You are on page 1of 12

Nama

: ARDI WIRYANATA

NPM

: 20131420146003

PRODI

: S1 Keperawatan

MK

: Kep. Jiwa

Distorsi Kognitif
Distorsi kognitif adalah berpikiran secara berlebihan dan tidak rasional. Teori distorsi kognitif
pertama kali diajukan oleh David D. Burns, MD. Sedangkan distorsi kognitif sendiri di bagi
kedalam beberapa bagian. Berikut adalah macam-macam distosri kognitif.
1. Pemikiran Segalanya atau Tidak Sama Sekali
Jenis distorsi kognitif yang satu ini terkait dengan sikap perfeksionisme anda yang berlebihan.
Anda selalu menginginkan apa-apanya sempurna. Perfect, 100% benar, tanpa mentoleransi
sebuah kesalahan pun.
Setelah anda menerima hasil ulangan misalnya. Ternyata nilai anda kurang bagus sehingga anda
harus remidi. Padahal track record anda tidak pernah remidi. Anda juga sudah mati-matian
belajar. Lalu anda berpikir kalau anda adalah pelajar yang bodoh, tidak berguna, dan merasa
usaha anda selama ini sia-sia.
2. Terlalu Menggeneralisasi (Over-Generalisasi)
Distorsi ini kaitannya sama pengalaman buruk masa lalu anda. Dari pengalaman buruk itu
menyebabkan anda trauma kemudian di pikiran anda membuat generalisasi negatif yang belum
tentu benar.
Misalnya anda pernah diputuskan pacar, padahal sebentar lagi anda akan melangsungkan
pernikahan. Nyesek sekali bukan ? Nah, saking sakitnya pas putus itu anda trauma kemudian
membuat generalisasi kalau semua wanita sama saja berengsek. kalau distorsi-nya sangat
parah , anda bisa memilih untuk tidak menikah seumur hidup hanya karena takut pengalaman
buruknya (putus-gagal nikah) ter ulang kembali.
3. Filter Mental
Distorsi yang satu ini mirip dengan yang pertama. Bedanya filter mental ini membuat anda
selalu memikirkan sisi negatifnya saja. Padahal situasi yang sebenarnya terjadi tidak seburuk/senegatif seperti apa yang anda kira.

Misalnya anda pas ulangan anda mengerjakan 100 soal. Setelah di koreksi guru, 13 soal yang
anda kerjakan salah (hanya betul 87). Dari situ anda kecewa dan terus memikirkan ketiga belas
soal yang salah. Anda tidak peduli fakta kalau nilai anda adalah yang paling tinggi di kelas. Anda
hanya memikirkan 13 soal yang salah, kecewa tidak dapat nilai lebih baik, terus menyalahkan
diri sendiri.
4. Men-diskualifikasi-kan yang Positif
Distorsi ini biasanya timbul karena anda kurang PD akan kemampuan anda sendiri. Semua halhal positif seperti pujian, hadiah, aplaus, dan penghargaan dari orang lain malah anda tanggap
secara negatif.
Misalnya ada orang yang memuji penampilan anda, Wah, cantik banget kamu hari ini. Alihalih anda malah berfikir Ah, mereka pasti cuma basa-basi. Atau misal anda merasa kurang di
pedulikan oleh teman di sekolah. Kemudian suatu hari pas anda tidak bawa uang jajan, ada
teman anda yang memberikan makan. Alih-alih anda malah berfikir Ah, dia kan tidak ikhlas
melakukannya.
5. Loncatan ke Kesimpulan
Distorsi ini paling jamak dijumpai menurut kami. Dan , Loncat an ke kesimpulan negatif juga
terbagi menjadi 2 bagian :

Membaca Pikiran
Misalnya anda kebetulan papasan dengan teman di jalan. Teman anda tidak menyapa anda,
kemudian anda menyimpulkan kalau teman anda sedang marah atau tidak suka sama anda.
Padahal mungkin aja teman anda memang lagi sibuk memikirkan hal lain, atau sedang keburuburu ke WC, jadi tidak sempat menyapa anda. Tapi anda malah berfikir yang negatif duluan
tanpa punya bukti apa pun yang menguatkan kesimpulan anda.

