You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Dalam suatu kajian dalam sosiologi ada beberapa yang harus

disoroti

sebagai

ilmu,

guna

menegetahui

bagaimana

tingkat

perkembangan manusia, mulai dari kelahiran samapai dia bersosialisasi


dalam masyarakat. Manusia, masyarakat dan lingkungan merupakan
fokus kajian sosiologi yang dituangkan dalam kepingan tema utama
sosiologi dari masa kemasa. Mengungkap hubungan luar biasa antara
keseharian yang dijalani oleh seseorang dan perubahan serta pengaruh
yang ditimbulkannya pada masyarakat tempat dia hidup, dan bahkan
kepada dunia secara global. Banyak sekali sub kajian dan istilah dalam
sosiologi yang membahas perihal tentang, manusia, masyarakat dan
lingkungan, salah satunya adalah stratifikasi sosial.
Stratifikasi merupakan karakteristik universal masyarakat manusia.
Dalam kehidupan sosial masyarakat terdapat diferensiasi sosial dalam
arti, bahwa dalam masyarakat terdapat pembagian dan pembedaan atas
berbagai peranan-peranan dan fungsi-fungsi berdasarkan pembedaan
perorangan karena dasar biologis ataupun adat. Untuk lebih detailnya,
pemakalah akan memaparkan beberapa definisi maupun system, dampak
dan lain sebagainya yang menguak apa yang ada dalam stratifikasi sosial.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin
stratum (tunggal) atau strata (jamak) yang berarti lapisan. Dalam
Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk
atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa
defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli1
1. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat
(hierarki)
2. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisanlapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang
ditempatkan di atas kategori
4. Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratification adalah

dari hak-hak yang berbeda


penggolongan

orang-orang

yang

termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisanlapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di
samakan, padahal di sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas
sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua konsep pengertian stratifikasi
sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu.
Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam
1 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi
Aksara, (Jakarta : IKAPI, 1994), hlm. 83.
2

tingkatan atau strata dalam heirarki secara vertical. Membicarakan


stratifikasi

sosial

berarti

mengkaji

posisi

atau

kedudukan

antar

orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun


pengertian kelas sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian
yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan
atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial
cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki
orientasi polititik, nilai budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum
sama.2
Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial
merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelaskelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi
kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise
(wibawa).
B. Sistem Stratifikasi sosial
Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka
dan ada yang bersifat tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada
kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah dari status satu
ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Misalnya
seorang yang berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan dapat
menjadi tokoh agama jika ia mampu meningkatkan kesalehannya dalam
menjalankan agamanya. Seorang anak buruh tani dapat mengubah
statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi presiden sekalipun,
apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu. Sebaliknya
seorang

anak

presiden

belum

tentu

dapat

mencapai

status

presiden. Dengan demikian berarti dalam sistem Sistem stratifikasi


terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai kesempatan
untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau
mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan
kuantitas usahanya sendiri. Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat
motivasi yang kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha
2 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011),
hlm. 399.
3

memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi


terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai
cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat
pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya
dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk
dapat masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah
karena kelahiran atau keturunan. Hal ini jelas dapat diketahui dari
kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di india
misalnya:3
a) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/kelahiran.
Anak yang lahir memperolah kedudukan orang tuanya
b) Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh
karena seseorang takmungkin mengubah kedudukannya, kecuali
bila ia dikeluarkan dari kastanya.
c) Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang
yang kekasta.
d) Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat
terbatas.
e) Kesadaran

pada

keanggotaan

suatu

kasta

yang

tertentu,

terutama nyata dari nama kasta, identifikasi anggota pada


kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma
f)

kasta dan lain sebagainya.


Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional

telah ditetapkan.
g) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.
Ada
campuran,

juga

yang

diartikan

namanya
sebagai

Stratifikasi

sistem

campuran.

stratifikasi

yang

Stratifikasi
membatasi

kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi membiarkan


untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain. Contoh: seorang
raden yang mempunyai kedudukan terhormat di tanah Jawa, namun
karena sesuatu hal ia pindah ke Jakarta dan menjadi buruh. Keadaan itu
menjadikannya memiliki kedudukan rendah maka ia harus menyesuaikan
diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
3 Kingslay Davis, Human Society, cetakan ke-13, ( New York: Macmillan
Company, 1960 ), hlm. 378-379.
4

Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu


stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu
seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan
menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang
yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang
bersungguh-sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang
awalnya dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba
berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
C. Dimensi stratifikasi sosial
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan
yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya
memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan
tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka
yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah,
kekuasaan dan juga mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa
dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke
dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut4
1. Ukuran Kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam
lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk
rumah

yang

mempergunakan

bersangkutan,

mobil

pakaian

bahan

serta

pribadinya,
pakaian

yang

cara-caranya
dipakainya.,

kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.


