You are on page 1of 116

LAPORAN KEGIATAN

KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


USAHA KESELAMATAN KERJA (UKK)
DI WILAYAH RW 04 DAN 05 KELURAHAN DUPAK
KECAMATAN KREMBANGAN SURABAYA
Periode 24 Oktober 9 Desember 2016

Disusun Oleh :
POKJA UKK
Periode 24 Oktober 9 Desember 2016

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan Kerja adalah suatu layanan peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan (fisik, mental, dan sosial) dan ekonomi yang setinggi-tingginya
bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari resiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu

lingkungan kerja yang serasi antara pekerjaan dengan manusia pekerja


(WHO/ILO, 1995). Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu
persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus
dipenuhi seluruh anggota negara termasuk Indonesia. Dalam rangka mewujudkan
dan melindungi masyarakat pekerja Indonesia, pembangunan di bidang kesehatan
telah menjabarkan melalui visi Indonesia sehat 2015 dengan misinya menitik
beratkan pada pemeliharaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata, dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Berdasarkan hasil pengkajian awal yang dilakukan pada tanggal 23
November 2016, terdapat kegiatan home industrimebel di wilayah RW04. Hasil
wawancaradengan pemilikdan observasi langsung ke tempat usaha didapatkan
data sebagai berikut,sebagian besar pekerja tidak memakai alat pelindung diri saat
bekerja, hanya 1 orang pekerja yang menggunakan masker saat bekerja. Pemilik
usaha menyediakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) untuk mengantisipasi
bahaya kebakaran. Saat dikaji tentang pengetahuanbahaya yang dapat diakibatkan
oleh pekerjaan yang mereka lakukan yaitu pengetahuannya cukup. Hasil
pengkajian terhadap riwayat kecelakaan kerja yang pernah dialami oleh pekerja
sementara ini tidak pernah terjadi, tetapi masalah kesehatan yang sering terjadi
yaitu batuk.
Program kesehatan kerja merupakan salah satu dari program yang
bertujuan untuk meratakan dan memperluas jangkauan pelayanan kesehatan
khususnya bagi masyarakat pekerja.Upaya kesehatan kerja mencakup pelayanan,
pendidikan dan pelatihan serta penelitian di bidang kesehatan kerja. Pelayanan
kesehatan kerja dilaksanakan melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
kecelakaan kerja. Keperawatan kesehatan komunitas saat ini sudah menjadi
perhatian pada masyarakat umum dan khususnya tenaga keperawatan. Dengan
demikian, diharapkan praktik Keperawatan Kesehatan Komunitas khususnya
masyarakat pekerja industri dari Program Studi Pendidikan Ners Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya angkatan B17 dapat menerapkan
ilmu dan keterampilan yang didapat dalam melakukan perencanaan kegiatan dan

implementasi sebagai upaya bersama mengurangi dampak kesehatan akibat kerja


di RW 04 Kelurahan Dupak.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan

program

praktik

keperawatan

komunitas,

mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan kesehatan komunitas


terutama pada masyarakat pekerja home industri sehingga akan meningkatkan
produktifitas kerja masyarakat pekerja dan kondisi kerja yang aman dan sehat.
1.2.2

Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan program praktik profesi keperawatan komunitas,

mahasiswa mampu :
1. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji kondisi kesehatan
2.

masyarakat pekerja dan lingkungan pengelasan


Menganalisa data yang tepat sehingga dihasilkan analisa data yang sesuai

3.

dengan kondisi kesehatan masyarakat pekerja dan lingkungan pengelasan


Menentukan diagnosa keperawatan komunitas pada masyarakat pekerja las

4.

dan menerapkan prioritas masalah kesehatan berdasarkan kriteria tertentu.


Merencanakan tindakan keperawatan pada masyarakat pekerja industri
sehingga masyarakat pekerja las mampu mengenal masalah kesehatan yang

5.

terjadi.
Mampu menerapkan pendidikan kesehatan tentang penyakit akibat kerja dan

6.

pentingnya alat pelindung diri (APD).


Mampu menerapkan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja yang

7.

mungkin terjadi pada pekerja las.


Mengkoordinasi sumber - sumber yang ada di komunitas, dalam hal ini
adalah puskesmas terkait untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang
terjadi pada masyarakat pekerja dan lingkungan pengelasan.

1.3 Metode Penulisan


Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut :
1. Subyektif
Data diperoleh langsung dari wawancara dengan pemilik dan masyarakat
pekerja industri.
2. Obyektif

Data diperoleh melalui kegiatan survei secara langsung oleh mahasiswa ke


lokasi industri.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep UKK ( Upaya Kesehatan Kerja)


2.1.1 Pengertian
Upaya kesehatan kerja adalah upaya kegiatan pokok yang ditujukan
terutama pada masyarakat pekerja informal dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan lingkungan kerja
(Depkes, 2005).
Kesehatan Kerja adalah sepesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta
praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik , mental ataupun sosial dengan usahausaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta
terhadap penyakit-penyakit umum.
2.1.2 Tujuan
1. Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya sendiri


sehingga terjadi peningkatan status kesehatan yang akhirnya meningkatkan
produktifitas kerja.
2. Tujuan khusus
1) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat pekerja dalam
upaya pencegahan pemberantasan penyakit yang berkaitan dengan
pekerjaan dan lingkungan kerja.
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja informal dan
keluargannya yang belum terjangkau.
3) Meningkatkan keselamatan kerja dengan mencegah penggunaan bahanbahan yang membahayakan lingkungan kerja dan masyarakat.

2.1.3 Sasaran
1. Tenaga kerja yang mempunyai dampak besar dalam menunjang pertumbuhah
ekonomi.
2. Tenaga kerja yang kurang memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai
3. Diutamakan pada sektor informal yang merupakan separuh dari angkatan
kerja.
2.1.4 Strategi
1. Dikembangkan secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan
2.

kesehatan puskesmas bagi pekerja dan keluarga.


Dilakukan melalui pelayanan paripurna yang menekankan pada pelayanan

3.

kesehatan kerja, keselamatan kerja, kesehatan keselamatan kerja.


Dilakukan melalui peran serta aktif masyarakat pekerja melalui pendekatan
PKMD.

2.1.5

Penyelenggaraan UKK Puskesmas


Penyuluhan kesehatan

2.1.6 Pelayanan kesehatan


1. Pelayanan kesehatan pekerja yang berkunjung ke Puskesmas
2. Kartu berobat atau register tersendiri untuk memisahkan dengan pengunjung lain.
3. Pada pemeriksaan diarahkan kepada penyakit yang ada hubungannya dengan
pekerja.
4. Bagi mereka yang menderita penyakit akibat kerja dilakukan tindakan untuk
diberikan penyuluhan kesehatan dan cara pencegahan penyakit.

5. Bila tidak dapat diatasi dirujuk ke Rumah Sakit atau balai hiperkes.
6. Laporan melalui pelaporan dan pencatatan terpadu.
2.1.7 Pembinaan dan latihan kader dengan tujuan :
1. Dikenalnya masalah kesehatan umum dan masalah kesehatan kerja oleh kesehatan
kerja.
2. Terpeliharanya kelancaran pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan kerja oleh
tenaga kader.
3. Meningkatnya hasil kegiatan kerja melalui peran serta masyarakat.
2.2

Identifikasi masalah
2.2.1 Pemeriksaan kesehatan
1. Pemeriksaan awal
2. Pemeriksaan berkala
3. Perhatian khusus pada organ tubuh yang mungkin terkena penyakit akibat kerja.
2.2.2 Pemeriksaan kasus
1. Adalah pemeriksaan terhadap penderita yang datang berobat ke Puskesmas atau
yang dirujuk oleh kader kesehatan.
2. Pemeriksaan yang teliti dapat menggambarkan masalah kesehatan kerja dan
kesehatan lainnya.
2.2.3

Peninjauan tempat kerja


Peninjauan untuk menentukan bahaya akibat kerja dan masalah yang

dihadapi di tempat kerja baik bahaya fisik, kimia, biologis maupun fisiologis.
1. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau


kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu,
sehingga dapat dideteksi oleh manusia serta dapat memberikan efek pada
manusia, binatang dan mineral karena kontaminan alami dan buatan ke dalam
atmosfer (Aditama, 1992). Klasifikasi bahan pencemaran udara dapat dibagi
menjadi dua bagian (Kusnoputranto, 2002) :
a. Pencemar primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke

udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan membahayakan.


Bahan kimia dapat berupa komponen udara alamiah, seperti karbondioksida,
yang meningkat diatas konsentrasi normal atau sesuatu yang tidak biasanya
terdapat di udara, seperti senyawa timbal.

b. Pencemar sekunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang terbentuk di

atmosfer melalui reaksi kimia diantaranya berbagai komponen udara.


Pencemaran udara yang serius biasanya terjadi di suatu kota atau daerah
lainnya yang mengeluarkan kadar pencemar yang tinggi.
Tipe Pencemaran udara dibagi menjdai 9 bagian (Kusnoputranto, 2002)
yaitu :
a. Karbondioksida, yaitu CO2, Sulfur oksida, yaitu SO2, Nitrogen oksida
b. Hidrokarbon, yaitu senyawa organic yang mengandung karbon dan

hydrogen seperti metana, butane, benzene.


c. Oksidan fotokimia, yaitu ozon, PAN dan beberapa senyawa aldehid.
d. Partikel (padat atau cair di udara), asap, debu, asbestos, partikel logam,

minyak, garam-garam sulfur.


e. Senyawa anorganik (mengandung kerbon), estisida, herbisida berbagai jenis

alcohol, asam dan zat kimia lainnya.


f. Zat radioaktif tritium, radon, enzim dan pembangki tenaga.

2. Pencemaran Udara oleh Partikulat (Debu)


Partikel menurut WHO seperti yang dikutip oleh Purwana (1992)
adalah sejumlah benda padat atau cair dalam bermacam-macam ukuran, jenis
dan bentuk yang tersebar dari sumber-sumber antropogenik dan sumber alam.
Partikulat menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami
seperti letusan vulkano, hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas
manusia juga berperan dalam penyebaran partikel, misal dalam bentuk partikel
debu dan asbes dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja
dan asap dari proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang.
Sumber partikel yang utama adalah pembakaran dari bahan bakar sumbernya
diikuti proses-proses industri.
Partikel di atmosfer dalam bentuk suspensi, yang terdiri atas partikelpartikel padat dan cair. Ukuran partikel dari 100 mikron hingga kurang dari
0,01 mikron. Terdapat hubungan antara partikel polutan dengan sumbernya.

Dampak kesehatan utama dari pemajanan debu adalah penyakit asma


dan penyakit saluran pernapasan lainnya, batuk dan naiknya mortalitas
tergantung kepada konsentrasi dari sifat fisik partikel debu itu sendiri. Polutan
debu masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui sistem pernapasan, oleh
karena itu pengaruh yang merugikan langsung terutama terjadi pada sistem
saluran pernapasan. Faktor yang paling berpengaruh adalah ukuran partikel,
karena ukuran ini menentukan seberapa jauh penerasi ke dalam sistem
pernapasan
Mekanisme yang mungkin dapat menerangkan mengapa debu dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan adalah dengan makin banyaknya
pemajanan debu maka cilia akan terus menerus mengeluarkan debu tersebut
sehingga lama kelamaan cilia teriritasi dan tidak peka lagi, sehingga debu akan
lebih mudah masuk. Selain itu yang terpenting orang tersebut akan rentan
terhadap infeksi saluran pernapasan lainnya. Kasus penyakit yang banyak
dilaporkan dan berhubungan dengan debu adalah bronchitis kronis dan
emphysema.
a. Partikulat Melayang (PM10)

Partikel debu yang dapat masuk ke dalam pernapasan manusia adalah


yang berukuran 0,1 g sampai 10 g dan berada di udara sebagai suspenden
particulate matter (partikulat melayang dengan ukuran 10 g juga dikenal
juga dengan PM10).
Ukuran partikel debu yang lebih besar dari 10 g akan lebih cepat
mengendap ke permukaan, sehingga kesempatan terjadinya pemajanan pada
manusia menjadi kecil dan jika terjadi pemajanan partikulat akan tertahan oleh
saluran pernapasan bagian atas (Kusnoputranto, 2000)
Debu yang dapat dihirup manusia disebut debu inhable dengan
diameter 10 g dan berbahaya bagi saluran pernapasan karena mempunyai
kemampuan merusak paru-paru. Sebagian debu yang masuk ke saluran
pernapasan berukuran 5 g akan sampai ke alveoli. Di dalam alveoli ini

sebenarnya terjadi pertukaran O2 dengan CO2 sehingga keberadaan debu


inhable dapat mengganggu proses tersebut (WHO, 2000).
Menurut Yenny (2003) yang mengutip pendapat Koren (1995) dalam
artikelnya tentang PM 10 menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang kuat
antara pajanan pertikulat PM10 dengan penderita Cardiopulmonary disease
dan asma yang ditunjukkan dengan tingginya mortality dan morbidity kasus
penyakit saluran pernapasan dan kasus cardiovascular.

2.3.5. Partikulat (Debu Kayu)

Seperti halnya debu yang lain, pada umumnya debu kayu


merupakan hasil mekanis dari suatu tindakan penggergajian, perautan,
pengamplasan dan lain-lain. Karena itu, debu kayu mempunyai ukuran
yang memungkinkan untuk masuk ke dalam saluran pernapasan dan
mengendap di dalam paru.
Kayu yang merupakan bagian dari struktur tumbuh-tumbuhan, juga
tersusun dari zat organik sehingga debu kayu dapat digolongkan ke dalam
debu organik.
Disamping itu, beberapa golongan kayu yang digunakan dalam
industri mebel mengandung substansi kimia yang dapat memberikan efek
alergi dan toksik pada manusia seperti kayu Johar, kayu Ebony, kayu
Rengas, kayu Kasasi, sehingga debu kayu tersebut dapat menimbulkan
dermatitis kronik, konyungtivitis, asma rinitis dan lain-lain (Purnomo,
2007).
Pada industri mebel, terkadang kayu yang digunakan sebagai
bahan baku sudah mengalami pengawetan kimiawi sebelumnya, seperti
pada kayu lapis. Pengawetan dimaksudkan untuk mencegah pelapukan
atau kerusakan karena penyakit mikroorganisme. Bahan yang biasa
dipakai untuk pengawetan adalah minyak pestisida, garam logam dan
senyawa-senyawa organik. Jika debu kayu terinhalasi oleh pekerja, maka

10

pada zat-zat tersebut akan masuk ke dalam paru dan dapat memberikan
efek yang dapat merugikan kesehatan, terutama jika konsentrasinya cukup
besar untuk menimbulkan penyakit (Purnomo, 2007).
2.2.4 Kegiatan pencegahan atau preventif
1. Penyuluhan kesehatan atau latihan
1) bahaya penyakit akibat kerja
2) latihan tata kerja yang benar
3) cara menghindar bahaya akibat kerja atau (bahaya bahan kimia dan zat-zat
lainnya) dan pertolongan pertama yang dapat dilakukan.
2. Kegiatan monitoring
Kegiatan monitoring bahaya akibat kerja dan dilakukan oleh anggota
kelompok kerja yang dilatih untuk mendeteksi pencemaran zat kimia,
pestisida dan lain-lain.
3. Perbaikan mesin atau alat kerja.
Ditujukan pada industri kecil dan pada pemaparan/pencemaran karena bahanbahan produksi.
4. Pemakaian alat pelindung
Yang disesuaikan jenis pekerjaan dan bahaya yang dihadapi serta dilakukan
untuk mencegah penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
2.2.5

Kegiatan pengobatan
Pendekatan sistem organ tubuh yaitu pengobatan yang ditujukan pada

organ tubuh yang terkena, misalnya alat pendengaran, paru-paru, kulit, dan
sebagainya.
2.2.6 Pendekatan jenis pemaparan
1. Dengan cara menetapkan jenis pemaparan yang dialami pekerja serta
kemungkinan akibat patologi.
2. Pengobatan secara spesifik. Ditujukan untuk mengatasi bahaya akibat kerja.
2.2.7 Kegiatan pemulihan
1. Bertujuan untuk memulihkan fungsi alat tubuh yang cidera akibat penyakit dan
kecelakaan kerja.

11

2. Mengidentifikasi kasus yang membutuhkan pemulihan dan merujuknya ke rumah


sakit atau pusat rehabilitasi untuk mendapatkan petuntuk teknis dan
melakukan hal-hal teknis yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas.
2.2.8 Kegiatan Rujukan
1. Rujukan medik terhadap kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi oleh
puskesmas untuk keperluan pengobatan lebih lanjut dan rehabilitasi .
2. Rujukan kesehatan ditujukan terhadap pencemaran lingkungan yang dapat dirujuk
ke Balai Teknis Kesehatan Lingkungan (BTKL), pusat laboratorium
kesehatan departeman kesehatan ,balai hiperkes ,depnaker.

2.2.9

Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh

pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat dicegah ,dan berat
ringannya penyakit yang disebabkan pekerjaan tergantung dari jenis dan tingkat
penyakit.
Tabel. 2.1 Penyakit Akibat Kerja
Golongan
Fisik

Kimia

Penyebab
Kebisingan
Getaran
Cahaya
Radiasi
Sinar ultra violet
Sinar infra merah
Debu organik:silicon,
Asbes

Timah hitam
Air raksa
Pestisida

Penyakit/gangguan
Kerusakan indra pendengaran
Agioneorosis
Gangguan
penglihatan,kerusakan mata
Kanker,kemandulan
konjungtivitis
Katarak lensa mata
Pneumokoniasis:
Silikosis
Asbestos
Talkosis
antrakosis
Siderosis
Bisinosis
Keracunan timah
Penyakit minimata
Keracunan pestisida

12

Biologi/ infeksi
Fisiologi

Bacilusanthracis kulit
Antraksis kulit
Kesalahan
kontruksi Luka fraktur,traumafisik lainnya

Mental

mesin,sikap tubuh,kelelahan
Hubungan
kerja
tidak Stress

psikologis

baik,jenis

pekerjaan

yang

monoton,upah kerja terlalu


rendah.

