You are on page 1of 28

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA MARGINALIS


Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi
di RSUD Kota Semarang

Disusun oleh:
Hana Mitayani (012116403)
Rizkyana Puspita Rini (012116514)

Pembimbing:
dr. Cipta Pramana, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD KOTA SEMARANG
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015

BAB II
LAPORAN KASUS

1.

2.

IDENTITAS
Nama

: Ny. A

Usia

: 23 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Kepoh R02/04 Gunung Pati, Semarang

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Pendidikan Terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Karyawan Swasta

No RM

: 340947

Tanggal Masuk RS

: 29 Oktober 2015

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 Oktober 2015 di

bangsal Srikandi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang.


1.

Keluhan Utama
Keluar darah merah segar dari jalan lahir sejak pagi jam 05.30

2.
3.

Keluhan Tambahan
Pusing dan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Semarang pada tanggal 29 Oktober 2015 pukul

07.39 WIB dengan keluhan keluar darah segar dari jalan lahir sejak tadi pagi jam
05.30 tanpa disertai rasa nyeri. Pasien mengeluh pusing dan lemas. riwayat perut
diurut-urut (-), minum obat atau jamu-jamuan sebelumnya(-), post coitus (-), trauma
(-),dan demam (-) disangkal pasien. Pasien mengaku masih merasakan gerak janin,
3

keluar lendir (-) darah (-) air ketuban(-). Kemudian pasien di kirimkan ke bangsal VK
pada pukul 09.00. Sebelumnya pasien belum pernah melakukan pemeriksaan USG,
sehingga pasien diperiksa USG poli kandungan pada jam 10.00 menunjukkan hasil
plasenta previa marginalis.
4.
Riwayat Menstruasi
1. Menarche : 12 tahun
2. Lama
: 7 hari
3.
Siklus
: 28 hari (teratur)
4.
HPHT
: 20 Januari 2015
5.
HPL
: 27 Oktober 2015
5.
6.

Riwayat Menikah: 1x/ usia pertama menikah 23 th/ 6,5bln


Riwayat Obstetri : G1P0A0
Hamil saat ini

7. Riwayat ANC
8.
9.

: 4x / Bidan / TT (1x)/ Belum pernah USG

Riwayat KB
: Riwayat Ginekologi
Mioma (-)
Kista (-)
Abortus (-)

10. Riwayat Operasi: (-)


11.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Riwayat peyakit

diabetes mellitus, hipertensi, alergi, asma, penyakit jantung, anemia dan tbc
disangkal.
12.

Riwayat Penyakit Keluarga


Di dalam keluarga suami pasien menderita TBC. Riwayat penyakit hipertensi,

diabetes mellitus, alergi, asma, dan hepatitis disangkal.

3. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29 oktober 2015
-

a. Status Generalis:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran: Compos mentis
Tanda vital:
Tekanan darah` : 110/80

Nadi
Suhu
RR
Antropometri
BB
TB
BMI
Kepala
Bentuk
Rambut

: 86x/menit
: 36,50C
: 20x/menit
: 63 kg
: 157 cm
: 25,60 (Pre obesitas menurut WHO)
: Normocefali.
: Lebat, hitam, distribusi merata, dan tidak mudah dicabut.

Mata
Palpebra oedem -/-, konjugtiva anemis -/-, sclera ikhterik -/-, pupil isokor, reflex
cahaya +/+, sekret -/-.
Hidung
Bentuk normal, septum ditengah, sekret -/-, concha hipertrofi -/-.
Telinga
Bentuk simetris, liang lapang, mukosa hiperemis, serumen -/-, membran timpani
intake.
Mulut
Mukosa lembab, lidah merah muda,
Tenggorokan
Tonsil T1-T1 tenang, faring hiperemis (-).
Leher
KGB
: Tidak terdapat pembesaran.
Kel. Tiroid
: Tidak terdapat pembesaran.
JVP
: Tidak terdapat pembesaran.
Thorax

Pulmo
Inspeksi

: Hemithorax kanan dan kiri simetris dalam keadaan statis dan

Palpasi

dinamis
: Vokal fremitus kanan dan kiri simetris saat inspirasi dan

Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi

ekspirasi
: Sonor pada kedua lapang paru.
: Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/-, Wheezing -/-.
: Ictus cordis tidak terlihat.
:Ictus

cordis

midclavicularis
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

Auskultasi
Extremitas

teraba

pada

ics

v,1cm

medial

linea

sinistra, thrill (-).