Kesalahan Peramal
Distorsi ini membuat anda meramalkan masa depan anda akan berjalan buruk. Anda menjadi
sangat pesimis. Misalnya anda diberi tahu akan ulangan. Anda baru tahu saat itu, sehingga belum
sempat belajar. Saking banyaknya materi, anda menyerah lantas berfikir : Ah, kayaknya gue
bakal remidi nih. Nggak ada gunanya gue belajar sekarang. Percuma.
6. Pembesaran dan Pengecilan

Distorsi ini membuat anda memandang rendah segala kelebihan anda dan memandang setiap
kesalahan yang anda lakukan adalah sebagai masalah besar. Jadi misalnya anda kena marah oleh
atasan. Anda lalu mengumpat diri anda sendiri: Ughbodoh banget sih gue! Sial! Gue bakal
dipecat kalau kayak gini. Reputasi gue bakalan ancur! Anda tidak peduli lagi semua hal positif
di diri anda. Seakan-akan apa yang atasan anda bilang adalah masalah besar dan aib bagi anda.
7. Penalaran Emosional
Distorsi ini membuat anda terlalu fokus pada perasaan anda sampai membuat anda menundanunda suatu pekerjaan atau merasa pesimis akut. Distorsi ini biasa diawali dengan kata-kata
seperti Saya merasa. Kayaknya saya nggak bisa dll.
Misalnya anda berfikir Gue ngerasa nggak mampu nyelesein skripsi ini. Gue pasti mahasiswa
yang paling apes. Gue rasa, gue nggak bakal lulus tahun ini. Mungkin tahun depan, atau
mungkinentahlah. Gue ngerasa bersalah banget, mungkin gue emang makhluk nggak
berguna yang cuma nyusahin orang.
8. Pernyataan Harus
Distorsi ini membuat anda tidak nyaman dengan perilaku orang lain yang menurut anda tidak
seharusnya dilakukan. anda sampai dibuat frustrasi karena terjebak pada pemikiran harus, harus,
dan harus. Misalnya anda berfikir Ughseharusnya dia nggak ngelakuin itu Sialan
seharusnya dia lebih merhatiin perasaan orang lain! Seharusnya dia nggak dateng telat!
Ughhseharusnya gue nggak salah pake seragam, jadi gue nggak bakal ditertawain tementemen hari ini.dll.
9. Memberi Cap dan Salah Memberi Cap (Misslabelling)
Distorsi ini membuat anda tega melabeli diri anda sendiri secara negatif dan tidak masuk akal.
Misalnya anda tidak pernah dapat nilai bagus waktu ulangan. Terus anda me-labeli diri anda
seperti ini Gue emang pelajar bego atau Gue nyerah, gue nggak lebih dari seorang sampah di
sekolah ini. Karena anda berfikir seperti itu, membuat anda gampang nyerah saat belajar. Anda
merasa semuanya percuma.
Pada kasus lain, anda bisa salah memberi label pada orang lain. Misalnya anda bertemu dengan
teman anda, anak orang kaya. Anda yang mungkin iri, me-labeli teman anda sebagai anak orang
kaya yang suka pamer (meski fakta nya tidak begitu). Karena label itu, anda jadi cemburu terus
kepada teman anda itu. anda tidak mau berteman dengan orang itu. Apa-apa yang dilakukan
teman anda itu selalu salah di mata anda.

10. Personalisasi
Distorsi ini cenderung membuat seseorang merasa bersalah/bertanggung jawab atas apa yang
terjadi sekalipun hal yang terjadi itu bukan mutlak kesalahannya. Misalnya anda sedang
bertanding futsal. Kemudian tim anda kalah. Nah, anda merasa kalau anda adalah orang yang
membuat tim kalah. Anda merasa jadi kambing hitam kegagalan tim anda, tanpa dasar dan alasan
apa pun. Padahal fakta nya anda adalah satu-satunya orang yang bermain bagus di pertandingan
itu.
Itulah 10 distorsi kognitif yang bisa terjadi dalam diri seseorang. Bisa aja satu orang memiliki
lebih dari satu distorsi kognitif. Karena pada dasarnya memang semua orang punya distorsi
kognitif. Hanya bedanya setiap orang punya pilihan dan cara sendiri-sendiri untuk mengatasi
distorsi kognitif yang dialaminya. Ada yang memilih untuk cuek, masa bodoh dengan pikiranpikiran negatifnya, dan tetap optimis. Ada juga yang lebih memilih menyerah sama pikiranpikiran negatifnya, minder, serba pesimis, sampai-sampai mencoba untuk bunuh diri karena
begitu depresi nya. Kasihan
Jadi, ada baiknya kenali distorsi kognitif anda. Kemudian bijaklah memilih jalan untuk
mengatasi distorsi kognitif anda itu