Dampak Aktivitas Industri Meubel terhadap Kesehatan


Bahaya potensial yang muncul dari aktivitas industri meubel selain
masalah estetika juga berkaitan dengan kesehatan. Pekerjaan dalam pembuatan
meubel dapat menimbulkan kebisingan, debu. Pada Debu dan partikel kecil kayu
banyak terjadi pada proses pemotongan kayu, penyerutan dan pengamplasan
sebagai. Debu kayu ini dapat menyebabkan iritasi dan alergi terhadap saluran
pernafasan dan kulit. Kebisingan menyebabkan gangguan aktivitas, konsentrasi
dan pendengaran baik sementara atau tetap
Menurut Purwana (1992), efek kesehatan pada saluran pernapasan dapat
dinilai melalui gejala penyakit pernapasan. Gejala penyakit pernapasan banyak
dipakai dalam penelitian efek kesehatan oleh partikulat. Gejala penyakit
pernapasan merupakan gambaran respon langsung atau efek jangka pendek
saluran pernapasan terhadap partikulat, berupa batuk, sakit kerongkongan, bunyi
mengi, dan sesak nafas.
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam
kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit,
meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang
ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan (Depkes, 2000).

13

Penyakit pada saluran pernapasan tampil dalam bentuk gejala yang


berbeda yang pada dasarnya ditimbulkan oleh iritasi, kegagalan mucociliary
transport, sekresi lendir yang berlebihan dan penyempitan saluran pernapasan.
Tidak semua penelitian dan kegiatan program memakai gejala ganggua
pernapasan yang sama. Misalnya untuk menentukan infeksi saluran pernapasan,
WHO menganjurkan pengamatan terhadap gejala-gejala, kesulitan bernapas,
radang tenggorok, pilek dan penyakit pada telingga dengan atau tanpa sisertai
demam.
Kadar PM10berasosiasi dengan insidens gejala penyakit pernapasan
terutama gejala batuk. Di dalam saluran pernapasan , partikulat yang mengendap
menyebabkan oedema mukosa dinding saluran pernapasan sehingga terjadi
penyempitan saluran. Berikut ini akan dijelaskan beberapa faktor yang mendasari
timbulnya gejala penyakit pernapasan :
a. Batuk
Timbulnya gejala batuk karena iritasi partikulat dalah jika terjadi rangsangan
pada bagian-bagian peka saluran pernapasan, misalnya trakeobronkial,
sehingga timbul sekresi berlebih dalam saluran pernapasan. Batuk timbul
sebagai reaksi reflex saluran pernapasan terhadap iritasi pada mukosa saluran
pernapasan dalam bentuk pengeluaran udara (dan lendir) secara mendadak
disertai bunyi khas.
b. Dahak
Dahak terbentuk secara berlebihan dari kelenjar lendir (mucus glands) dan sel
goblet oleh danya stimuli, misalnya yang berasal dari gas, partikulat, alergen
dan mikroorganisme infeksius. Karena proses inflamasi, disamping dahak
dalam saluran pernapasan juga terbentuk cairan eksudat berasal dari bagian
jaringan yang berdegenerasi.
c. Sesak nafas
Sesak napas atau kesulitan bernapas merupakan penyakit aliran udara dalam
saluran pernapasan kaena penyempitan. Penyempitan dapat terjadi karena
saluran pernapasan menguncup, oedema atau karena sekret yang menghalangi

14

arus udara. Sesak napas dapat ditentukan dengan menghitung pernapasan


dalam semenit.
d. Bunyi mengi
Bunyi mengi merupakan salah satu tanda penyakit pernapasan yang turut
diobservasikan dalam penanganan infeksi akut saluran pernapasan.
2.2.10 Penyakit-penyakit yang bukan disebabkan pekerjaan
Penyakit-penyakit umum yang terjadi pada pekerja dan tidak berhubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan. Penyakit ini dapat menyerang berbagai sistim
tubuh misalnya penyakit saluran pernafasan diantaranya TBC, bronkopneumonia,
penyakit kardiovaskuler, misalnya miokarditis, miokard infark dan penyakit
endokrin misalnya DM, struma dan banyak penyakit lainnya.
2.2.11 Upaya-Upaya Pencegahan Penyakit akibat Kerja
1. Substitusi
Yaitu mengganti bahan-bahan yang berbahaya dengan bahan-bahan yang
kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali,misalnya karbon
tetraklorida diganti dengan triklor-etilen.
2. Ventilasi Umum
Yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya menurut perhitungan ke dalam
ruang kerja, agar bahan-bahan yang berbahaya ini lebih rendah dari kadar
yang membahayakan, aitu pada kadar ambang batas.
3. Ventilasi keluar setempat
Adalah alat yang dapat menghisap udara dari suatu tempat kerja tertentu, agar
bahan-bahan yang berbahaya dari tempat tersebut dapat dialirkan keluar.
4. Isolasi
Adalah dengan cara mengisolasi proses perusahaan yang membahayakan,
misalnya isolasi mesin yang hiruk-pikuk, sehingga kegaduhan yang
disebabkannya menurun dan tidak menjadi gangguan pada pekerja.
5. Pakaian/alat pelindung

15

Alat pelindung dalam pekerjaan dapat berupa, kaca mata, masker, helm,
sarung tangan, sepatu atau pakaian khusus yang didesain untuk pekerjaan
tertentu.
6. Pemeriksaan sebelum kerja
Yaitu pemeriksaan kesehatan pada calon pekerja untuk mengetahui apakah
calon pekerja tersebut sesuai dengan pekerjaan yang akan diberikan baik fisik
maupun mentalnya.
7. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dlakukan secara berkala terhadap pekerja,
apakah ada gangguan kesehatan yang timbul akibat pekerjaan yang dilakukan.
Dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali, atau disesuiakan
dengan kebutuhan
8. Penerangan sebelum kerja
Penerangan sebelum bekerja bertujuan agar pekerja mengetahui dan mematuhi
peraturan-peraturan, sehingga dalam bekerja lebih hati-hati dan tidak terkena
penyakit akibat pekerjaan
9. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan pada pekerja sangat penting untuk keselamatan dalam
bekerja, sehigga pekerja tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya.
10. Lingkungan kerja yang sehat
Lingkungan pekerjaan yang memenuhi syarat kesehatan sangat di dambakan
oleh setiap pekerja, sehingga dapat merasakan kenyamanan dalam melakukan
aktivitas kerja, hal ini penting untuk meningkatkan gairah dan semangat kerja.
Lingkungan kerja yang sehat meliputi :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Penerangan tempat kerja


Ventilasi udara yang cukup
Penataan dan di desain tempat kerja yang baik
Pengaturan suhu udara ruangan memenuhi standart
Kamar mandi dan tempat pembuangan tinja yang memenuhi syarat
Sumber air bersih yang memenuhi syarat
Pembuangan air limbah atau mempunyai alat untuk memproses limbah

yang dibuang.
8) Tempat pembuangan sampah khusus untuk bahan-bahan yang berbahaya.

16

9) Kantin pekerja yang memenuhi syarat


10) Menyediakan tempat istirahat khusus dan tempat ibadah.
11) Menyediakan tempat ganti pakaian.
12) Memiliki tempat isolasi untuk bahan-bahan yang berbahaya atau mesinmesin yang hiruk pikuk.
2.2.12 Fungsi dan tugas perawat dalam hygiene dalam perusahan dan
kesehatan kerja
Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya perawat yang bekerja
diperusahaan tetap menggunakan pendekatan proses keperawatan sebagai suatu
pendekatan ilmiah, disamping melaksanakan tugas-tugas lain yang bekaitan
dengan pemeliharaan kesehatan pekerja.
1. Mengkaji masalah kesehatan kerja
1)
Mengumpulkan data para pekerja yang mencakup
biodata, riwayat penyakit yang lalu, masalah-masalah kesehatan dan
perawatan pekerja saat ini.
2)
Menganalisa masalah kesehatan

dan keperawatan

pekerja.
3)
Menentukan masalah kesehatan pekerja.
4)
Menyusun prioritas masalah
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
1) Merumuskan tujuan
2) Menyusun rencana tindakan
3) menyususn kriteria keberhasilan.
4) Melaksanakan pelayanan kesehatah dan keperawatan terhadap pekerja
5) Penyuluhan kesehatan pada pekerja.
6) Memberikan asuhan keperawatan di klinik sesuai dengan perencanaan
dan masalah yang dihadapi pekerja
7) Kolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan medik dan
pengobatan.
3. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Melakukan rujukan medik ke rumah sakit bila terjadi keadaan gawat darurat.
1)
2)
1)
2)
3)
4)

4. Penilaian
Menilai hasil asuhan keperawatan yang berpedoman kepada tujuan.
Membandingkan hasil dengan tujuan yang dirumuskan
5. Tugas-tugas perawat kesehatan di perusahaan
Pengawasan terhadap lingkungan kerja.
Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan.
Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja.

17

5)

Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah

6)

kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah.


Ikut menyelenggarakan pedidikan hyigiene perusahaan dan kesehatan kerja

7)
8)

terhadap pekerja.
Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
Pendidikn kesehatan mengenai berencana terhadap pekerjaan dan keluarga

9)
10)

pekerja.
Membantu usaha penyelidikan kesehatan kerja
Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanan hiperkes.

2.3

Permasalahan
Masalah-masalah kesehatan kerja yang menurunkan produktifitas kerja
1. Penyakit-penyalit umum yang diderita pekerja akibat terkena percikan las
2. Kecelakaan yang timbul akibat kerja seperti trauma pada kulit dan mata.
3. Fasilitas kesehatan perusahaan masih kurang
2.4 Materi Alat Pelindung Diri
2.4.1 Definisi APD
Alat pelindung diri (personal protective equipment) adalah untuk
melindungi tenaga kerja dari resiko cedera dengan menciptakan penghalang dari
bahaya di tempat kerja. Alat pelidung diri tidak untuk menukar good engineering
atau control administrative atau praktik kerja yang baik, tetapi harus digunakan
bersama dalam mengawasi untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.
(Sumamur, 1996). Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang
digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi bahaya/kecelakaan. APD tidaklah secara sempurna dapat
melindungi tubuh, akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin
terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap dipadukan dan sebagai pelengkap
pengendalian teknis maupun pengendalian administratif (Suhardi, 2008).
2.4.2 Dasar Hukum Penggunaan APD saat bekerja
1) Undang-undang No.1 tahun 1970
1. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat untuk memberikan APD.
2. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.

18

3. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan


atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
4. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara
Cuma-Cuma.
2) Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981.
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat
pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk
pencegahan penyakit akibat kerja.
3) Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982.
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan
dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan
dan gizi serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4) Permenakertrans No.Per.03/Men/1986.
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars
tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan
pelindung pernafasan.
2.4.3

Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Industri Kayu


Menurut Sumamur (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat
yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya
kecelakaan kerja. Jadi alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara
untuk mencegah kecelakaan, dan secara teknis APD tidaklah sempurna
dapat melindungi tubuh akan tetapi dapat mengurangi tingkat keparahan
dari kecelakaan yang terjadi. Peralatan pelindung tidak menghilangkan
ataupun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi
jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara
tenaga kerja dengan bahaya. Alat pelindung diri ini tidaklah secara
sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat
keparahan yang mungkin terjadi (Budiono, 2003).

19

Pemilihan APD yang handal secara cermat adalah merupakan


persyaratan mutlak yang sangat mendasar. Pemakaian APD yang tidak tepat
dapat mencelakakantenaga kerja yang memakainya karena mereka tidak
terlindung dari bahaya potensial yang ada di tempat mereka terpapar. Oleh
karena itu agar dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan atau
industri harus mampu mengidentifikasi bahaya potensi yang ada, khususnya
yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan (Boediono, 2003).
Adapun jenis APD yang berkaitan dengan pencegahan pemaparan debu
adalah:
1. Masker
Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel
yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain
dengan ukuran pori-pori tertentu.
e. Masker penyaring debu, Masker ini berguna untuk melindungi
pernafasan dari asap pembakaran,abu hasil pembakaran dan debu.
f. Masker berhidung, Masker ini dapat menyaring debu atau benda
sampai ukuran 0,5 mikron.
g. Masker bertabung, Masker ini punya filter yang lebih baik daripada
masker barhidung. Masker ini tepat digunakan untuk melindungi
pernafasan dari gas tertentu.
3. Respirator
a. Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu pernapasan.
Bagian

muka

alat

bertekanan

negatif

karena

paru

menjadi

penggeraknya.
b. Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik dan
dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge
yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta uap. Bagian muka
bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.
c. Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan dirancang
untuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium filter dipasang
didalam kanister yang langsung disambung dengan sambungan lentur.

20

Dengan kanister yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas dan uap.
Bagian muka mempunyai tekanan negatif, karena paru menghisap
disana.
d. Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka, dibuat
dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan positif
dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan bantuan kipas
baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa dipasang disabuk
pinggang, dengan pipa lentuk yang disambung untuk membersihkan
udara sampai ke muka.
e. Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter yang
dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah bawah, diatas
muka pekerja di dalam topeng yang menggantung. (Harrington & Gill,
2005)

BAB 3
TINJAUAN LAPANGAN

21

3.1 Situasi dan Kondisi


Upaya Kesehatan Kerja merupakan salah satu program Puskesmas untuk
meningkatkan derajat kesehatan khususnya di komunitas. Salah satu usaha yang
berada di Kelurahan Dupak yakni usaha mebel kayu. Usaha mebel kayu tersendiri
tidak lepas menimbulkan masalah kesehatan diantaranya menimbulkan bahaya
pada saluran pernapasan yang diakibatkan oleh serbuk kayu yang dihasilkan dari
industri tersebut. Beberapa keluhan yang sering dikeluhkan oleh pekerja mebel
kayu ini diantaranya batuk yang tidak menetap. Kurangnya penggunaan APD
seperti masker diindikasikan menyebabkan masalah kesehatan tersebut.
1.
Gambaran umum
Usaha mebel kayu yang berada di RW 4 Kelurahan Dupak ini berdiri
sejak tahun 1970an.Usaha tersebut milik perorangan dengan jumlah tenaga
kerja 4-6 orang. Menurut pemilik para pekerjanya bekerja mulai jam 8 sampai
jam 17.00 WIB dan bila ada pesanan banyak bisa tutup jam 19.00 WIB. Waktu
istirahat diberlakukan fleksibel. Kegiatan usaha yang dilakukan para pekerja
yaitu membuat pintu, jendela dan kusen. Para pekerja rata-rata bekerja sekitar
3-15 tahun. Dengan pendidikan pekerja yang merupakan lulusan SD dan SMP.
Pemilik usahaini juga tidak membatasi jam kerja maupun hari libur dari para
pekerja.
2.

Kondisi ruangan/tempat bekerja:


Tempat industri mebel kayu ini terdapat di pinggir jalan raya Dupak yang
berada di RW 4 Kelurahan Dupak.Bangunan usaha tersebut terdiri dari 2
lantai, dimana lantai pertama merupakan bengkel kerja dan lantai kedua
merupakan tempat tinggal pemilik dan pekerja. Lantai pertama tidak
mempunyai jendela, tetapi area depan terbuka sehingga memungkinkan sedikit
cahaya masuk. Ditempat kerjaterdapatsisa-sisa serbuk kayu, dimana sisa dari
serbuk kayu tersebut diangkut oleh pengepul yang membutuhkan untuk
dipergunakan nantinya.

22

Gambar 3.1 Kondisi Ruangan Usaha Mebel Kayu di RW 4 Kelurahan Dupak

Gambar 3.2 Kondisi Ruangan Usaha Mebel Kayu di RW 4 Kelurahan Dupak

23

Gambar 3.3 Kondisi Ruangan Usaha Mebel Kayu di RW 4 Kelurahan Dupak


3.

Pemakaian alat pelindung diri (APD):


Berdasarkan hasil wawancaradengan pemilik,hampirsebagian besar
pekerja tidak memakaialat pelindung diri saat bekerja. Pemilik usaha
mengatakan selama ini tidak ada masalah selama usaha berlangsung. Pemilik
menyediakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) untuk mengatasi apabila

terjadi kebakaran.
4.
Jaminan kesehatan
Jaminan kesehatan di usaha ini belum ada.
3.2 Permasalahan
1. Pemilik usaha belum menyediakan kotak P3K di tempat usaha.
2. Tidak ada pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada pekerja di tempat
kerja
3. Tidak ada jaminan kesehatan, jika ada pegawai yang sakit mereka berobat
ke puskesmas/dokter praktek dan pemilik usaha memberikan bantuan uang
tunai.
4. Para pekerja merasa biasa jika tidak memakai APD
5. Permasalah kesehatan yang biasa dikeluhkan oleh pekerja yaitu batuk
6. Pekerja belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai dampak serbuk
kayu terhadap kesehatan.
3.3 Analisis Data

24

No
1

Lokasi
Usaha

Data Subyektif

Data Obyektif

1. Pemilik usaha

1. Pemilik usaha

mebel kayu

mengatakan di

belum

di RW

tempat kerja sudah

menyediakan

4Kelurahan

menyediakan

kotak P3K di

Dupak
Kecamatan
Krembanga
n Surabaya

APAR
2. Tidak ada

tempat usaha
2. Pekerja belum

pemeriksaan

mengenakan

kesehatan secara
rutin kepada
pekerja di tempat
kerja.
3. Tidak ada jaminan

APD
3. 10 orang pekerja
pekerja dalam
melakukan
pekerjaannya

kesehatan, jika ada

tidak

pegawai yang sakit

menggunakan

mereka berobat ke

APD saat bekerja

puskesmas/dokter
praktek

dan

pemilik

usaha

memberikan
bantuan uang tunai.
4. Para
pekerja
merasa biasa jika
tidak

memakai

APD
5. Permasalah
kesehatan
biasa

yang

dikeluhkan

oleh pekerja yaitu


batuk
6. Pekerja

belum

Diagnosa
Keperawatan
Domain 1 (kelas
2) kode: 00188
Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko cidera
berbubungan
dengan
kurangnya
pemahaman
tentang
pencegahan
penyakit dengan
penggunaan
APD

25

pernah
mendapatkan
penyuluhan
mengenai dampak
serbuk

kayu

terhadap kesehatan.