: Sonor, batas jantung normal.


: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
: Normal, simetris kanan dan kiri.
: Supel, NT (-), hepar dan lien tidak teraba.
: Timpani di empat kuadran abdomen, batas atas dan bawah
hepar (N), shifting dullness (-).
: Bising usus (+) normal.

Akral hangat +/+, oedema superior dan inferior -/b. Status Obstetri
- TFU

: 29 cm

- DJJ

: 140x/menit

- His

:-

- Leopold

: Preskep, Puka, U

4.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil laboratorium tanggal 29 Oktober 2015


Hasil

Nilai Rujukan

Hb

10,6

11,7-15,5

Hematokrit

32,40

35-47

Leukosit

11,0

3,6-11,0

Trombosit

305

150-400

GDS

69

70-115

Ureum

19,5

8,0- 20,0

Creatinin

0,6

0,5-0,8

136,0

135-147

3,8

3,5-5,0

Ca

1,23

1,12-1,32

Negatif

Negatif

Kimia klinik

Imunologi
HBSAg

Hasil USG
Tanggal 29 oktober 2015

Kesan: presentasi kepala dengan plasenta previa marginalis


5.

DIAGNOSIS KERJA
G1P0A0 Usia 23 tahun Hamil 39minggu
Janin 1 hidup intrauterin
Preskep, U , puka
Belum inpartu
Plasenta previa marginalis
Perdarahan antepartum

6.
PENATALAKSANAAN
- Rencana terminasi perabdominan (SC CITO)
- Observasi tanda vital, his, perdarahan, dan denyut jantung janin
- Kosongkan kandung kemih

Laporan Operasi (29 Oktober 2015)


-

Jam 14.30 : Operasi dimulai


Jam 14.40 : Lahir bayi hidup, jenis kelamin perempuan, BB 2.800gr, AS 9,10,10
Jam 15.10 : Operasi selesai.

Advice Post SC:


Awasi TTV
IVFD RL/D5 + 1 ampul oxytocin 20 tpm
Injeksi ketorolak 1ampul/8jam
Injeksi ceftriakson 2x1gr/12 jam
Mobilisasi bertahap
Co-amoxiclav 3x1
Asam mefenamat 3x1
Bc/c 3x1
SF 3x1

7. PROGNOSIS (Ibu dan bayi)


Ad vitam
: Ad Bonam
Ad fungsionam : Ad Bonam
Ad sanationam : Ad Bonam

8. RESUME
Seorang perempuan, G1P0A0 Umur 23 tahun hamil 39 minggu datang ke IGD
RSUD Semarang tanggal 29 Oktober 2015 dengan keluar darah segar dari jalan lahir
sejak jam 05.30 pagi tanpa disertai rasa nyeri. Darah yang keluar berwarna merah
segar. Pasien juga mengeluh lemas dan pusing. Pasien mengatakan tidak keluar lendir
(-), darah (-), air ketuban (-). Riwayat perut diurut, minum obat atau jamu-jamuan,
post coitus, trauma dan demam disangkal. Kemudian pasien di kirimkan ke bangsal
VK pada pukul 09.00. Sebelumnya pasien belum pernah melakukan pemeriksaan
USG, sehingga pasien diperiksa USG poli kandungan pada jam 10.00 menunjukkan
hasil plasenta previa marginalis.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari jalan lahir setelah usia


