diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini merupakan suatu pengecualian.
Mengenai hilangnya kewarganegaraan anak, maka hilangnya kewarganegaraan ayah
atau ibu (apabila anak tersebut tidak punya hubungan hukum dengan ayahnya) tidak
secara otomatis menyebabkan kewarganegaraan anak menjadi hilang.
2.
Kewarganegaraan Ganda Pada Anak Hasil Perkawinan Campuran
Berdasarkan UU ini anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI dengan pria
WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA dengan pria
WNI, sama-sama diakui sebagai warga negara Indonesia.
Anak tersebut akan berkewarganegaraan ganda , dan setelah anak berusia 18 tahun
atau sudah kawin maka ia harus menentukan pilihannya. Pernyataan untuk memilih

tersebut harus disampaikan paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun
atau setelah kawin.
Pemberian kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru yang positif bagi
anak-anak hasil dari perkawinan campuran. Namun perlu ditelaah, apakah pemberian
kewaranegaraan ini akan menimbulkan permasalahan baru di kemudian hari atau
tidak. Memiliki kewarganegaraan ganda berarti tunduk pada dua yurisdiksi.

You might also like