3.4 Penapisan Masalah


Dari hasil analisa data, didapatkan data yang kemudian dilakukan
penapisan masalah untuk menentukan prioritas masalah. Adapun penapisan
tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

N
o

Diagnosa

Kriteria

ml

Keperawata
n

1 Domain 1
(kelas 2)
kode: 00188
Perilaku
kesehatan
cenderung
beresiko

Ju
Keterangan

ah
A B C D E F GHI J K L
5 4 4 5 3 5 5 3 3 3 3 4 47

Keterangan
kriteria:
A. Sesuai dengan
peran perawat
komunitas
B. Jumlah yang
berisiko
C. Besarnya

cidera
berbubunga

risiko
D. Potensi untuk

n dengan

pendidikan

kurangnya
pemahaman
tentang

kesehatan
E. Interest untuk

komunitas
F. Kemungkinan

pencegahan
penyakit

diatasi
G. Relevan

dengan

dengan

penggunaan

program

APD

Pemerintah
H. Tersedianya
I.

tempat
Tersedianya

J.

waktu
Tersedianya
dana

K. Tersedianya

fasilitas
L. Tersedianya
sumber
daya manusia
Keterangan
pembobotan:
Sangat Rendah
Rendah
Cukup
Tinggi
Sangat Tinggi

3.5 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Berdasarkan skoring diatas, maka prioritas diagnosa keperawatan
komunitas di RW 4 Kelurahan Dupak adalah sebagai berikut:
1

Domain 1 (kelas 2) kode: 00188

Perilaku kesehatan cenderung beresiko cidera berbubungan dengan kurangnya pemaha


penyakit dengan penggunaan APD

BAB 4
RENCANA DAN STRATEGI KOMUNITAS
USAHA MEBEL KAYU DI WILAYAH RW 4 KELURAHAN DUPAK KECAMATAN KREMBANGAN
Dari hasil analisisdata, maka telah didapatkan diagnosis keperawatan komunitas sesuaiprioritas.Adapun perencanaan yang akan kami
laksanakan adalah sebagai berikut:
No

Diagnosis

.
1.

Keperawatan
kode: 00188
Perilaku
kesehatan

NOC

NIC

Penanggung

Domain VII:

1. Membuat perencanaan

Jawab
Didin Andri

Community

kegiatan penyuluhan
2. Menentukan sarana

cenderung

Health
Clases :

beresiko

Community Well

akan digunakan untuk

cidera

Being
Outcomes :
2700 :

melaksanakan

berbubungan
dengan
kurangnya

Community

pemahaman

Competence
2704 :

tentang

Community

pencegahan

Resiliency

dan prasarana yang

pendidikan kesehatan
3. Berkoordinasi dengan
pihak Puskesmas
Mulyorejo serta
penanggung jawab dan
seluruh tim Pokja

Metode
Diskusi

Media

Waktu

Lembar Balik,

30

Leaflet

November
2016

penyakit

2701 :

dengan

Community

penggunaan

Health Status

APD

UKK
4. Menyampaikan izin
untuk melaksanakan
pendidikan kesehatan

1. Peserta
mengerti

kepada pemilik usaha


5. Mengundang pemilik

tentang

usaha dan pekerja

pencegahan

sebagai peserta

penyakit paru
akibat kerja.
2. Peserta dapat
menyebutkan
dan
menjelaskan
kembali
tentang materi

penyuluhan
6. Memberikan
penjelasan tentang
Pencegahan Penyakit
Paru Akibat Kerja
7. Menyediakan masker
sebagai alat pelindung
diri.

penyuluhan
BAB 5
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
USAHA MEBEL KAYUDI WILAYAH RW 4 KELURAHAN DUPAK KECAMATAN KREMBANGAN

Dari hasil pengkajian selama praktik profesi Keperawatn Komunitas dan Keluarga di RW4 implementasi kami lakukan sesuai dengan
kesepakatan yang dibuat antara mahasiswa praktik profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga dan pemilik tempat usaha
sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
No
.
1.

Diagnosis
Keperawatan
Domain 1 (kelas 2)
kode: 00188
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
cidera berbubungan
dengan kurangnya
pemahaman tentang
pencegahan penyakit
dengan penggunaan
APD

Kegiatan

Waktu

Peserta

Penyuluhan

Rabu, 30

tentang

Desember 2016 pemilik


Tempat: Industri
usaha (7
mebel kayu di
orang
RW IV
peserta)

pencegahan
penyakit paru
akibat kerjadan

Pekerja dan

Pelaksana

Hambatan

Solusi

Mahasiswa

Tidak semua

Memberikan leaflet

Fakultas

pekerja mengikuti

dan masker kepada

Keperawatan

kegiatan dengan

pekerja yang tidak

UNAIR Program alasan tidak bisa


Pendidikan

meninggalkan

pembagian

Profesi Ners

pekerjaan.

masker untuk

Angkatan B17

pencegahan

(Periode 24

penyakit paru

Oktober9

akibat kerja

Desember 2016)

hadir.

BAB 6
EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
USAHA MEBEL KAYUDI WILAYAH RW 4KELURAHAN DUPAK KECAMATAN KREMBANGAN
Dalam kegiatan praktek profesi keperawatan komunitas dan keluarga ini sesuai dengan hasil implementasi yang berhasil kami laksanakan,
maka dapat kami evaluasi berdasarkan analisa SWOT adalah sebagai berikut :
Diagnosa

Strength

Weaknes

Opportunity

Threathened

Tindak Lanjut

Keperawatan

Domain 1 (kelas 2)
kode: 00188
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
cidera berbubungan
dengan kurangnya
pemahaman tentang
pencegahan penyakit
dengan penggunaan
APD

1. Pemilik usaha

1. Pekerja tidak

1. Memotivasi

Pemilik usaha

1. Memberikan penyuluhan

pernah diberikan

mengetahui

pemilik usaha

kurang

mengenai pencegahan

pendidikan

mengenai bahaya

dan pekerja

pengetahuan

penyakit kayu akibat

kesehatan tentang

yang timbul akibat

agar

tentang bahaya

Alat Pelindung

serbuk kayu yang

menggunakan

dari pekerjaannya

Diri (APD)

dihasilkan.

APD

yang menimbulkan

2. Pemilik usaha

2. Tidak adanya

sangat antusias
menerima

kotak P3K
3. Tidak adanya

2. Memotivasi

resiko terkenanya

pemilik usaha

penyakit dan

untuk selalu

kecelakaan kerja

mahasiswa dalam

penggunaan APD

memperhatikan

kegiatan UKK

saat bekerja

APD para

kerja
2. Memberikan contoh
APD yang sesuai dengan
standart kerja
3. Menganjurkan para
pekerja untuk selalu
memakai APD saat
bekerja
4. Menganjurkan pekerja

pekerjanya
3. Pemilik usaha
menyediakan
APAR dan
mengetahui
bahaya dari
serbuk kayu

untuk memeriksasakan
kesehatannya ke
Puskesmas/kepelayanan
kesehatan secara rutin.
5. Mengajurkan pemilik
usaha untuk
menyediakan Kotak
P3K.
6. Memberikan masker
untuk pencegahan
penyakit paru akibat
kerja khususnya serbuk
kayu

BAB 7
PEMBAHASAN
Upaya kesehatan kerja merupakan kegiatan pokok yang ditujukan
terutama pada masyarakat pekerja informal dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan lingkungan kerja,
dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja untuk menolong
dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan yang akhirnya
meningkatkan produktifitas kerja. Upaya kesehatan kerja adalah upaya kegiatan
pokok yang ditujukan terutama pada masyarakat pekerja informal dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan
lingkungan kerja (Depkes, 2005). Kesehatan Kerja adalah spesialisasi ilmu
kesehatan/kedokteran beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik , mental
ataupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakitpenyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Berdasarkan hasil pengkajian awal yang dilakukan Usaha mebel kayu
yang berada di RW 4 Kelurahan Dupak ini berdiri sejak tahun 1970an.Usaha
tersebut milik perorangan dengan jumlah tenaga kerja 4-6 orang. Menurut pemilik
para pekerjanya bekerja mulai jam 8 sampai jam 17.00 WIB dan bila ada pesanan
banyak bisa tutup jam 19.00 WIB. Waktu istirahat diberlakukan fleksibel.
Kegiatan usaha yang dilakukan para pekerja yaitu membuat pintu, jendela dan
kusen. Para pekerja rata-rata bekerja sekitar 3-15 tahun. Dengan pendidikan
pekerja yang merupakan lulusan SD dan SMP. Pemilik usahaini juga tidak
membatasi jam kerja maupun hari libur dari para pekerja.
Berdasarkan hasil wawancaradengan pemilik,hampirsebagian besar
pekerja tidak memakaialat pelindung diri saat bekerja. Pemilik usaha mengatakan
selama ini tidak ada masalah selama usaha berlangsung. Pemilik menyediakan
APAR

(Alat

Pemadam Api

Ringan)

untuk mengatasi

apabila

terjadi

kebakaran.Jaminan kesehatan di usaha ini belum ada.


Beberapa masalah yang kami temukan diantranya pemilik usaha belum
menyediakan kotak P3K di tempat usaha, tidak ada pemeriksaan kesehatan secara
rutin kepada pekerja di tempat kerja, tidak ada jaminan kesehatan, jika ada
pegawai yang sakit mereka berobat ke puskesmas/dokter praktek dan pemilik

usaha memberikan bantuan uang tunai, para pekerja merasa biasa jika tidak
memakai APD, permasalah kesehatan yang biasa dikeluhkan oleh pekerja yaitu
batuk, dan pekerja belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai dampak
serbuk kayu terhadap kesehatan.
Dari masalah tersebut, tim UKK melakukan intervensi berupa memberikan
penyuluhan tentang Pencegahan Penyakit Paru Akibat Kerja. Kegiatan tersebut di
lakukan pada tanggal 30 November 2016 dan di hadiri oleh 7 orang pekerja.
Penyuluhan tersebut menekankan dampak dari serbuk kayu terhadap masalah
kesehatan dan membagikan masker untuk digunakan oleh para pekerja.
Mahasiswa terus memotivasi pekerja untuk menggunakan APD yang sudah di
berikan setiap kali malakukan kegiatan supaya tidak ada lagi kejadian maupun
penyakit dan kecelakaan yang timbul akibat kegiatan ditempat kerja serta
memotivasi pekerja untuk rutin memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan.

BAB 8
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
1. Dari pengkajian yang telah dilakukan pada usaha mebel kayu di RW 4
Kelurahan Dupak maka dilakukan penapisan masalah sehingga dapat di
temukan 1 diagnosa keperawatan, yaitu sesuai diagnose NANDA Domain
1 (kelas 2) kode: 00188 Perilaku kesehatan cenderung beresiko cidera
berbubungan dengan kurangnya pemahaman tentang pencegahan penyakit
dengan penggunaan APD

2. Intervensi yang di berikan berupa penyuluhan tentang Pencegahan


Penyakit Paru Akibat Kerja dan pembagian masker.
3. Implementasi dari intervensi dilakukan pada tanggal30 November 2016 di
tempat usaha yang bersangkutan.
4. Evaluasi dari kegiatan penyuluhan dilakukan pada minggu ke-6 praktik
Kesehatan Komunitas dengan melakukan kunjungan ke tempat usaha,
pekerja sudah mulai menggunakan masker untuk antisipasi bahaya dari
serbuk kayu.
5. Strategi yang dilakukan untuk mengaplikasikan intervensi yaitu melalui
koordinasi dengan pemilik usaha, Puskesmas Dupak, Universitas, dan RW
setempat.
8.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
1) Mahasiswa praktek selanjutnya hendaknya masih melakukan evaluasi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa praktek
keperawatan komunitas gelombang sebelumnya untuk mengetahui ke
efektifan intervensi yang telah diberikan.
2. Bagi Masyarakat
1) Lebih meningkatkan keaktifan masyarakat (pekerja) dan pemilik usaha
untuk berpartisipasi mengikuti kegiatan yang dilakukan mahasiswa di
komunitas
2) Lebih waspada terhadap masalah kesehatan dan kecelakaan yang terjadi
di lingkungan kerja dan dapat melakukan kerjasama dengan Puskesmas
dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi.
3. Bagi Pendidikan
1) Memperlebar jangkauan kerjasama dengan berbagai instansi sehingga
mempermudah mahasiswa dalam pelaksanaan praktik klinik keperawatan
komunitas, maka diharapkan adanya kerjasama antara pihak Program
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
dengan pihak pihak terkait dengan model kontrak kerja / waktu tentang
keberadaan praktik klinik keperawatan komunitas di wilayah kerja
Puskesmas yang telah ditentukan.
2) Diharapkan adanya pembinaan dan bimbingan yang intensif sebelum
terjun ke lapangan dengan konsep bimbingan yang telah terstruktur rapi
dan baku, baik dari segi mekanisme bimbingan maupun konsep konsep
keperawatan komunitas sendiri oleh bagian pendidikan keperawatan

komunitas Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan


Universitas Airlangga agar persiapan dapat optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff H & Mukhty A, 2002, Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya:


Airlangga University Press
Muttaqin A, 2007 , Asuhan Keperawatan Klien dengan

Gangguan

Sistem

Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika


Persatuan dokter paru indonesia, 2003, Tumor Mediastinum; Pedoman Diagnostik
dan Penatalaksanaan di Indonesia, PDPI
Sudoyono A, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI
Yogasmara E & Lestari P. 2010. Buku Pintar Keluarga Sehat. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATANKEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
USAHA KESELAMATAN KERJA (UKK)
DI WILAYAH RW 04

Periode 24 Oktober 9 Desember 2016

Surabaya, Desember 2016


Ketua

PJ UKK

M. Yusuf Eko Nugroho, S.Kep.

Didin Andri, S.Kep

NIM .131523143001

NIM. 131523143072

Mengetahui,
Pembimbing Keperawatan Komunitas
Program Pendidikan Profesi Ners
Pembimbing Lapangan

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Puskesmas Mulyorejo Surabaya

Surabaya

Setho Hadisuyatmana S.Kep., Ns., M.NS.


()

(CommHlth&PC)
NIK. 139090949

LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S A P )


PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA DI UKK KELURAHAN
DUPAK

OLEH :
MAHASISWA KEPERAWATAN KOMUNITAS B17

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA
Pokok Bahasan

: Penyakit paru akibat kerja

Sub Pokok Bahasan

: Macam-macam penyakit paru akibat kerja dan


pencegahannya

Sasaran

: Pegawai UKK pemotongan kayu

Tempat

: UKK pemotongan kayu Kelurahan Dupak

Hari / Tanggal
Pelaksana

: Rabu, 30 November 2016


: Mahasiswa Program Prndidikan Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Waktu

: 09.00 WIB

A. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit, pegawai
pemotongan kayu memahami dan mampu menjelaskan tentang
penyakit paru akibat kerja dan pencegahannya.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta mampu :
1. Menyebutkan macam-macam penyakit paru akibat kerja
2. Menyebutkan pencegahan penyakit paru

B. Materi Penyuluhan
1. Penyakit paru akibat kerja dan pencegahannya
C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

D. Media
a. Leaflet
b. Flipchart
E. Kegiatan Penyuluhan
No
1

Langkah - langkah
Pendahuluan

Waktu
5 menit

Kegiatan Penyuluhan
Memberi salam dan

Kegiatan Sasaran
Menjawab salam

memperkenalkan diri
Menjelaskan maksud dan tujuan
penyuluhan

Mendengarkan

Melakukan Evaluasi Validasi


Menjawab pertanyaan

Penyajian

15 menit

Menjelaskan materi penyuluhan


mengenai :
penyakit paru akibat kerja dan
pencegahannya

Evaluasi

5 menit

Memberikan pertanyaan akhir

Mendengarkan dengan
seksama
Mengajukan pertanyaan

Menjawab

sebagai evaluasi
4

Penutup

5 menit

menyimpulkan bersama-sama hasil mendengarkan


kegiatan penyuluhan
menutup penyuluhan dan
mengucapkan salam
menjawab salam

F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Akademik
2. Penyaji
3. Moderator
4. Observer dan Notulen
5. Fasilitator

6. Dokumentasi

: Rista Fauziningtyas, S. Kep, Ns, M. Kep


: Achmad Ali Basri, S.Kep.
: Didin Andri, S.Kep.
: Trimedyan Prasetyo, S.Kep.
: Aziz Nurulhuda, S.Kep.
Wiwit Widyawati, S.Kep.
Riny Pujiyanti, S.Kep.
Husna Ardiana, S.Kep.
Vivi Silvia Anggara, S.Kep.
: Ruli Maulana, S.Kep.