kehamilan 28 minggu. Salah satu penyebab perdarahan pada ibu hamil trimester
kedua dan ketiga adalah plasenta previa. Dari hasil anamnesis diatas dapat dipikirkan
bahwa ibu tersebut mengalami plasenta previa dilihat dari keluhan utama yang
dirasakan yakni keluar darah dari jalan lahir. Keluar darah tidak nyeri dan tidak
adanya riwayat trauma juga mendukung diagnosa tersebut. Pada plasenta previa,
keluar darah mulai terjadi pada akhir trimester kedua dan seterusnya dan semakin
lama semakin banyak, hal ini juga yang dirasakan pada ibu ini.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum ibu baik dan kesadaran composmentis.
Dari pemeriksaan dari kepala, thorax, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.
Pada obstetri didapatkan tinggi fundus uteri setinggi 29 cm, DJJ 140x/menit. Dan
pemeriksaan leopold dapat diambil kesimpulan bahwa letak presentasi kepala dengan
punggung disebelah kanan ibu. His belum ada dan janin sudah masuk ke dalam pintu
atas panggul. Dari pemeriksaan inspekulo tampak OUE menutup dan darah mengalir
dari jalan lahir, Sedangkan Pada pemeriksaan penunjang USG didapatkan kesan
presentasi kepala dengan plasenta previa marginalis.
Untuk penatalaksanaan awal pada pasien ini yaitu menghentikan terlebih
dahulu

perdarahannya.

Kemudian

dilakukan

terminasi

kehamilan

secara

perabdominam dengan menimbang bahwa umur janin saat ini aterm dan bayi dapat
hidup di luar kandungan. Penatalaksanaan ini dapat dikatakan tepat karena
kemungkinan perdarahan ibu, jika berlanjut, dapat membahayakan nyawa ibu dan
juga janinnya. Tatalaksana juga dipilih perabdominal karena tepi plasenta berada pada
pinggir OUI

sehingga risiko perdarahan lebih besar jika dilakukan secara

pervaginam.
Penyebab dari terjadinya plasenta previa secara umum masih belum diketahui.
Faktor predisposisi untuk terjadinya plasenta previa diantaranya riwayat sectio
sesaria, multiparitas dan multigravida, usia tua dan merokok.

10

BAB III
FOLLOW UP

S
O
-

29 Oktober 2015 jam 09.00


Keluar darah dari jalan lahir
Tanda Vital:
Ku,kes : baik, CM
TD
: 110/70
Nadi : 84x/menit
Suhu : 37OC
RR
: 20x/menit

Pemeriksaan Fisik:
Ku/kesadaran: baik/ CM
Mata
: SI-/-, CA-/Thorax : C/P dbn
Abdomen
: Bu(+) dbn
Extremitas
:
AD ektremitas superior dan inferior -/- OE ektremitas superior dan inferior -/Status obstetri:
TFU : 29cm
HIS :DJJ : 140 x

G1P0A0 usia 23 tahun Hamil 39


minggu janin 1 hidup intrauterin
preskep, U puka, belum inpartu , PAP
e.c plasenta marginalis
Terapi sesuai advice post sc:
-

29 oktober 2015 jam 15.30


Post SC dari IBS, mual (-)
KU cukup, PPV 20 cm CUT (+)
TFU : pusat, inf. Tetraspan DC lancar
Tanda Vital:
TD
: 110/70
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36OC
RR
: 20x/menit
Pemeriksaan Fisik:
Ku/kesadaran: baik/ CM
Mata
: SI-/-, CA-/Thorax : C/P dbn
Abdomen
: Bu(+) dbn
Extremitas
:
AD ektremitas superior dan inferior -/OE ektremitas superior dan inferior -/-

Status obstetri:
- Cut (+), TFU sepusat.