Phobia
Phobia adalah ketakutan yang berlebih-lebihan terhadap benda-benda atau situasi-situasi tertentu
yang seringkali tidak beralasan dan tidak berdasar pada kenyataan.Istilah phobia berasal dari kata
phobi yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional; yang dirasakan dan
dialami oleh sesorang. Phobia merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh ketakutan yang
menetap dan sangat tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi tertentu.
Walaupun ada ratusan macam phobia tetapi pada dasarnya phobia-phobia tersebut merupakan
bagian dari 3 jenis phobia, yang menurut buku DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for
Mental Disorder IV) ketiga jenis phobia itu adalah :
1. Phobia sederhana atau spesifik (Phobia terhadap suatu obyek/keadaan tertentu) seperti pada
binatang, tempat tertutup, ketinggian, dan lain lain.
2. Phobia sosial (Phobia terhadap pemaparan situasi sosial) seperti takut jadi pusat perhatian,
orang seperti ini senang menghindari tempat-tempat ramai.

3. Phobia kompleks (Phobia terhadap tempat atau situasi ramai dan terbuka misalnya di
kendaraan umum/mall) orang seperti ini bisa saja takut keluar rumah.
A. Penyebab Phobia
Phobia dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia disebabkan karena
pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman pribadi yang disertai perasaan malu
atau bersalah yang semuanya kemudian ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis
di masa kecil dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun tidak pernah
mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di dalam teorinya yang dikenal dengan
istilah biological preparedness mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari
relevansinya sang stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan
kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan. Misalnya, mereka yang takut
kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan
hampir dimakan beruang, tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya.
Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita untuk takut terhadap
sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai penderita tersebut. Si
penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia walaupun tidak ada rangsangan yang
spesifik. Selalu ada saja yang membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia
(takut mati), dll.
Perlu kita ketahui bahwa phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan dan
budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai bidang sering tidak seiring dengan laju
perubahan yang terjadi di masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi sosial yang sangat cepat
naiknya, antara lain pengaruh pembangunan dalam segala bidang dan pengaruh modernisasi,
globalisasi, serta kemajuan dalam era informasi. Dalam kenyataannya perubahan-perubahan
yang terjadi ini masih terlalu sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas
perubahan anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus diperhatikan sejak
dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan (formative period) tipe kepribadian
dasar (basic personality type). Ini untuk memperoleh generasi penerus yang berkualitas.
Berbagai ciri kepribadian/karakterologis
perlu mendapat perhatian khusus bagaimana lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses

pertumbuhan yang baik dan bagaimana lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya
memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, khususnya dalam keluarga.
Berbagai hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua, meliputi tokoh ibu
dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, masih sering kabur, samar-samar.
Sampai saat ini masih belum jelas mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal
bagi anak. Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca, menulis,
sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan. Tujuan mendidik,
menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar ketika dewasa dapat menunjukan
adanya gambaran dan kualitas kepribadian yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif
baik bagi dirinya, keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.
B. Teknik Penyembuhan
Ada beberapa teknik Untuk penyembuhan phobia diantaranya adalah sbb:
1. Hypnotheraphy: Penderita phobia diberi sugesti-sugesti untuk menghilangkan phobia.
2. Flooding: Exposure Treatment yang ekstrim. Si penderita phobia yang ngeri kepada anjing
(cynophobia), dimasukkan ke dalam ruangan dengan beberapa ekor anjing jinak, sampai ia tidak
ketakutan lagi.
3. Desentisisasi Sistematis: Dilakukan exposure bersifat ringan. Si penderita phobia yang takut
akan anjing disuruh rileks dan membayangkan berada ditempat cagar alam yang indah dimana si
penderita didatangi oleh anjing-anjing lucu dan jinak.
4. Abreaksi: Si penderita phobia yang takut pada anjing dibiasakan terlebih dahulu untuk melihat
gambar atau film tentang anjing, bila sudah dapat tenang baru kemudian dilanjutkan dengan
melihat objek yang sesungguhnya dari jauh dan semakin dekat perlahan-lahan. Bila tidak ada
halangan maka dapat dilanjutkan dengan memegang anjing dan bila phobia-nya hilang mereka
akan dapat bermain-main dengan anjing. Memang sih bila phobia yang dikarenakan pengalaman
traumatis lebih sulit dihilangkan.
5. Reframing: Penderita phobia disuruh membayangkan kembali menuju masa lampau dimana
permulaannya si penderita mengalami phobia, ditempat itu dibentuk suatu manusia baru yang
tidak takut lagi pada phobia-nya.
C. Macam-macam Phobia :
1. Acerbophobia: Ketakutan pada asam.