G. Job Description
1. Penyaji

Menggali pengetahuan pasien dan keluarga pasien tentang


Tuberculosis

Menyampaikan materi untuk peserta penyuluhan agar bisa


memahami hal-hal tentang isi, makna dan maksud dari
penyuluhan

2. Moderator

Bertanggung jawab atas kelancaran acara

Membuka dan menutup acara

Mengatur waktu penyaji sesuai dengan rencana kegiatan

3. Fasilitator

Membantu kelancaran acara penyuluhan

Mendorong peserta untuk bertanya kepada penyaji

Membagikan leaflet kepada semua peserta penyuluhan

4. Observer dan Notulen

Mengamati proses kegiatan penyuluhan

Mencatat pertanyaan dari peserta

Mengevaluasi serangkaian acara penyuluhan mulai dari awal


hingga akhir

H. Setting Tempat
Penyaji

Moderator

Fasilitator
1

Observer dan
Notulen

Pembimbing

Fasilitator
2

Keterangan :
P

: Peserta penyuluhan (pasien dan keluarga pasien)

I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan 2 hari sebelum acara
dilakukan
b. Pengumpulan SAP 2 hari sebelum pelaksanaan penyuluhan
c. Peserta hadir pada tempat yang telah ditentukan
d. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan dilaksanakan
2. Kriteria Proses
a. Acara dimulai tepat waktu
b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
c. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah
dijelaskan
d. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai POA
f. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria Hasil
a. Peserta yang datang sejumlah 5 orang atau lebih
b. Ada umpan balik positif dari peserta seperti dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan pemateri

c. Peserta mampu menjawab dengan benar

MATERI PENYULUHAN PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA


a. Pengertian
Yang dimaksud dengan penyakit paru karena pekerjaan adalah
perubahan-perubahan patologis paru yang disebabkan oleh substansiyang
merusak terserap selama melakukan pekerjaan.
Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kerusakan yang disebabkan
oleh debu, asap, dan gas berbahaya yang terhirup oleh pekerja ditempat
kerjanya. Banyak lingkungan kerja lapangan yang mengancam kesehatan paru
pekerja. Penyakit paru akibat pekerjaan telah dikenal ratusan atau bahkan
ribuan tahun yang lalu sejak zaman perbudakan atau kerja paksa
b. Penyebab
Penyebab yang merusak paru karena pekerjaan tersebut secara garis
besardibagi dalam :
1. Gas dan asap.
2. Debu mineral.
3. Debu organic.
c. Macam-Macam Penyakit Paru Akibat Kerja
1. Silikosis
Silicosis adalah penyakit pernapasan yang diakibatkan oleh
menghirup debu silica. Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu
silika bebas, berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan
kemudian mengendap. Pemajanan terhadap silicon dan silikat terjadi pada
hamper semua kegiatan pertambangan, penggalian dan pengeboran.
Pemotongan batu,pabrik pengamplas dan bahan tembikar dan pengecoran
logam.
Biasanya gejala timbul setelah pemaparan selama 20-30 tahun.
Tetapi pada peledakan pasir, pembuatan terowogan dan pembuatan alat

pengampelas sabun, dimana kadar silika yang dihasilkan sangat tinggi,


gejala dapat timbul dalam waktu kurang dari 10 tahun.
Penderita

silikosis

noduler

simpel

tidak

memiliki

masalah

pernafasan, tetapi mereka bisa menderita batuk berdahak karena saluran


pernafasannya mengalami iritasi (bronkitis). Silikosis konglomerata bisa
menyebabkan batuk berdahak dan sesak nafas. Mula-mula sesak nafas
hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas, tapi akhirnya sesak timbul
bahkan pada saat beristirahat. Gejala yang timbul pada silikosis akut adalah
demam, batuk, penurunan berat badan, gangguan pernapasan yang berat
2. Absetosis
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi
akibat menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk
jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan
komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di
dalam paru-paru, menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat
menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi paru-paru).
Asbestosis disebabkan oleh inhalasi udara yang mengandung debu
asbes

ditandai

dengan

fibrosis

interstitial

difus

pada

paru

(Susanto,2009).Seseorang yang terpapar debu asbes dalam jangka panjang


rentan terhadap asbestosis. Sebagian serat asbes dapat bersarang di dalam
alveoli atau kantung-kantung kecil di dalam paru-paru di mana oksigen
ditukar dengan karbon dioksida.Serat asbes akan mengiritasi dan
menimbulkan

jaringan

parut

di

paru-paru

sehingga

mengganggu

kemampuannya untuk memberikan oksigen ke darah dan seluruh tubuh.


Seiring asbestosis bertambah parah, semakin banyak terbentuk jaringan
parut pada paru-paru yang membuat organ ini kehilangan fleksibilitas dan
kemampuan kontraksinya. Merokok diduga meningkatkan retensi serat
asbes di paru-paru dan berpotensi mempercapat memburuknya asbestosis.
Tanda dan gejala pada asbestosis adalah sesak nafas, batuk kering,
kelainan kuku atau clubbing of fingers (bentuk jari-jari tangan yang
menyerupai tabuh genderang), nyeri dada, anoreksia, penurunan berat
badan, takipneu, cyanosis.

d. Pencegahan
1. mengurangi kadar serat dan debu asbes dilingkungan kerja
2. Penggunaan kontrol debu
3. Ventilasi udara yang cukup di ruang kerja
4. Pekerja harus mengenakan pelindung (masker, pelindung kepala, respirator
industrial) untuk memberikan suplai udara yang aman bila terdapat elemen
beracun.
5. Pekerja harus diinformasikan tentang semua bahaya dan bahan-bahan
beracun dalam tempat pekerjaannya(Smeltzer2001).

DAFTAR PUSTAKA
Donna Wilson 2008, Respiratory Nursing, New York.
Harrison 2000, Prinsip-Prinsip Ilmu penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
Long, C. Barbara1996, Perawatan Medikal Bedah: 2, Yayasan Ikatan Alumni
Rab,T 2010, Ilmu penyakit Paru, Trans Info Media, Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Alih bahasa : Agung Waluyo, EGC, Jakarta.
Susanto,A 2009, Penyakit Paru Kerja dan Lingkungan, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Taylor,C 2010, Diagnosis Keperawatan dengan rencana Asuhan, EGC, Jakarta.

RESUME
KEGIATAN PENYULUHAN PENCEGAHAN PENYAKIT PARU AKIBAT
KERJA
Hari/Tanggal

: Rabu 30 November 2016

Tempat

: Usaha Mebel Kayu RW 4 Kelurahan Dupak

Waktu

: 09.00-09.45 WIB

Kegiatan

: Penyuluhan Upaya Keselamatan Kerja ( Kegiatan


Penyuluhan Pencegahan Penyakit Paru Akibat Kerja)
A. Kehadiran
Acara Penyuluhan Pencegahan Penyakit Paru Akibat Kerjadihadiri oleh

7 orang peserta, mahasiswa 9 orang.


B. Kegiatan

No
1.

Waktu
09.00-09.10 WIB
09.00-09.15

pembagian absensi
Pembukaan :

WIB

a.

Mengucapkan salam.

b.

Perkenalan

C.
2.

Kegiatan Mahasiswa
Pelaksana
Persiapan tempat dan Wiwit Widyawati
Tri Medyan Prasetyo
Didin Andri

mahasiswa.

3.

c.

Menjelaskan tujuan.

d.

Menjelaskan kontrak

09.15 09.35

waktu
Pelaksanaan :

WIB

a. Menggali

Achmad Ali Basri

pengetahuan peserta
tentang

bahaya

serbuk kayu
b. Menyampaikan

materi penyakit paru


akibat
4.

kerja

serta

09.35-09.40

pencegahannya.
Penutup :

WIB

a. Memberikan masker
b. Menyimpulkan

Husna Ardiana

hasil Didin Andri

kegiatan.
c. Melakukan evaluasi.
d. Mengakhiri

pertemuan.
e. Mengucapkan salam

Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan panitia, tempat dan media yang digunakan telah dipersiapkan
dengan baik.
b. Undangan disebar 1 hari sebelum hari pelaksanaan.
c. Pengorganisasian dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan.

2. Evaluasi Program
a.

Penyuluhan dilakukan pukul 09.00 WIB

b.

Pesertaantusias dalam mengikuti kegiatan

3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan berjalan dengan baik.
b. Peserta memahami materi yang sudah disampaikan dengan dapat
menjawab pertanyaan dari pemateri.
c. Penyuluhan dihadiri oleh 7 orang peserta.

LAMPIRAN FLIPCHART

LAMPIRAN LEAFLET

ABSENSI PESERTA

DOKUMENTASI

LAPORAN PUSKESMAS
PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS
DI PUSKESMAS DUPAK KELURAHAN DUPAK
KECAMATAN KREMBANGAN KOTA SURABAYA
24 Oktober 2016 09 Desember 2016

Oleh :
MAHASISWA B17 GELOMBANG II

KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. karena berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Puskesmas Praktika Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga di Puskesmas Dupak Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan
Kota Surabaya, Periode 24 Oktober 2016 09 Desember 2016. Laporan ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam mencapai kompetensi Program Profesi
Ners pada Program Studi Pendidikan Ners Universitas Airlangga Surabaya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
hingga laporan akhir ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada:

1. Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan


Universitas Airlangga yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menyelesaikan Program Studi Ilmu Keperawatan.
2. Ibu Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Departemen
Keperawatan Komunitas dan Jiwa yang telah memberikan dorongan kepada
kami dalam menjalankan program praktik profesi ini.
3. Bapak Setho Hadisuyatmana, S.Kep., Ns., M.NS (CommHlth&PC) selaku
PJMA mata kuliah Keperawatan Kesehatan Komunitas atas semua masukan,
nasehat, saran, bimbingan, dan kritik dalam menjalankan program praktik
keperawatan komunitas.
4. Bapak Makhfudli, S.Kep., Ns. M.Ked., Trop selaku dosen pembimbing atas
semua masukan, nasehat, saran, bimbingan, dan kritik dalam menjalankan
program praktik keperawatan komunitas.
5. Ibu Elida Ulfiana, S.Kep., Ns., M. Kep., selaku dosen pembimbing atas
semua masukan, nasehat, saran, bimbingan, dan kritik dalam menjalankan
program praktik keperawatan komunitas.
6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang telah menberikan kesempatan
kepada kami untuk menjalankan Program Pendidikan Profesi Keperawatan
Kesehatan Komunitas di Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan.
7. dr. Nurul Lailah, M.Kes, selaku Kepala Puskesmas Dupak yang telah
memberikan fasilitas dan kesempatan kepada kami dalam melaksanakan
Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan Komunitas Kelurahan Dupak
Kecamatan Krembangan.
8. Kepala Kecamatan Krembangan, yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menjalankan program Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan
Komunitas Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan.
9. Kepala Kelurahan Dupak yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menjalankan program Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan
Komunitas Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan.
10. Dr. Rosna Suswanti selaku pembimbing dari Puskesmas Dupak yang telah
memberikan bimbingan, masukan, nasehat, saran, dan kritik dalam
menjalankan program praktik keperawatan komunitas.

11. Bapak Slamet, selaku Ketua RW 4 Kelurahan Dupak dan seluruh ketua RT
beserta perangkatnya yang telah memberikan dukungan dan bantuan secara
moril serta materiil sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
12. Bapak Tiksan, selaku Ketua RW 5 Kelurahan Dupak dan seluruh ketua RT
beserta perangkatnya yang telah memberikan dukungan dan bantuan secara
moril serta materiil sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar.
13. Seluruh warga RW 4 dan 5 Kelurahan Dupak Kecamatan Krembangan yang
telah menerima kehadiran mahasiswa praktik dan kerjasama yang baik selama
praktik profesi berlangsung.
14. Teman-teman Fakultas Keperawatan Program B17 atas dukungan, semangat,
dan kerja sama dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan akhir ini.
Kami berharap laporan akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi dunia keperawatan pada khususnya. Demi kesempurnaan
laporan ini, dengan senang hati kami akan menerima segala kritik dan saran yang
membangun.

Surabaya,

Desember

2016
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Puskesmas

merupakan

fasilitas

pelayanan

kesehatan

yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif


dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya di wilayah kerjanya (PEMENKES RI, NO 75 Tahun 2014).
Pernyataan ini sejalan dengan keputusan Menteri Kesehatan No. 128/ Menkes/
SK/ II/ 2004 yang menyatakan bahwa puskesmas merupakan Unit Pelaksana
Teknik Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Upaya
kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Upaya Kesehatan Perseorangan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan. Baik itu upaya kesehatan masyarakat
maupun upaya kesehatan perseorangan yang diberikan oleh puskesmas kepada
masyarakat akan mencakup perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan dalam bidang kesehatan yang
mewujudkan pelayanan prima dengan pemberdayaan masyarakat, puskesmas
sebagai ujung pelayanan kesehatan masyarakat dituntut untuk meningkatkan
program upaya kesehatannya agar dapat berperan aktif dalam meningkatkan
derajat kesehatan sehingga tujuan penyelenggaraan puskesmas dapat tercapai
dengan mutu pelayanan yang baik yang dapat menjangkau seluruh lapisan
masyarakat. Pemberian pelayanan kesehatan dalam bentuk upaya pelayanan
kesehatan wajib maupun pengembangan berpedoman pada paradigma sehat
yang

menekankan

bidang

promotif

dan

preventif

dengan

maksud

meningkatkan, memelihara dan melindungi individu sehat agar tetap sehat


atau lebih sehat, dan yang sakit harus segera diobati. Peran serta masyarakat
dan komponen dari berbagai sektor juga akan dilibatkan, bekerjasama untuk
mendukung tercapainya tujuan pelayanan puskesmas dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Puskesmas Dupak yang didirikan pada tahun 1959 ini, merupakan
jenis puskesmas perkotaan dengan tipe puskesmas rawat inap yang

melingkupi wilayah kerja Kelurahan Dupak yang terdiri dari 5 RW dan 75 RT.
Wilayah kerja Puskesmas Dupak ini merupakan daerah pemukiman padat
penduduk dengan latar belakang yang merupakan wilayah eks lokalisasi
prostitusi. Masalah kesehatan yang ditemukan pun sangat beragam dan ada
pada berbagai lapisan lapisan masyarakat, mulai dari balita sampai lanjut usia.
Upaya pelayanan wajib dan pengembangan puskesmas dilakukan dengan
disertai bererapa pelayanan inovasi seperti program HOPE ODHA dengan
sasaran penderita HIV/AIDS, dan program lainnya yang diharapkan mampu
menyelesaikan permasalahan kesehatan dalam wilayah kerjanya melalui upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif dan preventif
yang dilakukan puskesmas meliputi penyuluhan kesehatan perorangan,
imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrining kesehatan. Upaya kuratif dan
rehabilitatif puskesmas diberikan dengan memberikan pengobatan dan
pemulihan kepada masyarakat yang memanfaatkan puskesmas.
1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Agar mahasiwa memperoleh pengalaman dalam pelayanan
kesehatan di Puskesmas baik dari segi teori maupun operasionalnya.

1.2.2

Tujuan Khusus
Agar mahasiswa memperoleh kemampuan, keterampilan dan
pelayanan tentang berbagai bentuk program pendidikan di Puskesmas
sehingga mahasiswa mampu mengaplikasikan teori yang diberikan
dalam kuliah dengan praktek lapangan melalui tahap-tahap:
1. Mengenal peran dan fungsi pelayanan dalam Puskesmas
2. Mengenal struktur organisasi dan mekanisme kerja lapangan di
Puskesmas
3. Mengidentifikasi masalah Puskesmas
4. Mengenal tujuan masing-masing unit/ pokok program
5. Melaksanakan kegiatan/ program Puskesmas

1.3 Manfaat
1. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan evaluasi kinerja Puskesmas Dupak dan sebagai bahan


pertimbangan untuk Pengelolaan Manajemen Puskesmas Dupak
2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Surabaya
Sebagai dasar untuk melaksanakan pengawasan dan evaluasi terhadap
kinerja Puskesmas.
3. Bagi Mahasiswa
1) Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan asuhan
keperawatan keluarga dan komunitas dalam mengatasi masalah
kesehatan di Puskesmas.
2) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang program-program yang
ada di Puskesmas.

BAB 2
ANALISA SITUASI
2.1 Data Umum
Nama Puskesmas

: Puskesmas Dupak

Kepala Puskesmas

: dr. Nurul Lailah, M.Kes

Nomer Kode Puskesmas

: 0502

Alamat Puskesmas

: Jl. Dupak Bangunrejo Gang Poliklinik No.


6 Kel. Dupak Kec.Krembangan, Surabaya
kode pos 60179

Nomer Telepon

: (031) 3531009

Tahun Berdiri

: Tahun 1959 gedung lama, rehabilitasi total


pada tahun 2008

Tipe Puskesmas

: Puskesmas Inap

Jenis Puskesmas

: Puskesmas Perkotaan

Luas Puskesmas

: 1.072,50 m2

Luas Bangunan

: 1.150 m2

Visi Puskesmas Dupak

: Puskesmas dengan Pelayanan Profesional


untuk Mewujudkan Dupak Sehat

Misi Puskesmas Dupak


1.

:
Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu

sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.


2.

Melaksanakan upaya dan pelayanan Kesehtan yang


profesional.

3.

Meningkatkan Pemberdayaan masyarakat dalam


Upaya Kesehatan.