IVFD RL/D5 + 1 ampul oxytocin


20 tpm
Injeksi ketorolak 1ampul/8jam
Injeksi ceftriakson 2x1gr/12 jam
Mobilisasi bertahap
Co-amoxiclav 3x1
Asam mefenamat 3x1
Bc/c 3x1
SF 3x1

P1A0 Usia 23 tahun post SC ai PAP


e.c plasenta previa marginais

Inf. Tetraspan DC lancar


Observasi KU, TTV,PPV
Monitor cairan infus
Cek Hb

12

S
O
-

Cek Hb

30 Oktober 2015 j 06.00


TAK
Ku/kes, baik,cm
Tanda Vital:
TD
: 100/70
Nadi : 88x/menit
Suhu : 37OC
RR
: 20x/menit
Pemeriksaan Fisik:
Ku/kesadaran: baik/ CM
Mata
: SI-/-, CA-/Thorax : C/P dbn
Abdomen
: Bu(+) dbn

30 Oktober 2015 j 19.00


- T.A.K
Tanda Vital:
TD
: 100/80
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36OC
RR
: 20x/menit

Pemeriksaan Fisik:
Ku/kesadaran: baik/ CM
Mata
: SI-/-, CA-/Thorax : C/P dbn
Abdomen
: Bu(+) dbn

- Extremitas
:
AD ektremitas superior dan inferior -/Extremitas
:
OE ektremitas superior dan inferior -/AD ektremitas superior dan inferior -/OE ektremitas superior dan inferior -/Status obstetri:
- Ppv (+) dbn, Cut (+) keras, TFU 2 jari
Status nifas dan gyn:
di bawah pusat.
ASI
: +/+
PPV
: + (20cc)
Status nifas dan gyn:
- ASI
: +/+
Fl/fx
: + /- PPV
: + ( 20 cc)
Bab/bak : +/+
- Fl/fx
: +/Flaktus
:+
- Bab/bak : +/+
- Flaktus
:+
Status lokalis:

Perban
Rembes
Pus
Darah
Serum

:+
::::-

Status lokalis:

Perban : +
Rembes : Pus
:13

A
P

P1A0 U23Tahun post SC ai pap ec


plasenta previa marginalis h+1
- Observasi ku,ttv
- Cek hb hasil (-)
(terapi lanjut)

P1A0 U23Tahun post SC ai pap ec


plasenta previa marginalis h+1
- Observasi KU
- Beri therapy sesuai program
- Aff infus dan DC

31oktober 2015 J 10.00


S
O

- T.A.K
Tanda Vital:
- TD
: 110/80
- Nadi : 84x/menit
- Suhu : 36,7OC
- RR
: 20x/menit

Pemeriksaan Fisik:
Ku/kesadaran: baik/ CM
Mata
: SI-/-, CA-/Thorax : C/P dbn
Abdomen
: Bu(+) dbn

- Extremitas

Darah : Serum : -

1 november 2015 j 09.00


- T.A.K
Tanda Vital:
TD
: 110/80
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36OC
RR
: 20x/menit

Pemeriksaan Fisik:
Ku/kesadaran: baik/ CM
Mata
: SI-/-, CA-/Thorax : C/P dbn
Abdomen
: Bu(+) dbn

- Extremitas

AD ektremitas superior dan inferior -/OE ektremitas superior dan inferior -/-

AD ektremitas superior dan inferior -/OE ektremitas superior dan inferior -/-

Status Bbstetric:
Status Bbstetric:
- Cut (+) keras, TFU 2 jari di bawah - Cut (+) keras, TFU 2 jari di bawah
pusat.
pusat.
-

Status nifas dan gyn:


ASI
: +/+
PPV
: + (20cc)
Fl/fx
: + /Bab/bak : +/+
Flaktus
:+
Status lokalis:

Status nifas dan gyn:


ASI
: +/+
PPV
: + ( 20 cc)
Fl/fx
: +/Bab/bak : +/+
Flaktus
:+
Status lokalis:

14

A
P

Perban
Rembes
Pus
Darah
Serum

:+
::::-

P1A0 U23Tahun post SC ai pap ec


plasenta previa marginalis h+2
- Terapi lanjut
- Obs BAK

Perban
Rembes
Pus
Darah
Serum

:+
::::-

P1A0 U23Tahun post SC ai pap ec


plasenta previa marginalis h+3
- Ganti Balut
- Boleh pulang
- Tx lanjut

15

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Anatomi Plasenta


Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal
lebihkurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500 gram. Umumnya plasenta terbentuk lengkap
pada kehamilan 16 minggu dengan ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan
kearah korion.
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke
atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus
uteri lebih luas, sehingga lebih banyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat
tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung
darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang
luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas. Darah ibu yang
mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20
minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan
terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu
lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel
berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot
menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih
besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (6).
4.2 Plasenta Normal
Setelah terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma maka sel yang dihasilkan disebut
sebagai zygote. Kemudian terjadi pembelahan pada zygote sehingga menghasilkan apa
yang disebut sebagai blastomers, kemudian morula dan blastokist. Pada tahap-tahap
perkembangan ini, zona pellucida masih mengelilingi. Sebelum terjadinya implantasi,
zona pellucida menghilang sehingga blastosit menempel pada permukaan endometrium.
Dengan menempelnya blastokist pada permukaan endometrium maka blastosit menyatu
dengan epitel endometrium. Setelah terjadi erosi pada sel epitel endometrium, trophoblast
masuk lebih dalam ke dalam endometrium dan segera blastokist terkurung di dalam

15

endometrium. Implantasi ini terjadi pada daerah endometrium atas terutama pada dinding
posterior dari uterus
Endometrium sendiri sebelum terjadinya proses di atas terjadi perubahan untuk
menyiapkan diri sebagai tempat implantasi dan memberi makan kepada blastokist yang
disebut sebagai desidua. Setelah terjadi implantasi desidua akan dibedakan menjadi:
1. Desidua basalis: desidua yang terletak antara blastokist dan miometrium
2. Desidua kapsularis: desidua yang terletak antara blastokist dan kavum uteri
3. Desidua vera: desidua sisa yang tidak mengandung blastokist
Bersamaan dengan hal ini pada daerah desidua basalis terjadi suatu degenerasi
fibrinoid, yang terletak diantara desidua dan trofoblast untuk menghalangi serbuan
trofoblast lebih dalam lagi. Lapisan dengan degenerasi fibrinoid ini disebut sebagai lapisan
Nitabuch
Pada perkembangan selanjutnya, saat terjadi persalinan, plasenta akan terlepas dari
endometrium pada lapisan Nitabuch tersebut.
4.3 Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum

(2,3)

. Sejalan dengan

bertambah membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah proksimal
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Plasenta
previa dibagi menjadi: (2,5)
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium
uteri internum
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri
internum
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium
uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal.

16

Gambar 1. Plasenta normal dan plasenta previa

Gambar 2. Klasifikasi plasenta previa

Ada juga literatur yang membagi plasenta previa dengan menggunakan pembagian
grade I sampai grade IV, namun pada dasarnya pembagian tersebut tidaklah berbeda jauh.
Tabel 1. Pembagian plasenta previa
Grade
I

Deskripsi
Plasenta berada pada segmen bawah rahim tetapi tepi terbawah

II

tidak mencapai ostium uteri internum


Tepi terbawah dari plasenta letak rendah mencapai ostium uteri

III
IV

internum tetapi tidak menutupinya


Plasenta menutupi ostium uteri internum tetapi asimteris
Plasenta menutupi ostium uteri internum secara simetris

Dikutip dari Konje JC, Taylor DJ

Faktor predisposisi:
Beberapa faktor predisposisi terjadinya plasenta previa adalah sebagai berikut:

17

a. Multiparitas dan umur lanjut ( 35 tahun).