2. Ukuran Kekuasaan
Barang

siapa

yang

memiliki

kekuasaan

atau

yang

mempunyai

wewenang terbesar menempati lapisan atasan.


3. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,
mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai
4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan Ke Empat Puluh Empat,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hlm. 207-208
5

pada

masyarakat-masyarakat

tradisional.

Biasanya

mereka

adalah

golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.


4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu

pengetahuan

sebagai

ukuran

dipakai

oleh

masyarakat

yang

menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadangkadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif kerana
ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran,
tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu
segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.
Dapat saya simpulkan bahwa dalam dimensi stratifikasi sosial ada
empat yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati
dalam konteks stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan. Dengan
adanya suatu kekayaan, orang akan membeli apa saja yang dia mau. Yang
kedua adalah kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan sebagai penundukan
seseorang yang berada dibawahnya. Yang ketiga adalah kehormatan,
dimana seseorang akan disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh
utama dan yang di sepuhkan di masyarakat itu. Yang keempat adalah ilmu
pengetahuan,

jika

seseorang

pendidikannya

tinggi

dan

dia

sudah

mendapatkan gelar doktor maupun magister, secara tidak langsung akan


ada rasa sistem kelas terhadap seseorang yang tidak pernah sama sekali
menduduki bangku sekolah.
D. Dampak Stratifikasi Sosial
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya
dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan
sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang biasa
menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian
keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta
dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap
masyarakat diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu
hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada
masyarakat yang telah menetap dan bercocok tanam, maka kerabat
pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai orang-orang yang
6

menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat
Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama membuka
tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi.5
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan
mengakibatkan adanya hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang
menang. Kelas yang tergolong atas akan memegang peranan kelas bawah
yang notabenya harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara
teoritis memang semua masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi
pembedaan tersebut merupakan gejala universal yang merupakan sistem
sosial dalam masyarakat. Maka dari itu, meski ada stratifikasi sosial
seseorang

atau

masyarakat

harus

memegang

konsep

keadilan

sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah SWT yang Artinya:


Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan

janganlah

sekali-kali

kebencianmu

terhadap

sesuatu

kaum,

mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
E. Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam
stratifikasi sosial. Sebagaimana nampak dari definisi Ransford, mobilitas
sosial dapat mengacu pada individu maupun kelompok. Contoh yang
diberikan Ronsford mengenai mobilitas sosial individu ialah perubahan
status seseorang dari seorang petani menjadi seoarang dokter. Mobilitas
sosial suatu kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum
perempuan mengalami monilitas, misalnya
dalam

penghasilan

rata-rata

bila

mengalami peningkatan

dibandingkan

dengan

kelompok

mayoritas.6
5 Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi, Cetakan Keempat, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1990), hlm. 254
6 Prof. Dr. Kamanto Sunarto. Pengantar Sosiologi. Cetakan ketiga, (Jakarta,
Penerbit fakultas Ekonomi, 2004) hal. 87.
7

Suatu bahan pokok yang banyak mendapat perhatian ahli sosiologi


adalah masalah mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi.
mobilitas intragenerasi mengacu pada mobilitas sosial yang dialami
seseorang dalam masa hidupnya; misalnya dari asisten dosen menjadi
guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas
anatargenerasi dipihak lain mengacu kepada perbedaan status yang
dicapai seseorang dengan status orang tuanya; misalnya anak seorang
tukang sepatu yang berhasil menjadi insyiur, atau anak menteri menjadi
pedagang kaki lima.7
Suatu study yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan
mengenai mobilitas antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan
terhadap mobilitas pekerjaan di AS. Kedua ilmuan sosial ini menyimpulkan
dari data mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan masyarakat
yang relatif terbuka karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial
vertikal antargenerasi, dan dalam mobilitas intragenerasi pengaruh
pendidikan dan pekerjaan individu yang bersangkutan lebih besar dari
pada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tau. Dengan perkatan
lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan sattus anak sehingga
melebihi status orang tuanya. Dan dalam tiap generasi pun telah terjadi
peningkatan status anak sehingga melebihi status yang diduduki pada
awal kariernya sendiri.8
Pada

masyrakat

yang

mempunyai

sistem

stratifikasi

terbuka

pergantian status dimungkinkan. Meski dalam masyarakat demikian


terbuka kemungkinan bagi setiap anggota masyarakat untuk naik turun
dalam herarki sosial, dalam kenyataan mobilitas sosial antargenerasi
maupun intragenerasi yang terjadi bersifat terbatas.
F. Pendekatan dalam Stratifikasi sosial
Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial9
1. Metode obyektif
7 Ibid..hal. 87
8 Ibid..hal. 87
8

Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat


dari sisi pendapatannya, lama atau tingginya pendidikan dan jenis
pekerjaan.
2. Metode subyektif
Dalam

metode

ini

strata

sosial

dapat

dirumuskan

menurut

pandangan anggota masyarakat yang menilai dirinya dalam hierarki


kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana
anggota masyarakat menempatkan masing-masing dalam stratifikasi
masyarakat itu.
Dengan

demikian,

ada

tiga

pendekatan

dalam

memplajari

stratifikasi sosial, yaitu: metode obyektif yang mengarah kepada secara


fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam
masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian
seseorang dalam bermasyarakat.
G. Teori-teori Stratifikasi Sosial
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari
stratifikasi sosial10
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia
menganggap bahwa evolusi sosial secara umum terjadi karena sifat
kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang disebutnya sebagai
kapitalis adaptif.
2. Teori Surplus Lenski
Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang
mementingkan diri sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan
dirinya.
3. Teori Kelangkaan
9 Dr. Ravik Karsidi. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007) Hal. 175177
10 Stephen K. Sanderson. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap realitas
sosial. (Jakarta: PT RajaGrafindo., 2003),hlm. 157
9

Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan


semakin intensnya stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur
strtifikasi.
5. Teori Weberian
Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan
dalam hubungan pemilikan modal.
Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam
stratifikasi

sosial,

diantaranya

mengarah

kepada

kecenderungan

teori Surplus

Lenskiyang

teoriEvolusioner-Fungsionalis yang
perkembangan

mengarah

masyarakat,

kepada

egoisme,

teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk,


teoriMarxian mengarah

kepada

kekayaan

seseorang

menentukan

stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah kepada


stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah saya paparkan diatas, maka dapat

saya

simpulkan

bahwa

Stratifikasi

sosial

merupakan

pembedaan

masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan


secara

bertingkat

berdasarkan

dimensi
10

kekuasaan,

previllege

dan

prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi


tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang
ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas
bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada
dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguhsungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya
dihormati karena terdapat didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik
arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Dalam dimansi stratifikasi sosial ada 4 yang dapat tergolongkan,
yaitu kekayaan, kekuasaan, ehormatan, ilmu pengetahuan. Semuanya
akan berdampak terwujudnya hukum rimba, dimana yang tergolong
menjadi kelas atas sepenuhnya akan memegang peranan kelas bawah.
Didalam stratifikasi sosial ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu:
metode

obyektif

yang

mengarah

kepada

secara

fisiknya,

metode

subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam masyarakat sedangkan


metode

reputasi

mengarah

kepada

penyesuaian

seseorang

dalam

bermasyarakat.
Disamping adanya pendekatan, dalam stratifikasi juga ada teori.
Ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya
teori Evolusioner-Fungsionalis yang

mengarah

kepada

kecenderungan

perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada


egoisme, teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah
penduduk,

teori Marxian mengarah

kepada

kekayaan

seseorang

menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah


kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
B. Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sekalipun dalam
masyarakat terdapat suatu stratifikasi sosial, kita sebagai masyarakat yang memiliki rasa
empati tetap tidak boleh membeda-bedakan antara manusia satu dengan yang lainnya karena
manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan.masing-masing.Sebagai makhluk
sosial kita tidak bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain, sehingga kita perlu
berinteraksi dengan manusia yang lain.

11

DAFTAR PUSTAKA

12

Abdulsyani, Sosiologi

Skematika,

Teori

dan

Terapan,

Bumi

Aksara, (Jakarta : IKAPI,1994).


Davis

Kingslay, Human

Society, cetakan

ke-13, ( New

York: Macmillan

Company, 1960 ).
Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).
Sanderson Stephen K.. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap
realitas sosial.(Jakarta: PT RajaGrafindo., 2003).
Setiadi Elly M. Dan Kolip Usman, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana,
2011).
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Cetakan Ke Empat Puluh
Empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012).
Soekanto

Soerjono, Pengantar Sosiologi, Cetakan

Keempat, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1990).


Sunarto Kamanto. Pengantar Sosiologi. Cetakan ketiga, (Jakarta, Penerbit
fakultas Ekonomi, 2004).

13

You might also like