Motto

: Pelayananku sepenuh Hati

Tata nilai Puskesmas

:
D : Disiplin
U : Utamakan Kepuasaan Pelanggan
P : Profesional
A : Aman
K : Komunikatif

2.2 Data Wilayah


1. Batas wilayah kerja Puskesmas Dupak yaitu :
Sebelah Barat

: Kelurahan Morokrembangan

Sebelah Utara

: Kelurahan Perak Barat

Sebelah Timur

: Kelurahan Jepara

Sebalah Selatan

: Kelurahan Genting

2. Posisi Geografis Puskesmas Dupak


Puskesmas Dupak terletak di tengah-tengah pemukiman padat penduduk
dan terletak dekat dengan pasar. Wilayah Puskesmas mudah dijangkau
dengan akses transportasi baik.
3. Luas wilayah kerja Puskesmas Dupak :

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kelurahan dalam satu kecamatan,


yaitu Kelurahan Dupak, dengan luas wilayah 145 Ha yang terdiri dari 5
RW dan 75 RT. Faktor yang digunakan untuk menentukan wilayah kerja
Puskesmas:
1) Kepadatan penduduk
2) Luas daerah
3) Keadaan geografis
4) Keadaan intrastruktur yang lain
Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Kota/Kabupaten sehingga
pembagian wilayah kerja Puskesmas ditetapkan oleh Walikota/Bupati
dengan sarana tehknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten yang
telah disetujui oleh Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.
2.3 Data Kependudukan
1. Data Penduduk Berdasarkan Usia Di wilayah Kerja Puskesmas Dupak
Tabel 2.1 Data penduduk berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas
Dupak tahun 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

UMUR (Th)
0-1
1-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
>75
JUMLAH

Laki-laki
177
719
885
794
877
1104
1014
996
985
887
771
701
524
359
230
140
127
11.290

Perempuan
175
695
851
784
896
1025
1032
1076
1009
939
857
725
540
342
242
178
194
11.565

Berdasarkan tabel distribusi (tabel 2.1) diketahui bahwa komposisi


terbesar pada kelompok usia produktif. Sebaran terbesar penduduk
berjenis kelamin laki-laki pada kelompok usia 20-24 tahun. Sedangkan
pada perempuan, distribusi penduduk terbanyak adalah mereka yang
berada dalam kelompok rentang usia 30-34 tahun. Namun demikian,
sebaran kelompok diantara kedua jenis kelamin tidak memiliki perbedaan
yang signifikan. Sebaran umum penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Dupak adalah dalam rentang usia produktif, yakni pada rentang usia 20-39
tahun.
2. Data sasaran pelayanan Puskesmas Dupak
Tabel 2.2 Data Sasaran Pelayanan Puskesmas Dupak Tahun 2015
No
Sasaran
1
Jumlah Penduduk
2
Kepala Keluarga
3
Kepala Keluarga Miskin
4
Jumlah Ibu Hamil
5
Jumlah Bayi
6
Jumlah Anak Balita
7
Jumlah Wanita Usia Subur
8
Jumlah Pasangan Usia Subur
9
Jumlah Ibu Bersalin
10
Jumlah Ibu Nifas
11
Jumlah Ibu Meneteki
Sumber : Profil Puskesmas Dupak Dalam Angka 2015

Jumlah
23.436
7.580
739
370
333
1.346
12.399
3.984
353
353
353

Berdasarkan tabel 2.2, diketahui bahwa sasaran terbesar pelayanan


Puskesmas Dupak tahun 201 adalah wanita usia subur
2.4 Pendidikan
Tabel 2.3 : Jumlah Sarana Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Dupak
tahun 2015

No
1
2
3
4

Sekolah
TK
SD/MI
SMP/MTs
SMU
TOTAL

Jumlah
19
11
2
0
32

Sumber : Profil Puskesmas Dupak Dalam Angka 2015


Berdasarkan tabel 2.3, diketahui bahwa sarana pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Dupak tahun 2015 adalah TK.

2.5 Data Khusus


2.2.1 Derajat Kesehatan
Derajat kesehatan meliputi uraian tentang indikator mortalitas, morbiditas
dan status gizi.
1. Mortalitas
Mortalitas merupakan angka kematian yang terjadi pada kurun
waktu dan tempat tertentu yang diakibatkan oleh keadaan tertentu, dapat
berupa penyakit maupun karena sebab lain.
1) Angka kematian bayi (AKB)
AKB dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran
hidup pada tahun yang sama. AKB tahun 2015 di wilayah kerja
Puskesmas Dupak sebesar 1,89/1.000 kelahiran hidup.

Hal ini

menunjukkan bahwa upaya Puskesmas Dupak dalam pengelolaan


kesehatan ibu dan anak dalam hal penekanan angka kematian bayi sudah
baik.
2) Angka Kematian Anak Balita (AKABA)
AKABA merupakan jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai
usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA di wilayah Puskesmas Dupak sebesar 0,7/1.000 kelahiran
hidup. Hal ini menunjukkan bahwa upaya Puskesmas Dupak dalam
pengelolaan kesehatan ibu dan anak dalam hal penekanan angka
kematian anak balita sudah baik.

3) Angka kematian ibu melahirkan (AKI)


AKI menggambarkan jumlah ibu atau wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait gangguan kehamilan atau penanganannya
(tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI di
wilayah Puskesmas Dupak sebesar 189,39/100.000 kelahiran hidup.
Angka ini menunjukkan bahwa angka kematian ibu pada saat
melahirkan masih cukup tinggi dan menjadi perhatian Puskesmas
Dupak.
2. Morbiditas
Morbiditas adalah angka kesakitan baik insiden maupun prevalensi
dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam
suatu populasi pada kurun waktu tertentu.
1) Tuberkulosis (TBC) Paru
Jumlah pasien TBC paru yang diobati di Puskesmas Dupak tahun 2015
adalah 22 pasien, dengan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate)
sebesar 100%.
2) Pneumonia pada balita
Pada tahun 2015 jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan
sebanyak 4 kasus (2,84%) dari 141 perkiraan balita yang menderita
pneumonia. Seluruh kasus pneumonia balita yang ditemukan telah
ditangani sesuai standar. Tiga dari empat balita yang menderita
pneumonia sembuh setelah melakukan pengobatan dan kontrol rutin,
sedangkan 1 balita sisanya dirujuk ke rumah sakit pemerintah karena
membutuhkan penanganan yang lebih memadai.
3) HIV/AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS)
Pada tahun 2015 ditemukan 23 kasus HIV dengan rincian penderita;
laki-laki 11 orang dan perempuan 12 orang. Jumlah kematian akibat
AIDS di wilayah kerja Puskesmas Dupak ada 4 orang dengan rincian
penderita yang meninggal laki-laki 1 orang dan perempuan 3 orang.

Jumlah penderita IMS yang ditemukan dan diobati di Puskesmas Dupak


tahun 2015 sebanyak 247 orang.
a. Jumlah pelayanan poli umum kasus HIV tahun 2015 sebagai berikut:
a) Jumlah suspect yang diperiksa HIV : 105 suspect
b) Jumlah hasil tes HIV (+)/ reaktif : 18 orang
c) Jumlah ODHA yang mengakses ARV : 13 orang
d) Jumlah ODHA yang belum ARV : 1 orang
e) Jumlah ODHA yang lolos follow up : 2 orang
f) Jumlah ODHA yang meninggal : 4 orang
b. PPIA
a) Jumlah kunjungan PPIA : 2846 orang
b) Ditawarkan tes HIV : 836 orang
c) Dites HIV dan Siphilis : 836 orang
d) Jumlah HIV (+) : 5 orang
e) Jumlah Siphilis : 1 orang
f) Jumlah yang mengakses ARV : 4 orang
g) Jumlah yang menolak ARV : 1 orang
Berdasarkan data-data di atas, dapat dikatakan bahwa program HIV
berhasil.
4) Penyakit Diare
Penyakit diare yang ditangani di Puskesmas Dupak tahun 2015 sebanyak
1.138 kasus. Semua kasus diare yang ditemukan telah mendapat
penenganan sesuai standar sehingga dapat dikatakan bahwa upaya
penanganan penyakit diare yang telah dilakukan oleh Puskesmas Dupak
berhasil.
5) Penyakit Kusta
Pada tahun 2015 jumlah kasus baru kusta Multi Basiler sebanyak 1
orang. Kusta pada anak dan penderita kusta yang memiliki kecacatan
tingkat 2 tidak ditemukan pada tahun 2015. Prevelansi penyakit kusta di
Puskesmas Dupak sebesar 0,4% per 10.000 penduduk. Sampai dengan

saat ini, penderita tersebut telah menyelesaikan pengobatan dan masih


melakukan kontrol rutin ke Puskesmas Dupak.
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyaki kusta dilakukan dengan
penemuan penderita dan pengobatan multi drugs Therapy (MDT).
Pencegahan kecacatan dilakukan dengan pemeriksaan Prevention of
Disability (POD) setiap bulannya selama pengobatan. Tahun 2015
penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan tepat waktu (Release
from Treatment) untuk kusta Multi Basiler sebesar 100%.
6) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada tahun 2015 jumlah pasien DBD di wilayah kerja Puskesmas Dupak
sebanyak 10 orang yang seluruhnya sudah mendapatkan penanganan
berupa pemberian antipiretik, penggantian cairan, serta pemberian
rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai. Selain itu, pihak
Puskesmas Dupak melakukan pendataan pada 20 rumah di sekitar rumah
penderita untuk mendeteksi ada tidaknya kondisi yang memungkinkan
terjadinya kasus serupa. Selain itu, telah dilakukan fogging di sekitar 20
rumah tersebut. Tidak ditemukan kasus kematian akibat DBD. Upaya
yang telah dilakukan untuk mencegah terjadinya DBD berupa : petugas
puskesmas bersama jumantik, wamantik, rumantik, tokoh masyarakat,
lintas sektor dan semua masyarakat berperan aktif dalam kegiatan
gebyar PSN melalui gerakan 3M, pemeriksaan jentik berkala dan
inovasi pemberian ikan di tempat penampungan air yang sulit
dibersihkan (telah dilaksanakan di RW 1-3 Dupak).
7) Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pada tahun 2015 tidak ditemukan KLB di wilayah kerja Puskesmas
Dupak
8) Penyakit tidak menular (PTM)
Upaya pencegahan dan pengendalian PTM di wilayah kerja Puskesmas
Dupak Surabaya sudah berjalan dengan baik. Kegiatan rutin yang
dilakukan antara lain pemeriksaan dan pengobatan hipertensi serta
diabetes melitus, serta pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
untuk deteksi dini kanker leher rahim. Hasil kegiatan meliputi :

a. Pasien Hipertensi yang diperiksa dan diobati sebanyak 576 pasien


(2,52% dari 22.855 penduduk)
b. Pasien DM yang diperiksa dan diobati sejumlah 291 pasien (1,27%,
DARI 22.855 penduduk).
c. Pemeriksaan IVA dlakukan pada 266 orang. Sejumlah 10 orang
(3,76%) dinyatakan positif menderita kanker leher rahim. Dari 10
orang tersebut, 7 orang dilakukan Cryo treatment, 3 orang lainnya
dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan.
3. Status Gizi
1) Status gizi bayi
Jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah pada tahun 2015 adalah 18
bayi (3,56%) dari 505 bayi. Bayi dengan gizi kurang sebanyak 5 bayi.
Tindakan yang telah dilakukan terhadap 23 bayi tersebut diantaranya
adalah pelacakan dan kunjungan rumah bayi, penyuluhan kesehatan ASI
eksklusif kepada keluarga terutama ibu bayi, serta pemantauan ketat
tumbuh kembang bayi di posyandu binaan Puskesmas Dupak.
2) Status gizi balita
Jumlah balita pada tahun 2015 di wilayah kerja Puskesmas Dupak
sebanyak 1.802 balita dengan presentase D/S sebesar 100%. Dari hasil
penimbangan balita yang berat badannya di bawah garis merah (sesuai
KMS) sebanyak 15 balita (0,80%). Tidak ditemukan balita dengan gizi
buruk namun terdapat balita dengan gizi kurang yaitu sebanyak 22
balita.
Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk penanganan bayi, balita BGM
dan gizi kurang yaitu melalui pemberian makanan tambahan, PMT
pemulihan, taman gizi atau CFC dan kegiatan pelacakan/kunjungan
rumah balita.
2.2.2 Ketenagaan
Tabel 2.4 : Jumlah Pegawai menurut Latar Belakang Pendidikan di
Puskesmas Dupak tahun 2016

No

Nama

Pendidikan

Status
Kepegawaia

1.

drg. Titik Hidayani

S1 Kedokteran Gigi

n
PNS

2.

dr. Nurul Lailah, M. Kes

S1 Kedokteran

PNS

3.

Ismiah, Amd. Farm.

D3 Farmasi

PNS

4.

Estri Purwani

SMA Pekarya

PNS

5.

dr. Rosna Suswanti

S1 Kedokteran

PNS

6.

dr. Paramitha Kusuma W.

S1 Kedokteran

PNS

7.

Salmah, Amd.And. Med.

D3 Analisis Kesehatan

PNS

8.

Siska Wulandari, SST.

D4 Kebidanan

PNS

9.

Ike Sulistyo Wijayanti, SST.

D4 Kesling

PNS

10

Nurhaida Dinarianti, Amd.Gizi

D3 Gizi

PNS

Koirul Nisak, Amd. Kep.

D3 Keperawatan

PNS

11

Joko Hariyanto, Amd. AK.

D3 Analisis Kesehatan

PNS

12

Hartini, Amd. Kep.

D3 Keperawatan

PNS

Dwi Hastutik, Amd. Kep.

D3 Keperawatan

PNS

13

Rina Indra Aprilia, Amd. Keb.

D3 Kebidanan

PNS

Maya Fajarwati, Amd. Keb.

D3 Kebidanan

PNS

14

Suciani Purnomosari, Amd. Kep.

D3 Keperawatan

PNS

Srining Afifatus Sholihah, Amd. Keb.

D3 Kebidanan

PNS

15

Hartatik

SMA

PNS

Kasum

SD

PNS

16

dr. Nila Harry Kurniawati

S1 Kedokteran

Kontrak

dr. Novi Yusriansari

S1 Kedokteran

Kontrak

17

drg. Januieta Hartind

S1 Kedokteran Gigi

Kontrak

Widyaningsih, S. FARM, Apt.

S1 Apoteker

Kontrak

18

Arum Dynaria Dyah M., SKM.

SKM

Kontrak

Ditta Ernawan, S. Kom.

S1 Komputer

Kontrak

19

Marniuatul Khoiriyah, S. Psi. M. Psi.

S2 Master Psikologi

Kontrak

Manda Rindiana L. R., Amd. Keb.

D3 Kebidanan

Kontrak

20

Dian Tatri Priwahyuni, Amd. Keb.

D3 Kebidanan

Kontrak

Iin Nuryati, Amd. Keb.

D3 Kebidanan

Kontrak

21

Lutfi cahyanti, Amd. Keb.

D3 Kebidanan

Kontrak

Sadania, Amd. Keb.

D3 Kebidanan

Kontrak

22

Yurotul Setiyowati, Amd. Keb.

D3 Kebidanan

Kontrak

Eny Susendrawati, Amd. Kep

D3 Keperawatan

Kontrak

23

Ahsanul Hadi, Amd. Kep

D3 Keperawatan

Kontrak

Muhamad Nur Kamid, Amd. Kep

D3 Keperawatan

Kontrak

24

Pinda Retnosari, Amd. Kep

D3 Keperawatan

Kontrak

Devita Rahma Meitarini, Amd. Kep

D3 Keperawatan

Kontrak

25

Siswo Widodo, Amd. Kep

D3 Keperawatan

Kontrak

Burhanuddin Harahap Amd.PK

D3 Rekam Medik

Kontrak

26

Putri Puspita Sari, Amd Gizi

D3 Gizi

Kontrak

Vidya Krisna

SMF

Kontrak

27

Pipit Puspitasari

SMA

Kontrak

Deny Syamsul Huda

SMA

Kontrak

28

Supariyono

SMA

Kontrak

Nur Rahman

SMA

Kontrak

29

Chandra Ermanto

SMK

Kontrak

Yuswo Budi Santoso

STM

Kontrak

30

Irvanto

SMP

Kontrak

Kusnan

SMP

Kontrak

31
.
32
.
33
.
34
.
35
.
36
.

37
.
38
.
39
.
40
.
41
.
42
.
43
.
44
.
45
.
46
.
47
.
48
.
49
.
50
.
Sumber: Data Puskesmas Dupak (2016)
2.2.3 Sarana Kesehatan yang Ada
Tabel 2.5 : Jumlah Sarana Kesehatan yang Ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Dupak tahun 2015

NO
1.

JENIS PELAYANAN

JUMLAH
0

Rumah Sakit

2.

Balai Pengobatan Swasta

3.

Dokter Praktek Swasta

4.

Bidan Praktek Swasta

5. Rumah Bersalin
Sumber : Profil Puskesmas Dupak dalam angka 2016

Dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, Puskesmas Dupak


didukung oleh sumber daya manusia, dana, sarana dan prasarana. Dari segi
pendanaan, anggaran dana Puskesmas Dupak diperoleh dari :
1.

APBD Kota Surabaya melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya

2.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

3.

Jaminan Kesehatan Nasional


Tabel 2.6 : Sarana dan Prasarana di Puskesmas Dupak tahun 2015
SARANA & PRASARANA
Sarana Pelayanan kesehatan :

a. Puskesmas Dupak

JUMLAH
1

b. Upaya Kesehatan berbasis masyarakat:


a) Posyandu Balita:
-

Posyandu Madya

Posyandu PURI

33

b) Posyandu Lansia

c) Kelurahan siaga

d) Pos kesehatan kelurahan

c. Pusling

2.2.4 Peran Serta Masyarakat


Dalam upaya meningkat kesejahteraan kesehatan suatu komunitas, tidak
hanya mengandalkan petugas kesehatan namun peran masyarakat dan lintas sektor
di dalamnya sangat dibutuhkan.

Puskesmas Dupak dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dalam


wilayah kerjanya bekerja sama dengan masyarakat dan lintas sektor didalamnya.
Adapun kerjasama ini berupa :
1. Membentuk kader posyandu, yang terdiri dari 195 orang
2. Membentuk kader poskesdes, yang terdiri dari 5 orang
3. Membentuk kader lansia yang terdiri dari 15 orang
4. Membentuk paguyuban usia lanjut, sebanyak 3 kelompok
5. Membentuk posyandu, sebanyak 39 pos
6. Membentuk poskesdes sebanyak 1 pos
7. Bekerjasama dengan LSM peduli kesehatan, sebanyak 3 kelompok
8. Membentuk posyandu lansia, sebanyak 3 pos
9. Membentuk posbindu, sebanyak 12 pos.