b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat perubahanatrofik dan
inflamatorotik.
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan (SC,Kuret, dll)
d. Chorion leavepersisten.
e. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerimahasil
konsepsi.
f. Konsepsi dan nidasi terlambat.
g. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritoblastosis atau hidrops fetalis.
Faktor resiko (5)

Riwayat plasenta previa sebelumnya

Kehamilan ganda

Riwayat SC

Umur ibu yang telah lanjut

Riwayat aborsi

Multiparitas

Diagnosa Banding

Solutio palcenta

Karsinoma serviks

Vasa previa

DIC

Laserasi vagina/serviks

18

Perdarahan karena laserasi serviks atau vagina dapat dilihat dengan

inspekulo.Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin


berinsersi dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban. Hal ini dapat menyebabkan
ruptur pembuluh darah yang mengancam janin. Pada pemeriksaan dalam vagina diraba
pembuluh darah pada selaput ketuban. Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan
inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan
denyut jantung janin yang tidak beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila
perdahan terjadi ketika atau beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.

4.4

Epidemiologi

Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan
pada usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada
beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan insidennya berkisar 1,7%
sampai dengan 2,9%. Di negara maju insidennya lebih rendah yaitu kurang dari 1%
mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi (1,2).

4.5

Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum

diketahui secara pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua
di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang yang mungkin. Teori lain
mengemukakan salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak
memadai mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia
lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kuret, miomektomi, dan sebagainya
berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang
semuanya dapat dipandang sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa. Cacat
bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada
perempuan perokok dijumpai insiden plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat.
Hipoksemia akibat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan
plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar
seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum (2,4).

4.6

Manifestasi Klinik

Ciri yang menonjol dari plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melaui
vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir trimester kedua ke
atas. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan
kembali terjadi tanpa sesuatu sebab yang jelas setetah beberapa waktu kemudian, jadi
berulang. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan lebih banyak bahkan seperti
mengalir. Pada plasenta letak rendah baru terjadi pada waktu mulai persalinan; perdarahan
bisa sedikit sampai banyak mirip pada solutio plasenta. Perdarahan diperberat berhubung
segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen atas rahim. Dengan
demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pascapersalinan. Perdarahan juga bisa
bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada plasenta previa lebih rapuh
dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran
plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi plasenta akreta
(2,3)

Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi abdomen

sering ditemui bagian terendah janin masih tinggi di atas simpisis dengan letak janin tidak
dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan
perut tidak tegang.

4.7

Patofisiologi Plasenta Previa


FaktorPendukung

Multiparitas

, gemeli

Usia ibu saat


kehamilan

Kelainan pada
rahim (atrofi, cacat)

Riwayat
kehamilan

Merokok

Implantasi abnormal

Implantasi embrio
(embryonic plate)
padabagianbawah
(kauda) uterus
Isthmus uteri tertarik
(melebar)menjadi dinding
cavum uteri (SBR/ Segmen
Bawah Rahim )

Desidua lepas
dari plasenta

Laserasi

Dinding
rahim
tipis

Mudah diinvasi oleh

pertumbuhan
trofoblas

Plasenta akan
melekat
lebih kuat

Plasenta
berkembang
menutupi ostium
interna
tidak dapat
Lahir
normal (lahir
sesar)

Perdarahan

Servik
membuka
dan
mendatar
Cemas

Hipovolemi
a
anemia
Perubahan
perfusi jaringan
hipoksia

Bayi lahir dengan


BB rendah/
kematian (gawat
janin)

Kekurang
an
volume
cairan
Resiko
cedera

4.8

Diagnosis Plasenta Previa

Diagnosis plasenta previa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan


beberapa pemeriksaan: (2)
1. Anamnesis
Gejala pertama ialah perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada
kehamilan lanjut (trimester III). Sifat perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa
nyeri (painless), dan berulang (recurrent). Perdarahan timbul sekonyong-konyong
tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi
hari tanpa disadari tempat tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang
dengan volume yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar:
Inspeksi (penglihatan)
- Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit, darah

beku dan sebagainya


Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan anemis (pucat)
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
Sering dijumpai kesalahan letak janin
Bagian terbawah janin belum turun , apabila letak kepala, biasanya kepala masih

goyang atau terapung (floating) atau mengolak di atas pintu atas panggul
Bila cukup pengalaman, dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah

rahim terutama pada ibu yang kurus.

Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk dilakukan


kecuali fasilitas operasi segera tersedia.

Pemeriksaan dengan Alat:


Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal

dari OUE atau dari kelainan serviks dan vagina,seperti erosion porsionis
uteri,karsinoma porsinis uteri,polipus serviks uteri,varieces vulva dan trauma.
Apabila perdarahan berasal dari OUE,adanya plasenta previa harus dicurigai.

Penentuan letak plasenta tidak langsung

Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

radiografi,radiosotopi dan ultrasonografi.


- Pemeriksaan USG
a. Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai 100 %
identifikasi plasenta previa
b. Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
c. MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta, inkreta, dan
-

plasenta perkreta.
Perabaan fornices

Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam presentasi kepala.


Pemeriksaan melalui kanalis sevikalis

Apabila kanalis servikalis telah terbuka,perlahan-lahan jari telunjuk


dimasukkan ke dalam kanalis servikalis dengan tujuan kalau meraba kotiledon.

4.9 Penatalaksanaan Placenta Praevia


1.

Perbaiki kekurangan cairan atau darah dengan infuse NaCl 0,9% atau RL

2.

Lakukan penilaian jumlah darah

Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus,persiapkan SC tanpa memperhitungkan


usia kehamilan

Jika perdarahan sedikit atau sedikit dan fetus hidup tetapi prematur pertimbangkan
terapi ekspetatif sampai persalinan atau terjadi perdarahan banyak

Terapi Ekspektatif
Terapi ini dilakukan kalau janin masih kecil hingga kemungkinan hidup di dunia
luar baginya kecil sekali. Sikap ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan
ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali.Dulu anggapan kita ialah bahwa
kehamilan dengan placenta previa harus segera diakhiri untuk menghindarkan perdarahan
yang fatal. Tapi sekarang terapi dapat dilakukan dengan alasan: (2,6)
1. Perdarahan pertama pada placenta previa jarang fatal
2. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas
Syarat :
-

Kehamilam preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti

Belum ada tanda inpartu,keadan umum ibu cukup baik (Hb dalam batas
normal)

Janin masih hidup

Rawat inap,tirah baring dan berikan AB Profilaksis

Pemeriksaan USG

Perbaiki anemia dengan Sulfat Ferosus atau Ferosus Fumarat per oral
60 mg selama 1 bulan

Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih


lama pasien dapat rawat jalan dengan pengawasan

Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan


janin untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi
kehamilan
Tindakan yang kita pilih untuk pengobatan placenta previa dan kapan

melaksanakannya tergantung pada factor-faktor tersebut di bawah ini :


-

Perdarahan banyak atau sedikt


Keadaan Ibu dan anak
Besarnya pembukaan

Tingkat placenta praevia


Paritas

Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil nullipara dan tingkat


placenta praevia yang berat mendorong kita melakukan SC, sebaliknya
perdarahan yang sedang, pembukaan yang sudah besar, multiparitas dan
tingkat placenta praevia yang ringan dan anak yang mati mengarahkan pada
usaha pemecahan ketuban.
Pada perdarahan yang sedikit dan anak yang masih kecil dipertimbangkan
terapi ekspektatif. Perlu dikemukakan cara manapun yang diikuti, persediaan darah
yang cukup sangat menentukan.

Terapi aktif
1.

Rencanakan terminasi kehamilan jika:

Janin matur

Janin mati/menderita anomaly atau keadaan yang mengurangi


kelangsungan hidupnya

2.