2. Acousticophobia: Ketakutan pada suara.


3. Acrophobia / Hypsophobia: Ketakutan pada tempat yang tinggi.
4. Aerophobia / Anemophobia: Ketakutan serta panik apabila kulit mereka terkena aliran udara.
5. Agoraphobia / Kenophobia: Ketakutan pada ruang yang kosong atau terbuka.
6. Agyophobia: Ketakutan akan jalan yang ramai dan cenderung takut untuk menyeberang.
7. Allodoxaphobia: Takut pada pendapat.
8. Amatophobia: Ketakutan pada debu.
9. Amaxophobia: Ketakutan berkendaraan.
10. Amychophobia: Ketakutan apabila dirinya disiksa atau mengalami luka / kecelakaan.
11. Androphobia: Androphobia dijumpai pada wanita, yaitu ketakutan pada laki-laki.
12. Anemophobia: Takut pada pergerakan udara atau angin.
13. Anthophobia: Ketakutan terhadap bunga.
14. Anthrophobia / Sociophobia: Ketakutan pada masyarakat atau orang secara umum.
15. Antlophobia: Ketakutan pada sungai, banjir atau air yang mengalir.
16. Apeirophobia: Ketakutan pada hal-hal yang tak terbatas, misalnya: sumur, langit, laut, dll.
17. Apiphobia / Melissophobia: Ketakutan pada binatang yang menyengat.
18. Arachnephobia: Ketakutan pada laba-laba.
19. Asthenophobia: Ketakutan menjadi lemah.
20. Astrophobia: Ketakutan pada langit dan angkasa.
21. Ataxophobia: Takut pada kekacauan atau ketidakrapian.
22. Atephobia: Takut tinggal di pegunungan atau dirumah bertingkat karena dibayangi oleh
ketakutan akan reruntuhan.
23. Auroraphobia: Ketakutan pada aurora atau cahaya utara, yaitu suatu fenomena alam yang
hanya tampak di daerah belahan utara bumi.
24. Automanophobia: Takut pada suara perut, makhluk animasi, patung lilin, segala sesuatu yang
secara salah merepresentasikan makhluk yang memiliki persepsi.
25. Autophobia: Ketakutan pada diri sendiri.
26. Bacilliophobia / Microphobia: Ketakutan akan baksil atau kuman.
27. Ballistophobia: Ketakutan terhadap proyektil, misalnya peluru kendali, roket, mortir atau
meriam.
28. Basophobia / Stasiphobia: Ketakutan untuk berdiri tegak atau ketakutan untuk berjalan.

