You are on page 1of 3

Studi Depresi dan kualitas hiduppada pasien hemodialisa: berdasarkan

Pengalaman Masyarakat Mesir

ABSTRAK
Tujuan Depresi merupakan hal yang biasa terjadi pada pasien hemodialisa.
Bahkan di negara berkembang, prevalensi depresi dan hubungannya dengan
kualitas hidup yang berhubungan dengan kondisi-kesehatatan (health-related
quality of life- HRQOL) pada pasien hemodiaisa masih jarang diperhatikan.
Khususnya, studi mengenai hal tersebut dari banyaknegara berkembang seperti
Mesir masih sangat jarang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pendapat
budaya dan sosial masyarakat. Studi ini memiliki tujuan untuk menjawab
permasalahanpenting tersebut.
Metode studi cross sectional ini dilakukan diunit dialisa pusat Urologidan
Nefrologi, Universitas Mansoura, Mesir. Data diambil dari 76 pasien hemodialisa
kronik (rerata usia 43,2 15 tahun; 5 pria dn 22 wanita). Wawancara dengan
psikiater dan penilaian psikometri mengenai depresi dan HRQOL dilakukan
dengan menggunakan Arabic-adapted Beck Depression Inventory II dan Short
Form Scale.
Hasil Depresi didiagnosa pada 58 pasien (76,3%). Diantaranya, 18 (23,7%)
mengalami depresi ringan, 15 (19,7%) depresi sedang dan 25 (32,9%) depresi
berat. Pasien hemodialisa yang mengalami depresi dapat dibandingkan dengan
kelompok pasien non-depresi, kecuali prevalensi nueropati perifer yang lebih
tinggi (46,7 vs 11,5%, p=0,034) dan rendahnya kebutuhan penggunaan terapi
zat besi (52,7% vs 86,7%; p=0,017). Selain merasa terbatas dalam berperan
dikarenakan masalah fisik, seluruh HRQOL aspek sangat buruk secara signifikan
pada seluru kelompok pasien yang mengalami depresidibanding kelompok
pasien non-depresi.
Kesimpulan Depresi merupakan hal yangumum terjadi pada pasien hemodialisa
di Mesir. Hal tersebut tampaknya berpengaruh hampir pada seluruh HRQOL. Oleh
karena itu, kombinasi pendekatan nefrologist/psikiater harus menjadi pusat
perhatian medis pada pasien hemodalisa agar dapat menilai kejadian depresi
denan akurat pada pasien hemodialisa. Dan juga, studi besar skala nasional
untuk menggambarkan prevalensi dan efek depresi pada pasien hemodialisa di
Mesir perlu dilakukan.
Kata kunci: Psikiater. Depresi. Hemodialisa. Kulitas hidup

PENDAHULUAN
Pasien hemodialisa diketahui mengjadapi berbagaimacam stresor psikososial. Hal
tersebut termasuk gejala, regimen diet spesifik, waktu yang mendesak dan
perubahan bentuk tubuh mereka. Oleh karena itu, masalah psikologis dan sosial
sering terjadi pada populasi ini. [1]
Depresi merupakan psikopatologi yang paling sering terjadi pada pasien
hemodialisa. Hal tersebut dapat mempengaruhi kepatuhan mereka terhadap
terapi, dan berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas [2].