BAB 3

METODOLOGI KERJA
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
3.1.1

Lokasi pelaksanaan kegiatan Puskesmas


Puskesmas Dupak Jalan Dupak Bangunrejo gang Poliklinik No. 6
Surabaya Kecamatan Krembangan.

3.1.2

Waktu pelaksanaan Kegiatan Praktik Puskesmas


Praktik

keperawatan

komunitas

dan

keluarga

gelombang

kedua

dilaksanakan mulai tanggal 24 Oktober sampai 09 Desember 2016.


3.1.3

Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan selama praktik di Puskesmas Dupak adalah
kegiatan dalam gedung dan kegiatan luar gedung.

1. Kegiatan dalam gedung, meliputi:


1) Melakukan pelayanan di Poli Umum
2) Melakukan pelayanan di KIA
3) Melakukan penyuluhan dalam gedung
4) Melakukan pendidikan Kesehatan individu
5) Melakukan pelayanan di Unit Gawat Darurat Puskesmas
2. Kegiatan luar gedung, meliputi:
1) Membantu pelaksanaan posyandu BALITA di wilayah kerja
Puskesmas Dupak
2) Membantu pelaksanaan Posyandu lansia di wilayah kerja
Puskesmas
3) Membantu pelaksanaan penjaringan anak sekolah
4) Melakukan pelatihan cara mengukur tekanan darah pada kader
posyandu lansia
5) Membantu dalam sosialisasi media promosi kesehatan pada kader
posyandu
6) Melakukan sosialisasi posyandu remaja
3.2 Mekanisme Kegiatan

Praktik dilaksanakan di dalam dan di luar gedung Puskesmas Dupak, yaitu


dengan membantu melakukan program-program puskesmas yang dilakukan oleh
petugas Puskesmas dan membantu pelaksanaan kegiatan dengan pengelola atau
pemegang program kegiatan yang ada di luar puskesmas. Adapun kegiatan di
Puskesmas Dupak dilaksanakan melalui :
1. Pengumpulan data primer dan sekunder dari wilayah kerja Puskesmas Dupak,
yang meliputi:
1) Pengamatan langsung
2) Wawancara dengan petugas Puskesmas
3) Observasi situasi dan kondisi kerja Puskesmas Dupak
2. Mengumpulkan data-data mengenai Puskesmas Dupak
3. Menganalisis data-data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas Dupak

78

BAB 4
KEGIATAN PUSKESMAS
4.1 Hasil Kegiatan Puskesmas
Tabel 4.1 Hasil Kegiatan Puskesmas Dupak Tahun 2015
No

KEGIATAN

Satuan

Target

Tahun 2015
Pencapaian Cakupan

PROGRAM POKOK / WAJIB


I PROMOSI KESEHATAN
A PENGEMBANGAN DESA SIAGA
1. Desa / Kelurahan Siaga yang
terbentuk
2. Desa / Kelurahan Siaga Bina
3. Desa / Kelurahan Siaga Tumbuh
4. Desa / Kelurahan Siaga

Kembang
5. Desa / Kelurahan Paripurna
6. Desa / Kelurahan Siaga Aktif
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DALAM PHBS

Pengkajian Perilaku Hidup Bersih

Desa/kel

0%
100 %

KETERANGAN

79

dan Sehat pada Tatan Rumah


Tangga
1. Rumah Tangga dikaji
2. Rumah Tangga Sehat (10

II

D
II
A

KK
KK

1516
1516

1740
998

114%
66%

target tercapai
target belum tercapai

Kelompok
Sekolah
Sarkes
Lokasi
Institusi
Ponpes

234
16
12
128
-

275
8
4
64
-

117%
50%
50%
50%
-

target tercapai
target belum tercapai
target belum tercapai
target belum tercapai

Posyandu
Kali

39
362

33
37

84%
10%

target belum tercapai


target belum tercapai

Indikator)
Intervensi dan Penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat pada
1. Kelompok Rumah Tangga
2. Institusi Pendidikan (Sekolah)
3. Institusi Sarana Kesehatan
4. Institusi TTU
5. Institusi Tempat Kerja
6. Pondok Pesantren
PENGEMBANGAN UPAYA
KESEHATAN
BERSUMBERDAYA
MASYARAKAT (UKBM)
1. Jumlah Posyandu
2. Posyandu Pratama
3. Posyandu Madya
4. Posyandu Purnama
5. Posyandu Mandiri
6. Posyandu Purnama Mandiri
PENYULUHAN NAPZA
KESEHATAN LINGKUNGAN
PENYEHATAN AIR

80

1. Pengawasan Sarana Air Bersih (

1998

1998

100%

target tercapai

SAB )
2. Sarana Air Bersih yang

1998

100

5%

memenuhi syarat kesehatan


3. Jumlah Kepala Keluarga (KK)

7580

7580

100%

target tercapai

MINUMAN
1. Pembinaan Tempat Pengelolaan

74

23

31%

target belum tercapai

Makanan ( TPM )
2. Tempat Pengelolaan Makanan

74

18

24%

target belum tercapai

DAN SANITASI DASAR


1. Pembinaan sanitasi perumahan

6492

6492

100%

target tercapai

dan sanitasi dasar


2. Jumlah Rumah yang memenuhi

6492

3343

51%

target belum tercapai

64

40

62%

target belum tercapai

target belum tercapai

yang memiliki akses terhadap

SAB
PENYEHATAN MAKANAN DAN

(TPM ) yang memenuhi syarat

kesehatan
PENYEHATAN PERUMAHAN

syarat kesehatan
PEMBINAAN TEMPAT-TEMPAT
UMUM ( TTU )
1. Pembinaan sarana tempat-

81

tempat umum
2. Tempat Tempat Umum yang

64

40

62%

memenuhi syarat kesehatan


KLINIK SANITASI
1. Klinik Sanitasi
2. Jumlah klien yang sudah

0.00

7580

7334

97%

target belum tercapai

0%

belum dilakukan

7580
1

6279
1

82%
100%

Kasus

target belum tercapai

mendapat intervensi/tindak
F

lanjut yang diperlukan


SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT ( STBM ) =
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
1. Jumlah Kepala Keluarga (KK)
yang memiliki Akses terhadap
jamban
2. Jumlah Desa/Kelurahan yang
sudah ODF
3. Jumlah jamban Sehat
4. Pelaksanaan Kegiatan STBM di

Puskesmas
III UPAYA PERBAIKAN GIZI
PELAYANAN GIZI
A
MASYARAKAT

target belum tercapai


target tercapai

82

1. Pemberian kapsul Vitamin A

Anak

1414

1445

102%

target tercapai

Ibu hamil

389

305

78%

target belum tercapai

Ibu hamil

305

16

5%

target belum tercapai

GIZI
1. Balita Gizi buruk mendapat

Anak

0%

perawatan
2. MP-ASI Pada anak usia 6-24

Anak

41

41

100%

target tercapai

bulan
3. Pemberian PMT Pemulihan

Anak

100%

target tercapai

balita gizi buruk


4. BALITA BAWAH GARIS

anak

1802

15

0.8%

Ibu hamil

240

240

100%

target tercapai

Desa
Anak

1
1802

1
1442

100%
80%

target tercapai
target belum tercapai

dosis tinggi Pada Balita 2 kali


per tahun
2. Pemberian tablet besi (90 tablet)

pada Bumil
3. BUMIL KEK.
PENANGANAN GANGGUAN

MERAH.
5. Cakupan Rumah Tangga yang
mengkonsumsi garam
C

beryodium
PEMANTAUAN STATUS GIZI
1. Desa bebas rawan gizi.
2. Balita naik berat badannya
(N/D)

83

3. Persentase Balita yang

Anak

1802

1802

100%

target tercapai

ditimbang berat badannya


IV KESEHATAN IBU & ANAK
A KESEHATAN IBU
1. Pelayanan Kesehatan bagi

Ibu hamil

389

305

78%

target belum tercapai

Ibu hamil
Ibu bersalin

386
372

81
352

21%
95%

target tercapai

Ibu nifas

372

352

95%

target tercapai

Ibu hamil risti

78

70

90%

target tercapai

Risti/komplikasi yang ditangani


KESEHATAN BAYI
1. Pelayanan Neonatal

Bayi

53

31

58%

target belum tercapai

Risti/Komplikasi yang ditangani


2. Pelayanan Neonatal sesuai

Bayi

352

334

95%

target tercapai

Bayi

352

344

98%

Anak balita

1414

1097

78%

Bumil sesuai standard, untuk


kunjungan lengkap (K4)
2. Drop out K1 - K4
3. Pelayanan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang
berkompeten
4. Pelayanan Nifas Lengkap
sesuai standar
5. Pelayanan Maternal
B

standar (KN lengkap)


3. Pelayanan Bayi Paripurna
UPAYA KESEHATAN BALITA
DAN ANAK PRA SEKOLAH
1. Pelayanan kesehatan anak Balita

target belum tercapai

84

2. Pelayanan kesehatan Anak Pra

Anak Pra

Sekolah
UPAYA KESEHATAN ANAK

Sekolah

662

93%

target tercapai

Murid
Murid
Murid

457
220
0

439
215
0

96%
98%
0

target terapai
target tercapai

Kali
Kali

7
7

7
4

100%
57%

target tercapai
target belum tercapai

Murid
Murid
Murid
Remaja

0
0
0
3201

0
0
0
2785

0
0
0
87%

target belum tercapai

PUS

4322

3093

72%

target belum tercapai

USIA SEKOLAH DAN REMAJA


1. Jumlah Murid yang dilakukan
penjaringan kesehatannya
a. Murid kelas I SD/MI
b. Murid kelas VII SMP/MTs
c. Murid kelas X SMS/MA
2. Frekuensi pembinaan kesehatan
disekolah
a. SD/MI.kali
b. Murid SMP/MTs
c. Murid SMS/MA
3. Jumlah kader yang dilatih
tentang kesehatan
1. SD/MI.kali
2. Murid SMP/MTs
3. Murid SMS/MA
4. Cakupan pelayanan kesehatan

708

remaja
PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA
1. Cakupan KB aktif
(contraceptive prevalence

85

rate/CPR)
2. Cakupan peserta KB baru
3. Cakupan KB Drop Out
4. Cakupan peserta KB mengalami

Orang
Peserta
Peserta

4322
3093
3093

401
142
0

9%
4%
0

komplikasi
5. Cakupan peserta KB yang

Peserta

3093

Peserta

3093

202

6%

target belum tercapai

target belum tercapai


target belum tercapai
-

mengalami kegagalan
kontrasepsi
6. Cakupan peserta KB mengalami
efek samping
UPAYA PENCEGAHAN DAN
V

PEMBERANTASAN PENYAKIT

MENULAR
DIARE
1. Penemuan penderita Diare yang

Kasus

967

1138

118%

target belum tercapai

diobati di Puskesmas dan Kader


Cakupan pelayanan Diare
Angka penggunaan oralit
Angka penggunaan RL
Proporsi penderita diare balita

%
%
%
Kasus

697
1138
1138
155

1138
1138
91
126

118%
100%
8%
81%

target tercapai
target tercapai
target belum tercapai
target belum tercapai

1138

Kasus

141

3%

2.
3.
4.
5.

yang diberi tablet Zinc


6. Case Fatality Rate KLB Diare
ISPA
Cakupan penemuan penderita

86

Pnemonia balita
KUSTA
1. Penemuan Penderita Kusta Baru

Orang

25%

(Case Detection Rate)


2. Proporsi kasus kusta anak
3. Proporsi kasus kusta Tk II
4. Prevalensi Kusta (PR)
5. RFT Rate penderita PB
6. RFT Rate penderita MB
TB PARU
1. Penemuan suspect penderita TB
2. Proporsi Pasien TB Paru BTA

%
%
%
%
%

0
0
0.4
0
1

0
0
0.4
0
1

0
0
100%
0
100%

Orang
%

245
308

308
33

126%
11%

Positif diantara suspek TB


3. Angka keberhasilan pengobatan

22

22

100%

target tercapai

pasien baru BTA positif


4. Angka kesalahan Laboratorium

339

target tercapai

Kali

12

37

308%

target tercapai

Kelompok

12

37

308%

target tercapai

( untuk PPM & PRM )


PENCEGAHAN DAN
E

PENAGGULANGAN PMS DAN


HIV / AIDS
1. Jumlah kegiatan penyuluhan
HIV/AIDS di Puskesmas
2. Kelompok sasaran yang

dijangkau
DEMAM BERDARAH DENGUE

87

(DBD)
1. Insidens kasus DBD
2. Prosentase Penderita DBD
ditangani
3. Case Fatality Rate Kasus (CDR)

penyakit DBD
4. Angka Bebas Jentik ( ABJ )
5. Jumlah wilayah KLB DBD
MALARIA
1. Penderita klinis malaria yang

Kasus
Orang

22.8
10

22.8
10

100%
100%

10

%
Desa

37382
1

33074
0

88%
0

Orang

Orang

target tercapai

target belum tercapai


-

dilakukan pemeriksaan Sediaan


Darah (SD)
2. Penderita positif malaria yang
diobati sesuai standar (ACT)
3. Penderita positif malaria yang di

Follow up
PENCEGAHAN DAN
PENANGULANGAN RABIES*)
1. Cuci luka terhadap kasus gigitan

Orang

Hewan Perantara Rabies


2. Vaksinasi terhadap kasus gigitan

Orang

HPR yang berindikasi


PELAYANAN IMUNISASI*)
1. Imunisasi HB 0 - 7 hari pada

Bayi

352

336

95%

target tercapai

88

bayi
2. Imunisasi BCG pada bayi
3. Imunisasi DPT/HB 1 pada bayi

Bayi
Bayi

352
352

329
322

93%
91%

target tercapai
target tercapai

4. Imunisasi DPT/HB 3 pada bayi

Bayi

352

322

91%

target tercapai

5. Imunisasi Campak pada bayi

Bayi

352

322

91%

target tercapai

6. Drop Out DPT /HB 1 Campak


7. Drop Out DPT/HB 1-DPT/HB 3
8. UCI Desa

Bayi
Bayi
Desa

322
322
1

0
0
1

0
0
100 %

target tercapai

9. Imunisasi DT pada anak kelas 1

Anak

458

444

97%

target tercapai

SD
10. Imunisasi campak pada anak

Anak

458

444

97%

target tercapai

kelas 1 SD
11. Imunisasi TT pada anak SD

Anak

941

919

98%

target tercapai

kelas 2 dan 3
12. Imunisasi TT 5 pada WUS (15 -

WUS

6731

599

9%

belum tercapai

45 tahun)
13. Pemantauan suhu lemari es

Hari

313

313

100%

tercapai

Bulan

12

12

100%

target tercapai

vaksin
14. Ketersediaan vaksin
PENGAMATAN PENYAKIT
J

(SURVEILANCE
EPIDEMIOLOGI)

89

1. Laporan STP (surveilan Terpadu

Bulan

12

12

100 %

target tercapai

Penyakit) yang tepat waktu


2. Kelengkapan Laporan STP

Bulan

12

12

100 %

target tercapai

(surveilan Terpadu Penyakit)


3. Laporan C1 (campak) yang

Bulan

12

12

100 %

target tercapai

tepat waktu
4. Kelengkapan Laporan C1

Bulan

12

12

100 %

target tercapai

(campak)
5. Laporan W2 (mingguan)yang

Minggu

52

52

100 %

target tercapai

tepat waktu
6. Kelengkapan Laporan W2

Minggu

52

52

100 %

target tercapai

(mingguan)
7. Grafik Penyakit Potensial

Minggu

52

52

100 %

target tercapai

Bulan
Desa

12
-

12
-

100%
-

%
Kali

22855
20454

23906
23906

104%
116%

Spesimen

305

305

100%

wabah
8. Laporan KIPI Zero reporting
9. Desa/kelurahan yang mengalami
KLB ditanggulangi < 24 jam
VI PENGOBATAN
A Pengobatan
1. Visite Rate
2. CONTACT RATE
PEMERIKSAAN
B
LABORATORIUM*)
1. Pemeriksaan Hemoglobin pada

90

ibu hamil
2. Pemeriksaan darah trombosit

Spesimen

tersangka DBD
3. Pemeriksaan test kehamilan
4. Pemeriksaan sputum penderita

Specimen
Specimen

189
308

189
308

100%
100%

tersangka TB
5. Pemeriksaan Protein Urine pada

Specimen

305

305

100 %

7665

1783

23%

Maternal

0%

Neonatal

0%

Kelompok

100 %

Orang

6038

3403

56%

ibu hamil
PROGRAM PENGEMBANGAN
PUSKESMAS DENGAN
I
RAWAT INAP
1. BOR Puskesmas tempat tidur
2. Pelayanan PONED
- Pelayanan Maternal
-

II

risti/komplikasi
Pelayanan neonatal

risti/komplikasi
UPAYA KESEHATAN USIA
LANJUT
1. Jumlah Posyandu lansia yang
dibina
2. Jumlah pralansia dan lansia
baru yang dilayani
kesehatannya standar

target tercapai
target belum tercapai

91

UPAYA KESEHATAN
III

MATA/PENCEGAHAN
KEBUTAAN
1. Penemuan Kasus di

96

96

100%

refraksi
2. Penemuan kasus penyakit

162

162

100%

mata di Puskesmas
3. Penemuan kasus buta katarak

5930

19

0.32%

pada usia > 45 tahun


4. Pelayanan operasi katarak di

Kali

0%

Orang

19

19

100 %

82

10

12%

masyarakat dan Puskesmas,


melalui pemeriksaan visus /

Puskesmas
5. Pelayanan rujukan mata

target tercapai

UPAYA KESEHATAN
IV

TELINGA / PENCEGAHAN
GANGGUAN
PENDENGARAN
1. Penemuan Kasus sulit dan
rujukan spesialis di Puskesmas
melalui pemeriksaan fungsi

92

pendengaran
2. Penemuan kasus peny telinga

di Puskesmas
3. Kejadian komplikasi operasi
KESEHATAN JIWA
1. Pemberdayaan kelompok