29. Bathophobia: Ketakutan akan kedalaman atau obyek yang lebih tinggi, misalnya gedung
pencakar langit atau tebing yang curam.
30. Belonephobia / Aichmophobia: Ketakutan pada benda-benda yang tajam.
31. Bibliophobia: Ketakutan bila melihat buku.
32. Botophobia: Ketakutan pada ruang atau kamar dibawah tanah.
33. Bromhidrophobia: Ketakutan bila dirinya mengeluarkan bau badan atau takut kepada bau
badan orang lain.
34. Brontophobia: Ketakutan akan suara halilintar.
35. Bufonophobia: Takut pada katak.
36. Cancerphobia: Ketakutan akan akan penyakit kanker.
37. Cheimaphobia / Psycrophobia: Ketakutan bila kedinginan.
38. Chermatophobia: Ketakutan terhadap uang.
39. Chromatophobia: Ketakutan akan warna-warna tertentu, misalnya ketakutan akan warna
merah (erythrophobia). Phobia terhadap warna hitam lebih sering dihubungkan dengan phobia
terhadap kegelapan (noctiphobia).
40. Chronophobia: Ketakutan pada suara jam berdentang.
41. Cibophobia: Takut makan karena takut menjadi sakit akibat kuman yang ada dalam makanan.
42. Claustrophobia: Ketakutan berada dalam ruangan sempit.
43. Cleithrophobia: Ketakutan apabila terkunci didalam suatu ruangan.
44. Clinicophobia: Ketakutan untuk ke dokter atau berobat.
45. Cremnophobia: Ketakutan berada di tebing yang curam.
46. Coitophobia: Ketakutan untuk melakukan persetubuhan dengan lawan jenis.
47. Coprophobia / Mysophobia / Tocophobia: Takut terhadap kotoran.
48. Crystallophobia / Hyalophobia: Ketakutan terhadap benda-benda yang terbuat dari gelas.
49. Cynophobia: Ketakutan terhadap anjing.
50. Demonophobia / Ghostphobia: Ketakutan akan setan-setan.
51. Diabetophobia: Takut terhadap penyakit diabetes / kencing manis.
52. Domatophobia / Oikophobia: Ketakutan yang terjadi bila berada didalam rumah.
53. Doraphobia: Ketakutan yang terjadi bila menjamah bulu binatang.
54. Dromophobia: Ketakutan untuk mengembara.
55. Dysmorphophobia / Teratophobia: Takut pada orang cacat.

56. Electrophobia: Ketakutan terhadap listrik.


57. Electrophobia: Ketakutan terhadap listrik.
58. Entomophobia / Melissophobia: Ketakutan pada serangga.
59. Ereutophobia: Ketakutan akan rasa malu.
60. Ergophobia: Takut bekerja.
61. Erotophobia: Takut akan cinta sexuil.
62. Eurotophobia: Takut pada alat kelamin wanita.
63. Galeophobia / Ailurophobia / Gatophobia: Takut akan kucing.
64. Gamaphobia: Takut akan perkawinan.
65. Genophobia: Takut sakit demam panas.
66. Gephyrophobia / Gephydrophobia / Gephysrophobia: Takut menyeberang jembatan.
67. Gerontophobia: Ketakutan terhadap usia tua.
68. Graphophobia: Ketakutan bila melihat tulisan.
69. Gynaephobia: Perasaan takut kepada wanita.
70. Hadephobia: Takut akan neraka.
71. Hamartophobia: Takut akan dosa dan kesalahan.
72. Hapephobia: Ketakutan terhadap sentuhan fisik.
73. Hellenologophobia: Takut pada istilah atau terminologi ilmiah rumit dari bahasa Yunani.
74. Hierophobia: Ketakutan akan barang-barang suci.
75. Hematophobia: Ketakutan melihat darah.
76. Heliophobia: Ketakutan bila melihat atau terkena sinar matahari.
77. Hodophobia: Takut bepergian.
78. Homichlophobia: Ketakutan pada kabut.
79. Homophobia: Ketakutan pada orang-orang homo seks.
80. Hormephobia: Takut pada suatu kejutan.
81. Hydrophobia / Iyssophobia: Takut pada air.
82. Hygrophobia: Ketakutan pada tempat yang lembab.
83. Hylophobia: Ketakutan terhadap hutan.
84. Hypengyophobia: Ketakutan terhadap tanggung jawab.
85. Hypnophobia: Ketakutan untuk tidur.
86. Ichtyophobia: Ketakutan terhadap ikan.