Jika terdapat plasenta letak rendah dan perdarahan yang terjadi sangat
sedikit,persalinan pervaginam masih mungkin,jika tidak dilakukan SC

3.
-

Jika persalinan dengan SC dan trjadi perdarahan dari tempat plasenta:


Jahit tempat perdarahan dengan benang
Pasang infuse oksitosin 10 unit NaCl atau RL dengan kecepatan 60 tetes

4.

Jika perdarahan terjadi pasca persalinan,segera lakuakn penanganan


yang sesuai (ligasi arteri atau histerektomi)

1.
-

Cara-cara vaginal terdiri dari :


Pemecahan ketuban
Versi Braxton Hicks
Cunam Willet
Pemecahan Ketuban
Pemecahan ketuban dapat dilakukan pada placenta letak rendah, placenta

praevia marginalis dan placenta praevia lateralis yang menutup ostium kurang dari

setengah bagian. Kalau pada placenta praevia lateralis, placenta terdapat di sebelah
belakang maka lebih baik dilakukan SC karena dengan pemecahan ketuban kepala
kurang menekan pada placenta, karena kepala tertahan promontorium yang dalam hal
ini dilapisi lagi oleh jaringan placenta.Pemecahan ketuban dapat menghentikan
perdarahan karena :
-

Setelah pemecahan ketuban uterus mengadakan retraksi hingga kepala anak

menekan pada placenta


Placenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat mengikuti gerakan dinding
rahim hingga tidak terjadi pergeseran antara placenta dan dinding rahim.

Versi Braxton Hicks


Maksud dari perasat Braxton Hicks ialah temponnade placenta dengan

bokong. Versi Braxton hicks biasanya dilakukan pada anak yang sudah mati, karena
kalau dilakukan pada anak yang masih hidup, anak ini pasti akan lahir mati.
Mengingat bahayanya, yaitu robekan pada cervix dan pada segmen bawah rahim.

Traksi dengan Cunam Willet


Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban
secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan
placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini
biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.

2. Sectio Caesarea
Maksud Sectio Caesarea adalah :
-

Mempersingkat lamanya perdarahan


Mencegah terjadinya robekan cervix dan segmen bawah rahim.
Robekan mudah terjadi, karena cervix dan segmen bawah rahim pada placenta
praevia banyak mengandung pembuluh-pembuluh darah.SC dilakukan pada
placenta praevia totalis dan pada placenta praevia lainnya jika terjadi perdarahan
hebat.

4.10

Komplikasi

Komplikasi pada janin

BBLR

Malformasi

Anemia

Partus prematurus

Perdarahan pasca persalinan

Pertumbuhan

terhambat

Komplikasi pada ibu


Perdarahan masif

Anemia fetus

janin

Komplikasi tindakan SC
Prolaps tali pusat
Prolaps placenta
Placenta acreta
Robekan jalan lahir

DAFTAR PUSTAKA

1. Joy,

Saju.

September

2015.

Placenta

Previa.

Diakses

dari

http://emedicine.medscape.com/article/262063-overview#showall
2. Chalik, T.M.A., Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam :
Prawirohardjo, Sarwono., 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan I. Jakarta :
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Leveno, Kenneth J at al. 2009. Obstetri Williams panduan ringkas Ed 21. Jakarta:
EGC
4. Mochtar, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I & II Edisi 2. EGC, Jakarta.
5. Rosenberg Tom, Pariente Pali. Critical Analysis of Risk Factor and Outcome of
Placenta Previa. Arch Gynecol Obstest.2011;284(1):47-51.
6. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
7. P.J. Conroy,M.D., Caesarean Section for Placenta Previa. Boston Medical
Surgery, New England Journal of Medicine .2013
8. William T.Van Huysen, M.D., Placenta previa of a Succenturiate Lobe. New
England Journal of Medicine. 2012.

You might also like