82

82

100 %

target tercapai

Orang

Kelompok

target tercapai

Kasus

40

target tercapai

40

10

25%

40

30

75%

masyarakat khusus dalam


upaya penemuan dini dan
rujukan kasus gangguan jiwa
2. Penemuan dan penanganan
kasus gangguan perilaku,
masalah napza, dll dari
rujukan kader dan masyarakat
3. Penanganan kasus kesehatan
jiwa, melalui rujukan ke RS /
spesialis
4. Deteksi dini dan penanganan
kasus jiwa, (gangguan
perilaku, gangguan jiwa,
gangguan psikosomatik,
masalah napza, dll) yang
datang berobat ke puskesmas,

93

PERAWATAN DAN
VI

PENANGGULANGAN
PENYAKIT GIGI
1. Pembinaan kesehatan gigi di

Posyandu

39

23

59%

target belum tercapai

Posyandu
2. Pembinaan kesehatan gigi

TK

11

9%

target belum tercapai

pada TK
3. Pembinaan dan bimbingan

SD/MI

target belum tercapai

sikat gigi massal pada SD /MI


4. Perawatan kesehatan gigi pada

SD/MI

100%

target tercapai

SD/Mi
5. Murid SD/MI mendapat

Orang

1345

438

33%

target belum tercapai

Gigi

675

292

43%

target belum tercapai

Bumil

386

27

7%

target belum tercapai

Keluarga

739

205

28%

perawatan kesehatan gigi


paripurna
6. Rasio Gigi tetap yang
ditambal terhadap gigi yg
dicabut
7. Bumil yg mendapat perawatan

VII

kesehatan gigi
PERAWATAN KESEHATAN
MASYARAKAT
Kegiatan asuhan keperawatan

94

pada keluarga rawan


VIII BINA KESEHATAN KERJA
Jumlah pekerja formal yang

rawan
%

Sekolah

0%

Institusi

100 %

ITU

64

Tempat kerja

Ponpes

mendapat pelayanan kesehatan


PEMBERDAYAAN
IX

MASYARAKAT DALAM
PHBS
1. Instusi Pendidikan yang dikaji
(Institusi Pendidikan
Klasifikasi IV)
2. Institusi sarana kesehatan yang
dikaji (Institusi kesehatan
klasifikasi IV)
3. Tatanan Tempat-tempat
Umum/TTU yg dikaji (TTU
klasifikasi IV)
4. Tatanan tempat kerja yang
dikaji (Tempat Kerja
Klasifikasi IV)
5. Tatanan pondok pesantren
yang dikaji (Pondok Pesantren
Klasifikasi IV)

target tercapai

95

XI

PENGEMBANGAN UKBM
1. Bina Poskesdes
2. Bina Polindes
3. Bina Upaya Kesehatan Kerja
(UKK)
4. Bina Poskestren
PROGRAM GIZI
Kunjungan Pojok gizi

100 %

20454

271

1%

target tercapai

96

4.2 Program Pokok Puskesmas


Puskesmas Dupak dalam pelayanan kesehatannya mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di
wilayah kerja puskesmas. Dalam fungsinya, Puskesmas Dupak berfungsi sebagai
pusat pergerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat dan keluarga, serta pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan
perorangan tingkat pertama yang diselenggarakan secara holistik, terpadu dan
berkesinambungan.
1. Jam Pelayanan Puskesmas Dupak Surabaya
1) Jam Pelayanan Rawat jalan pagi
Senin sampai Kamis

: 07.30 14.30 WIB

Jumat

: 07.30-11.30 WIB

Sabtu

: 07.30 -13.00 WIB

2) Jam Pelayanan Rawat Jalan Sore


Senin sampai Jumat

: 14.30-17.30 WIB

2. Jam Pelayanan UGD


Senin sampai Minggu buka 24 Jam
3. Jam Pelayanan Rawat Inap Umum dan Bersalin
Senin sampai Minggu buka 24 Jam
4. Jam pelayanan rawat inap pemulihan gizi buruk (TFC)
Senin sampai Minggu buka 24 jam

Jenis Pelayanan Upaya kesehatan perorangan di Puskesmas Dupak terdapat


dalam tabel 4.2 di bawah ini
Tabel 4.2 : Jenis Pelayanan Upaya Kesehatan Perorangan di Puskesmas Dupak
N

Poli/Unit

o
1

Poli Umum

Jenis layanan
a. Anamnesis, pemeriksaan dan tatalaksana pasien
b. Pencatatan rekam medik pasien
c. Pengobatan medik dasar sesuai SOP
d. Perawatan luka
e. Penyuluhan tentang penyakit dan pola hidup sehat

97

f. Konseling medik umum


g. Deteksi dini
h. Menerima rujukan
i. Melakukan rujukan kasus spesialistik
j. Menerbitkan surak keterangan sakit atau sehat atau
kematian yang ditandatangani dokter
2

Poli Gigi dan

k. Layanan HOPE ODHA dan Satelite ARV


a. Promotif, preventif dental health Education (DHE)

Mulut

b. Pencabutan tanpa komplikasi


c. Penumpatan gigi (sementara dan tetap)
d. Pembuangan karang gigi
e. Penanganan penyakit mulut dan rujukan
f. Mengurangi rasa sakit

Poli KIA-KB

g. Menghilangkan traumatik oklusi


a. ANC terpadu, natal dan post natal
b. USG dan dokter spesialis OBGYN
c. Perawatan Nifas
d. Penyuluhan
e. Pengangan infeksi menular seksual dan infeksi saluran
reproduksi
f. Pemeriksaan IVA dab sarari
g. Pemeriksaan kesehatan neonatal, bayi , balita dan anak
pra sekolah
h. SDIDTK
i. Imunisasi
j. MTBM dan MTBS
k. Konseling Kesehatan anak
l. Rujukan
m. Pelayanan dan konseling KB (IUD, Implant, suntik,
PIL, Kondom)

Unit

Gawat

Darurat

n. Pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak


a. Pemeriksaan awal kasus gawat darurat dan pemberian
tindakan prioritas berdasarkan SOP

98

b. Diagnosa dan penanganan permasalahgan dalam upaya


penyelamatan jiwa
c. Mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien
d. Memberikan bantuan hidup dasar
e. Membantu pasien mengatasi kegawatan sirkulasi
pembuluh darah dan kesadaran pernafasan serta jalan
napas
f. Melakukan resusitasi dan stabilisasi sementara sebelum
pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan
g. Melakukan ECG pada pasien
h. Melakukan Nebulizer
i. Melakukan P3K dan TGC (tim gerak cepat)
j. Melakukukan bedah minor
k. Melakukan penyuluhan penanganan gawat darurat
awam umum
a. Konsultasi gizi

Poli Gizi

b. Menfasilitasi dan motivasi ASI ekslusif pemberian


vitamin A pada bayi, balita dan bufas
c. Perawatan gizi buruk yang ditemukan dengan rawat
inap (TFC)
d. Perawtan Bumil KEK
e. Pencatatan Monev gizi buruk
f. Layanan rawat nginap
Rawat

Inap

Persalinan

g. Penyuluhan kelompok di runag tunggu


a. Pertolongan persalinan 24 jam
b. Pelayanan asuhan kebidanan bufas normal
c. Perawatan bayi baru lahir dengan kondisi sehat dengan
ibu (rawat gabung)
d. Visite dokter PJ KIA
e. Pelayanan ibu menyusui KIE ASI eksklusif
f. Asuhan BBLR untuk stabilusasi dan perbaikan suhu
g. Perawatan bayi dalam inkubator
h. Melakukan rujukan 24 jam ke rumah sakit rujukan

99

untuk kasus yang tidak bisa ditangani dengan didahului


Rawat

Inap

Umum

stabilisasi
a. Perawatan jaga siap 24 jam
b. Melakukan

asuhan

keperawatan

dan

Dischagre

planning
Unit Farmasi

c. Melakukan visite bersama dokter


a. Pelayanan farmasi :
b. Pengkajian dan pelayanan resep
c. Pelayanan informasi obat
d. Visite terkait penggunaan obat di UGD dan rawat inap
e. Perencanaan, pencampuran, penyimpanan distribusi dan
penyerahan pembekalan farmasi
f. Penyiapan, pencampuran dan penyampaian obat serta

Laboratoriu

pemantauan obat dalam dosis, indikasi efek samping


a. Pemeriksaan laboratorium yang bermutu

b. Rujukan spesimen secara horizontal dan vertikal


c. K3 Laboratorium untuk menghindari resiko terhadap
petugas
d. Kegiatan pemantapan mutu eksternal dan internal
e. Pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan
f. Interpretasi hasil laboratorium

Tabel 4.3 : Pelayanan UKM di wilayah Puskesmas Dupak


N
o
1

Upaya
Upaya
Promosi
Kesehatan

Jenis layanan
1) Pemberian informasi kesehatan melalui penyuluhan dan
media informasi (Poster, leaflet, banner serta videotron)
2) Kunjungan rumah
3) Pemberdayaan masyarakat dalam PHBS
4) Pembinaan desa siaga aktif

Upaya

5) Pembinaan UKBM
1) Layanan konseling melalui klinik kesehatan lingkungan

kesehatan

2) Pemicuan dan monev sanitasi total berbasis masyarakat

lingkungan

3) Inspeksi sanitasi (TPS, TTU, TPM, Tempat Kerja,

100

sarana sanitasi dasar)


4) Koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam
penanganan masalah kesehatan lingkungan
5) Pembinaan dalam upaya menurunkan risiko angka
3

Upaya

kesakitan akibat kondisi lingkungan (PSN)


1) Kunjungan rumah

KIA/KB

2) Kelas ibu hamil dan ibu balita


3) Imunisasi di posyandu
4) SDIDTK di posyandu dan di PAUD
5) Penyuluhan Kesehatan
6) Pendataan kesehatan
7) Pendataan sasaran

Upaya

8) Kelas calon pengantin


Gizi 1) Pemberian kapsul Vitamin A

Masyarakat

2) Kelompok pendamping ASI


3) Pemantauan pertumbuhan bayi dan balita di posyandu
4) Penyuluhan kesehatan
5) Survei kadarzi
6) Monitoring garam beriodium
7) Pos gizi
8) Pemberian MP ASI untuk usia 6 sampai 24 bulan untuk
balita GAKIN
9) Pelacakan kasus gizi buruk
10) Pemberian tablet tambah darah pada remaja putri dan
ibu hamil
11) Kelompok ibu pintar balita sehat
12) Pemberian PMT pemulihan pada balita gizi buruk dan
ibu hamil KEK

Upaya

13) Posyandu BGM


1) Penyelidikan epidemologi dan pelacakan KLB

Pencegahan

2) Screening TT WUS

dan

3) Layanan Imunisasi

pengendalian

4) Pelacakan kasus, kunjungan rumah dna pelacakan

101

penyakit

kontak serumah
5) Penyuluhan kesehatan
6) Posbindu
7) Koordinasi dengan LP dan LS untuk pencegahan serta
pengendalian penyakit menular dan tidak menular
8) Pelacakan kasus mangkir
9) PJB, PE dan dan fogging focus

Upaya
Perawtan

10) Pelatihan bumantik, rumantik, dan wawantik


1) Asuhan keperawatan kasus yang memerlukan tindak
lanjut di rumah dengan melibatkan peran serta keluarga

kesehatan

2) ASKEP keluarga rawan dan miskin yang mempunyai

masyarakat
Upaya

masalah kesehatan dan dilakukan di rumah keluarga


1) Penyuluhan kesehatan Jiwa, konseling dan pembinaan

kesehatan
Jiwa

hidup sehat
2) Penjaringan kasus gangguan jiwa di masyarakat
3) Kunjungan rumah kasus gangguan jiwa
4) Deteksi dini kasus gangguan jiwa oleh kader

Upaya

5) Merujuk gangguan jiwa ke fasilitas kesehatan lanjutan


1) Layanan kesehatan gigi sekolah (UKGS)

Kesehatan

2) Layanan kesehatan gigi masyarakat (UKGM)

Gigi
9

10

masyarakat
Upaya

1) Pendataan sasaran, sosialisasi pengobatan tradisional

tradisional

dan TOGA, serta pembinaan pengobatan tradisional

komplementer
Upaya
1) Deteksi
kesehatan

11

dini

gangguan

penglihatan,

pendengaran dan ketulian

indera
Upaya

2) Penyuluhan kesehatan pada masyarakat


1) Penyuluhan dan konseling kesehatan

Kesehatan

2) Pembinaan UKS dan dokter kecil

Anak sekolah 3) Posyandu remaja


dan remaja

4) Pelayanan kesehatan peduli remaja

kebutaan,

102

Tabel 4.4 : Pelayanan Jaringan dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di


Pukesmas Dupak
No
1

Upaya
Puskesmas Keliling

Jenis layanan
Penyuluhan kesehatan, pemeriksaan

Pos kesehatan kelurahan

dan pengobatan
Pemeriksaan kehamilan,

Jejaring

dengan

layanan

imunisasi, penyuluhan kesehatan


fasilitas Pembinaan jejaring fasilitas pelayanan

pelayanan kesehatan

kesehatan

4.3 Program Inovatif Puskesmas


Layanan Inovasi Puskesmas Dupak berupa, HOPE ODHA (Orang dengan
HIV/AIDS). HOPE (Humanity lOve People powEr) ODHA adalah layanan
komprehensif berkesinambungan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif terhadap persoalan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV di lingkup
kerja Puskesmas Dupak. Dari namanya, tampak kalau program ini lebih fokus buat
penanganan ODHA (Orang Dengan HIV/ AIDS). Meskipun demikian, secara umum
kegiatan ini diharapkan menyentuh semua kalangan dan memberikan manfaat seluasluasnya. Wilayah kerja Puskesmas Dupak merupakan daerah padat penduduk,
dengan tingginya jumlah penduduk musiman serta karakteristik perilaku kesehatan
masyarakat yang beragam. Selain itu daerah ini juga merupakan daerah yang dulunya
tempat lokalisasi prostitusi. Dengan situasi yang demikian perkembangan dan
penularan penyakit HIV/AIDS tak terhindari.
Pada tahun 2013, kepala Puskesmas Dupak yaitu dr. Nurul lailah, M.Kes,
para tokoh masyarakat dan tim lainnya berinovasi menyediakan layanan one stop
service untuk penderita HIV positif yang dinamakan HOPE ODHA. Alasan
dikembangkan program ini (Profil Puskesmas Dupak dalam angka 2015) yaitu:
1. Terdapat wanita penjajah seks (WPS) HIV positif 10% dari jumlah WPS yang
discreening.
2. Penggunaan alat pelindung seks berupa kondom di kalangan kelompok
berisiko tinggi belum mencapai 100%
3. Kelompok masyarakat yang berperilaku risiko tinggi menggunakan napza dan
alkohol

103

4. Terdapat 4 ibu hamil dengan HIV positif namun tidak berasal dari kelompok
berisiko tinggi
5. Terdapat 10 ibu rumah tangga dengan HIV positif
6. Terdapat 3 anak balita gizi buruk dengan HIV positif
7. Angka kematian karena HIV:1 ibu dan 1 balita
8. Belum terdapat fasilitas pelayanan pengobatan penderita HIV/AIDS di wilayah
Kelurahan Dupak, sehingga ODHA merasa kesulitan mendapatkan penangan,
bahkan banyak yang mengalami kesalahan diagnosis dan penanganan
9. Rendahnya pemahaman masyarakat terkait resiko penularan penyakit menular
seksual dan HIV/AIDS akibat mayoritas tingkat pendidikan masyarakat yang
masih rendah.
10. Stigma yang buruk terhadap ODHA sehingga ODHA enggan untuk
memeriksakan kondisinya di pelayanan kesehatan.
Pelayanan yang diberikan dalam Hope ODHAyaitu :
1. Memberikan

pemahaman

kepada

masyarakat

tentang

pencegahan

dan

pengendalian HIV/AIDS, memberikan edukasi tentang bahaya narkoba dan HIV


ke anak usia sekolah melalui gerakan Aku Bangga Aku Tahu HIV/AIDS (ABAT).
2. Memotivasi dan menyarankan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan infeksi
menular seksual (IMS) dan HIV
3. Memotivasi dan menyarankan ibu dari balita gizi buruk, untuk bersedia
melakukan pemeriksaan HIV terhadap balita
4. Melalui konseling pada ODHA dan keluarga, memberikan pengobatn profilaksis
cotrimoxazole dan pengobatan infeksi serta pemberian obat ARV
5. Bekerjasama dengan kader para pendamping ODHA untuk memberikan
pelayanan paliatif pada ODHA dengan keadaan stadium lanjut, pemberian
dukungan psikososial secara intensif, pemberian pemahaman cara pencegahan
penularan HIV ke masyarakat, serta pemberian pemahaman kepada masyarakat
untuk dapat menerima keberadaan ODHA
6. Bekerjasama dengan tokoh agama (modin perempuan) unutk pemulasaraan
jenazah ODHA
Tujuan dibentuknya pelayanan HOPE ODHA berupa pemberian pelayanann
kesehatan yang mudah diakses, dan memberikan pendampingan kepada ODHA