Beberapa investigator telah memperkirakan bahwadepresi terjadi sebanyak 3962% dari seluruh pasien hemodialisa. Tetapi, prevalensidepresi dari pasien
hemodialisa belum diketahui secara difinitif dan umumnya masih belum
terdiagnosis dan belum diterapi. [3,4]
Gangguan fisik,psikososial, dan gaya hidup, disertai dengan gejala emosional
dan fisik telah menunjukkan efek terhadap HRQOL bagi pasien yng bergantung
dengan terapi pegganti fungsi ginjal. [5,6]. WHO mendefinisikan kualitas hidup
(QOL) sebagai persepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupan dalam
kontoks budaya dan sistem nilai yang mereka pakai untuk hidup dan
berhubungan dengan tujuan, ekspektasi, standar dan kepedulian mereka.
Komponen inti dari QOL yaitu fisik, fungsional, psikologis/emosional dan
pekerjaan; dalam hal ini seluruhnnya terganggu akibat adanya penyakit ginjal.
[7]. Oleh karena itu, pasien on HD memiliki QOL yang lebih buruk dibandingkan
dengan pasien yang on dialisis peritoneal.
Baru-baru ini, disamping menjadi perhatian penting dalam kesehatan pasien
hemodialisaa secara menyeluruh, masalah psikososial ini tidak dilakukan studi
pada beberapa negara berkembang [9,10]. Laporan yang sama mengenai pasien
di Mesir juga jarang ada. Hal ini mngkin dikarenakan budaya dan perhatian sosial
yang secara umum menghalangi ekspresi dan diagnosis depresi [12]. Oleh
karena itu, kami menilai mengenai depresi dan hubungannya dengan aspek
klinis lain dan HRQOL pada kelompok pasien hemodialisa di Mesir.

Metode dan Subjek


studi cross sectional ini dilakukan diunit dialisa pusat Urologidan Nefrologi,
Universitas Mansoura, Mesir. Data diambil dari 76 pasien hemodialisa kronik
dengan kriteria inklusi: (1) hemodialisa > 6 bulan, (2) usia > 18 tahun, (3) tidak
adanya gangguan kognitif atau defisit yang yang dapat mengganggu komunikasi
dan (4) informed conset pasien untuk berpartisipasi dalam studi ini
Riwayat dan pemeriksaan klinis terbaru dan investigasi terkini dari pasien yang
berpartisipasi didapat dari sistem unit database. Wawancara psikiater dilakukan
pada pasien denan stress berdasarkan dignosis psikiater dan latar belakang
sosial. Wawancara klinis terstruktur untuk DSM-IV (SCID) digunakan. Sebgai
tambahan, penilaian psiometrik depresi dan HRQOL dilakukan dengan Arabicadapted Beck Depression Inventory II (BDI-II) [13,14] dan Short Form Scale (SF36). BDI-II berisi 21 pertanyaan dimana setiap jawaban memiliki skala skor 0-3.
Angka interpretasi yang digunakan yaitu 0-13: tidak depresi atau depresi
minimal, 14-19: depresi ringan, 20-28: depresi seddang dan 29-63: depresi berat
[16]. SF-36 merupakan pengukuran status kesehatan yang terdiri dari 8 skala
skor, didapat dari total jumlah pertanyaan. Tiap skor diubah dalam skala 0-100
agar setiap pertanyaan memiliki bobot skor yang sama. Semakin renda skor
yang didapat semakin menunjukkan disabilitas, sedangkan semakin tinggu skor
menunjukkan disabilitas yang berkurang. Oleh karena itu, skor 0 sama dengan
disabilitasmaksimum dan skor 100 sama dengan tidak ada disabilitas [15]. SF-36
merupakan kuisioner yang tidak spesifik untuk penyakit. Versi lengkap kuisioner
KDQOL (Kidney Disease Quaity of Life) mungkin lebih bermakna untuk menilai
HRQOL pasien ginjal [17]. Pada pengetahuan yang kami miliki, pada saat

pengerjaan studi ini, KDQOL arabic-adapted yang valid belum tersedia. Oleh
karena ini kami memakai Arabic-adapted SF 36.
Pasien yang didiagnosis dengan depresi mendapat perhatian khusus dan
medikamentosa antidepresan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, tetapi
respon terhadap obat tidak menjadi bagian dari studi ini.
Data berkelanjutan digambarkan dalam mean standar deviasi (M SD) atau
jika data tidak seragam digambarkan dalam median, dan data nominal
digambarkan dalam angka (persentase). Analisa statistik dilakukan dengan
program SPSS (versi 17.0). Students uji t digunakan untuk membandingkan dua
kelompok relatif dengan data kontinyu, uji ANOVA digunakan untuk
perbandingan lebih dari 2 kelompok. Untuk perbandingan data nominal, uji chi
square. Nilai p < 0,05 dianggap signifikan.
Studi disetujui oleh Komite Etik Pusat Urologi dan Nefrologi, Universitas
Mansoura, Mesir.
Hasil
Studi ini

You might also like