87. Ideophobia: Ketakutan akan ide-ide.


88. Iophobia: Ketakutan bila melihat racun.
89. Kakorhaphiophobia: Takut akan kegagalan.
90. Kathisophobia: Takut duduk.
91. Kinesophobia: Takut melihat gerakan-gerakan.
92. Kleptophobia / Harpaxophobia: Takut pada pencuri atau perampok.
93. Linonophobia: Takut akan benang, tali atau senar.
94. Lygophobia: Takut berada di tempat gelap.
95. Lyssophobia: Takut bila menjadi gila.
96. Mastigophobia: Takut pada hukuman.
97. Merinthophobia: Ketakutan bila diikat.
98. Metallophobia: Ketakutan terhadap benda-benda logam.
99. Misophobia: Takut terkena kotoran atau kuman.
100. Monophobia: Takut bila ditinggal seorang diri.
101. Myctophobia: Takut akan apa-apa yang gelap.
102. Mythophobia: Takut untuk tertipu.
103. Necrophobia: Takut terhadap orang mati atau mayat.
104. Neophobia / Kainophobia: Takut pada segala sesuatu yang baru.
105. Nyctophobia: Takut gelap atau malam.
106. Obesitophobia: Ketakutan untuk menjadi gemuk.
107. Octophobia: Takut pada angka 8.
108. Odontophobia: Takut pada gigi binatang.
109. Ombrophobia: Takut pada hujan.
110. Onemophobia / Phronemophobia: Takut untuk berpikir.
111. Onomatophobia: Takut mendengar suatu nama tertentu.
112. Ophidiophobia: Takut akan ular atau binatang melata.
113. Ophthalmophobia / Scopophobia: Takut dilihat oleh orang lain.
114. Oneirophobia: Takut pada mimpi.
115. Ornithophobia: Takut pada burung.
116. Papyrophobia: Takut pada kertas.
117. Paraphobia: Takut pada penyimpangan seksual.

118. Pathophobia / Nosophobia: Takut akan penyakit.


119. Peccatiphobia: Takut berbuat dosa.
120. Pedagogiephobia: Takut pada suatu pendidikan.
121. Pediculophobia: Takut pada binatang kutu.
122. Pedophobia: Takut berjumpa dengan anak-anak.
123. Pengophobia: Takut pada siang hari.
124. Pharmacophobia / Hydrargyrophobia: Takut terhadap berbagai macam obat-obatan.
125. Photophobia: Takut akan sinar atau cahaya.
126. Phobophobia: Takut pada phobia.
127. Phonophobia: Takut pada bunyi atau suara (termasuk suaranya sendiri).
128. Pnygophobia: Ketakutan akan bayangan kematian tidak dapat bernapas atau tercekik.
129. Pyrexeophobia / Febriphobia: Takut pada panas.
130. Pyrophobia: Takut terhadap api.
131. Rhabdophobia: Takut dipukul.
132. Rodentiophobia: Takut terhadap tikus.
133. Scatophobia: Takut pada kotoran atau tinja.
134. Scelerophobia: Takut pada orang-orang jahat / perampok.
135. Selaphobia: Takut pada kilat.
136. Siderodromophobia: Takut pada kereta api, rel atau perjalanan dengan menggunakan kereta
api.
137. Social Phobia: Takut dinilai secara negatif dalam situasi-situasi sosial.
138. Sociophobia / Ochlophobia / Polyphobia: Ketakutan akan sekumpulan orang.
139. Surgerophobia: Ketakutan untuk menjalani suatu operasi.
140. Taphephobia: Ketakutan apabila dikubur hidup-hidup.
141. Telephonophobia: Takut pada telepon.
142. Teratophobia: Ketakutan akan melahirkan anak cacat atau anak yang menyerupai monster.
143. Thalassophobia: Ketakutan terhadap lautan.
144. Thanatophobia / Thantophobia: Takut pada kematian.
145. Theophobia: Ketakutan terhadap Tuhan.
146. Tocophobia / Maieusiophobia: Takut bila melihat kelahiran bayi.
147. Toxicophobia: Takut akan diracun.

148. Trichophobia: Ketakutan pada rambut atau bulu.


149. Triskaidekaphobia: Ketakutan pada bilangan 13.
150. Ufophobia: Ketakutan akan munculnya makhluk angkasa luar.
151. Vaccinophobia: Takut di suntik.
152. Verminophobia: Takut pada kuman.
153. Vermiphobia / Helminthophobia: Takut pada cacing.
154. Xenophobia: Ketakutan pada orang asing atau orang dari negara asing.
155. Zoophobia: Takut pada binatang.
dan masih banyak lagi yang lainnya

You might also like