104

perempuan, menurunkan jumlah kasus baru, menurunkan angka kematian akibat


HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA serta menghilangkan stigma dan
diskriminasi (Profil Puskesmas Dupak, 2016).
Upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan dalam penanganan ODHA
berupa :
1. Mendekatkan pelayanan pengobatan ARV
2. Layanan konseling ODHA dan pasangannya serta pada keluarga
3. Memberdayakan perempuan ODHA
4. Menandirikan ODHA secara sosial dan ekonomi, menghilangkan stigma dan
diskriminasi
5. Meningkatkan komunikasi dan suport sesama ODHA, melalui pertemuan rutin
beserta keluarga ODHA
6. Memberdayakan perempuan di masyarakat untuk berperan serta menjadi
kader terlatih, dalam membantu ODHA mengakses layanan.
Hasil pelayanan HOPE ODHA berupa :
1. Memutus mata rantai penularan HIV dari ibu ke anak. Terdapat Ibu hamil
HIV reaktif dan minum ARV, melahirkan bayi non reaktif HIV
2. ODHA anak, tidak mengalami gizi buruk dan mengkonsumsi ARV secara
rutin
3. Terdapat penambahan jumlah ODHA yang mengakses layanan Puskesmas
(pada tahun 2013 terdapat 8 ODHA, tahun 2014 terdapat 10 orang, dan tahun
2015 terdapat 18 orang)
4. Bertambahnya jumlah ODHA mandiri dalam pengobatan
5. ODHA mampu bekerja dan tetap produktif.
Yang membuat layanan HOPE ODHA menjadi kreatif dan inovatif yaitu :
1) Dilakukan penjaringan kasus HIV dengan konseling dan tes HIV atas inisiatif
petugas kesehatan. Pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak (PPIA) yang
dilakukan dengan cara menawarkan kepada ibu hamil untuk melakukan tes
HIV, dilakukan pemeriksaan HIV atas dasar sukarela pasien.
2) Konseling yang dilakukan pra tes dan pasca tes.
3) HOPE

105

a. Humanity : memperlakukan ODHA secara manusiawi dengan tidak


membedakan latar belakang bagaimana pasien tertular, menggunakan kata
yang

santun,

pemberian

pemahaman

kepada

ODHA

mengenai

penyakitnya, tidak membedakan latar belakang suku maupun agama.


b. Love : mencintai ODHA dengan empati dan mendapatkan dukungan dari
keluarga, tenaga kesehatan dan masyarakat.
c. People Power : koordinasi tim ODHA, keluarga ODHA serta masyarakat
dalam memberikan pelayanan kesehatan, pendampingan, menurunkan
stigma dan diskriminasi.
Sumber daya manusia dalam layanan HOPE ODHA adalah pegawai Dinas
Kesehatan Kota Surabaya di Puskesmas Dupak, Kader Kesehatan (kader LKB dan
paliatif), Manager kasus (MK), pemuka agama (Modin) dan tokoh masyarakat.
4.4 Analisa Masalah
4.4.1

Isu Strategi
Berdasarkan analisa hasil kinerja Puskesmas Dupak, maka didapatkan
isu strategi yang nantinya dapat digunakan sebagai perencanaan pada tahun
2017. Penetapan isu strategi tersebut didapat dari hasil kegiatan tahun 2015
yang masih belum mencapai target. Adapun isu strategi yang diangkat adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.5 : Isu Strategi yang ditemukan di Puskesmas Dupak Tahun 2015
Program

Pengkajian
Perilaku

Kegiatan
Isu Strategis
Promosi Kesehatan
Pengkajian PHBS pada
Cakupan pelaksanaan

Hidup tatanan rumah tangga (10

Bersih dan Sehat

indikator)

pengkajian PHBS pada tatanan


rumah tangga dengan 10
indikator target belum
terpenuhi dengan cakupan

65,83%.
Intervensi PHBS pada tatanan Cakupan intervensi dan

Intervensi
Perilaku

Hidup sekolah, sarana kesehatan dan penyuluhan PHBS pada

Bersih dan Sehat

tempat umum

tatanan sekolah, sarana


kesehatan dan tempat umum
hanya 50%.

106

Pengembangan

Pelaksanaan

UKBM

purnama mandiri

posyandu

Napza

Penyuluhan tentang napza

mencapai 84,61%.
Cakupan penyuluhan tentang

Penyehatan

napza hanya 10,32%.


Kesehatan Lingkungan
Pembinaan tempat pengolahan Cakupan pembinaan tempat

makanan
minuman
Sanitasi dasar

dan makanan

yang

Pengkajian

jumlah

memenuhi

kesehatan
Pembinaan
dalam

memenuhi

mandiri

makanan
syarat

hanya 24,32%.
rumah Cakupan hasil

yang

kesehatan
pengkajian

syarat rumah yang memenuhi syarat

tempat

memenuhi

syarat tempat umum yang memenuhi


syarat

kesehatan

mencapai

62%.
Upaya Perbaikan Gizi
Pemantauan status gizi pada Cakupan pemantauan status
ibu hamil dengan KEK

Kesehatan ibu

purnama

kesehatan adalah 51,6%.


umum Cakupan hasil pembinaan

kesehatan

Status gizi

pelaksanaan

memenuhi pengolahan

syarat kesehatan

yang
Tempat umum

posyandu Cakupan

gizi pada ibu hamil dengan

KEK hanya 5%.


Kesehatan Ibu dan Anak
Pelayanan ANC (K1-k4)
Penilaian kinerja Puskesmas
tahun 2015 didapatkan nilai
akhir 4 dimana nilai drop out
pelayanan ANC (K1-K4)

<

20%.
Kepatuhan terhadap standar Cakupan kepatuhan terhadap
ANC
Pembinaan

standar
olahraga

kelompok ibu hamil.


Persalinan
kesehatan

oleh

ANC

tahun

2015

adalah > 81%.


pada Pada tahun 2015 tidak ada
pembinaan

olahraga

pada

kelompok ibu hamil.


tenaga Penilaian
persalinan

oleh

tenaga

kerja

mendapat

nilai

tahun

2015

10 dimana

107

pelayanan dengan cakupan >


Imunisasi TT 5 WUS

80%.
Nilai

cakupan

pelayanan

imunisasi TT 5 WUS tahun


Kesehatan anak

Pelayanan DPT 1- Campak

2015 adalah 8,89%.


Angka drop out pelayanan
DPT 1 Campak adalah

Balita bawah garis merah

10%.
Angka

balita

bawah

garis

merah tahun 2015 adalah <


4%.
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Proporsi pasien TB Paru BTA Cakupan penemuan proporsi

TB Paru

positif diantara suspek

pasien TB Paru BTA positif

ISPA

Penemuan kasus ISPA

diantara suspek adalah 11%.


Cakupan penemuan kasus

Sarana

Pengobatan
dan BOR puskesmas

ISPA adalah 36%.

Prasarana
Ketenagaan

Cakupan

BOR

Puskesmas

hanya mencapai 23%.


Kegiatan Manajemen Puskesmas
Monitoring mutasi pegawai
Pencatatan arsip monitoring
mutasi

pegawai

hanya

mendapatkan nilai 4.
Pencatatan daftar pelatihan Pencatatan daftar pelatihan
sturktural dan fungsional

struktural dan fungsional yang


dilaksanakan

oleh

pegawai

hanya mendapatkan nilai 4.


4.4.2

Prioritas Masalah
Mengingat cukup banyak masalah yang dihadapi Puskesmas Dupak, oleh

karena itu perlu dilakukan penentuan prioritas masalah yang hendak dijadikan acuan
dalam pembuatan program di tahun mendatang.
Prioritas masalah akan ditentukan dengan menggunakan metode Brain
Storming, yaitu suatu metode yang digunakan dengan cara mengumpulkan beberapa
orang untuk melakukan curah pendapat. Berdasarkan hasil Brain Storming yang telah
dilakukan oleh kelompok, didapatkan hasil pertimbangan yang akan dijadikan acuan

108

untuk menentukan prioritas masalah. Adapun pertimbangan yang telah disepakati


adalah sebagai berikut :
1. Hasil pencapaian kegiatan puskesmas, yang dinilai dari nilai target dan
pencapaian program kerja tahun 2015
2. Kondisi dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), mengingat jumlah
SDM di Puskesmas Dupak yang terbatas.
Adapun hasil prioritas masalah Puskesmas Dupak berdasarkan pendasaran
tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Prioritas Masalah di Puskesmas Dupak Tahun 2015
NO
1

PRIORITAS MASALAH
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga, sekolah

dan tempat umum


Cakupan imunisasi TT WUS serta status gizi pada usia balita dan ibu
hamil masih rendah

4.4.3

Analisa Penyebab Masalah dan Alternatif Pemecahan Masalah


Berdasarkan prioritas masalah tersebut, selanjutnya dilakukan analisa

penyebab masalah sebagai dasar untuk menentukan alternatif pemecahan masalah.


Analisa penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan teknik Fishbone diagram
dengan hasil sebagai berikut :
Prasarana

Metode

5.
Lingkungan

Keuangan

SDM

Alat

109

Tabel 4.7

Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah Kurangnya Kesadaran


Masyarakat tentang Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tatanan
Rumah Tangga, Sekolah dan Tempat Umum

PENYEBAB MASALAH
ALTERNATIF PEMECAHAN
ASPEK
PENYEBAB
Sumber daya 1. Keterbatasan tenaga untuk Pengusulan pengadaan pelatihan
manusia

melakukan

pembinaan

masyarakat

tentang

di bagi petugas dan kader untuk


Pola meningkatkan

Hidup Bersih dan Sehat

dalam

ketrampilan

pembinaan

dan

2. Tidak meratanya kompetensi penyuluhan PHBS.


SDM

dalam

pembinaan
Metode

memberikan
PHBS

di

Masyarakat
Kurangnya koordinasi dengan
kader.

1. Peningkatan pelatihan dan


peran serta kader
2. Mengembangkan

metode

penyuluhan tidak sekedar


ceramah tetapi berupa media
sounds

slide,

pengadaan

film

lomba

dan
rumah

sehat atau lingkungan sehat


Prasarana
Alat

dan sebagainya
Terbatasnya persediaan media Mengadakan media
promosi kesehatan

Keuangan

Terbatasnya

kesehatan

dana

mengadakan

berupa

promosi
:

poster,

spanduk, leaflet dan sebagainya


dalam Alokasi dana dari BOK
kegiatan

penyuluhan besar (melibatkan


masyarakat
Lingkungan

dalam

besar)
1. Banyaknya
yang

jumlah

masyarakat Meningkatkan
acuh

dan pendidikan kesehatam

kegiatan
untuk

110

menganggap

remeh meningkatkan pengetahuan, dan

masalah kesehatan

kesadaran

masyarakat

2. Warga musiman terdapat bekerjasama


hampir di semua wilayah terkait
kelurahan

Dupak

dengan

dan
sektor

dengan metode yang

dan lebih menarik seperti :

menempati rumah sewa

1. Diadakan lomba lingkungan


bersih sehat
2. Pelatihan

pengolahan

sampah daur ulang


3. Penggunaan sampah plastik
4. Pengaktifan kembali bank
sampah
Tabel 4.8 Penyebab dan Alternatif Pemecahan tentang Imunisasi TT WUS serta
Status Gizi pada Usia Balita dan Ibu Hamil
PENYEBAB MASALAH
ALTERNATIF PEMECAHAN
ASPEK
PENYEBAB
Sumber daya 1. Keterbatasan tenaga Pengusulan pengadaan pelatihan kader
manusia

untuk

melakukan untuk

meningkatkan

pengetahuan

pembinaan

di tentang imunisasi TT WUS serta status

masyarakat

gizi pada usia balita dan ibu hamil.

2. Kurangnya kesadaran
dan

pengetahuan

kader

tentang

imunisasi TT WUS
Metode

dan status gizi.


1. Kurangnya
koordinasi

1. Meningkatkan koordinasi dengan


dengan

kader kesehatan
2. Metode
yang

penyuluhan
monoton

menggunakan

kader

dengan

teknologi

berupa

penggunaan
pengadaan

group komunikasi melalui media


handphone
2. Rutin

mengadakan

rapat

111

ceramah

koordinasi dua kali dalam sebulan


3. Memberikan penghargaan kepada
kader teladan.
4. Menggunakan
penyuluhan

yang

metode
lebih

tepat

seperti: diskusi kelompok terarah


pada sasaran usia dewasa dan
sebagainya.
5. Melakukan

kunjungan

rumah

secara rutin terhadap ibu hamil


atau balita gizi kurang
Prasarana
Alat

Terbatasnya persediaan

Pengadaan media penyuluhan berupa :

media promosi kesehatan


dan alat peraga
Keuangan

penyuluhan
Terbatasnya dana dalam

Alokasi dana dari BOK

mengadakan kegiatan
penyuluhan besar
(melibatkan masyarakat
Lingkungan

dalam jumlah besar)


Banyaknya masyarakat

1. Meningkatkan kegiatan

yang acuh dan

penyuluhan untuk meningkatkan

menganggap remeh

pengetahuan masyarakat dengan

masalah kesehatan

dikemas dengan cara yang lebih


menarik.
2. Sasaran penyuluhan tidak hanya
kader atau ibu WUS tetapi juga
melibatkan suami, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan
pemerintah.

112

113

BAB 5
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS DUPAK
Kepala Puskemas
dr. Nurul Lailah M.Kes
Kepala Bagian Tata Usaha
Estri Puwarni

Sistem Informasi dan administrasi


Kesehatan
1. Ditta Ernawan. S. Kom
2. Arum Dynaria Dyah M, SKM

Penanggung jawab UKM esensial


dan keperawatan kesehatan
masyarakat
dr. Novi Yusriansari
Promosi Kesehatan
Putri Puspita dewi, Amd Gizi

Kesehatan Lingkumgam
Ike sulistyo W, SST
KIA. KB UKM
Srining afifatus S, Amd. Keb

Penanggung jawab UKM Pengembangan


dr. Novi Yusriansari

Kesehatan Jiwa
Mamluak K, M. Psi
Kesehatan gigi Masyarakta
drg. Januieta Harind N.

Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit

Estri Puwarni

Rumah Tangga
1. Joko Heriyanto
2. Devita Rahma M, Amd. KG
3. Denny Samsul Huda
4. Yuswo Budi S.

Penanggung jawab UKP kefarmasian dan


laboratorium
dr. Nila Harry K

Pemeriksaan Umum
dr. Paramitha Kusuma W.
Kesehatan gigi dan mulut
drg. Titik Hidayati

Kesehatan Indra
Ahsanul Hadi, amd. Kep
Kesehatan Lansia
Ribkah Kantohe, Amd. Kep

KIA, KB UKP
Siska Wulandari, SST

Gawat Darurat
dr. Paramitha Kusuma W.

Perawatan Kesehatan Masyarakat


Hartini,
Amd. Kep
Gizi UKM
Nurhaida D, Amd Gizi

Kepegawaian

Kesehatan Anak sekolah dan remaja


dr. Novi Yusriansari

Gizi UKP
Nurhaida D, Amd Gizi

Keuangan
1.
2.
3.

Nurhaida D., Amd. Gizi


dr Rosna suswanti
dr Paramitha Kusuma W

Penanggung jawab jaringan dan jejaring


fasyankes
Yurotul S, Amd. Keb

Rawat Inap
dr. Nila Harry K

Puskesmas Keliling
M. Nur Kamid W., Amd.Kep

Kefarmasian
Widyariningsih,
S.Farm, Apt

Bidan kelurahan
Yurotul S, Amd. Keb

Laboratorium
Salmah,
Amd.An.Med

Jejaring Fasyankes
Mahsunah, amd.Keb

114

Persalinan
dr. Rosna S

115

BAB 6
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Praktik klinik keperawatan komunitas yang dilaksanakan mahasiswa
Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Program B17, merupakan suatu program profesi untuk mengaplikasikan konsepkonsep

perawatan

keperawatan

kesehatan

masyarakat

masyarakat

sebagai

suatu

dengan

menggunakan

pendekatan ilmiah.

proses

Berdasarkan

pelaksanaan praktik mahasiswa di Puskesmas Dupak dan penyusunan laporan ini


maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Puskesmas Dupak memiliki beberapa program yang sesuai dengan kondisi di
Kelurahan Dupak mencakup promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, upaya
perbaikan gizi, KIA/KB, pemberantasan penyakit menular. Usaha Kegiatan
Sekolah dan pembinaan kader.
2. Masih terdapat Program Puskesmas yang belum terlaksana pada tahun 2015
dikarenakan ada keterbatasan dana maupun keterbatasan sarana dan prasarana.
3. Mahasiswa mampu ikut melaksanakan kegiatan di Puskesmas baik di BP,
KIA, Laboratorium, apotek, posyandu balita maupun posyandu lansia.
Mahasiswa juga turut berupaya melaksanakan upaya promosi kesehatan
dengan melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada pengunjung Puskesmas
Dupak.

1.2 Saran
Adapun saran-saran yang ingin kami sampaikan kepada beberapa pihak
adalah:
1. Untuk Warga
Warga diharapkan mendukung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang
diadakan oleh puskesmas sehingga tercapai derajat kesehatan yang lebih baik

116

2. Untuk Puskesmas
1) Lebih meningkatkan pelayanan pada masyarakat dengan menitikberatkan
pada usaha promotif dan preventif (dalam hal ini adalah upaya penyuluhan
kesehatan tentang penyakit yang menular yang tidak menular) dengan
menggunakan metode yang lebih beragam dan tidak monoton menggunakan
ceramah.
2) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam rangka
meningkatkan pelayanan Puskesmas.
3) Diharapkan adanya kerjasama dan bimbingan secara intensif dari puskesmas
kepada kader kesehatan posyandu, kader lansia, PKK RT maupun RW dan
berbagai kelompok kerja yang terdapatnya di wilayah kerja Puskesmas
Dupak.
4) Meningkatkan usaha dan memperluas jangkauan penemuan deteksi dini
pada kasus-kasus menular.

DAFTAR PUSTAKA
BKKBN, 2014, Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana
dalam Jaminan Kesehatan Nasional, Jakarta
Departemen Kesehatan RI, 2008, Buku Kader Posyandu dalam Usaha Perbaikan
Gizi Keluarga, Jakarta
Effendy, Nasrul, 2009, Dasar-dasar Keperawatan Masyarakat, Jakarta, EGC
Kutanegara, Pande Made, dkk, 2011, Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Notoatmodjo, Soekidho, 2006, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, PT Rineka
Cipta

You might also like